Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

REMAJA DENGAN DISMENORE

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan Holistik pada


Remaja dan Pranikah

Disusun Oleh:

ZEBULAN CHANDRA KIRANA


NIM. P07124519030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2019
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

“REMAJA DENGAN DISMENORE”

Oleh:
Zebulan Chandra Kirana
P07124519030

Menyetujui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Anita Rahmawati, S.SiT., MPH Merry Juita, S.ST


NIP. 197108112002122001 NIP. 197005271990032002

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Hesti Widyasih, SST., M.Keb


NIP. 197910072005012004
LAPORAN PENDAHULUAN KEK PADA WUS

A. Dismenore
Dismenore atau nyeri haid merupakan gejala yang paling sering
dikeluhkan oleh wanita usia reproduktif. Nyeri atau rasa sakit yang siklik
bersamaan dengan menstruasi ini sering dirasakan seperti rasa kram pada perut
dan dapat disertai dengan rasa sakit yang menjalar ke punggung, dengan rasa mual
dan muntah, sakit kepala ataupun diare. Oleh karena itu, istilah dismenore hanya
dipakai jika nyeri haid tersebut demikian hebatnya, sehingga memaksa penderita
untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya sehari-hari untuk
beberapa jam atau beberapa hari (Winknjosastro, 2007).
Dismenore (dysmenorrhoea) berasal dari bahasa Yunani, diman “dys”
bearti gangguan/nyeri hebat/abnormalitas, “meno” berati bulan dan “rrhea” berarti
aliran, sehingga dismenore (dysmenorrhoea) dapat diartikan dengan gangguan
aliran darah haid. Kejadian dismenore cukup tinggi diseluruh dunia. Menurut data
WHO, rata-rata insidensi terjadinya dismenore pada wanita muda antara 16,8 –
81%. Rata-rata di negara-negara Eropa dismenore terjadi pada 45 -97% wanita.
Dengan prevalensi terendah di Bulgaria (8,8%) dan tertinggi mencapai 94% di
negara Finlandia (Latthe, 2006). Dalam suatu data review Di Amerika Serikat,
terjadi kerugian ekonomi hingga mencapai 2 milliar dolar Amerika dan
berkurangnya produktifitas pekerjaan akibat hilangnya jam kerja sampai 600 juta
jam kerja hilang yang diakibat oleh dismenore (Zhu X, et al. 2009). Menurut
Singh (2008), di India ditemukan diantara wanita mahasiswa 31,67% mengalami
dismenore dan 8,68% diantaranya tidak dapat mengikuti perkuliahan akibat
gangguan menstruasi ini.
Menurut Ernawati (2010), di Semarang yang dilakukan survey pada
mahasiswa ditemukan kejadian dismenore ringan sebanyak 18%, dismenore
sedang 62% dan dismenore berat 20%. Dimana hal ini akan dapat mengganggu
aktifitas dan kegiatan belajar sehingga akan dapat mengganggu prestasi belajar
mahasiswa. Hal ini dibuktikan dalam suatu penelitian, dimana 71% dari 100
wanita usia 15 – 30 tahun yang mengalami dismenore, 5,6% diantaranya tidak
dapat masuk sekolah atau tidak dapat bekerja, serta ditemukan 59,2% mengalami
kemunduran produktifitas kerja yang diakibatkan oleh dismenore (Novia, 2006).
B. Klasifikasi
Dismenore dapat dibagi atas 2 bagian berdasarkan kelainan ginekologi,
antara lain:
a. Dismenore Primer.
