5. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Smeltzer (2001), pengukuran nyeri dapat dilihat dari tanda-tanda
karakteristik yang ditimbulkan, yaitu:
Biasanya penderita rasa nyeri diminta untuk menyatakan dalam bentuk skala,
misalnya 0 – 10 dimana :
0 = tanpa nyeri,
1-3 = nyeri ringan,
4-6 = nyeri sedang,
7-8 = nyeri berat dan
9-10 = nyeri yang terasa paling hebat
Adapun skala nyeri yang diperlihatkan dalam bentuk gambar atau ekspresi wajah
dengan skala yang sama seperti gambar dibawah ini.
6. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan Nyeri Penatalaksanaan nyeri atau tindakan keperawatan untuk
mengurangi nyeri yaitu terdiri dari penatalaksanaan non – farmakologi dan farmakologi.
a. Penatalaksanaan non farmakologi Penatalaksanaan non farmakologi
menurut Bangun dan Nur’aeni (2013), merupakan tindakan pereda nyeri yang dapat
dilakukan perawat secara mandiri tanpa tergantung pada petugas medis lain dimana
dalam pelaksanaanya perawat dengan pertimbangan dan keputusannya sendiri.
Banyak pasien dan anggota tim kesehatan cenderung untuk memandang obat sebagai
satu-satunya metode untuk menghilangkan nyeri. Namun banyak aktifitas
keperawatan non farmakologi yang dapat membantu menghilangkan nyeri, metode
pereda nyeri nonfarmakologi memiliki resiko yang sangat rendah. Meskipun tindakan
tersebut bukan merupakan pengganti obat-obatan (Smeltzer & Bare, 2008). Salah satu
tanggung jawab perawat paling dasar adalah melindungi klien/pasien dari bahaya. Ada
sejumlah terapi nonfarmakologi yang mengurangi resepsi dan persepsi nyeri yang
dapat digunakan pada keadaan perawatan akut, perawatan tersier dan pada keadaan
perawatan restorasi (Potter d& Perry, 2006). Penatalaksanaan non farmakologi terdiri
dari intervensi perilaku kognitif yang meliputi tindakan distraksi, tehnik relaksasi,
imajinasi 19 terbimbing, hypnosis dan sentuhan terapeutik (massage) (Tamsuri, 2007).
Menurut Nursing Intervention and Classification/NIC (2013) peran perawat dalam
penatalaksanaan nyeri adalah: 1) Mengkaji nyeri seperti lokasi, karakteristik, durasi
nyeri, frekuensi nyeri, kualitas nyeri, intensitas nyeri dan faktor penyebab nyeri 2)
Mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan 3) Menanyakan pengetahuan
pasien tentang nyeri 4) Mengkaji pengaruh nyeri yang dialami pasien pada tidur,
selera makan, aktivitas, perasaan, hubungan, peran pada pekerjaan dan pola
tanggungjawab 5) Memberikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan dirasakan dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur 6)
Mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan 7) Melakukan penanganan non-farmakologi seperti
relaksasi, terapi music, guided imagery, terapi akupresur, terapi aktivitas dan massage
8) Mengajarkan prinsip dari manajemen nyeri 9) Menggunakan teknik pengontrolan
nyeri/ antisipasi sebelum nyeri berubah menjadi berat 20 10) Melakukan penanganan
farmakologi yaitu pemberian analgesic Menurut Susanti (2012) perawat mengkaji
nyeri pasien untuk merencanakan tindakan apa yang harus diberikan selanjutnya
untuk pasien yaitu dengan menggunakan instrumen OPQRSTUV (onset, proviking,
quality, region, severity, treatment, understanding, value).
b. Penatalaksanaan Farmakologi Keputusan perawat dalam penggunaan obat-obatan dan
penatalaksanaan klien/pasien yang menerima terapi farmakologi membantu dalam
upaya memastikan penanganan nyeri yang mungkin dilakukan (Potter & Perry, 2006).
1) Analgesik Analgesik merupakan metode yang paling umum untuk mengatasi nyeri.
