Anda di halaman 1dari 5

Sasando

Sasando (https://stresseffect.wordpress.com)

Merupakan alat musik tradisional khas Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. Di Pulau Rote, istilah
sasando sering disebut sasandu yang berarti alat yang bergetar atau berbunyi, sedangkan di
Kupang disebut Sasando. Cara memainkan alat musik ini dengan dipetik, hampir sama dengan
kecapi dan gitar. Bahan pembuat sasando secara keseluruhan terbuat dari pohon daun lontar,
yang dilengkungkan setengah lingkaran yang berfungsi sebagai resonansi.

Sasando Elektrik (https://www.kaskus.co.id)

Dari ujung ke ujung daun tersebut terlentang potongan bambu yang terlihat sebagai garis tengah
bundaran, yang di letakan ganjalan di tengahnya untuk mengikat atau meletakan dawai atau
senar, nada yang dihasilkan akan berbeda yang dipengaruhi oleh ganjalan. Meski sesando hampir
sama dengan alat musik petik lainnya, namun sesando memiliki keunikan sendiri dengan musik
atau nada yang bervariasi, sebab sesando memiliki senar yang banyak, mulai dari 28, 56 dan 84
dawai atau senar.
Pitung Ong

Pitung Ong (https://www.indonesiaheritage.org)

Alat Musik ini berasal dari Alor, terbuat dari kayu dan bambu. Alat musik ini secara lengkap
mewakili bagian dari gong asli (perunggu). Pitung ong biasanya dimainkan di ladang sebagai
ungkapan rasa bahagia setelah menyelesaikan kegiatan berkebun secara gotong royong, misalnya
sehabis tanam dan selesai panen. permainan alat musik ini juga sering diselingi dengan tarian
untuk menambah semarak suasana.

Edang (Ti atau Harabili)

Edang atau Ti atau Harabili (https://budaya-indonesia.org)

Alat musik ini terbuat dari kayu, dengan panjang 20,5 cm dan lebar 2 cm. Alat musik jenis harpa
mulut, terbuat dari belahan bambu yang tipis. Bagian tengah belahan terdapat lidah sebagai
sumber bunyi. Pangkal lidah dipasang tali yang berfungsi untuk menggetarkan bagian lidah
apabila ditarik ke arah kanan. Edang biasa dimainkan oleh para petani saat waktu senggang
ketika di sawah.

Kediding (Adiding)

Kediding (Adiding) – (https://www.indonesiaheritage.org)

Alat musik ini berasal dari Alor, terbuat dari bambu. kediding termasuk dalam kelompok alat
musik petik. Di sebelah kanan dan kiri lubang resonansi terdapat masing-masing 3 buah dawai.
Alat musik ini sangat populer bagi masyarakat Kabupaten Alor yang berprofesi sebagai petani
ladang. Mereka memainkan kediding saat menjaga ladang pada malam hari dan untuk
menghilangkan rasa sepi.

Tambur Terompet (Bi)

Tambur Terompet (Bi) – (https://budaya-indonesia.org)

Alat musik ini terbuat dari kayu, rotan dan kulit binatang. Tambur terompet dibuat dari kayu lai
(sejenis kurma hutan) dan kulit rusa. Alat musik ini dimainkan saat berlangsung upacara adat dan
untuk mengiringi lego-legi (tari tradisional) bagi kalangan bangsawan. Konon, tambur seperti ini
pertama kali ditemukan oleh Agustinus. benda aslinya sekarang tersimpan di suku bangsa Alalu,
Desa Aramaba, Kecamaan Pantar Tengah.
Mendut

Alat musik dari bamboo, petik atau dipukul dengan menggunakan sepotong kayu yang berukuran
kecil, berasal dari Manggarai. Seruas bambu betung yang berumur 1,5 tahun, panjangnya kira-
kira 40 m. Kedua ujung bambu dibiarkan, namun salah satunya dilubangi.

Cara pembuatannya, di tengah bambu dilubangi persegi empat dengan ukuran 5 x 4 m.


Disamping kiri kanan lubang masing-masing dicungkil satu kulit bambu yang kemudian diganjal
dengan batangan kayu hingga berfungsi sebagai dawai. Cara memainkan alat musik ini adalah
dengan dipetik atau dipukul-pukul dengan kayu kecil.

Moko.

Apakah Moko itu?

Moko adalah salah satu alat musik tradisional dari Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Alat musik satu ini memiliki bentuk yang mirip dengan Gendang, namun terbuat dari perunggu
dan memiliki motif yang bervariasi. Moko ini merupakan salah satu barang peninggalan sejarah
yang banyak ditemukan di Pulau Alor. Hampir semua kawasan di daerah Pulau Alor memiliki
alat musik tradisional satu ini, sehingga banyak yang menyebut Pulau Alor sebagai “Negeri
Seribu Moko”.

Anda mungkin juga menyukai