Merupakan nyeri haid yang tidak terdapat hubungan dengan kelaiann
ginekologi, atau kelainan secara anatomik. Kejadian dismenore primer ini
tidak berhubungan dengan umur, ras maupun status ekonomi. Namun derajat
nyeri yang dirasakan serta durasi mempunyai hubungan dengan usia saat
menarche, lamanya menstruasi, merokok dan adanya peningkatan Index
Massa Tubuh. Sebaliknya gejala dismenore primer ini semakin berkurang jika
dikaitkan dengan jumlah paritas.
b. Dismenore Sekunder.
Nyeri haid yang disebabkan oleh kelainan ginekologi atau kelainan secara
anatomi. Gejala dismenore sekunder ini dapat ditemukan pada wanita dengan
endometriosis, adenomiosis, obstruksi pada saluran genitaia, dan lain-lain.
Sehingga pada wanita dengan dismenore sekunder ini juga dapat ditemukan
dengan komplikasi lain seperti dyspareunia, dysuria, perdarahan uterus
abnormal, infertilitas dan lain-lain.
C. Patofisiologi
Sebelumnya banyak faktor yang dikaitkan dengan kejadian dismenore,
seperti keadaan emosional/psikis, adanya obstruksi kanalis servikalis, ketidak
seimbangan endokrin, dan alergi. Namun sekarang timbulnya dismenore sering
dikaitkan dengan adanya peningkatan kadar prostaglandin. Dimana diketahui
bahwa prostaglandin mempunyai efek yang dapat meningkatkan kontraktilitas
dari otot uterus. Dan juga prostaglandin mempunyai efek vasokontriksi yang pada
akhirnya dapat menyebabkan iskemi pada otot uterus yang dapat menimbulkan
rasa nyeri.
Konsentrasi prostaglandin selama siklus haid terjadi peningkatan yang
bermakna. Ditemukan kadar PGE2 dan PGF2α sangat tinggi dalam endometrium,
miometrium dan darah haid wanita yang menderita nyeri haid primer (Mayo,
1997). Wanita dengan dismenore berat mempunyai kadar prostaglandin yang
tinggi selama masa siklus haid, konsentrasi tinggi ini terjadi selama 2 hari dari
fase menstruasi (Cunningham, 2008).
D. Diagnosis
Pada kebanyakan kasus wanita dengan gejala yang khas seperti rasa nyeri
pada perut bagian bawah yang muncul bersamaan saat haid dan menghilang
dengan pemberian terapi empirik dapat diduga dengan diagnosa dismenore primer
(Cunningham, 2008). Menurut Lefebvre (2005), dikatakan bahwa dismenore
primer ditandai dengan adanya rasa nyeri pada daerah supra pubik yang terjadi
beberapa jam sebelum dan sesudah keluarnya darah haid, namun terkadang rasa
nyeri akan dapat dirasakan selama dua sampai tiga hari haid. Dapat disertai
dengan adanya keluhan-keluhan lain seperti diare, mual dan muntah, rasa lemah,
sakit kepala, pusing, bahkan dapat juga dijumpai demam hingga hilangnya
kesadaran.
Keluhan rasa nyeri pada saat haid dengan adanya temuan massa pada
pelvik, vaginal discharge yang abnormal, daerah pelvik yang tegang, wanita
dengan risiko terhadap penyakit radang panggul, adanya riwayat seksual aktif
dengan risiko penyakit menular seksual sebaiknya dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut seperti skrining untuk adanya penyakit infeksi menular, pemeriksaan
ultrasonografi untuk melihat kelainan patologi pada pelvik dapat mengarahkan
