Anda di halaman 1dari 2

4.

2 Pengukuran Jarak dan Tinggi


4.2.2 Data Pengamatan
Adapun data pengamatan yang diperoleh dari praktikum adalah sebagai
berikut :

Tabel 4.2.1.1 Data Pengamatan Pengukuran Tinggi Gedung L Teknik Geofisika


Objek Nama Kegiatan Guruh Ryas Hawa
Tinggi gedung dengan penggaris 24 cm 25 cm 23,5 cm
Gedung L
Langkah kaki 46 kali 41 kali 50 kali
Teknik
Panjang kaki 60 cm 60 cm 60 cm
Geofisika
Panjang lengan 65 cm 72 cm 60 cm

Tabel 4.2.1.2 Data Pengamatan Pengukuran GSG Universitas Lampung


Objek Nama Kegiatan Guruh Ryas Hawa
Tinggi gedung dengan penggaris 21 cm 24 cm 22,5cm
GSG
Langkah kaki 50 kali 45 kali 60 kali
Universitas
Panjang kaki 60 cm 60 cm 60 cm
Lampung
Panjang lengan 65 cm 72 cm 60 cm

Tabel 4.2.1.3 Data Pengamatan Pengukuran GSG Universitas Lampung


Objek Nama Kegiatan Guruh Ryas Hawa
Tinggi gedung dengan penggaris 24 cm 27 cm 22,5cm
GSG
Langkah kaki 44 kali 38 kali 51 kali
Universitas
Panjang kaki 60 cm 60 cm 60 cm
Lampung
Panjang lengan 65 cm 72 cm 60 cm

4.2.3 Pembahasan

Dalam praktikum pengukuran jarak dan tinggi. Praktikan diberi penjelasan oleh
asisten dosen tentang bagaimana cara mengukur tinggi sebuah gedung dengan
mengunakan penggaris berukuran kurang lebih 30 cm. Pengukuran jarak dan tinggi
pada gedung ini menggunakan theorama phytagoras. Yang mana praktikan
mengukur jarak dengan langkah kaki yang konstan kemudian mengukur tinggi
gedung dengan penggaris kurang lebihb 30 cm.

Pada tabel 4.2.1.1 praktikan mengukur tinggi Gedung L Teknik Geofisika. Dimana
tiga orang praktikan dengan kriteria tinggi, cukup tinggi, dan kurang tinggi
melakukan pengukuran terhadap Gedung L Teknik Geofisika. Sehingga diperoleh
data pengukuran pada tabel 4.2.1.1. Kemudian data ini diproses menggunakan rumus
pengukuran jarak dan tinggi sehingga diperoleh hasil yang terlampir pada lampiran.
Hal yang samapun dilakukan pada data pengukuran tabel 4.2.1.2 dan 4.2.1.3.
Pada pengukuran tinggi Gedung L Teknik Geofisika praktikan Guruh diperoleh
taksiran tinggi gedung sebesar 9,936 m dengan taksiran sudut 19,8o. Pada praktikan
Ryas diperoleh taksiran tinggi gedung sebesar 8,364 m dengan taksiran sudut
18,78o. Sedangkan pada praktikan Hawa diperoleh taksiran tinggi gedung sebesar
11,70 m dengan taksiran sudut 21,31o.

Pada pengukuran kedua yaitu tinggi GSG Universitas Lampung praktikan Guruh
diperoleh taksiran tinggi gedung sebesar 9,6 m dengan taksiran sudut 17,74o. Pada
praktikan Ryas diperoleh taksiran tinggi gedung sebesar 9,18 m dengan taksiran
sudut 18,78o. Sedangkan pada praktikan Hawa diperoleh taksiran tinggi gedung
sebesar 13,5 m dengan taksiran sudut 20,56o.

Dan pada pengukuran ketiga yaitu tinggi GSG Universitas Lampung praktikan Guruh
diperoleh taksiran tinggi gedung sebesar 9,504 m dengan taksiran sudut 19,8o. Pada
praktikan Ryas diperoleh taksiran tinggi gedung sebesar 8,55 m dengan taksiran
sudut 20,56o. Sedangkan pada praktikan Hawa diperoleh taksiran tinggi gedung
sebesar 11,475 m dengan taksiran sudut 20,56o.

Dalam pengukuran jarak dan tinggi gedung ini terdapat berbagai macam
kekurangan. Salah satunya adalah langkah kaki yang tidak konstan sehingga
menghasilkan data yang kurang akurat.

Dalam Geofisika fungsional pengukuran jarak dan tinggi digunakan untuk


perhitungan, pengolahan, dan koreksi data untuk menentukan posisi
(koordinat) setiap titik yang terukur dalam wilayah pemetaan. Pemetaan
wilayah ini dapat digunakan dalam ruang lingkup luas dan kecil.

Pemetaan ini difungsikan untuk ilmu geofisika sebagai pengelompokkan.


Baik itu pengelompokkan eksplorasi sumber daya alam seperti minyak bumi,
batu bara, mineral dan lain sebagainya. Ataupun pemetaan mitigasi bencana,
mulai dari daerah rawan bencana tektonik hingga daerah yang cukup amahn
atau tidak rawan dari bencana tektonik.

Dalam pemetaan ini tentu amat sangat diperlukan pengukuran tinggi dan jarak
untuk menetukan tinggi kontur suatu daerah dalam pemetaan wilayah.

Anda mungkin juga menyukai