Anda di halaman 1dari 29

LABORATORIUM BIOPROSES

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2018/2019

PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI
MODUL : Kinetika Pertumbuhan Bakteri E. coli
PEMBIMBING : Dra. Nancy Siti Djenar, MS

Tanggal Praktikum : 19-26 Februari 2019


Tanggal Penyerahan : 5: Maret 2019
Oleh
Oleh:
Kelompok : II
Nama : 1. Depi Rapika (171431006)
2. Dila Dilalah (171431007)
3. Elida Amelia (141424028)
4. Elsa Rizki R. (171431009)
5. Geraldy Andreas (171431010)
Kelas : 2 Analis Kimia

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Mikroorganisme yang ditumbuhkan dalam media yang mengandung nutrient


essensial kemudian di tempatkan pada kondisi lingkungan seperti suhu dan pH yang
tepat akan segera berkembang biak. Pertumbuhan mikroba dapat diamati dari
kenaikan konsentrasi mikroba. Melalui serangkaian proses enzimatis, mikroba
melakukan biosintesis molekul-molekul penyusun sel dan menggandakan selnya.
Kecepatan pertumbuhan mikroba merupakan respon terhadap substrat (media
pertumbuhan) yang disediakan dan kondisi lingkungannya. Kebutuhan akan
informasi kinetika pertumbuhan suatu mikroba sangat dibutuhkan oleh suatu
industri untuk kepentingan komersial, karena dengan mengetahui fase-fase yang
dialami suatu mikroba maka produk yang dihasilkan dapat dimaksimalkan. Oleh
karena itu dilakukan praktikum Kinetika Pertumbuhan Mikroba untuk mengetahui
fase-fase pertumbuhan yang dialami suatu mikroba.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana fase-fase pertumbuhan yang dimiliki oleh bakteri E.coli?


2. Berapa nilai laju pertumbuhan spesifik yang dimiliki bakteri E.coli?

Tujuan Praktikum

1. Mampu membuat kultur mikroba, inokulum/starter, serta melakukan teknik


aseptik dengan benar.
2. Mampu melakukan sampling pengukuran populasi sel secara periodik dengan
benar.
3. Mampu melakukan evaluasi populasi mikroba dengan berbagai teknik (berat
kering sel, spektrofotometri, kurva baku) dengan benar.
4. Mampu menerapkan hubungan antara jumlah sel (X) dengan waktu (t) secara
benar.
5. Mampu mengkaji fasa-fasa pertumbuhan mikroba dengan benar.

1
6. Mampu mendapatkan nilai laju pertumbuhan spesifik (𝜇) dengan menggunakan
grafik ln x terhadap t secara benar.

2
BAB II
TINJAUAN PISTAKA

Kinetika Pertumbuhan Mikroba

Pertumbuhan yaitu penambahan massa, ukuran, dan jumlah sel.


Pertumbuhan suatu mikroba dapat ditinjau dari dua segi, yaitu pertumbuhan sel
secara individu dimana adanya penambahan volume sel dan pertumbuhan
kelompok sebagai satu populasi dimana merupakan akibat dari adanya
pertumbuhan individu. Pada mikroorganisme pertumbuhan sel dapat berubah
langsung menjadi pertumbuhan populasi, jumlah sel bertambah sangat cepat
dengan waktu yang cepat pula. Mikroorganisme dapat tumbuh dibawah pengaruh
fisik, kimia, dan kondisi nutrient. Pada nutrient yang cocok mikroorganisme
menguraikan nutrient dari media dan mengubahnya dalam komposisi-komposisi
biologi. Sebagian dari nutrient-nutrient digunakan untuk memproduksi energi dan
sebagian lagi digunakan untuk biosintesis dan pembentukkan produk. Pertambahan
massa sel seiring dengan waktu dapat digambarkan sebagai berikut:
Substrat + Sel/mikroorganisme  Mikroorganisme + Produk
Pertumbuhan mikroorganisme merupakan contoh yang baik pada suatu
reaksi autokatalis. Pertumbuan mikrobial biasanya dicirikan dengan waktu yang
dibutuhkan untuk menggandakan massa atau jumlah sel. Waktu ganda massa dapat
berbeda dengan waktu ganda sel, karena massa sel dapat meningkat tanpa
peningkatan jumlah sel. Laju pertumbuhan ditunjukkan langsung oleh konsentrasi
sel dan penambahan jumlah sel (biomassa) yang merupakan keluaran yang normal
dari reaksi tersebut. Namun demikian, bila pada suatu lingkungan tertentu interval
antara massa sel atau penggandaan jumlah konstan dengan waktu, maka organisme
itu tumbuh pada kecepatan eksponensial. Laju pertumbuhan mikroorganisme
dicirikan dengan laju pertumbuhan spesifik (specific growth rate) dinyatakan
sebagai berikut:
𝒅𝑪𝒙
= µ Cx dimana :Cx = Konsentrasi sel dalam gram/liter
𝒅𝑻

t = waktu
µ = laju pertumbuhan spesifik dalam jam-1

3
Dengan membuat grafik In Cx terhadap t, maka didapat tg α = µ
Metode-metode yang digunakan untuk evaluasi populasi mikroorganisme yaitu:
 Metode langsung : (menggunakan mikroskop) perhitungan jumlah sel, dan
countingchamber, selain itu dengan penetapan bahan kering seluler.
 Metode tidak langsung : turbidimetri, spektrofotometri, dan pengenceran.
Metode-metode tersebut digunakan untuk memantau dan mengkaji fenomena
pertumbuhan mikroorganisme. Untuk lebih jelasnya dapat diamati dengan kurva
pertumbuhan yaitu sebagai berikut :
Kurva Pertumbuhan Mikroorganisme
Log (konsentrasi massa sel)

1 2 3 4 5 6 7

Waktu

Fase-fase pada Kinetika Pertumbuhan

1. Fase Lag

4
Fase awal adalah fase sejak inokulasi sel pada medium dan merupakan suatu
periode adaptasi.Pada fasa ini sebagian besar mikroba menyesuaikan diri (adaptasi)
dengan lingkungan barunya dan belum mengadakan perbanyakan sel, bahkan
sebagian selnya mati, hanya sel yang kuat saja yang bertahan hidup.Dan sintesis
enzim sudah terjadi. Selama fase ini massa sel dapat berubah tanpa adanya suatu
perubahan jumlah sel. Dapat juga terjadi fase awal yang palsu bilamana inokulum
yang diberikan terlalu sedikit atau mempunyai viabilitas yang rendah. Suatu saat
bila perubahan-perubahan telah terjadi, maka sel-sel bergerak kearah fase tumbuh.
Fase ini biasanya merupakan fase eksponensial atau fase logaritmik. Ciri daripada
fasa ini adalah Tidak ada pertumbuhan populasi karena sel mengalami perubahan
komposisi kimiawi dan ukuran serta bertambahnya substansi intraseluler sehingga
siap untuk membelah diri.

Faktor penentu fase lag:

a. Medium dan lingkungan pertumbuhan; jika medium sama dengan medium


sebelumnya, waktu adaptasi pendek atau tidak ada, jika sangat berbeda pelu
waktu untuk sintesis enzim yang dibutuhkan untuk metabolisme (pembentukan
enzim induktif).
b. Kondisi starter/inokulum
 Jumlah inokulum; jumlah sel awal yang semakin tinggi mempercepat fase
adaptasi
 Germinasi spora; bila mikroba yang ditanam pada medium ada dalam
bentuk spora dan bukan sel vegetatif maka bila ia ditanam dalam medium
dengan kondisi lingkngan yang baik , ia akan berubah menjadi bentuk sel
vegetatif dan ini memerlukan sedikit waktu
 Mutan yag baru terbentuk perlu waktu untuk adaptasi dengan lingkngan
yang baru.

2. Fase Petumbuhan Dipercepat (Decelerated Growth Phase)

4
Pada fasa ini mikroba telah dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya,
sel mulai membelah diri dengan kecepatan rendah, ukuran sel dapat mencapai
maksimum serta mulai adanya aktivitas metabolisme.
3. Fasa Eksponensial (Exponential/ Logarithmic Growth Phase)
Pada fasa ini pembelahan mikroba sangat cepat dan konstan mengikuti kurva
logaritmik. Dalam kondisi kultur yang optimum, sel mikroba mengalami reaksi
metabolisme yang maksimum. Selama fase logaritma, konsentrasi nutrient esensial
ada dalam keadaan cukup jenuh untuk menunjang reaksi-reaksi metabolisme utama
dari pertumbuhan. Pada saat ini paling sensitif terhadap lingkungan
Fase logaritmik dicirikan oleh suatu garis lurus pada plot semilog antara In x
melawan waktu. Periode ini adalah keadaan pertumbuhan yang seimbang atau
mantap, dengan laju pertumbuhan spesifik. µ konstan dan selnya membelah diri
dengan laju yang konstan, massa menjadi dua kali lipat, keadaan pertumbuhan
seimbang.
Kekhususan fase logaritmik
 Bila populasi sel yang sedang mengalami fasa ini dipindahkan ke dalam
medium baru dengan komposisi nutrient dan kondisi lingkungan yang sama
maka di dalam medium baru populasi sel ini akan langsung mengalami fasa
logaritma tanpa mengawali pertumbuhan dengan fasa pertumbuhan
awal/pertumbuhan dipercepat.
 Ditinjau dari sel bakteri secara individual, pada fase ini ukuran sel minimum
dengan dinding sel yang tipis, karena sel membelah diri dengan sangat aktif,
sintesa makrmolekul dari komponen sel berlomba dengan waktu.
4. Fasa Pertumbuhan Diperlambat (Negative Decelerated Growth Phase)
Pada fasa ini laju pertumbuhan diperlambat, karena nutrisi dalam medium
sudah sangat berkurang, dan adanya hasil-hasil metabolisme yan mungkin beracun
atau menhambat pertumbuhan mikroba. Pada fase ini pertumbuhan sel tidak stabil,
api jumlah populasi masih naik karena jumla sel yang tumbuh masih lebih banyak
daripada jumlah sel yang mati.

5
5. Fasa Tetap / Stationer (Stationary Phase)

Pada fasa ini kecepatan pertumbuhan adalah nol. Jumlah sel baru sebagai hasil
reproduksi, seimbang dengan jumlah sel yang mati.Ini menyebabkan grafiknya
linier dan sejajar dengan absisnya.Reproduksi sel masih terjadi selama fasa ini
menggunakan cadangan makanan yang ada dalam protoplast sebagai building
blocks pembangun sel yang baru.Karena kekurangan nutrisi, sel kemungkinan
mempunyai komposisi yang berbeda dengan sel yang tumbuh pada fasa
logaritmik.Pada fasa ini lebih tahan terhadap keadaan ekstrim, seperti panas, dingin,
radiasi, dan bahan kimia.Muncul modifikasi struktur biokimiawi sel.
Bila dilanjutkan, beberapa kejadian masih mungkin timbul meskipun
pertumbuhan telah terhenti, metabolisme dan akumulasi produk masih terjadi di
dalam sel atau di dalam cairan. Massa sel total dapat tetap konstan, tetapi jumlah
sel hidup cenderung menurun. Pada saat ketahanan hidup menurun, lisis sel
mungkin terjadi dan massa sel akan menurun
Lisis sel akan menyebabkan terjadinya suatu medium yang kompleks dari
produk-produk hasil lisis, oleh karena itu suatu pertumbuhan yang sekunder,
disebut pertumuhan kriptik akan erjadi. Sering juga terjadi metabolik sekunder
yang kurang penting terbentuk oleh enzim-enzim yang sebelumnya tidak terdapat
atau tidak berfungsi dalam sel. Selain itu terjadinya penumpukan racun akibat
metabolisme sel dan kandungan nutrien mulai habis, akibatnya terjadi kompetisi
nutrisi sehingga beberapa sel mati dan lainnya tetap tumbuh sehingga jumlah sel
menjadi konstan.
6. Fasa Kematian Dipercepat
Pada fasa ini jumlah kematian sel mulai dipercepat.
7. Fasa Kematian (Death Phase)
Pada fasa ini jumlah sel yang hidup makin lama makin menurun, sedangkan
jumlah kematian (mortalitas) sel semakin banyak.Kematian ini desebabkan oleh
kondisi lingkungan yang makin memburuk, terutama oleh makin banyaknya
akumulasi hasil metabolisme yang toksik terhadap sel (metabolit sekunder). Pada
fase ini nutrisi dalam medium sudah habis, energi cadangan dalam sel habis. Sel

7
menjadi mati akibat penumpukan racun dan habisnya nutrisi, menyebabkan jumlah
sel yang mati lebih banyak sehingga mengalami penurunan jumlah sel secara
eksponensial.Lamanya fasa ini tergantung pada species dari mikrobanya dan
kondisi lingkungannya sendiri.

Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba

Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan tetap hidup merupakan suatu


hal yang penting untuk diketahui.Pengetahuan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan mikroba sangat penting di dalam mengendalikan
mikroba. Berikut ini faktor-faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan
mikroba:
1. Suplai Nutrisi
Mikroba sama dengan makhluk hidup lainnya, memerlukan suplai nutrisi
sebagai sumber energi dan pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar tersebut adalah
karbon, nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat besi dan sejumlah kecil
logam lainnya. Ketiadaan atau kekurangan sumber-sumber nutrisi ini dapat
mempengaruhi pertumbuhan mikroba hingga pada akhirnya dapat menyebabkan
kematian.Kondisi tidak bersih dan higinis pada lingkungan adalah kondisi yang
menyediakan sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba sehingga mikroba dapat
tumbuh berkembang di lingkungan seperti ini.Oleh karena itu, prinsip daripada
menciptakan lingkungan bersih dan higinis adalah untuk mengeliminir dan
meminimalisir sumber nutrisi bagi mikroba agar pertumbuhannya terkendali.
2. Suhu/Temperatur
Suhu merupakan salah satu faktor penting di dalam mempengaruhi dan
pertumbuhan mikroorganisme.Suhu dapat mempengaruhi mikroba dalam dua cara
yang berlawanan:
1. Apabila suhu naik maka kecepatan metabolisme naik dan pertumbuhan
dipercepat. Sebaliknya apabila suhu turun, maka kecepatan metabolism akan
menurun dan pertumbuhan diperlambat.

8
2. Apabila suhu naik atau turun secara drastis, tingkat pertumbuhan akan
terhenti, kompenen sel menjadi tidak aktif dan rusak, sehingga sel-sel
menjadi mati.
Berdasarkan hal di atas, maka suhu yang berkaitan dengan pertumbuhan
mikroorganisme digolongkan menjadi tiga,yaitu:
a. Suhu minimum yaitu suhu yang apabila berada di bawahnya maka
pertumbuhan terhenti.
b. Suhu optimum yaitu suhu dimana pertumbuhan berlangsung paling cepat dan
optimum (disebut juga suhu inkubasi)
c. Suhu maksimum yaitu suhu yang apabila berada diatasnya maka
pertumbuhan tidak terjadi. Sehubungan dengan penggolongan suhu di atas,
maka mikroba digolongkan menjadi:

Tabel 1 :Penggolongan Bakteri menurut suhu


Kelompok Suhu Minimum Suhu Optimum Suhu Maksimum

Psikrofil - 15o C. 10o C. 20o C.

Psikrotrof - 1o C. 25o C. 35o C.

Mesofil 5 – 10o C. 30 – 37o C. 40o C.

Thermofil 40o C. 45 – 55o C. 60 – 80o C.

Thermotrof 15o C. 42 – 46o C. 50o C.

Berdasarkan ketahanan panas, mikroba dikelompokkan menjadi tiga macam,


yaitu
a. Peka terhadap panas, apabila semua sel rusak apabila dipanaskan pada suhu 60oC
selama 10-20 menit.
b. Tahan terhadap panas, apabila dibutuhkan suhu 100oC selama 10 menit untuk
mematikan sel.

9
c. Thermodurik, dimana dibutuhkan suhu lebih dari 60oC selama 10-20 menit tapi
kurang dari 100oC selama 10 menit untuk mematikan sel.
3. Keasaman atau Kebasaan (pH)
Setiap organisme memiliki kisaran pH masing-masing dan memiliki pH
optimum yang berbeda-beda. Kebanyakan mikroorganisme dapat tumbuh pada pH
sekitar 7 (netral) dan nilai pH di luar kisaran 2,0 sampai 10,0 biasanya bersifat
merusak.
• Mikroba biasanya tumbuh baik pada rentang pH tertentu
• Bakteri tumbuh baik pada rentang pH 4-8
• Ragi pada rentang pH 3-6
• Fungi dan eukariot lain pada pH 6,5-7,5
• Rentang pH intrasel biasanya lebih sempit.
Contoh: E.coli tumbuh oada pH 6,5-8, tetapi pH intraselnya adalah 7,8
• Thiobacillus ferrooxidans tumbuh baik pada pH 2 tetapi pH
intraselnyaadalah 6,5
• pH yang berbeda ini dapat disebabkan oleh karena proses metabolisme yang
terjadi di dalam sel, misalnya akumulasi produk metabolisme yang asam atau basa,
sesuai kebutuhan pertumbuhannya.
4. Ketersediaan Oksigen
Mikroorganisme memiliki karakteristik sendiri-sendiri di dalam kebutuhannya
akan oksigen. Mikroorganisme dalam hal ini digolongkan menjadi:
 Aerobik : hanya dapat tumbuh apabila ada oksigen bebas.
 Anaerob : hanya dapat tumbuh apabila tidak ada oksigen bebas.
 Anaerob fakultatif : dapat tumbuh baik dengan atau tanpa oksigen bebas.
 Mikroaerofilik : dapat tumbuh apabila ada oksigen dalam jumlah kecil.
5. Kadar Air
Air sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroba, air tidak
hanya komponen utama dari pada plasma sel mikroba, namun air penting bagi
pelarutan makanan sebelum makanan tersebut dapat diserap oleh sel. Selain itu juga
kekurangan air dapat menyebabkan kekeringan sel sehingga dapat mematikan
mikroba

10
6. Cahaya
Kebanyakan mikroba dapat dirusak oleh cahaya tak langsung dari matahari dan
dalam waktu beberapa jam saja dapat dapat dimatikan oleh cahaya yang langsung
mengenainya. Sinar violet, ultraviolet, dan biru sangat kuat untuk mematikan
pertumbuhan mikroba
7. Pengaruh perubahan nilai Osmotik
Tekanan osmose sebenarnya sangat erat hubungannya dengan kandungan air.
Apabila mikroba diletakkan pada larutan hipertonis, maka selnya akan mengalami
plasmolisis, yaitu terkelupasnya membran sitoplasma dari dinding sel akibat
mengkerutnya sitoplasma. Apabila diletakkan pada larutan hipotonis, maka sel
mikroba akan mengalami plasmoptisa, yaitu pecahnya sel karena cairan masuk ke
dalam sel, sel membengkak dan akhirnya pecah.
Berdasarkan tekanan osmose yang diperlukan dapat dikelompokkan menjadi:
1. Mikroba osmofil, adalah mikroba yang dapat tumbuh pada kadar gula tinggi.
2. Mikroba halofil, adalah mikroba yang dapat tumbuh pada kadar garam
halogen yang tinggi.
3. Mikroba halodurik, adalah kelompok mikroba yang dapat tahan (tidak mati)
tetapi tidak dapat tumbuh pada kadar garam tinggi, kadar garamnya dapat
mencapai 30 %.
Contoh mikroba osmofil adalah beberapa jenis khamir. Khamir osmofil mampu
tumbuh pada larutan gula dengan konsentrasi lebih dari 65 % wt/wt (aw = 0,94).
Contoh mikroba halofil adalah bakteri yang termasuk Archaebacterium,
misalnya Halobacterium.Bakteri yang tahan pada kadar garam tinggi, umumnya
mempunyai kandungan KCl yang tinggi dalam selnya. Selain itu bakteri ini
memerlukan konsentrasi Kalium yang tinggi untuk stabilitas ribosomnya. Bakteri
halofil ada yang mempunyai membran purple bilayer, dinding selnya terdiri dari
murein, sehingga tahan terhadap ion Natrium.
8. Radiasi
Efek radiasi yang berupa inframerah yang diserap oleh benda lain dan tidak
dipantulkan, maka energi yang relatif rendah tersebut akan dikeluarkan sebagai
panas. Sinar X memiliki daya penetrasi yang cukup kuat, hal ini menyebabkan