Perawat harus mengetahui obat-obatan yang tersedia untuk menghilangkan nyeri
(Potter & Perry, 2006). Ada tiga jenis analgesik menurut Potter dan Perry (2006) yaitu:
a) Non-narkotik dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) Kebanyakan NSAID
bekerja pada reseptor saraf perifer untuk mengurangi tranmisi dan resepsi stimulus
nyeri. NSAID non-narkotik umumnya menghilangkan nyeri ringan dan sedang seperti
nyeri yang terkait dengan artritis rheumatoid, 21 prosedur pengobatan gigi, prosedur
bedah minor dan episiotomi b) Analgesik narkotik atau opiat Analgesik narkotik atau
opiat umumnya diresepkan untuk nyeri sedang sampai berat, seperti nyeri pascaoperasi
dan nyeri maligna. Obat ini bekerja pada sistem saraf pusat c) Obat tambahan
(adjuvan) atau koanalgesik Adjuvan seperti sedatif, anticemas dan relaksan otot
meningkatkan control nyeri atau menghilangkan gejala lain yang terkait dengan nyeri
seperti depresi dan mual. Sedatif seringkali diresepkan untuk penderita nyeri kronik 2)
Analgesik Dikontrol Pasien (ADP) Sistem pemberian obat yang disebut ADP
merupakan metode yang aman untuk penatalaksanaan nyeri kanker, nyeri post operasi
dan nyeri traumatik. Klien/pasien menerima keuntungan apabila ia mampu mengontrol
nyeri (Potter & Perry, 2006).
c. Pola Kebiasaan
a) Gerak dan aktivitas
Kaji kemampuan gerak dan aktivitas klien.Aktivitas klien terbatas akibat nyeri yang
dirasakan.
b) Istirahat dan tidur
Kaji pola istirahat dan tidur klien, klien dengan keluhan nyeri biasanya susah untuk
beristirahat ataupun tidur akibat nyeri yang dirasakan
c) Rasa nyaman
Kaji kenyamanan klien. Adanya nyeri yang dirasakan klien akan mengganggu
kenyamanan klien
d) Rasa aman
Kaji rasa aman klien, Klien merasa cemas, gelisah akibat nyeri yang dirasakan
d. Pemeriksaan Fisik
Meliputi :- inspeksi, palpasi, perkus, dan auskultasi.
- TTV
- Prilaku
- Ekspresi wajah
e. Data Fokus
1) Data Subjektif
Data yang berasal dari ungakapan pasien ataupun keluarga pasien seperti :
a) Pasien mengeluh nyeri, tidak bisa tidur.
b) Pasien cemas karena nyerinya tidak berkurang.
c) Pasien mengatakan merasa tidak nyaman dengan kondisinya
2) Data Objektif
Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.
a) Observasi perilaku :
Pasien tampak gelisah, menangis keras, berteriak.
b) Observasi perubahan musculoskeletal :
Pasien tampak mengalami kekakuan otot seperti mengatupkan tangan,
menggertakan gigi, mengkontraksikan tungkai, kekakuan tubuh.
c) Observasi perubahan kulit :
kemerahan,
d) Observasi jantung dan pernafasan :
Denyut jantung meningkat, tekanan darah, pernafasan meningkat.
e) Perubahan sensoris :
Peka terhadap rangsangan
f) Perubahan proses berfikir :
Merasa bersalah, menganggap penyakitnya sebagai suatu hukuman
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera (mis., biologis, zat kimia, fisik, psisikolog
) ditandai dengan :
1) Perubahan selera makan
2) Perubahan tekanan darah
3) Perubahan frekuensi jantung
4) Perubahan frekuensi pernafasan
5) Laporan isyarat
6) Diaphoresis
7) Perilaku distraksi ( mis., berjalan mobar-mandir, mencari orang lain dan / atau
aktivitas lain, aktivitas yang berulang)
8) Mengekspresikan perilaku (mis., gelisah, merengek, menangis, waspada,
iritabilitas, mendesah)
9) Masker wajah (mis., mata kurang bercahaya, gerakan mata terpancar atau tetap
pada satu focus, meringis)
10) Sikap melindungi
11) Focus menyempit (mis., gangguan persepsi nyeri, hambatan proses berfikir,
penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
12) Indikasi nyeri yang dapat diamati
13) Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
14) Sikap tubuh melindungi
15) Dilatasi pupil
16) Melaporkan nyeri secara verbal
17) Focus pada diri sendiri
18) Gangguan tidur
b. Nyeri kronis berhubungan dengan ketunadayaan fisik atau psikososial kronis (misalnya,
kanker metastasis, cedera neurologis dan atritis) ditandai dengan :
1) Hambatan kemampuan meneruskan aktivitas sebelumnya
2) Annoreksia
3) Atropi kelompok otot yang terserang
4) Perubahan pola tidur
5) Skala keluhan (mis., penggunaan skala nyeri)
6) Depresi
7) Masker wajah (mis., mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata
berpancar atau tetap, meringis)
8) Letih
9) Takut terjadi cedera berulang
10) Sikap melindungi area nyeri
11) Iritabilitas
12) Prilaku protektif yang dapat diamati
13) Penurunan interaksi dengan orang lain
14) Keluhan nyeri
15) Gelisah
16) Berfokus pada diri
17) Respon yang di perantarai saraf simpatis (mis., suhu dingin, perubahan posisi
tubuh, hipersensitivitas.
3. Perencanaan
No Tujuan dan Intervensi Rasional
DX Kriteria Hasil
1 Tujuan dan Bangun rasa saling percaya dengan klien Menumbuhkan
kriteria hasil : kepercayaan klien
- Rasa nyeri
pasien
berkurang Kaji tingkat nyeri dengan teknik PQRST Untuk mengetahui
- Pasien tingkat nyeri dan berguna
mampu dalam pengawasan
beraktivitas keefektifan obat serta
sehari-hari kemajuan kesembuhan
tanpa
keluhan
nyeri.
- TTV : Observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui
TD :110/70 keadaan umum pasien
- 120/80
mmHg
N : 75-
istirahat dapat
120x/menit Pertahankan tirah baring selama fase
mengurangi rasa nyeri
RR : 30- nyeri
pasien
60x/menit
S: 360-370C
Tindakan ini dapat
Beri teknik distraksi dan teknik relaksasi
menurunkan tekanan
vaskuler serebral dan
yang memperlambat atau
memblok respon simpatis
efektif dalam
menghilangkan nyeri
Delegatif pemberian analgesic sesuai Menurunkan dan
indikasi mengontrol nyeri serta
menurunkan rangsang
system saraf simpatis
4. Pelaksanaan
Implementasi adalah langkah keempat dalam proses keperawatan dengan
melaksanakan tindakan keperawatan yang dilakukan berdasarkan pada rencana
keperwatana. Tindakan keperawatan mencakup tindakan independent (mandiri) dan
kolaborasi. Tindakan yang dilakukan seperti :
a. Mengkaji ulang tingkat nyeri
b. Mengobservasi TTV setiap 5 jam
c. Mempertahankan tirah baring selama fase nyeri
d. Memberi teknik distraksi dan relaksasi
e. Delegatif memberikan obat analgesic
Tindakan-tindakan tersebut diharapkan dapat membantu mengatasi permasalahan klien.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang bertujuan untuk menilai
keberhasilan dari tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan, maka hasil yang
diharapkan sesuai dengan rencana tujuan:
a. Nyeri klien teratasi
b. Pasien mampu beraktifitas sehari-hari tanpa keluhan nyeri
c. TTV dalam batas normal :
TD : 110/70 – 120/80 mmHg
N : 75-120x/menit
RR : 30-60x/menit
S : 360-37,00C
WOC KDM
Asmadi.2008.Konsep danAplikasiKebutuhanDasarKlien.Jakarta:SalembaMedika