kepada diagnosa dismenore sekunder. Kelainan seperti endometriosis,
adenomiosis sering dikaitkan dengan keluhan nyeri haid yang berlebihan.
Rasa nyeri dapat bersifat individual dan subjektif sehingga tidak ada
parameter yang dapat digunakan untuk menilai rasa nyeri secara. Beberapa
metode dapat digunakan dalam menilai rasa nyeri seperti unidimensi dan
multidimensi. Skala Unidimensi merupakan metode sederhana dengan
menggunakan satu variabel untuk menilai intensitas rasa nyeri. Metode
unidimensi yang biasa dipakai antara lain Categorical Scale, Numerical Ratting
Scale (NRS), Visual Analogue Scale (VAS). Metode sederhana ini biasanya
digunakan secara efektik di rumah sakit dan klinik.
Metode Categorical Scales berisi beberapa deskripsi secara verbal atau
visual mengenai nyeri dari yang paling ringan sampai paling berat. Yang termasuk
dari Categorical Scale ini antara lain Verbal Descriptor Scale (VDS), Face Pain
Scale (FPS) yang menunjukkan gambaran perubahan ekspresi wajah terhadap
sensasi rasa nyeri. Sedangkan metode NRS berisi tentang serial angka dari 0
sampai 10 atau 100, dimana pada awal angka diberi label tidak nyeri dan akhir
angka sangat nyeri. Pasien akan memilih kriteria nyeri yang sesuai dengan
intensitas nyeri yang meraka rasakan. Sedangkan metode VAS berisi garis
horizontal atau vertikal sepanjang 10 cm dengan label pada awal 25 garis tidak
nyeri dan pada akhir garis sangat nyeri. Pasien akan memberi tanda pada garis
tersebut sesuai tingkat nyeri yang mereka rasakan. Panjangnya jarak dari awal
garis sampai tanda yang diberikan oleh pasien merupakan indeks derajat nyeri
(Berry dkk, 2006).
E. Penatalaksanaan
Penanganan dismenore dapat dibagi dalam tiga bagian besar:
1. Farmakologis
Yaitu penanganan dismenore dengan pemberian obat-obatan, suplemen.
Obat-obatan yang paling sering digunakan antara lain Non Steroid Anti
Inflamation Drug (NSAID) yang bekerja dengan menghambat aktivitas enzim
siklooksigenase sehingga produksi dari prostaglandin berkurang. COX –II
Inhibitor yang juga bekerja selektif terhadap penghambatan biosintesis
prostaglandin juga dapat digunakan untuk menangani nyeri haid. Pemakain
kontrasepsi hormonal dilaporkan juga dapat mengurangi nyeri haid.
Pemberian Vitamin B1, Magnesium, Vitamin E, juga menunjukkan efek yang
dapat mengurangi nyeri haid (Dawood, 2006; Lefebvre, 2005; Cunningham,
2008)
2. Non-Farmakologis
Penanganan non farmakologi yang dapat digunakan pada wanita yang
menderita dismenore antara lain: TENS (TranscutaneousElectrical Nerve
Stimulation), Akupunktur, pemakaian herbal, relaksasi, terapi panas, senam
(Smith, 2009; Istiqomah, 2009; Lefebvre, 2005).
3. Pembedahan
Terapi pembedahan pada penderita dismenore merupakan pilihan terakhir jika
dengan terapi farmakologis dan nonfarmakologis tidak berhasil sehingga
diperlukannya tindakan pembedahan dalam menangani dismenore. Terapi
pembedahan yang dapat dilakukan antara lain: laparoskopi (Laparoscopic
Uterine Nerve Ablation), histerektomi, presakral neurektomi (Dawood, 2006;
Cunningham, 2008; Lefebvre, 2005).

2. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan


A. Data Subyektif
a) Biodata
Nama : Nama perlu ditanyakan agar tidak keliru bila ada
kesamaa nama dengan klien lain.
Umur : Untuk mengetahui apakah dalam katagori usia subur.
Pendidikan : Pendidikan ibu mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu.
Pekerjaan : Untuk mengetahui taraf hidup dan sosial ekonominya
agar nasehat yang diberikan sesuai, juga mengetahui
apakah pekerjaan mengganggu atau tidak, misalnya
bekerja di pabrik rokok, mungkin zat yang dihisap akan
berpengaruh kesehatan (Ibrahim .C, 1989 : 85)
Paritas : Jumlah paritas salah satu indikator status kesehatan ibu.
Perkawinan : Berapa kali nikah atau berapa lamanya untuk membantu
menentukan bagaimana keadaan alat kelamin ibu,.
(Sastrawinata S., 1983 : 55)
Alamat : Untuk mengetahui ibu tinggal dimana, menjaga
kemungkinan bila ada ibu yang namnya sama agar dapat dipastikan ibu
yang mana yang hndak ditolong untuk kunjungan pasien. (Ibrahim C.,
1989 : 84)
b) Keluhan Utama
Apa yang diarasakan ibu pada saat itu dan yang membuat ibu
merasa ingin memeriksakan keadaannya.
c) Riwayat Menstruasi
Haid : menarche pada umur pubertas 12 – 16 tahun, selama haid
siklus teratur 28 – 35 hari, lama 3 – 7 hari dengan pengeluaran darah +/-
50 – 70 cc. ibu tidak mengalami gangguan haid. (Sarwono, 1999 : 103 –
104)
Selama haid tidak ditemukan keluhan pusing, pingsan, ataupun
tanda – tanda anemia yang lain serta jumlah perdarahan yang berlebihan
hingga atau stosel. (Persis Mary H., 1995)
d) Riwayat Kehamilan,Persalinan dan nifas yang lalu
Hal ini ditanyakan untuk mengetahui faktor resiko yang
ditimbulkan karena adanya komplikasi pada kehamilan,persalinan dan
nifas yang lalu yang mungkin berkaitan erat dengan keadaan sekarang.
e) Riwayat Kontrasepsi yang pernah digunakan
Ditanyakan jenis kontrasepsi yang pernah digunakan, lama
memakai alat kontrasepsi, alasan memakai, adakah keuhan selama
memakai alat kontrasepsi. (Depdikbud Unair, 1999 : 111)
f) Riwayat Kesehatan Ibu
Ditanyakan mengenai riwayat kesehatan ibu yang terdahulu
terutama untuk penyakit – penyakit ginekologi seperti radang panggul,
endometriosis, tumor ovarium, tumor uterus dsb.
Ditanyakan pada ibu mengenai penyakit yang pernah atau sedang
diderita terutama penyakit yang menular (TBC,HIV), menurun
(DM,Hipertensi), berbahaya (Kanker)
g) Riwayat Kesehatan Keluarga.
Ditanyakan mengenai latar belakang kesehatan keluarga terutama :
1) Anggota keluarga yang mempunyai penyakit tertentu terutama
penyakit menular (TBC, hepatitis).
2) Penyakit keluarga yang dapat diturunkan (jantung, asma).
3) Keturunan hasil kembar.
Informasi ini sangat penting untuk melihat kemungkinan yang dapat
terjadi pada ibu dan mengupayakan pencegahan dan
penanggulangannya. (Depkes RI, 1993 : 63)
h) Pola Kebiasaan
1) Nutrisi :
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori, sebaiknya
makan makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur –
sayuran dan buah – buahan.(Mochtar .R, 1998 : 117)
2) Personal Hygiene :
Menjaga kebersihan tubuh dan terutama pada alat genetalia,
mencegah terjadinya infeksi.Usahakan agar ibu mandi dengan air
bersih dan juga membersihkan daerah vital.
3) Eliminasi :
BAK hendaknya 3-4x/hari berwarna kuning jernih tidak terdapat
endapan ataupun busa.BAB 1x/hari konsistensi lembek dan
berwarna khas.
4) Istirahat :
Ibu minimal tidur malam selama 6 jam hal ini bermanfaat untuk
menjaga kesehtan ibu.
5) Aktivitas
Aktifitas ibu merupakan salah satu faktor yang mungkin bisa
menyababkan timbulnya masalah pada keadaan ibu seperti
aktivitas yang terlalu berat dan melelahkan.
i) Pola Hubungan Seksual
Untuk mengetahui kehisupan seksual ibu baek dari teknik
frekuensi maupun apakah ada keluhan.
B. Data Obyektif
a) Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tensi normal : 90 / 60 mmHg – 140 / 90 mmHg
Nadi normal : 80 – 100x / menit
Suhu normal : 36,5o C – 37 o C
Nafas normal : 18 – 25x / menit
b) Pemeriksaan Antopmetri
Berat badan
Tinggi badan
Lingkar lengan
c) Pemeriksaan Fisik Khusus
1) Kepala
Untuk mengetahui kebersihan kulit kepala, kerontokan
rambut, tebal dan panjang rambut beserta warna rambut
untuk melihat nutrisnya.
2) Muka
Untuk mengetahui adakah odem, pucat atau tidak.
3) Mata
Untuk mengetahui adakah konjungtiva anemiis dan sklera
ikterus.
4) Telinga
Untuk mengetahui fungsi pendengaran adakah serumen
ataupun sekret yang keluar dari telinga.
5) Hidung
Untuk mengetahui adakah polip,secret dan pernapasan
cuping hidung.
6) Mulut dan Gigi
Mulut : Mengetahui kelembaban bibir adakah sariawan.
Gigi : Mengetahui adakah gigi yang berlubang dan
karies.
7) Leher
Mengetahui adakah pembesaran kelenjar tyroid atau vena
jugolaris.
8) Ketiak
Mengetahui adakah pembesaran kelenjar getah bening.
9) Payudara
Mengetahui keadaan payudara dari warna,konsistensi dan
keadaan puting.
10) Abdomen
Untuk mengetahui adakah bekas opeerasi, adanya masa dan
nyeri tekan.
11) Perineum
Mengetahui kebersihan perineum.
12) Genetalia
Mengetahui kebersihan daerah genital dan adakah penyakit
seksual baik yang menular ataupun tidak.
13) Anus
Untuk mengetahui kebersihan dan adakah haemorroid.
14) Ekstremitas
Atas : Mengetahui adakah varises, odem ataupun cacat,
Bawah :Mengetahui adakah varises,odem ataupun cacat.

