Potensi Geografi
1. Tata Geografi
Desa Sidomulyo terletak di Kecamatan Wonoasri Kabupaten
Madiun. Desa ini dapat ditempuh dari Kantor Kecamatan Wonoasri
sekitar lima menit dengan menggunakan kendaraan bermotor. Menurut
tata administratif Desa ini dibagi menjadi 8 Rukun Warga dengan 29
RT dan memiliki tiga wilayah pemerintahan, diantaranya Dusun
Sidomulyo, Dusun Sindon dan Dusun Kedunggong. Dusun
Kedunggong sendiri dibagi menjadi tiga wilayah yakni Dukuh
Kedunggong, Dukuh Mberu dan Dukuh Ndawuhan. Pada dukuh-dukuh
ini wilayahnya hanya memiliki satu pemerintahan yang berpusat di
Dusun Kedunggong. Desa Sidomulyo memiliki wilayah seluas
202.350 Ha. yang sebagian besar wilayahnya adalah pemukiman dan
persawahan dengan batas wilayah sebagai berikut :
2. Tata Ruang
Lahan di desa Sidomulyo terdiri dari berbagai area lahan,
diantaranya adalah area pertanian, area permukiman, area waduk,
perkebunan, dan hutan. Area pertanian di desa Sidomulyo terdiri dari
beberapa bagian, ada area pertanian pribadi, area pertanian bengkok
dan area pertanian kas desa. Di desa Sidomulyo juga terdapat berbagai
macam pemanfaatan lahan pertanian, lahan pribadi yang secara rata-
rata ditanami padi, namun ada juga yang menanam sayur-mayur seperti
kacang panjang, terong, bayam, mentimun, kacang hijau, dan
sebagainya. Sedangkan untuk area permukiman terdiri dari berbagai
area, diantaranya ada bangunan tempat ibadah atau masjid, 1 area
pasar, 1 unit kantor desa dan Polindes, unit gedung PAUD, 2 unit
gedung TK, 2 unit gedung SD/MI, dan 2 unit gedung SMP/MTs.
3. Sumber Daya Alam
Sumber daya alam atau potensi alam yang ada di desa Sidomulyo
yaitu terdapat aliran air sungai, aliran sungai ini berasal aliran sungai
ini berasal dari waduk dawuhan yang ada di wilayah desa
Plumpungrejo. Hasil bumi di daerah dini mencakup padi dan hasil
perkebunan berupa pisang, ada beberapa yang menanam ketela pohon,
namun tidak terlalu banyak. Hasil perkebunan kebanyakan hanya
untuk pekerjaan sampingan. Hewan ternak yang dipelihara warga
sekitar berupa sapi dan kambing. Kebanyakan peternak yang ada di
desa Sidomulyo ada di dusun Sindon. Di sana juga terdapat paguyuban
peternak untuk menampung para peternak yang ada.
4. Vegetasi
Di desa Sidomulyo terdapat sawah, bambu, dan tanaman sayuran.
Jauh dari desa, terdapat hutan yang ditanami pohon jati di daerah
dusun dunggong. Untuk vegetasi ini secara rata-rata, lahan di desa
Sidomulyo ini ditanami padi, namun ada juga yang menanam sayur-
mayur seperti kacang panjang, terong, bayam, mentimun, kacang hijau,
dan sebagainya.
B. Potensi Demografi
1. Jumlah Penduduk
Berdasarkan data di Kantor Desa Sidomulyo, update Juli 2019, di
desa Sidomulyo terdapat 5.259 Orang. Adapun perkiraaan data, untuk
jenis kelamin Laki-laki sebanyak 2.651 orang dan untuk jenis kelamin
Perempuan sebanyak 2.608 orang serta KK sebanyak 1.918.
No. Rentang Usia Penduduk Jumlah Penduduk
1. 0-5 354 orang
2. 6-12 492 orang
3. 12-25 963 orang
4. 25-40 1109 orang
5. 40-50 836 orang
6. 50 ke atas 1505 orang
Tabel 1.2 Rentang Usia dan Jumlah Penduduk
2. Trend Mobilitas
Masyarakat desa Sidomulyo tergolong masyarakat yang hidup
dalam keadaan cukup berkembang. Mobilitas penduduk yang ada di
desa Sidomulyo ini relatif tinggi. Banyaknya pendatang dari luar untuk
berdagang, menjadi PNS dan menetap mencari mata pencaharian di
desa Sidomulyo membentuk suatu kepadatan penduduk di desa
Sidomulyo. Ada juga dari sebagian masyarakat Sidomulyo yang lebih
memilih untuk bekerja di wilayah sendiri dibandingkan dengan
melakukan mobilitas. Hal tersebut dapat dilihat bahwa masyarakat
Sidomulyo memilih berdagang di sekitar wilayah tersebut. Mereka
mengandalkan keterampilan yang mereka miliki untuk membuka usaha
dagang seperti laundry, usaha warung nasi, isi ulang galon, produksi
keripik, produksi tahu-tempe serta memanfaatkan aset alam yang ada,
sedangkan bagi bapak-bapak lebih memilih untuk bertani dan
berkebun.
