Makalah Paud
Makalah Paud
BAB I
PENDAHULUAN
Semua anak, khususnya anak usia dini atau anak sekolah dasar menampakkan
kesenangan belajar dan bahkan mereka ingin mempelajari banyak hal. Dorongan ingin
tahu mereka yang sangat tinggi dapat dilihat dari keinginan untuk mengeksplorasi
lingkungan dengan kemampuan dan dorongan mereka untuk mengetahui sesuatu dan
membuat sesuatu secara kreatif. Mereka senang bermain boneka, pistol-pistolan dan
berbagai macam alat permainan lainnya yang mereka ciptakan melalui bahan alami
seperti daun singkong untuk membuat boneka wayang, dan dahan pisang untuk
membuat pistol-pistolan. Mereka cenderung meniru dan mencoba apa yang mereka
lihat dan ketahui. Mereka memiliki minat yang luas dan cita-cita yang banyak, walaupun
mereka belum menyadari bahwa untuk mengembangkan minat dan mencapai cita-cita
mereka memerlukan pengorbanan dan kerja keras.
Mereka juga belum menyadari perlunya memiliki pengetahuan dan keterampilan serta
kepribadian yang sesuai dengan tuntutan keinginan mereka. Anak-anak sangat
menyenangi belajar, seperti yang kita ketahui bahwa sebenarnya anak-anak dapat dan
ingin belajar, dan lebih dari itu, mereka ingin belajar sebanyak-banyaknya dan sesegera
mungkin. Oleh karena itu, guru-guru diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada
anak-anak untuk belajar kreatif sebanyak dan selekas mungkin. Caranya adalah dengan
membuat situasi belajar yang menarik dan sekreatif mungkin sehingga anak-anak dapat
memiliki keinginan untuk kreatif seperti yang dilakukan oleh gurunya.
Kreativitas dan bakat pada diri anak perlu dipupuk dan dikembangkan. Karena dengan
kreativitas dan bakat yang dimilikinya itu mereka dapat menjadi pribadi-pribadi yang
kreatif. Sebagai pribadi yang kreatif, kelak mereka bukan saja dapat meningkatkan
kualitas pribadinya, tetapi juga dapat meningkatkan kualitas kehidupan bangsa dan
negara. Sistem pendidikan perlu disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan disegala
bidang, yang memerlukan jenis-jenis keahlian dan keterampilan serta dapat
meningkatkan kreativitas, produktivitas, mutu, dan efisiensi kerja.
Perilaku kreatif adalah hasil pemikiran kreatif. Karena itu sistem pendidikan hendaknya
dapat merangsang pemikiran, sikap, dan perilaku kreatif-produktif, di samping
pemikiran logis dan penalaran. Namun dalam kenyataannya masih sedikit sekolah yang
menyelenggarakan upaya pengembangan kreativitas dan bakat anak. Hal ini disebabkan
antara lain oleh masih sangat langkanya literatur yang membahas secara menyeluruh
dan terinci mengenai kreativitas, bakat, dan upaya-upaya pengembangannya khususnya
di sekolah dasar.
1
2
Dari latar belakang di atas, maka penyusun dapat memberikan rumusan masalah-
masalah yang akan dibahas dalam makalah ini. Antara lain :
Dari rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, dapat menyimpulkan tujuan
penulisan makalah ini antara lain :
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
Secara alamiah perkembangan anak berbeda-beda, baik dalam bakat, minat, jasmani,
kematangan emosi, kepribadian, keadaan jasmani, dan sosialnya. Selain itu, setiap anak
memiliki kemampuan tak terbatas dalam belajar, untuk dapat berfikir kereatif dan
produktif. (Ahmad Susanto, 2011 : 111) Kreativitas menurut kamus besar Bahasa
Indonesia berasal dari kata dasar kreatif, yaitu memiliki kemampuan untuk menciptakan
sesuatu. (Trisno Yuwono, 2003 : 330) Menurut Munandar yang dikutip oleh Syafaruddin
dan Herdianto, kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru
berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada. Kreativitas juga diartikan
dengan kemampuan yang berdasarkan data atau informasi yang menemukan banyak
kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana pendekatannya adalah pada
kuantitas dan keragaman jawaban.
Sebutan lain bagi anak berbakat ialah kecerdasan, cemerlang, kreatif. Semua
sebutan ini merujuk adanya keunggulan kemampuan yang dimiliki seseorang. Jadi bakat
adalah sesuatu yang “ inherent (melekat)” dalam diri seseorang, dibawa sejak lahir dan
terkait erat dengan struktur otak. Secara genetis struktur otak itu sangat ditentukan oleh
interaksi antara lingkungan dengan anak manusia itu. Kemampuan intelektual
merupakan ekspresi dari apa yang disebut intelegensi dan kepada kemampuan intelek
ini juga kita bersandar menguasai dan memperlakukan perubahan kebudayaan serta
pembaharuan teknologi di dalam masyarakat. Intelegensi meruapakan sifat-sifat
manusia yang mencakup kemampuan untuk pemahaman hubungan yang kompleks.
Satu ciri yang umum dimiliki oleh anak berbakat ialah memiliki kecerdasan yang
lebih tinggi daripada anak normal. Pada mulanya tingkat kecerdasan dipandang sebagai
satu-satunya ciri anak berbakat. Pandangan ini disebut pandangan berdimensi tunggal
tentang anak berbakat. Umumnya anak ini disebut berbakat jika memilki IQ diatas 120,
sedangkan anak yang memilki IQ 137 ke atas disebut anak berbakat tinggi.
Undang-undang No. 2/1989 pasal 8 ayat (1) dan (2) menyatakan bahwa :
3
4
1) Warga Negara yang memiliki kelainan fisik dan atau mental berhak memperoleh
pendidikan luar biasa
2) Warga Negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak
memperoleh perhatian khusus
Para ahli dengan hasil penelitiannya (Berry 1980) menunjukkan bahwa secara
biologis memang ada perbedaan struktur otak antara anak-anak cerdas dan berbakat
dengan anak normal. Anak berbakat mampu memfungsikan kedua belahan otak kiri dan
otak kanan sebagai alat berfikir dan seluruh fungsi lain sehingga mewujudkan perilaku
kreatif.
Ada banyak hal yang harus dilakukan dan diperhatikan oleh orang tua jika ingin anaknya
menjadi anak cerdas sepenuhnya. Orang tua dapat melakukan berbagai hal berikut
untuk mencerdaskan si buah hati:
4
5
5. Mengenalkan kesenian
Anak yang diperkenalkan kepada seni akan mempunyai perkembangan yang lebih baik
dalam bidang bahasa, daya ingat, verbal, matematika dan tingkat IQ nya. Seni tersebut
antara lain , musik, kerajinan tangan, seni lukis dan lain – lain. Cobalah untuk
mengarahkan anak kepada salah satu bidang seni yang kelihatannya akan disukainya.
9. Memutarkan lagu
Kegiatan mendengarkan lagu akan menjadi saat santai yang cocok untuk seorang anak.
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa musik dapat menjadi sarana untuk
mencerdaskan anak bahkan sejak masih dalam kandungan, terutama musik klasik.
5
6
orang tua yang tidak ingin mendengar kerewelan anak lalu membiarkan anak makan apa
yang disukainya saja.
6
7
Ketika berkaitan dengan keinginan untuk memiliki anak yang cerdas, banyak orang tua
yang menjadi terburu nafsu atau merasa minder melihat kemajuan anak lain sehingga
ingin anaknya juga memiliki kecerdasan yang sama. Akibatnya, banyak orang tua yang
menekan anak dengan keras dan tidak mau peduli keinginan anaknya. Namun tahukah
Anda, bahwa pada dasarnya tidak ada anak yang persis sama satu dengan lainnya
sehingga menjadikan mereka itu pribadi yang unik.
