65 111 1 SM PDF
65 111 1 SM PDF
*
Penulis untuk korespondensi: iskandar_gizi@ymail.com
memaparkan secara rinci tentang karakteristik nilai energi sebesar 402,7 kkal dengan nilai
subjek. protein 15,6 gr.
Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian yang diberikan pada balita gizi buruk bertujuan
memberikan asupan yang tinggi, tinggi protein,
Jumlah dan cukup vitamin dan mineral secara bertahap,
Subjek penelitian guna mencapai status gizi yang optimal dengan
n %
Umur komposisi zat gizi mencukupi.8 adanya
6-12 Bulan 3 10,2 peningkatan rerata asupan energi dan protein
13-24 Bulan 9 30,9 menunjukkan terdapat perbedaan bermakna pada
25-36 Bulan 10 34,2 kedua kelompok sesudah intervensi dilakukan
37-48 Bulan 6 21,3 dan pada penelitian ini ada pengaruh yang
49-59 Bulan 1 3,4 signifikan pada perubahan berat badan setelah
Jenis Kelamin diberikan PMT.9
Laki-laki 16 55,2 Perubahan status gizi menurut indikator
Perempuan 13 44,8 BB/U pada balita antara sebelum dan selama
Status Gizi hingga akhir pemberian PMT dapat dilihat pada
Kurang 22 75,9 Gambar 1.
Buruk 7 24,1
Jumlah 29 100,0 30 0 Normal
5 5 8 10 Kurang
20 22 Buruk
2. Kandungan Energi dan Zat Gizi Formula 18 18
16
Modifikasi 16
10
Modifikasi terhadap makanan tambahan 7 6 6 5 3
yaitu melalui tiga formulasi yang terdiri dari 0
Formula 1 (formula ikan), Formula 2 (formula Awal Mgg Mgg Mgg Mgg
kacang hijau), dan Formula 3 (formula kacang ke-1 ke-2 ke-3 ke-4
hijau dan telur). Pemberian makanan tambahan Gambar 1. Perubahan status gizi selama
modifikasi tersebut diberikan selama 3 kali PMT formula modifikasi
dalam sehari, sebagaimana disajikan pada Tabel
2.
3. Pengaruh PMT formula Modifikasi
Tabel 2. Kandungan energi dan zat gizi dengan Peningkatan Status Gizi
makanan tambahan modifikasi Pengaruh PMT Formula Modifikasi
terhadap perubahan berat badan balita, setelah
Formula Energi Protein Lemak KH melalui proses pengujian statistik disajikan
F1 524,7 20,2 21,5 63,9 sebagaimana Tabel 3.
F2 402,7 15,6 11,0 61,0
Tabel 3. Perubahan berat badan selama
F3 433,3 16,8 15,4 56,7 pemberian PMT (n=29)
Tabel 5. Uji Paired Wise Comparison terkait pengaruh PMT formula modifikasi terhadap
status gizi balita
Hasil penelitin sebagaimana disajikan terhadap status gizi didapat pada semua
pada Tabel 5, ternyata dari 29 subjek yang pemberian formula.
dilakukan uji pemberian formula modifikasi Berdasarkan hasil penelitian, dapat
pada balita gizi kurang, diketahui antara z- diketahui bahwa PMT Formula modifikasi yang
score sebelum dengan setelah minggu ke-1 berbasis labu kuning ada pengaruh terhadap
pemberian mempunyai selisih z-score rerata status gizi balita di Kemukiman Lamreung
0,077. Sebelum dengan minggu ke-3 Kecamatan Darul Imarah. Hal ini dapat dilihat
pemberian mempunyai selisih z-score rerata dari Z-Score balita sebelum dilakukan
0,207. Sebelum dengan minggu ke-4 pemberian adalah 2,71 SD dan Z-Score akhir
pemberian mempunyai selisih z-score rerata adalah 2,49 SD. Untuk rata-rata asupan energi
0,218. Minggu ke-1 dengan minggu ke-3 dan zat gizi dari minggu pertama pemberian
selisihnya sebesar z-score rerata 0,130. hingga minggu akhir pemberian makanan
Minggu ke-2 pemberian dengan minggu ke-3 tambahan meningkat. Akan tetapi untuk asupan
pemberian selisihnya sebesar 0,126. Minggu karbohidrat pada minggu pertama mengalami
ke-4 dengan ke-1 selisihnya sebesar 0,141. penurunan. Namun pada minggu akhir kembali
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh mengalami peningkatan.