3. Mata Pencaharian
Mata pencaharian masyarakat desa Sidomulyo adalah pertanian,
perdagangan, dan pegawai. Pertanian menjadi mayoritas mata
pencaharian masyarakat di desa Sidomulyo. Selain di sektor pertanian,
masyarakat setempat juga berprofesi sebagai pedagang untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, baik pedagang di pasar maupun di
kios atau toko depan rumah mereka. Kemudian terdapat juga yang
berprofesi sebagai pegawai, diantaranya yaitu perangkat desa.
Beberapa diantaranya, masyarakat desa Sidomulyo juga
memanfaatkan keterampilan yang mereka miliki untuk mendapatkan
penghasilan seperti ketrampilan mengajar les, mengajar mengaji,
sampai menjadi buruh cuci juga ada, bengkel, serta memiliki
keterampilan merias, menjahit dan memasak. Mereka mengembangkan
keterampilan yang mereka miliki untuk mendapatkan penghasilan guna
memenuhi kebutuhan untuk hidup sehari-hari.
4. Profil Masyarakat
Kecamatan Wonoasri memiliki 10 desa. Pada awalnya Desa
Sidomulyo terdiri dari dua pemerintahan yaitu Desa Jatisari dan Desa
Sindon yang kemudian meluas hingga terbentang diatas tanah seluas
202.350 Ha dengan kepadatan penduduk sekitar 5.259 jiwa. Iklim
kemarau dan penghujan yang terdapat dalam desa ini sangat
mempengaruhi terhadap pola tanam, sehingga sampai sekarang desa
Sidomulyo tidak kalah tertinggal kesejahteraannya dibanding dengan
kondisi desa-desa lainnya.
Wilayah Sidomulyo sebagian besar wilayahnya adalah pemukiman
dan persawahan. Lahan di Desa Sidomulyo terdiri dari berbagai area
lahan, diantaranya adalah area pertanian, area permukiman, area
waduk, perkebunan, dan hutan. Potensi alam desa ini cukup beragam,
karena terdapat aliran sungai, hasil bumi berupa padi, dan hewan
ternak yang dipelihara warga sekitar berupa sapi dan kaming. Keadaan
masyarakat Desa Sidomulyo cukup berkembang dengan mobilitas
penduduk yang cukup tinggi. 80% penduduknya adalah petani dan
buruh tani, 10% perdagangan, dan 10% bekerja serabutan di dalam
desa dan keluar desa, serta warga sipil dan swasta yang terdapat dalam
desa tersebut.
Diantara macam-macam kegiatan masyarakat sebagai interaksi
sosial desa ini adalah Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK)
dan tahlilan rutin setiap hari Rabu yang dianggotai oleh ibu-ibu,
Karang Taruna, serta lomba-lomba yang diadakan untuk menyambut
dirgahayu Republik Indonesia.
5. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
Di desa Sidomulyo terdapat macam-macam kegiatan masyarakat
sebagai bentuk dari interaksi sosial diantaranya adalah Pemberdayaan
Kesejahteraan Keluarga (PKK) oleh ibu-ibu, kegiatan tahlilan rutinan
yang diadakan setiap hari rabu oleh ibu-ibu setempat, lomba yang
diselenggarakan oleh desa dalam rangka memperingati hari
kemerdekaan Indonesia. Adapun interaksi lain seperti karang taruna
6. Sejarah Perkembangan Penduduk (time series)
Awal mula dari desa Sidomulyo ialah wilayah yang terdiri dari dua
pemerintahan desa yaitu desa Jatisari dan desa Sindon. Pada masa
pemerintahan Belanda, Sindon dulunya merupakan desa yang berdiri
sendiri, sehingga tidak termasuk wilayah kecamatan Wonoasri
melainkan wilayah kecamatan Mejayan untuk desa Sidomulyo
dulunya bernama Desa.
Pada masa itu desa Jatisari terkenal tidak aman dan sering terjadi
perampokan. Hal itu menjadi salah satu bencana sosial yang pernah
terjadi dan melanda masyarakat Jatisari saat itu. Kemudian desa
Jatisari disatukan dengan desa Sindon. Masyarakat desa Sindon
dahulunya adalah pendatang dari Kare (wilayah gunung), dikarenakan
di Kare susah untuk mencari makanan yang disebabkan oleh tanah di
wilayah permukiman masyarakat sana yang susah ditanami. Kelaparan
dan kemiskinan pun terjadi secara berangsur-angsur. Dari
permasalahan itu, maka beberapa penduduk membuka lahan baru di
sebuah wilayah yang dinamakan Sindon. Nama ini diusulkan oleh
masyarakat Kare yang ikut singgah di tanah subur tersebut, sebab
tanah baru itu dapat ditanami dan mampu memberikan kesejahteraan
untuk masyarakat Kare di lahan tersebut. Akhirnya masyarakat Kare
yang membuka lahan di wilayah baru tersebut memutuskan untuk
bertempat tinggal dan menetap di Sindon.
Sebenarnya sudah ada sebuah bangunan yang terlihat seperti
permukiman di lahan Sindon tersebut, namun jajaran permukiman itu
tidak berpenghuni. Permukiman itu terlihat seperti ditinggalkan oleh
pemilik yang lama. Tidak diketahui dengan jelas, apa yang terjadi
dengan penghuni permukiman di wilayah baru yang dinamakan
Sindon terdebut. Menurut isu legenda rakyat yang didapatkan,
permukiman tersebut merupakan wilayah permukiman yang sengaja
ditinggalkan penghuninya untuk mengungsikan diri dari bencana
gunung Wilis di masa itu. ada pula isu yang dikatakan rakyat lainnya
menyatakan bahwa saat ada gunung api bernama Wilis itu meletus
yang menyebabkan seluruh penghuni perkampungan itu terbunuh oleh
bencana yang datang.
Desa Sindon dinilai terlalu rawan keamananya dan luas wilayahnya
kecil, sehingga waktu itu diadakan musyawarah bersama para tokoh
masyarakat yang hasilnya berupa kesepakatan bahwa dua Desa tersebut
dijadikan satu dengan memakai nama desa baru yaitu Desa Sidomulyo.
Nama Sidomulyo sendiri muncul pada tahun 2012 silam. Sidomulyo
diambil dari dua kata “Sido” dan “Mulyo”. Sido memiliki arti Jadi, dan
Mulyo artinya mulia atau mampu. Seiring berjalannya waktu, Desa
Sidomulyo terbagi menjadi tiga wilayahnya dusun yaitu: Dusun
Sidomulyo, Dusun Sindon dan Dusun Dunggong.
Desa Sidomulyo merupakan salah satu dari 10 desa yang ada di
Kecamatan Wonoasri. Desa Sidomulyo mempunyai wilayah seluas
202.350 ha dengan jumlah penduduk: 5.259 jiwa. Desa Sidomulyo
mempunyai 2 iklim, yaitu kemarau dan penghujan. Iklim tersebut
memiliki pengaruh langsung terhadap pola tanam yang ada di desa
Sidomulyo sehingga sampai saat ini desa Sidomulyo juga tidak tertinggal
kesejahteraannya dibanding dengan kondisi desa-desa yang lain.
C. Potensi Keagamaan
1. Aliran dan Kepercayaan Keagamaan
Kepercayaan keagamaan masyarakat setempat yaitu mayoritas
beragama Islam dan hanya sedikit yang beragama Kristen. Aliran
masyarakat setempat yaitu Islam moderat, terlihat dari cara berpakaian
masyarakat, terlihat juga dari kegiatan keagamaannya yakni yasinan
rutinan.
Lembaga keagamaan yang ada di Desa Sidomulyo ini ada dua
yaitu Nahdhotul Ulama dan Lembaga Dakwah Islam Indonesa (LDII).
Namun kedua lembaga tersebut dapat berdampingan tanpa adanya
konflik. Masyarakat mampu menerapkan toleransi yang sangat baik.
Misalnya ketika ada perbedaan hari raya mereka tidak pernah
membesarkan masalah tersebut. Namun, jika dilihat masyarakat
Sidomulyo ini mayoritas merupakan anggota Nahdhotul Ulama, hanya
sebagian kecil saja yang Muhammadiyah. Tetapi yang terpenting
adalah mereka mampu menerapkan sikap toleransi kepada sesama
masyarakat.
2. Institusi Keagamaan
Di Desa Sidomulyo terdapat 1 pondok pesantren dan terdapat
banyak tempat pengajaran baca tulis Al-Qur’an.
a. Pondok Pesantren Ar-roudloh
b. TPQ
1) RT 01 = Pak Wafni
2) RT 10 = Pak Qomari
3) RT 17 = Pak Hijroh
c. TPA
1) RT 12 = Sulatin
2) RT 16 = Marsam
3) RT 06 = Bu Tutik
4) RT 20 = Ismiron
5) RT 22 = Bu Suyati
6) RT 28 = Damish
3. Tempat Ibadah
Terdapat banyak tempat ibadah seperti musholla dan masjid di
Desa Sidomulyo karena mayoritas masyarakat setempat beragama
Islam.
a. Masjid
1) RT 01 = Sholeh Harun
2) RT 16 = Agus Aminan
3) RT 20 = Ismiron
4) RT 25 = Samilan
b. Musholla
1) RT 14 = Al-Huda
2) RT 16 = Marsam
3) RT 16 = alm. Mawardi
4) RT 17 = Hijrah
5) RT 03 = H. Kusri
6) RT 03 = alm. A Farhan
7) RT 02 = Muh. Kodri
8) RT 02 = alm. Imam Ahmad
9) RT 07 = Sumono
10) RT 07 = Ali Mahfud
11) RT 09 = Zainuddin
12) RT 09 = alm. Malik Marzuki
13) RT 10 = PP Ar-roudhoh
14) RT 21 = Sukimin
15) RT 28 = Rodhi
b) PSHT Winongo
Perbedaan perkumpulan pesilat ini dengan tarate
adalah pada proses pengesahan, para pesilat winogo akan
disahkan terlebih dahulu sebelum dilatih. Hal ini
dilakukan untuk mengikrar agar para warga giat dalam
berlatih.
Winongo atau yang terkenal dengan tunas muda
indonesia ini didirikan di desa Sidomulyo oleh enam
orang pemuda pada tahun 2005 salah satunya adalah mas
Eri Pujiyanto, yang saat ini menjadi ketua ranting winongo
sidomulyo. Dia menceritakan bahwa pada awal mula
berdirinya winongo memberikan warna baru di desa ini,
banyak pemuda yang meminati perkumpulan ini hingga
tercatat ratusan lebih anggota pada tahun itu.
Sempat vakum ditahun 2014 karena para
penggagasnya disibukkan dengan kehidupan dewasnya,
winogo kembali bangkit pada tahun 2016 silam, hingga
saat ini 500 lebih tercatat sebagai warga winongo di desa
ini.
Selain kegiatan latihan mingguan, perkumpulan ini
juga mengadakan pengajian, pertunujkan hingga
mengikuti ajang kompetesi atlet, pancak seni, dan atlet fiht
dari tingkat lokal hingga internasional
2) Ikatan Keluarga Silat Putra Indonesia Kera Sakti
Ikatan Keluarga Silat Putra Indonesia (IKSPI) berada di
Sidomulyo sejak tahun 1992. Penggagasnya adalah pak
mardiono. Saat ini ketua umum ikspi adalah Bpk Bambang,
dan tercatat ribuan lebih anggota. Selain itu, ikspi memiliki
ajang kompetisi sendiri yaitu ikspi-cup.
3) Pagar Nusa
Pagar Nusa adalah Perkumpulan silat yg paling sepuh di
desa sidomulyo ini, tercatat ribuan lebih anggota sejak sebelum
kemerdekaan. Dan mulai dikembangkan sejak 2013. Dian
saputro sebagai ketua rayon sidomulyo mengungkapkan
pengesahan dilakukan setahun sekali pada setiap bulan syuro.
F. Potensi Pendidikan
a. Institusi Pendidikan
Desa Sidomulyo dapat dikatakan memiliki sarana pendidikan yang
cukup lengkap. Hal tersebut dapat di buktikan dari data lapangan, yaitu
terdapat sarana pendidikan formal dan non-formal. Untuk sarana
pendidikan formal Desa Sidomulyo ini memiliki sarana pendidikan TK
Desa Sidomulyo yang terletak di dusun Sidomulyo, TK MI Sidomulyo
yang terletak di dusun Sidomulyo, Sekolah Dasar Negeri 01
Sidomulyo yang terletak di dusun Sidomulyo, SDN 02 Sidomulyo di
dusun Sidomulyo, MI Sidomulyo dusun Sidomulyo, SMP 01 Wonoasri
di dusun Sindon, MTS Sidomulyo dusun Sidomulyo dan terdapat SLB
Panca Bhakti terletak di dusun Sindon.
b. Bentuk-bentuk Kegiatan Pendidikan Masyarakat
Berbagai pendidikan masyarakat telah digalakkan di desa
Sidomulyo. Salah satunya adalah pelatihan yang di peruntukkan
kepada ibu-ibu PKK. Awalnya pihak desa mengajukan kepada BLK
(Balai Latihan Kerja) lalu ada seleksi dan tidak semua desa
pengajuannya di setujui. di desa ini terakhir kali pelatihan di lakukan 2
tahun yang lalu. Melatih para ibu-ibu PKK untuk membuat aneka kue.
Pelatihan di lakukan selama 20 hari, dalam pelatihan itu juga ibu-
ibu di beri uang transport dan juga modal untuk membeli peralatan.
Sedangkan untuk bahan sendiri di sediakan dari pihak BLK sendiri.
Sedangkan hasilnya di praktekan saat bulan puasa, ibu-ibu PKK
menggelar lapak dagangan untuk menyediakan takjil, jajanan, kue,
dan lain sebagainya.