RS Anutapura Palu
Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako
REFLEKSI KASUS
DISUSUN OLEH :
FRILIA ELRI BOTILANGI
N 111 17 137
PEMBIMBING KLINIK
Identitas Pasien
1. DESKRIPSI
2
2. STATUS MENTAL
1. Deskripsi Umum
a. Penampilan : Tampak seorang laki-laki memakai baju kaos
berwarna hitam dan celana pendek berwarna abu-abu. Tinggi
badan sekitar 160 cm, rambut bergelombang, cukup rapi,
perawatan diri baik.
b. Kesadaran : compos mentis
c. Perilaku dan aktivitas psikomotor : tenang saat pemeriksaan dan
bersedia diwawancara
d. Pembicaraan : spontan, intonasi jelas, artikulasi baik. jawaban
sesuai dengan pertanyaan.
e. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif
3
- Jangka panjang : Baik
e. Pikiran abstrak : Baik
f. Bakat kreatif : Tidak ada
g. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik
4. Gangguan Persepsi
a. Halusinasi : Tidak ada
b. Ilusi : Tidak ada
c. Depersonalisasi : Tidak ada
d. Derealisasi : Tidak ada
5. Proses Berpikir
1. Arus pikiran:
a. Produktivitas : baik, menjawab spontan tentang dirinya
b. Kontiniuitas : relevan
c. Hendaya berbahasa: tidak ada
2. Isi pikiran :
a. Preokupasi : Pasien memikirkan sakitnya dan tidak
bisa tidur karena minum obat
antiretroviral.
b. Gangguan isi pikiran : tidak ada
6. Pengendalian Impuls
Baik, pasien tampak tenang pada saat proses tanya jawab yang
dilakukan dan tidak terdapat gerakan-gerakan involunter.
7. Daya Nilai
a. Norma sosial : Baik
b. Uji daya nilai : Baik
c. Penilaian realitas : Baik
8. Tilikan (insight)
Derajat 6: Pasien menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya
disertai motivasi untuk mencapai perbaikan.
4
9. Taraf dapat dipercaya :
Dapat dipercaya.
I. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Generalis
Keadaan umum : Baik, composmentis
Tanda vital : Tekanan darah 110/70 mmHg, Suhu 37,5
Nadi 80x/menit, Respirasi 20x/menit
Sistem kardiovaskular : Dalam batas normal
Sistem respiratorik : Terdapat rhonki terutama diapeks paru.
Sistem endokrin : Dalam batas normal
Sistem gastrointestinal: Dalam batas normal
Sistem urogenital : Dalam batas normal
b. Status Neurologis
Saraf kranial : Dalam batas normal
Saraf motorik : Dalam batas normal
Sensibilitas : Dalam batas normal
Fungsi luhur : Dalam batas normal
5
III. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
AXIS I :
6
stres ataupun gangguan somatoform, maka pasien ini bukan
penderita Gangguan Neurotik, Gangguan Stres, dan Gangguan
Somatoform.
6. Berdasarkan kriteria diagnostik DSM IV, pasien memiliki kriteria
diagnostik yaitu gangguan tidur menonjol, terdapat bukti dari
anamnesis, pemeriksaan fisik atau temuan laboratorium bahwa
gangguan tidur merupakan akibat fisiologis langsung suatu
keadaan medis umum, sehingga pasien didiagnosis Gangguan
Insomnia Akibat Kondisi Medis Umum
AXIS II
Tidak ada
AXIS III
B20 + TB Paru
AXIS IV
Tidak ada
AXIS V
Diagnosis Banding :
Episode Depresif Sedang
7
IV. RENCANA TERAPI :
A. Perencanaan Terapi Farmakologis
Valisanbe 2 mg
Amitriptyline 6,5 mg
B6 1/2
3. EMOSI TERLIBAT
Kasus ini menarik untuk dibahas karena pasien sudah berulang kali
dirawat selama kurang lebih 2 tahun terakhir, namun keluhan pasien masih
saja muncul, sehingga hal ini menjadi hal yang menarik untuk di pelajari
lebih lanjut.
4. EVALUASI
d. Pengalaman baik
Pasien cukup kooperatif saat pemeriksaan, dimana pasien menjawab
pertanyaan yang diberikan, serta memiliki sikap terbuka terhadap
pemeriksa.
e. Pengalaman buruk
Tidak ada pengalaman buruk yang dialami selama wawancara.
8
5. ANALISIS
Berdasarkan deskripsi keseluruhan kasus diatas, kasus ini merupakan
pasien dengan gangguan insomnia yang diakibatkan oleh kondisi medis
umum. Pasien dirawat di paviliun Pipit RS Anutapura dan terdiagnosis
B20 + Tuberkulosis Paru. Kemudian pasien dikonsul ke bagian Jiwa RS
Anutapura. Pada anamnesis, pasien mengatakan bahwa pasien merasakan
gelisah dan susah tidur. Keluhan ini dirasakan bersamaan dengan rasa
pusing dan sakit kepala. Pasien mengaku tidak bisa tidur karena meminum
obat antiretroviral.
Pengobatan antiretroviral merupakan bagian dari pengobatan HIV dan
AIDS untuk mengurangi risiko penularan HIV, menghambat perburukan
infeksi oportunistik, meningkatkan kualitas hidup penderita HIV, dan
menurunkan jumlah virus (viral load) dalam darah sampai tidak terdeteksi.
Pengobatan antiretroviral diberikan kepada penderita HIV dengan
tuberkulosis.
Terapi ARV harus dijalani seumur hidup oleh pasien HIV/AIDS untuk
tetap mempertahankan imunitas pasien. Oleh karena itu penggunaan ARV
memerlukan kepatuhan yang tinggi untuk mencapai keberhasilan terapi
dan mencegah resistensi. Efavirenz (EFV) termasuk ke dalam golongan
Nonnucleoside-Based Reverse Transcriptase Inhibitor (NNRTI), yang
menghambat kerja enzim reverse transcriptase. Kombinasi antara
efavirenz dengan zidovudine, didanosine, atau indinavir menghasilkan
efek inhibisi yang sinergis terhadap HIV-1. Efek samping yang sering
dirasakan oleh pasien HIV antara lain pusing, mengantuk, susah
konsentrasi, insomnia, dan depresi.
Insomnia berasal dari kata in artinya tidak dan somnus yang berarti
tidur, jadi insomnia berarti tidak tidur atau gangguan tidur. Masalah tidur
ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya karena hormonal,
obat-obatan, dan kejiwaan. Bisa juga karena faktor luar misalnya tekanan
batin, suasana kamar tidur yang tidak nyaman atau perubahan waktu karena
harus kerja malam.
9
Kriteria Diagnostik DSM IV. Gangguan Tidur Akbiat Kondisi
Medis Umum :
6. KESIMPULAN
Setiap gangguan tidur dapat disebabkan oleh keadaan medis umum.
Hampir setiap keadaan medis yang disertai rasa nyeri atau tidak nyaman
dapat menimbulkan insomnia. Beberapa keadaan disertai insomnia bahkan
ketika rasa nyeri dan tidak nyaman tidak khas muncul. Keadaan-keadaan
ini mencakup neoplasma, lesi vaskular, dan keadaan degeneratif serta
10
traumatik. Keadaan lain terutama penyakit endokrin dan metabolik, sering
meliputi beberapa gangguan tidur.
DAFTAR PUSTAKA
Elvira SD, Hadisukanto G, 2010, Buku Ajar Psikiatri, Badan Penrbit FKUI:
Jakarta
11