Penelitian ini sejalan dengan Maria (2011) minggu pertama setelah pemberian, diperoleh
menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang asupan energi dan zat gizi masih tergolong
bermakna dari pemberian makanan tambahan sangat rendah. Hal ini disebabkan ada beberapa
terhadap perubahan berat badan atau ada temuan dilapangan, dilihat bahwa sampel balita
perubahan berat badan saat masuk sampai akhir gizi kurang mengalami penyakit infeksi berupa
perawatan 0,74 kg. Peningkatan atau adanya demam dan batuk-pilek sehingga menurunkan
pengaruh terhadap perubahan berat badan, hal ini nafsu makan.
disebabkan karena makanan tambahan yang Penelitian Sugeng tahun 2005,
diberikan pada subjek peneliti sudah memenuhi menyatakan bahwa penyakit infeksi yang sering
syarat yaitu baik jenis, jumlah maupun nilai gizi dialami balita mengakibatkan menurunnya nafsu
pada masing – masing makanan tambahan9,10. makan yang akhirnya menurunkan berat badan.
Adanya pengaruh PMT formula modifikasi Timbulnya gizi kurang tidak hanya karena
terhadap perubahan berat badan pada penelitian makanan yang kurang, tetapi juga karena
ini dapat didukung oleh Sugeng, yang penyakit. Anak-anak yang mendapat makanan
menyatakan PMT-pemulihan dengan formula yang cukup baik tetapi sering diserang diare atau
WHO/ modifikasi selama 90 hari makan anak demam, akhirnya dapat menderita kurang gizi 11.
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Demikian juga pada anak-anak yang makan
status gizi anak balita KEP.11 tidak cukup baik, maka daya tahan tubuhnya
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, rata- dapat melemah. Dalam keadaan demikian
rata tingkat konsumsi energi sebesar 44,7% mudah diserang infeksi yang dapat mengurangi
masih tergolong rendah. Sedangkan untuk nafsu makan, dan akhirnya dapat menderita
tingkat konsumsi protein jauh lebih tinggi dari kurang gizi.11,12
energi yakni 81,8%, namun masih tergolong Pola konsumsi mereka pun tidak
rendah. Peneliti berasumsi bahwa jenis pangan bervariasi, hanya berupa nasi, kecap, ikan goreng
atau sumber pangan zat gizi protein dari anak dan garam. Balita juga dibiarkan untuk jajan
balita tidak seimbang. Karbohidrat sebagai diluar rumah seperti snack berupa kerupuk-
sumber energi utama dikonsumsi dalam jumlah kerupuk dan minuman kaleng. Bahkan, anak
yang sedikit, sebaliknya protein yang berfungsi lebih suka makan snack dibanding nasi. Seperti
sebagai sumber pembangun/ mengganti sel-sel yang dikutip dalam penelitian Rikantasari 9,
tubuh yang rusak dikonsumsi melebihi bahwa pemberian Makanan Tambahan adalah
karbohidrat. Hal ini akan mengakibatkan program intervensi bagi balita yang menderita
terjadinya gangguan metabolisme dalam tubuh kurang gizi dimana tujuannya adalah untuk
karena ketidakseimbangan konsumsi zat gizi. meningkatkan status gizi anak serta untuk
Sehingga untuk memenuhi kebutuhan energi mencukupi kebutuhan zat gizi anak agar
tubuh yang kurang dari karbohidrat, akan tercapainya status gizi dan kondisi gizi yang baik
diambil dari sumber protein. Penelitian ini sesuai dengan umur anak tersebut.
sejalan dengan penelitian Sugeng (2005) yang Menurut Al Rahmad et al13, dalam
menyatakan bahwa, sampel balita gizi kurang pemberian makanan tambahan kepada bayi perlu
lebih mengkonsumsi makanan bersumber diperhatikan ketepatan waktu pemberian,
protein daripada makanan dari sumber frekuensi, jenis, jumlah bahan makanan, dan cara
karbohidrat.11 pembuatannya. Kebiasaan pemberian makanan
Penerimaan formula WHO oleh balita bayi yang tidak tepat, antara lain: pemberian
pada awalnya tidak begitu baik yang disebabkan makanan yang terlalu dini atau terlambat,
adanya gangguan nafsu makan sebelum makanan yang diberikan tidak cukup dan
intervensi berlangsung dan ibu balita kurang frekuensi yang kurang. Dari hasil penelitian
bekerjasama untuk mendukung pemberian dapat diketahui bahwa ibu dengan pendidikan
makanan tambahan tersebut sehingga rendah lebih tinggi mempunyai balita dengan
membiarkan jika balita tidak mau gizi kurang daripada ibu dengan pendidikan
mengkonsumsi formula yang diberikan. Hal tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian Ingan,
tersebut dapat dilihat dari hasil recall balita. Pada yang menyatakan bahwa prevalensi gizi kurang
pada ibu dengan pendidikan rendah cenderung 7. Prabasini H, Ishartani D, Muhammad DRA.
lebih tinggi dibanding ibu dengan pendidikan Kajian sifat kimia dan fisik tepung labu
tinggi.12 kuning (cucurbita moschata) dengan
perlakuan blanching dan perendaman dalam
natrium metabisulfit (Na2S2O5). Jurnal
KESIMPULAN Teknosains Pangan. 2013;2(2).
8. Retnowati DH, Syamsianah A, Handarsari E.
Setelah dilakukan pemberian makanan
Pengaruh pemberian makanan tambahan
tambahan diperoleh balita yang mempunyai
pemulihan terhadap perubahan berat badan
status gizi baik sebanyak 6 orang, gizi kurang
balita bawah garis merah kecacingan di
sebanyak 20 orang dan balita yang mempunyai
wilayah Puskesmas Klambu Kabupaten
gizi buruk sebanyak 3 orang. Hasil tersebut
Grobogan. Jurnal Gizi. 2015;4(1).
secara statistik menunjukan pengaruh yang
9. Rikantasari S. Perilaku Pemberian Makanan
bermakna dari pemberian makanan tambahan
Terhadap Batita Di Pemukiman Tanah
terhadap perubahan berat badan dan perubahan
Kalikedinding, Kecamatan Kenjeran,
status gizi dari hasil. Sebelum pemberian
Surabaya. 2012.
makanan tambahan diperoleh bahwa balita yang
10. Nahak MD, Sulistyowati Y. Pengaruh
mempunyai gizi kurang sebanyak 22 orang dan
Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
gizi buruk sebanyak 7 orang.
Saran, akibat waktu intervensi selama Terhadap Perubahan Berat Badan Anak Gizi
satu bulan belum cukup optimal diberikan Buruk, Usia 6–60 Bulan Di Therapeutic
Feeding Center (TFC), Kecamatan Malaka
intervensi untuk tujuan meningkatkan status
Tengah, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara
gizi balita, sehingga diperlukan waktu yang
Timur. Medika Respati. 2013;8(1).
lebih lama agar intervensi ini dapat
11. Setyobudi SI, Pudjirahayu A, Bakri B.
meningkatkan status gizi yang optimal. Dan
Pengaruh PMT-Pemulihan dengan Formula
juga perlu dilakukan konsultasi khusus kepada
WHO/Modifikasi terhadap Status Gizi Anak
ibu balita sehingga dapat meningkatkan
Balita KEP di Kota Malang. Jurnal Media
pengetahuan.
Gizi dan Keluarga. 2005.
12. Tarigan IU. Faktor-faktor yang berhubungan
DAFTAR PUSTAKA dengan status gizi anak umur 6-36 bulan
sebelum dan saat krisis ekonomi di Jawa
1. Depkes RI. Petunjuk Teknis Tatalaksana Tengah. Buletin Penelitian Kesehatan.
Anak Gizi Buruk Buku II. 2005. 2003;31(1 Mar).
2. Balitbangkes. Laporan Riskesdas 2013. 13. AL Rahmad AH, Miko A, Hadi A. Kajian
Jakarta; 2013. Stunting Pada Anak Balita Ditinjau Dari
3. Puskesmas Darul Imarah. Hasil Survei Pemberian ASI Eksklusif , MP-ASI, Status
Pemantauan Status Gizi Balita. Aceh Besar; Imunisasi Dan Karakteristik Keluarga Di
2016. Kota Banda Aceh. Jurnal Kesehatan Ilmiah
4. Khomsan A. Pangan dan gizi untuk Nasuwakes Poltekkes Aceh. 2013;6(2):169-
kesehatan. PT Raja Grafindo Persada, 184.
Jakarta. 2003.
5. Depkes RI. Petunjuk Teknis Tatalaksana
Anak Gizi Buruk Buku II. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
2011.
6. Noer ER, Rustanti N, Leiyla E. Karakteristik
makanan pendamping ASI balita yang
disubstitusi dengan tepung ikan lele dan labu
kuning. JURNAL GIZI INDONESIA.
2014;2(2):82-88.