Setiap anak membutuhkan pendekatan yang berbeda untuk berbagai masalah dan
dalam perkembangan mereka, karena itulah menjadi orang tua adalah suatu proses
pembelajaran yang tidak pernah berakhir.
Hurlock dikutip oleh Semiawan menegaskan bahwa hasil sejumlah studi kreativitas
menunjukkan bahwa perkembangan kreativitas mengikuti suatu pola yang dapat
diramalkan, ada sejumlah variasi di dalam pola ini. Demikian juga ada beberapa faktor
yang berpengaruh terhadap variasi-variasi tersebut. (Semiawan, 1999 : 96) Diantaranya :
a. Jenis kelamin
Anak-anak lelaki menunjukkan kreativitas yang lebih tinggi daripada anak perempuan,
terutama di masa-masa perkembangan. Di sebagian masyarakat, anak lelaki mendapat
7
8
perlakuan yang berbeda dari anak perempuan. Anak lelaki mendapat kesempatan yang
lebih banyak daripada anak perempuan untuk hidup mandiri, lebih mendapat
kesempatan untuk menghadapi resiko, mendapatkan kesempatan dari orang tua dan
guru untuk berinisiatif dan menampilkan keasliannya.
b. Status sosio-ekonomi
Anak-anak yang berlatar belakang sosio-ekonomis lebih tinggi cenderung lebih kreatif
daripada anak-anak yang berlatar belakang rendah. Kelompok pertama diduga
mendapatkan perlakuan orangtua yang lebih demokratis, sementara kelompok
keduanya lebih banyak mendapat perlakuan otoriter. Kontrol orangtua yang demokratis
dapat memelihara kemampuan kreatif dengan memberikan kesempatan yang lebih
banyak kepada anak untuk mengekspresikan individualitasnya dan mengejar minat dan
aktivitas menurut pilihannya sendiri. Yang lebih penting lagi anak-anak yang berlatar
belakang ekonomi tinggi mendapat kesempatan yang lebih banyak utnuk mengakses
pengetahuan dan pengalaman yang diperluakan untuk mengembangkan kreativitas,
misalnya ke tempat-tempat rekreasi, tempat-tempat penting, dan pusat-pusat informasi
yang dapat mendorong anak-anak untuk berimajinasi serta berpikir dan bertindak
secara kreatif.
Faktanya anak yang posisi kelahiran berbeda menunjukkan tingkat kreativitas yang
berbeda. Pernyataan ini memiliki implikasi bahwa lingkungan memiliki kedudukan yang
lebih penting dari pada keturunan. Anak tengah dan anak bungsu memungkinkan lebih
kreatif daripada anak sulung. Anak sulung cenderung mendapat tekanan yang lebih
besar untuk memenuhi harapan orang tua daripada anak berikutnya.
Anak-anak dari keluarga kecil cenderung lebih kreatif daripada anak-anak dari keluarga
besar. Hal ini disebabkan oleh pengasuhan dalam keluarga besar menuntut sikap yang
lebih otoriter guna bisa mengendalikan anak yang banyak itu. Perlakuan yang otoriter
cenderung menghambat perkembangan kreativitas. Sebaliknya anak dari keluarga kecil
cenderung mendapat lebih banyak perlakuan yang demokratis. Sikap tersebut
memungkinkan bisa mendukung terciptanya suasana dan sikap yang mendukung untuk
pengembangan kreativitas.
Anak-anak dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif daripada anak-anak dari
lingkungan desa, karena yang pertama lebih banyak mendapatkan lingkungan yang lebih
memberikan stimulasi dalam pengembangan kreativitas. Di kota-kota lebih banyak
tempat-tempat, objek-objek, benda-beda, dan tantangan-tantangan yang mengundang
setiap anak untuk mengembangkan kemampuan kreatif.
f. Intelegensi
Untuk anak yang seusia, anak-anak yang cerdas menunjukan kemampuan kreatif yang
lebih dari pada anak-anak yang kurang cerdas. Yang pertama cenderung memiliki ide-ide
8
9
yang lebih baru ingin mengatasi situasi konflik sosial dan mampu merumuskan lebih
banyak alternatif pemecahan terhadap konflik-konflik itu, juga beralasan bahwa anak-
anak yang cerdas pada akhirnya pantas dipilih sebagai pemimpin daripada anak-anak
seusianya.