11
pembuatan dan pemecahan gugus hidrogen dari DNA yang berlangsung secara
abnormal dan adanya gangguan struktur dan molekul sederhana. Penyinaran
singkat bersifat mutagen dan karsinogen, penyinaran dalam jangka waktu yang
lebih lama adalah letal (Irianto, 2006).
9. Ion Logam
Logam berat seperti Hg, Ag, Cu, Au dan Pb pada kadar rendah dapat bersifat
meracun (toksik). Logam berat mempunyai daya oligodinamik, yaitu daya bunuh
logam berat pada kadar rendah. Selain logam berat, ada ion-ion yang dapat
mempengaruhi kegiatan fisiologis mikroba, yaitu ion sulfat, tartrat, klorida, nitrat,
dan benzoat. Ion-ion tersebut dapat mengurangi pertumbuhan mikroba tertentu.
Oleh karena itu sering digunakan untuk mengawetkan suatu bahan, misalnya
digunakandalam pengawetan makanan. Ada senyawa lain yang juga mempengaruhi
fisiologi mikroba, misalnya asam benzoat, asam asetat, dan asam sorbat.
10. Listrik
Bila aliran listrik diberikan pada medium tumbuh mikroba akan menyebabkan:
 Terjadinya elektrolisis pada medium pertumbuhan.
 Menghasilkan panas yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba,
sel mikroba dalam suspensi akan mengalami elektroforesis.
 Menyebabkan terjadinya shock karena tekanan hidrolik listrik, kematian
mikroba akibat shock terutama disebabkan oleh oksidasi.
 Adanya radikal ion dari ionisasi radiasi dan terbentuknya ion logam dari
elektroda juga menyebabkan kematian mikroba

12
E. coli

Sumber: google.com
Bakteri E.coli merupakan spesies dengan habitat alami dalam saluran
pencernaan manusia maupun hewan. Bakteri ini berbentuk batang, berukuran 0,4-
0,7 x 1,0-3,0 m, termasuk gram negatif, dapat hidup soliter maupun berkelompok,
umumnya motil, tidak membentuk spora, serta fakultatif anaerob.
E-coli berfungsi membusukkan sisa-sisa makanan yang melewati saluran
usus besar manusia, memadatkannya hingga dikeluarkan dalam bentuk feses.
Bakteri E-coli dikenal sebagai pencemar perairan, yang harus dihilangkan bila ingin
air yang kita minum layak untuk dikonsumsi. E-coli juga dikenal sebagai bakteri
penyebab diare dan gangguan saluran pencernaan. Kendati demikian, bakteri E-coli
bisa juga memberi keuntungan bagi manusia dengan turut berperan dalam
memproduksi vitamin K. Keberadaan E-coli sebagai flora usus malah menjadi
penghalang tumbuhnya bakteri lain yang kemungkinan berbahaya untuk tumbuh di
dalam usus.
Bahkan beberapa tahun belakangan, lewat kemajuan ilmu mikrobiologi dan
rekayasa genetika, banyak potensi besar dari bakteri E-coli yang mulai terungkap.
Sebagian besar potensi tersebut sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup umat
manusia. Karena pertumbuhannya yang sangat cepat dan penanganan yang sangat
mudah, membuat E-coli menjadi bakteri pilihan untuk proses rekayasa genetika.

13
Keberadaan rekayasa genetika di seluruh dunia tidak pernah terlepas dari E.coli,
karena struktur DNA-nya yang sangat sederhana dan mudah untuk dimodifikasi.

Peranan E.coli dalam bioteknologi

E.coli memiliki sejarah panjang dalam kemudahan manipulasi genetic. E.coli


juga memainkan peran penting dalam rekayasa biologi modern dan mikrobiologi
industri. Norman Stanley Cohen dan Herbert Boyer, menggunakan plasmids E. coli
dan pembatasan enzymes untuk membuat recombinant DNA, menjadi dasar
bioteknologi.
Dianggap sebagai tuan rumah sangat fleksibel untuk produksi heterologous
protein, peneliti dapat memasukkan gen ke dalam mikroba menggunakan plasmids,
yang memungkinkan produksi massa dari protein dalam industri proses fermentasi.
Sistem genetik E.coli juga telah dikembangkan yang memungkinkan produksi
recombinant protein menggunakan E.coli. Salah satu aplikasi yang berguna dalam
teknologi recombinant DNA adalah manipulasi E.coli untuk memproduksi insulin.
Modifikasi E.coli telah digunakan dalam pembuatan vaksin perbaikan biologi, dan
produksi immobilised enzymes.
Bagaimanapun coli tidak dapat digunakan untuk memproduksi sesuatu yang
lebih besar, kompleks, yang mengandung banyak protein disulfide obligasi, dan
khususnya, unpaired thiols, atau protein yang juga memerlukan pasca translational
modifikasi untuk kegiatan.

14
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Alat dan Bahan

a. Alat yang Digunakan


 Pipet steril 10 mL
 Tabung reaksi steril
 Erlenmeyer 500 mL
 Erlenmeyer 100 mL
 Kuvet spektrofotometer
 Tissue
 Label
 Lampu spirtus
 Shaker incubator
 Neraca analitik
 Lemari pendingin
 Korek api
 Botol semprot
 Gelas ukur

b. Bahan yang Digunakan


 650 mL media cair/kaldu nutrient steril
 Satu tabung media agar miring berisi bakteri E. coli
 Air Amidis

15
Cara Kerja

a. Pembuatan Inokulum dan Media Pertumbuhan Bakteri E. coli


Catatan penting: seluruh tahapan pekerjaan harus dilakukan secara aseptik

Kaldu nutrien
steril 75 mL

Pencampuran secara Kultur padat


aseptik (gesek)

Inokulum
belum aktif

Pengaktifan selama
24 jam pada suhu Kaldu nutrien
steril 500 mL
44℃

Inokulum Pencampuran secara Media


aktif aseptik pertumbuhan
(kultur cair)

16
b. Pembuatan Kurva Pertumbuhan Bakteri E. coli dengan Metode
Spektrofotometri

larutan standar
(inokulum)

Mencari λmax antara Sampling kultur


550-650 nm cair untuk t0
larutan blanko
(media cair
nutrien)

Mengulangi sampling
Mengukur absorbansi setiap 30 menit sekali Membuat kurva baku
(A) pada λmax hingga diperoleh kurva antara A terhadap
fasa stasioner berat sel kering (X)

Memplotkan semua
Mengubah nilai X ke Memplotkan semua
data X terhadap
ln X sehingga data A ke dalam
waktu (t) sehingga
diperoleh hubungan kurva baku sehingga
diperoleh fasa-fasa
antara ln X dengan t diperoleh nilai X
pertumbuhan bakteri

Membuat grafik antara ln X


terhadap t sehingga
didapatkan tg α = 𝜇 (laju
pertumbuhan spesifik)

17
Keselamatan Kerja

Mengingat bahaya serta sifat bahan biologis yang digunakan, maka untuk
keselamatan kerja perlu diperhatikan hal hal berikut:
1. Praktikan wajib mengenakan alat keselamatan kerja antara lain : jas-lab,
masker, penutup kepala, sarung tangan. hal ini dilakukan agar mikroba yang
akan dibiakkan tidak terhirup,
2. Memperlakukan kultur mikroba harus hati-hati. teknik aseptic harus
dilakukan dengan benar sehingga tidak terjadi kontaminasi khususnya bila
mikroba yang digunakan bersifat pathogen,
3. Menggunakan alat pembakar spirtus harus hati-hati untuk menghindari
terjadinya kebakaran,
4. Sebelum praktikum dimulai praktikan sangat disarankan sarapan dan minum
susu.

18
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data Pengamatan dan Pengolahan Data

Kurva baku antara absorbansi A terhadap berat sel kering X (mg/mL)


Berat sel Absorbansi
kering Kurva Baku Berat Sel Kering Mikroba
0.4 0.06 terhadap Absorbansi
1.09 0.18 1.6
1.81 0.28 1.4 y = 0.1567x - 0.0018
1.2 R² = 0.9997
2.5 0.39
Absorbansi

1
3.72 0.57 0.8
5.31 0.83 0.6
5.89 0.92 0.4
0.2
6.9 1.08
0
7.79 1.21 0 2 4 6 8 10
8.48 1.34 Berat sel kering

Tabel pengukuran spektrofotometri sampel E. coli


Waktu
Sampel Absorbansi Berat Sel ln X
(menit)
t0 0 0.1 0.01387 -4.27803
t1 30 0.061 0.0077587 -4.85894
t2 60 0.061 0.0077587 -4.85894
t3 90 0.064 0.0082288 -4.80012
t4 120 0.323 0.0488141 -3.01974
t5 150 0.34 0.051478 -2.9666
t6 180 0.35 0.053045 -2.93661
t7 210 0.207 0.0306369 -3.48555
t8 240 0.237 0.0353379 -3.3428
t9 270 0.27 0.040509 -3.20623
t10 300 0.459 0.0701253 -2.65747
t11 330 0.463 0.0707521 -2.64857
t12 360 0.459 0.0701253 -2.65747
t13 390 0.42 0.064014 -2.74865

19
Kurva Absorbansi terhadap Waktu
0.5

0.4
Absorbansi

0.3

0.2

0.1

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Waktu (t)

Kurva Sel Berat Kering terhadap Waktu


0.08
0.07
0.06
Berat sel kering

0.05
0.04
Kurva hasil
0.03 edit
0.02
kurva
0.01 sebenarnya
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Waktu (t)

Kurva Ln X terhadap Waktu


0
0 2 4 6 8 10 12 14
-1

-2
Ln X

-3

-4

-5

-6
Waktu (t)

20
Kurva Ln X terhadap Waktu
0
1 2 3 4 5
-1

-2 (4, -
3.019736073)
Ln X

-3

-4

-5
(3, -4.800115083)
-6
Waktu (t)

Pembahasan

Pertumbuhan adalah penambahan secara teratur semua komponen sel


suatu jasad. Pada jasad bersel tunggal (uniseluler), pembelahan atau
perbanyakan sel merupakan pertambahan jumlah individu misalnya pada
bakteri dan menghasilkan pertambahan jumlah sel bakteri itu sendiri. Bakteri
memiliki kemampuan untuk menggandakan diri secara eksponensial
dikarenakan sistem reproduksinya adalah pembelahan biner melintang, dimana
tiap sel membelah diri menjadi dua sel. Selang waktu yang dibutuhkan sel
untuk membelah diri disebut waktu generasi. Pada praktikum ini dilakukan
pengamatan kinetika pertumbuhan mikroba yaitu bakteri E. coli yang
dilakukan dengan metode spektrofotometri, yaitu dengan mengukur absorbansi
dari kultur cair atau inokulum yang dibuat kemudian membuat grafik
pertumbuhan bakteri untuk melihat fase hidup dari bakteri tersebut serta
menentukan laju pertumbuhan spesifik dari bakteri E. coli.
Pada percobaan ini, kami membuat media pertumbuhan yang berisi
inokulum yang telah diaktivasi selama 24 jam pada suhu 44°C dengan media
nutrient broth dimana volume media dalam inokulum tersebut 15% dari
volume media dalam media pertumbuhan. Aktivasi tersebut bertujuan untuk
mengoptimalkan pertumbuhan bakteri E.coli. Media pertumbuhann tersebut
diinkubasi dalam shaker incubator. Lalu dilakukan sampling setiap 30-50

21
menit dan kemudian dilakukan pengukuran absorbansi dengan menggunakan
metode spektrofotometri pada panjang gelombang maks 600 nm. Karena pada
range panjang gelombang 550-650 nm tidak dipengaruhi oleh pigmen yang
mungkin dihasilkan oleh bakteri tersebut.
Hasil pengukuran absorbansi diplotkan terhadap kurva baku antara berat
sel kering dengan absorbansi sehingga dapat diperoleh berat sel kering (X) tiap
waktu inkubasi (t) yang berbeda. Kurva yang dihasilkan tersebut
memperlihatkan bahwa semakin besar berat sel kering maka semakin lama pula
waktu yang dibutuhkan untuk memperbanyak sel. Kemudian berat sel kering
dikonversi menjadi ln X dan didapatkan kurva pertumbuhan bakteri antara ln
X terhadap waktu sehingga dapat diketahui laju pertumbuhan spesifik bakteri
E. coli. Selain itu, dari kurva antara berat sel kering terhadap waktu dapat
diketahui fase-fase pertumbuhan bakteri sebagai berikut:
1. Fase lag
Fase lag merupakan fase adaptasi bakteri. Fase ini terjadi setelah proses
inokulasi yang dialami bakteri pada t0=0 menit sampai t3=90 menit.
Berdasarkan kurva pertumbuhan, terlihat bahwa fase lag yang dialami
bakteri cukup panjang. Hal ini terjadi karena proses inkubasi tidak dilakukan
dengan baik karena adanya penjedaan waktu (disimpan dalam lemari
pendingin untuk beberapa waktu) sehingga bakteri membutuhkan waktu
yang cukup lama untuk beradaptasi/menyesuaikan diri dengan lingkungan
yang baru. Selain itu, kurva mengalami penurunan pada t0 ke t1 (berat sel
kering pada t0 lebih besar dibandingkan dengan berat sel kering pada t1). Hal
ini karena adanya bakteri yang mati saat proses adaptasi.
2. Fase logaritmik/eksponansial
Fase ini dialami bakteri E.coli dari t3 (setelah inkubasi selama 1,5 jam)
sampai t10 (setelah inkubasi selama 4 jam 50 menit). Dari fasa eksponensial
tersebut diperoleh laju pertumbuhan maksimum karena terjadi penambahan
jumlah sel yang sangat besar pada waktu tersebut ditandai dengan
peningkatan kurva yang sangat tajam (menanjak). Namun, dari kurva yang
dihasilkan terlihat adanya penurunan (berat sel keringnya berkurang) pada

22
t7. Hal tersebut terjadi karena setelah dilakukan sampling dan pengukuran
untuk t6, media pertumbuhan disimpan dalam lemari pendingin selama 2 x
24 jam sehingga banyak bakteri dalam keadaan inaktif (butuh waktu
kembali untuk menyesuaikan diri), bahkan sebagian bakteri ada yang mati.
Dari fasa ini dibuat kurva antara ln X terhadap waktu, sehingga didapatkan
slope (kemiringan) kurva yang merupakan nilai dari µ atau laju
pertumbuhan spesifik 𝜇 = 0.059346⁄𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 = 3.56076 ⁄𝑗𝑎𝑚. µ ini tidak

berbeda jauh dengan hasil penelitian yang dilakukan analis kimia POLBAN
angkatan 2010 (𝜇 = 3.07⁄𝑗𝑎𝑚). Adanya ketidaksesuaian tersebut dapat

terjadi karena kondisi dan perlakuan yang berbeda.


3. Fase stasioner
Pada fase ini nutrien sudah berkurang sehingga kurva yang dihasilkan
mendatar. Fase ini berlangsung dari t10 = inkubasi selama 4 jam 50 menit
sampai t12 = inkubasi selama 5 jam 50 menit.
4. Fase kematian
Fase ini terjadi pada t12 ke t13=6 jam 20 menit. Terlihat pada kurva yang
mengalami penurunan berat sel kering yang artinya terjadi penurunan
jumlah sel bakteri E.coli.
Berdasarkan literatur yang didapat tiap spesies bakteri memiliki waktu generasi
yang berbeda-beda, seperti bakteri E. coli yang umum dijumpai disaluran
pencernaan dan di tempat lain memiliki waktu generasi 15-20 menit, yang artinya
bakteri E.coli dalam waktu 15-20 menit mampu menggandakan selnya dua kali
lipat. Hal ini menunjukkan hubungan antara pertambahan sel dengan waktu
berbentuk geometrik berbentuk eksponensial dengan rumus 2n . Jadi bakteri E.coli
dalam waktu 10 jam berkembang dari satu sel menjadi 1,09 x 1012 sel atau lebih
dari 1 triliyun sel. Pengetahuan akan kurva pertumbuhan bakteri sangat penting
untuk menggambarkan karakteristik pertumbuhan bakteri sehingga akan
mempermudah dalam menumbuhkan bakteri dalam suatu media, penyimpanan dan
penyimpanan media.

23
Fase-fase tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya suplai
nutrisi yang didapat dari media Nutrient Broth, dimana media Nutrient Broth
merupakan media yang cocok untuk pertumbuhan bakteri. Kandungan Nutrient
Broth yang dapat menunjang pertumbuhan bakteri E.coli. Adapun faktor lain yang
mempengaruhi fase-fase tersebut adalah suhu di dalam incubator shaker yang
dijaga konstan 30-40oC, proses pengadukan, pH, kadar air, oksigen dan tekanan
osmosis.
Penentuan kinetika pertumbuhan bakteri menggunakan metode
spektrofotometri mempunyai kelemahan, yaitu sampel yang akan diukur
menggunakan spektrofotometri haruslah jernih agar dapat terukur dengan baik dan
menghasilkan absorbansi yang sebenarnya/penyimpangan yang terjadi tidaklah
besar. Dalam penentuan ini, semakin banyak sel bakteri yang tumbuh pada suatu
media, maka media pertumbuhan tersebut akan semakin keruh/semakin banyak
pula padatan yang terbentuk sehingga dapat mengganggu dalam proses pengukuran
menggunakan metode spektrofotometri.

24
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Berdasarkan kurva hasil praktikum, fase-fase pertumbuhan E. coli


adalah sebagai berikut:
 Fase lag terjadi pada t0 = 0 jam sampai t3 = inkubasi selama 1.5 jam
 Fase eksponensial pada t3 = inkubasi selama 1.5 jam sampai t10 =
inkubasi selama 4 jam 50 menit
 Fase stasioner pada t10 = inkubasi selama 4 jam 50 menit sampai t12
= inkubasi selama 5 jam 50 menit
 Fase kematian mulai terjadi pada t12 = inkubasi selama 5 jam 50
menit
2. Laju pertumbuhan spesifik bakteri E. coli, 𝜇 = 0.059346⁄𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 =
3.56076 ⁄
𝑗𝑎𝑚.

Saran

Sebaiknya sampling dilakukan secara teratur agar dapat terlihat dengan jelas
perubahan yang terjadi pada kurva pertumbuhan bakteri E.coli. Selain itu pastikan
alat-alat yang digunakan sudah dalam keadaan steril agar waktu praktikum tidak
habis digunakan untuk sterilisasi alat. Lakukan percobaan duplo agar hasil
praktikum dapat dibandingkan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Bioindustri Penerapan Teknologi Fermentasi, E. Gumbira Sa’id, PAU


Bioteknologi IPB, 1987
Buku Petunjuk Praktikum Dasar Bioproses, Jurusan Teknik Kimia Politeknik
Negeri Bandung, 2002
Kezia, S. ‘----‘. Laporan Mikrobiologi Faktor Luar yang Mempengaruhi Bakteri di
https://www.academia.edu/25414216/Laporan_Mikrobiologi_FAKTOR_LU
AR_yang_mempengaruhi_bakteri (di akses 2 Maret 2019).

Marzuki R, Ahmad. 2013. Studi Karakterisasi Bakteri Escherichia coli di


Laboratorium Kesehatan, Lumajang di
https://www.academia.edu/4139114/e.coli (di akses 2 Maret 2019).

Nafiun. 2012. Pertumbuhan MikrobaPertumbuhan Mikroba, Kinetika, Perhitungan,


Populasi, Kultur, Rumus, Fase, Metode, Faktor di
http://www.nafiun.com/2012/11/pertumbuhan-mikroba-kurva-laju-lag-
eksponensial-stasioner-bakteri-pengaruh-kecepatan.html (di akses 2 Maret
2019).

Principles of Fermentation Technology, P F. Stanbury & A. Whitaker, Pergamon


Press, 1984
Rachdie. ‘----‘. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba di
https://id.scribd.com/doc/86420513/Faktor-Yang-Mempengaruhi-
Pertumbuhan-Mikroba (di akses 2 Maret 2019).

Teknologi Bioproses, Djumali M & Ani Suryani, Penebar Swadaya, 1994.

26
LAMPIRAN

Gambar 1

Media pertumbuhan bakteri E.coli

Gambar 2

Sample dari t0 hingga t13

27

Anda mungkin juga menyukai