II. Identifikasi Masalah atau Diagnosa


Diagnosa Nn “X” usia Y dengan......
Diagnosa bisa diambil dari kesimpulan data subjektif dan data objektif
yang telah diperoleh dari pemeriksaan
III. Mengantisipasi Masalah Potensial
Masalah yang dapat timbul dari diagnosa dan sebagai bidan harus
mempertimbangkan upaya pencegahan.
IV. Menentukan Kebutuhan Segera
Kebutuhan yang segera diberikan adalah Kolaborasi dengan dokter
spesialis obstetri dan gynekologi apabila maslah dibutuhkan pemeriksaan
yang lebih lanjut dan komprehensif.
V. Menyusun Rencana Tindakan
Tindakan yang bisa diberikan antara lain :
Bidan dapat memberikan nasehat kepada remaja, diantaranya :
a) Menganjurkan remaja beristirahat atau relaksasi saat dismenore
b) Menganjurkan remaja untuk mengunjungi fasilitas kesehatan jika
dismenore mengganggu aktivitas
c) Mengkonsumsi makanan yang bergizi.
d) Membiasakan pola hidup sehat.
e) Mengurangi stress atau tidak berpikir berlebihan
VI. Melakukan Perencanaan
Langkah ini dilakukan oleh seluruh bidan atau sebagian oleh wanita
tersebut jika belum ditugaskan oleh orang lain tetapi bidan memikul
tanggung jawab tentang pelaksanaannya.
VII. Evaluasi
Langkah ini untuk melihat kondisi pasien setelah diberikan asuhan
dan untuk memikirkan langkah selanjutnya yang dapat dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Proverawati dan Misaroh. 2009. Menarche Menstruasi Pertama Penuh


Makna. Yogyakarta: Nuha Medika.
Lefebvre, Guylaine. 2005. Primary Dysmenorrhea Consensus Guideline.
Cunningham, et al. 2008. Pelvic Pain: Dysmenorrhea. Chapter 11.
Williams Gynecology. The McGraw-Hill Companies. New York.
Smith, Caroline. 2009. Acupuncture to Treat Primary Dysmenorrhea in
Women: A Randomized Controlled Trial.
Istiqomah, Puji. 2009. Efektivitas Senam Dismenore dalam Mengurangi
Dismenore pada Remaja Putri di SMU N 5 Semarang.
Dawood, Yusoff. 2006. Primary Dysmenorrhea Advances in Pathogenesis
and Management.
Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai