Atikah Laporan Kinetika Pertumbuhan
Atikah Laporan Kinetika Pertumbuhan
PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI
MODUL : Kinetika Pertumbuhan Bakteri E. coli
PEMBIMBING : Dra. Nancy Siti Djenar, MS
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Praktikum
1
6. Mampu mendapatkan nilai laju pertumbuhan spesifik (𝜇) dengan menggunakan
grafik ln x terhadap t secara benar.
2
BAB II
TINJAUAN PISTAKA
t = waktu
µ = laju pertumbuhan spesifik dalam jam-1
3
Dengan membuat grafik In Cx terhadap t, maka didapat tg α = µ
Metode-metode yang digunakan untuk evaluasi populasi mikroorganisme yaitu:
Metode langsung : (menggunakan mikroskop) perhitungan jumlah sel, dan
countingchamber, selain itu dengan penetapan bahan kering seluler.
Metode tidak langsung : turbidimetri, spektrofotometri, dan pengenceran.
Metode-metode tersebut digunakan untuk memantau dan mengkaji fenomena
pertumbuhan mikroorganisme. Untuk lebih jelasnya dapat diamati dengan kurva
pertumbuhan yaitu sebagai berikut :
Kurva Pertumbuhan Mikroorganisme
Log (konsentrasi massa sel)
1 2 3 4 5 6 7
Waktu
1. Fase Lag
4
Fase awal adalah fase sejak inokulasi sel pada medium dan merupakan suatu
periode adaptasi.Pada fasa ini sebagian besar mikroba menyesuaikan diri (adaptasi)
dengan lingkungan barunya dan belum mengadakan perbanyakan sel, bahkan
sebagian selnya mati, hanya sel yang kuat saja yang bertahan hidup.Dan sintesis
enzim sudah terjadi. Selama fase ini massa sel dapat berubah tanpa adanya suatu
perubahan jumlah sel. Dapat juga terjadi fase awal yang palsu bilamana inokulum
yang diberikan terlalu sedikit atau mempunyai viabilitas yang rendah. Suatu saat
bila perubahan-perubahan telah terjadi, maka sel-sel bergerak kearah fase tumbuh.
Fase ini biasanya merupakan fase eksponensial atau fase logaritmik. Ciri daripada
fasa ini adalah Tidak ada pertumbuhan populasi karena sel mengalami perubahan
komposisi kimiawi dan ukuran serta bertambahnya substansi intraseluler sehingga
siap untuk membelah diri.
4
Pada fasa ini mikroba telah dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya,
sel mulai membelah diri dengan kecepatan rendah, ukuran sel dapat mencapai
maksimum serta mulai adanya aktivitas metabolisme.
3. Fasa Eksponensial (Exponential/ Logarithmic Growth Phase)
Pada fasa ini pembelahan mikroba sangat cepat dan konstan mengikuti kurva
logaritmik. Dalam kondisi kultur yang optimum, sel mikroba mengalami reaksi
metabolisme yang maksimum. Selama fase logaritma, konsentrasi nutrient esensial
ada dalam keadaan cukup jenuh untuk menunjang reaksi-reaksi metabolisme utama
dari pertumbuhan. Pada saat ini paling sensitif terhadap lingkungan
Fase logaritmik dicirikan oleh suatu garis lurus pada plot semilog antara In x
melawan waktu. Periode ini adalah keadaan pertumbuhan yang seimbang atau
mantap, dengan laju pertumbuhan spesifik. µ konstan dan selnya membelah diri
dengan laju yang konstan, massa menjadi dua kali lipat, keadaan pertumbuhan
seimbang.
Kekhususan fase logaritmik
Bila populasi sel yang sedang mengalami fasa ini dipindahkan ke dalam
medium baru dengan komposisi nutrient dan kondisi lingkungan yang sama
maka di dalam medium baru populasi sel ini akan langsung mengalami fasa
logaritma tanpa mengawali pertumbuhan dengan fasa pertumbuhan
awal/pertumbuhan dipercepat.
Ditinjau dari sel bakteri secara individual, pada fase ini ukuran sel minimum
dengan dinding sel yang tipis, karena sel membelah diri dengan sangat aktif,
sintesa makrmolekul dari komponen sel berlomba dengan waktu.
4. Fasa Pertumbuhan Diperlambat (Negative Decelerated Growth Phase)
Pada fasa ini laju pertumbuhan diperlambat, karena nutrisi dalam medium
sudah sangat berkurang, dan adanya hasil-hasil metabolisme yan mungkin beracun
atau menhambat pertumbuhan mikroba. Pada fase ini pertumbuhan sel tidak stabil,
api jumlah populasi masih naik karena jumla sel yang tumbuh masih lebih banyak
daripada jumlah sel yang mati.
5
5. Fasa Tetap / Stationer (Stationary Phase)
Pada fasa ini kecepatan pertumbuhan adalah nol. Jumlah sel baru sebagai hasil
reproduksi, seimbang dengan jumlah sel yang mati.Ini menyebabkan grafiknya
linier dan sejajar dengan absisnya.Reproduksi sel masih terjadi selama fasa ini
menggunakan cadangan makanan yang ada dalam protoplast sebagai building
blocks pembangun sel yang baru.Karena kekurangan nutrisi, sel kemungkinan
mempunyai komposisi yang berbeda dengan sel yang tumbuh pada fasa
logaritmik.Pada fasa ini lebih tahan terhadap keadaan ekstrim, seperti panas, dingin,
radiasi, dan bahan kimia.Muncul modifikasi struktur biokimiawi sel.
Bila dilanjutkan, beberapa kejadian masih mungkin timbul meskipun
pertumbuhan telah terhenti, metabolisme dan akumulasi produk masih terjadi di
dalam sel atau di dalam cairan. Massa sel total dapat tetap konstan, tetapi jumlah
sel hidup cenderung menurun. Pada saat ketahanan hidup menurun, lisis sel
mungkin terjadi dan massa sel akan menurun
Lisis sel akan menyebabkan terjadinya suatu medium yang kompleks dari
produk-produk hasil lisis, oleh karena itu suatu pertumbuhan yang sekunder,
disebut pertumuhan kriptik akan erjadi. Sering juga terjadi metabolik sekunder
yang kurang penting terbentuk oleh enzim-enzim yang sebelumnya tidak terdapat
atau tidak berfungsi dalam sel. Selain itu terjadinya penumpukan racun akibat
metabolisme sel dan kandungan nutrien mulai habis, akibatnya terjadi kompetisi
nutrisi sehingga beberapa sel mati dan lainnya tetap tumbuh sehingga jumlah sel
menjadi konstan.
6. Fasa Kematian Dipercepat
Pada fasa ini jumlah kematian sel mulai dipercepat.
7. Fasa Kematian (Death Phase)
Pada fasa ini jumlah sel yang hidup makin lama makin menurun, sedangkan
jumlah kematian (mortalitas) sel semakin banyak.Kematian ini desebabkan oleh
kondisi lingkungan yang makin memburuk, terutama oleh makin banyaknya
akumulasi hasil metabolisme yang toksik terhadap sel (metabolit sekunder). Pada
fase ini nutrisi dalam medium sudah habis, energi cadangan dalam sel habis. Sel
7
menjadi mati akibat penumpukan racun dan habisnya nutrisi, menyebabkan jumlah
sel yang mati lebih banyak sehingga mengalami penurunan jumlah sel secara
eksponensial.Lamanya fasa ini tergantung pada species dari mikrobanya dan
kondisi lingkungannya sendiri.
8
2. Apabila suhu naik atau turun secara drastis, tingkat pertumbuhan akan
terhenti, kompenen sel menjadi tidak aktif dan rusak, sehingga sel-sel
menjadi mati.
Berdasarkan hal di atas, maka suhu yang berkaitan dengan pertumbuhan
mikroorganisme digolongkan menjadi tiga,yaitu:
a. Suhu minimum yaitu suhu yang apabila berada di bawahnya maka
pertumbuhan terhenti.
b. Suhu optimum yaitu suhu dimana pertumbuhan berlangsung paling cepat dan
optimum (disebut juga suhu inkubasi)
c. Suhu maksimum yaitu suhu yang apabila berada diatasnya maka
pertumbuhan tidak terjadi. Sehubungan dengan penggolongan suhu di atas,
maka mikroba digolongkan menjadi:
9
c. Thermodurik, dimana dibutuhkan suhu lebih dari 60oC selama 10-20 menit tapi
kurang dari 100oC selama 10 menit untuk mematikan sel.
3. Keasaman atau Kebasaan (pH)
Setiap organisme memiliki kisaran pH masing-masing dan memiliki pH
optimum yang berbeda-beda. Kebanyakan mikroorganisme dapat tumbuh pada pH
sekitar 7 (netral) dan nilai pH di luar kisaran 2,0 sampai 10,0 biasanya bersifat
merusak.
• Mikroba biasanya tumbuh baik pada rentang pH tertentu
• Bakteri tumbuh baik pada rentang pH 4-8
• Ragi pada rentang pH 3-6
• Fungi dan eukariot lain pada pH 6,5-7,5
• Rentang pH intrasel biasanya lebih sempit.
Contoh: E.coli tumbuh oada pH 6,5-8, tetapi pH intraselnya adalah 7,8
• Thiobacillus ferrooxidans tumbuh baik pada pH 2 tetapi pH
intraselnyaadalah 6,5
• pH yang berbeda ini dapat disebabkan oleh karena proses metabolisme yang
terjadi di dalam sel, misalnya akumulasi produk metabolisme yang asam atau basa,
sesuai kebutuhan pertumbuhannya.
4. Ketersediaan Oksigen
Mikroorganisme memiliki karakteristik sendiri-sendiri di dalam kebutuhannya
akan oksigen. Mikroorganisme dalam hal ini digolongkan menjadi:
Aerobik : hanya dapat tumbuh apabila ada oksigen bebas.
Anaerob : hanya dapat tumbuh apabila tidak ada oksigen bebas.
Anaerob fakultatif : dapat tumbuh baik dengan atau tanpa oksigen bebas.
Mikroaerofilik : dapat tumbuh apabila ada oksigen dalam jumlah kecil.
5. Kadar Air
Air sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroba, air tidak
hanya komponen utama dari pada plasma sel mikroba, namun air penting bagi
pelarutan makanan sebelum makanan tersebut dapat diserap oleh sel. Selain itu juga
kekurangan air dapat menyebabkan kekeringan sel sehingga dapat mematikan
mikroba
10
6. Cahaya
Kebanyakan mikroba dapat dirusak oleh cahaya tak langsung dari matahari dan
dalam waktu beberapa jam saja dapat dapat dimatikan oleh cahaya yang langsung
mengenainya. Sinar violet, ultraviolet, dan biru sangat kuat untuk mematikan
pertumbuhan mikroba
7. Pengaruh perubahan nilai Osmotik
Tekanan osmose sebenarnya sangat erat hubungannya dengan kandungan air.
Apabila mikroba diletakkan pada larutan hipertonis, maka selnya akan mengalami
plasmolisis, yaitu terkelupasnya membran sitoplasma dari dinding sel akibat
mengkerutnya sitoplasma. Apabila diletakkan pada larutan hipotonis, maka sel
mikroba akan mengalami plasmoptisa, yaitu pecahnya sel karena cairan masuk ke
dalam sel, sel membengkak dan akhirnya pecah.
Berdasarkan tekanan osmose yang diperlukan dapat dikelompokkan menjadi:
1. Mikroba osmofil, adalah mikroba yang dapat tumbuh pada kadar gula tinggi.
2. Mikroba halofil, adalah mikroba yang dapat tumbuh pada kadar garam
halogen yang tinggi.
3. Mikroba halodurik, adalah kelompok mikroba yang dapat tahan (tidak mati)
tetapi tidak dapat tumbuh pada kadar garam tinggi, kadar garamnya dapat
mencapai 30 %.
Contoh mikroba osmofil adalah beberapa jenis khamir. Khamir osmofil mampu
tumbuh pada larutan gula dengan konsentrasi lebih dari 65 % wt/wt (aw = 0,94).
Contoh mikroba halofil adalah bakteri yang termasuk Archaebacterium,
misalnya Halobacterium.Bakteri yang tahan pada kadar garam tinggi, umumnya
mempunyai kandungan KCl yang tinggi dalam selnya. Selain itu bakteri ini
memerlukan konsentrasi Kalium yang tinggi untuk stabilitas ribosomnya. Bakteri
halofil ada yang mempunyai membran purple bilayer, dinding selnya terdiri dari
murein, sehingga tahan terhadap ion Natrium.
8. Radiasi
Efek radiasi yang berupa inframerah yang diserap oleh benda lain dan tidak
dipantulkan, maka energi yang relatif rendah tersebut akan dikeluarkan sebagai
panas. Sinar X memiliki daya penetrasi yang cukup kuat, hal ini menyebabkan
11
pembuatan dan pemecahan gugus hidrogen dari DNA yang berlangsung secara
abnormal dan adanya gangguan struktur dan molekul sederhana. Penyinaran
singkat bersifat mutagen dan karsinogen, penyinaran dalam jangka waktu yang
lebih lama adalah letal (Irianto, 2006).
9. Ion Logam
Logam berat seperti Hg, Ag, Cu, Au dan Pb pada kadar rendah dapat bersifat
meracun (toksik). Logam berat mempunyai daya oligodinamik, yaitu daya bunuh
logam berat pada kadar rendah. Selain logam berat, ada ion-ion yang dapat
mempengaruhi kegiatan fisiologis mikroba, yaitu ion sulfat, tartrat, klorida, nitrat,
dan benzoat. Ion-ion tersebut dapat mengurangi pertumbuhan mikroba tertentu.
Oleh karena itu sering digunakan untuk mengawetkan suatu bahan, misalnya
digunakandalam pengawetan makanan. Ada senyawa lain yang juga mempengaruhi
fisiologi mikroba, misalnya asam benzoat, asam asetat, dan asam sorbat.
10. Listrik
Bila aliran listrik diberikan pada medium tumbuh mikroba akan menyebabkan:
Terjadinya elektrolisis pada medium pertumbuhan.
Menghasilkan panas yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba,
sel mikroba dalam suspensi akan mengalami elektroforesis.
Menyebabkan terjadinya shock karena tekanan hidrolik listrik, kematian
mikroba akibat shock terutama disebabkan oleh oksidasi.
Adanya radikal ion dari ionisasi radiasi dan terbentuknya ion logam dari
elektroda juga menyebabkan kematian mikroba
12
E. coli
Sumber: google.com
Bakteri E.coli merupakan spesies dengan habitat alami dalam saluran
pencernaan manusia maupun hewan. Bakteri ini berbentuk batang, berukuran 0,4-
0,7 x 1,0-3,0 m, termasuk gram negatif, dapat hidup soliter maupun berkelompok,
umumnya motil, tidak membentuk spora, serta fakultatif anaerob.
E-coli berfungsi membusukkan sisa-sisa makanan yang melewati saluran
usus besar manusia, memadatkannya hingga dikeluarkan dalam bentuk feses.
Bakteri E-coli dikenal sebagai pencemar perairan, yang harus dihilangkan bila ingin
air yang kita minum layak untuk dikonsumsi. E-coli juga dikenal sebagai bakteri
penyebab diare dan gangguan saluran pencernaan. Kendati demikian, bakteri E-coli
bisa juga memberi keuntungan bagi manusia dengan turut berperan dalam
memproduksi vitamin K. Keberadaan E-coli sebagai flora usus malah menjadi
penghalang tumbuhnya bakteri lain yang kemungkinan berbahaya untuk tumbuh di
dalam usus.
Bahkan beberapa tahun belakangan, lewat kemajuan ilmu mikrobiologi dan
rekayasa genetika, banyak potensi besar dari bakteri E-coli yang mulai terungkap.
Sebagian besar potensi tersebut sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup umat
manusia. Karena pertumbuhannya yang sangat cepat dan penanganan yang sangat
mudah, membuat E-coli menjadi bakteri pilihan untuk proses rekayasa genetika.
13
Keberadaan rekayasa genetika di seluruh dunia tidak pernah terlepas dari E.coli,
karena struktur DNA-nya yang sangat sederhana dan mudah untuk dimodifikasi.
14
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
15
Cara Kerja
Kaldu nutrien
steril 75 mL
Inokulum
belum aktif
Pengaktifan selama
24 jam pada suhu Kaldu nutrien
steril 500 mL
44℃
16
b. Pembuatan Kurva Pertumbuhan Bakteri E. coli dengan Metode
Spektrofotometri
larutan standar
(inokulum)
Mengulangi sampling
Mengukur absorbansi setiap 30 menit sekali Membuat kurva baku
(A) pada λmax hingga diperoleh kurva antara A terhadap
fasa stasioner berat sel kering (X)
Memplotkan semua
Mengubah nilai X ke Memplotkan semua
data X terhadap
ln X sehingga data A ke dalam
waktu (t) sehingga
diperoleh hubungan kurva baku sehingga
diperoleh fasa-fasa
antara ln X dengan t diperoleh nilai X
pertumbuhan bakteri
17
Keselamatan Kerja
Mengingat bahaya serta sifat bahan biologis yang digunakan, maka untuk
keselamatan kerja perlu diperhatikan hal hal berikut:
1. Praktikan wajib mengenakan alat keselamatan kerja antara lain : jas-lab,
masker, penutup kepala, sarung tangan. hal ini dilakukan agar mikroba yang
akan dibiakkan tidak terhirup,
2. Memperlakukan kultur mikroba harus hati-hati. teknik aseptic harus
dilakukan dengan benar sehingga tidak terjadi kontaminasi khususnya bila
mikroba yang digunakan bersifat pathogen,
3. Menggunakan alat pembakar spirtus harus hati-hati untuk menghindari
terjadinya kebakaran,
4. Sebelum praktikum dimulai praktikan sangat disarankan sarapan dan minum
susu.
18
BAB IV
1
3.72 0.57 0.8
5.31 0.83 0.6
5.89 0.92 0.4
0.2
6.9 1.08
0
7.79 1.21 0 2 4 6 8 10
8.48 1.34 Berat sel kering
19
Kurva Absorbansi terhadap Waktu
0.5
0.4
Absorbansi
0.3
0.2
0.1
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Waktu (t)
0.05
0.04
Kurva hasil
0.03 edit
0.02
kurva
0.01 sebenarnya
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Waktu (t)
-2
Ln X
-3
-4
-5
-6
Waktu (t)
20
Kurva Ln X terhadap Waktu
0
1 2 3 4 5
-1
-2 (4, -
3.019736073)
Ln X
-3
-4
-5
(3, -4.800115083)
-6
Waktu (t)
Pembahasan
21
menit dan kemudian dilakukan pengukuran absorbansi dengan menggunakan
metode spektrofotometri pada panjang gelombang maks 600 nm. Karena pada
range panjang gelombang 550-650 nm tidak dipengaruhi oleh pigmen yang
mungkin dihasilkan oleh bakteri tersebut.
Hasil pengukuran absorbansi diplotkan terhadap kurva baku antara berat
sel kering dengan absorbansi sehingga dapat diperoleh berat sel kering (X) tiap
waktu inkubasi (t) yang berbeda. Kurva yang dihasilkan tersebut
memperlihatkan bahwa semakin besar berat sel kering maka semakin lama pula
waktu yang dibutuhkan untuk memperbanyak sel. Kemudian berat sel kering
dikonversi menjadi ln X dan didapatkan kurva pertumbuhan bakteri antara ln
X terhadap waktu sehingga dapat diketahui laju pertumbuhan spesifik bakteri
E. coli. Selain itu, dari kurva antara berat sel kering terhadap waktu dapat
diketahui fase-fase pertumbuhan bakteri sebagai berikut:
1. Fase lag
Fase lag merupakan fase adaptasi bakteri. Fase ini terjadi setelah proses
inokulasi yang dialami bakteri pada t0=0 menit sampai t3=90 menit.
Berdasarkan kurva pertumbuhan, terlihat bahwa fase lag yang dialami
bakteri cukup panjang. Hal ini terjadi karena proses inkubasi tidak dilakukan
dengan baik karena adanya penjedaan waktu (disimpan dalam lemari
pendingin untuk beberapa waktu) sehingga bakteri membutuhkan waktu
yang cukup lama untuk beradaptasi/menyesuaikan diri dengan lingkungan
yang baru. Selain itu, kurva mengalami penurunan pada t0 ke t1 (berat sel
kering pada t0 lebih besar dibandingkan dengan berat sel kering pada t1). Hal
ini karena adanya bakteri yang mati saat proses adaptasi.
2. Fase logaritmik/eksponansial
Fase ini dialami bakteri E.coli dari t3 (setelah inkubasi selama 1,5 jam)
sampai t10 (setelah inkubasi selama 4 jam 50 menit). Dari fasa eksponensial
tersebut diperoleh laju pertumbuhan maksimum karena terjadi penambahan
jumlah sel yang sangat besar pada waktu tersebut ditandai dengan
peningkatan kurva yang sangat tajam (menanjak). Namun, dari kurva yang
dihasilkan terlihat adanya penurunan (berat sel keringnya berkurang) pada
22
t7. Hal tersebut terjadi karena setelah dilakukan sampling dan pengukuran
untuk t6, media pertumbuhan disimpan dalam lemari pendingin selama 2 x
24 jam sehingga banyak bakteri dalam keadaan inaktif (butuh waktu
kembali untuk menyesuaikan diri), bahkan sebagian bakteri ada yang mati.
Dari fasa ini dibuat kurva antara ln X terhadap waktu, sehingga didapatkan
slope (kemiringan) kurva yang merupakan nilai dari µ atau laju
pertumbuhan spesifik 𝜇 = 0.059346⁄𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 = 3.56076 ⁄𝑗𝑎𝑚. µ ini tidak
berbeda jauh dengan hasil penelitian yang dilakukan analis kimia POLBAN
angkatan 2010 (𝜇 = 3.07⁄𝑗𝑎𝑚). Adanya ketidaksesuaian tersebut dapat
23
Fase-fase tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya suplai
nutrisi yang didapat dari media Nutrient Broth, dimana media Nutrient Broth
merupakan media yang cocok untuk pertumbuhan bakteri. Kandungan Nutrient
Broth yang dapat menunjang pertumbuhan bakteri E.coli. Adapun faktor lain yang
mempengaruhi fase-fase tersebut adalah suhu di dalam incubator shaker yang
dijaga konstan 30-40oC, proses pengadukan, pH, kadar air, oksigen dan tekanan
osmosis.
Penentuan kinetika pertumbuhan bakteri menggunakan metode
spektrofotometri mempunyai kelemahan, yaitu sampel yang akan diukur
menggunakan spektrofotometri haruslah jernih agar dapat terukur dengan baik dan
menghasilkan absorbansi yang sebenarnya/penyimpangan yang terjadi tidaklah
besar. Dalam penentuan ini, semakin banyak sel bakteri yang tumbuh pada suatu
media, maka media pertumbuhan tersebut akan semakin keruh/semakin banyak
pula padatan yang terbentuk sehingga dapat mengganggu dalam proses pengukuran
menggunakan metode spektrofotometri.
24
BAB V
Simpulan
Saran
Sebaiknya sampling dilakukan secara teratur agar dapat terlihat dengan jelas
perubahan yang terjadi pada kurva pertumbuhan bakteri E.coli. Selain itu pastikan
alat-alat yang digunakan sudah dalam keadaan steril agar waktu praktikum tidak
habis digunakan untuk sterilisasi alat. Lakukan percobaan duplo agar hasil
praktikum dapat dibandingkan.
25
DAFTAR PUSTAKA
26
LAMPIRAN
Gambar 1
Gambar 2
27