Masalah khusus yang berhubungan dengan pengajaran anak berbakat pada dasarnya
merupakan masalah bagaimana menghadapi perbedaan-perbedaan anak. Perbedaan
dalam peran guru berdasarkan ciri-ciri khas anak berbakat, yang terampil dalam situasi
belajar dan cara guru menangani ciri-ciri tersebut. Karena falsafah pendidikan mengakui
adanya perbedaan individual dan bertujuan mengembangkan bakat dan kemampuan
setiap anak didik secara optimal, maka dengan sendirinya kualifikasi guru harus berbeda
sesuai dengan sifat-sifat dan kemampuan anak didik.
Menurut barbed and Renzulli dikutip oleh Utami Munandar, ada beberapa peran guru
dalam mengembangkan kreativitas anak. (Utami Munandar, 1999: 62) Diantaranya
sebagai berikut :
Pertama-tama guru perlu memahami diri sendiri, karena anak yang belajar tidak hanya
dipengaruhi oleh apa yang dilakukan guru, tapi juga bagaimana guru melakukannya.
Mustahil mengharapkan seseorang dapat memahami kebutuhan, perasaan, dan perilaku
orang lain, jika ia tidak mengenal diri sendiri. Kedua di samping memahami diri sendiri,
guru perlu memiliki pengertian tentang keberbakatan. Oleh karena itu, guru yang akan
membina anak berbakat perlu memperoleh informasi dan pengalaman mengenai
keberbakatan, tentang apa yang diartikan tentang keberbakatan, bagaimana cirri-ciri
anak berbakat, dan dengan cara-cara apa saja kebutuhan pendidikan anak berbakat
dapat terpenuhi. Dengan mengetahui kebutuhan-kebutuhan pendidikan anak berbakat,
guru akan menyadari bahwa anak-anak ini memerlukan pelayanan pendidikan khusus
yang terletak di luar jangkauan kurikulum biasa. Ketiga setelah anak berbakat
diidentifikasi, guru hendaknya mengusahakan suatu lingkungan belajar sesuai dengan
perkembangan yang unggul dari kemampuan-kemampuan anak. Sehubungan dengan ini
guru hendaknya lebih berfungsi sebagai fasilitator belajar daripada sebagai instructor
(pengajar) yang menentukan semuanya.
Bermain merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan dan spontan sehingga hal ini
memberikan rasa aman secara psikologis pada anak. Begitu pula dalam suasana bermain
aktif, dimana anak memperoleh kesempatan yang luas untuk melakukan eksplorasi guna
memenuhi rasa ingin tahunya, anak bebas mengekspresikan gagasannya memalui
9
10
khayalan, drama, bermain konstruktif, dan sebagainya. Maka dalam hal ini
memungkinkan anak untuk mengembangkan pearasaan bebas secara psikologis.
Rasa aman dan bebas secara psikologis merupakan kondisi yang penting bagi
tumbuhnya kreativitas. Anak-anak diterima apa adanya, dihargai keunikannya, dan tidak
terlalu cepat di evaluasi, akan merasa aman secara psikologis. Begitu pula anak yang
diberikan kebebasan untuk mengekspresikan gagasannya. Keadaan bermain yang
demikian berkaitan erat dengan upaya pengembangan kreativitas anak. Bermain
memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan kreativitasannya. Ia dapat
berekperimen dengan gagasan-gagasan barunya baik yang menggunakan alat bermain
atau tidak. Sekali anak merasa mampu menciptakan sesuatu yang baru dan unik, ia akan
melakukan kembali pada situasi yang lain. Kreativitas memberi anak kesenangan dan
kepuasan pribadi yang sangat besar dan penghargaan yang memiliki pengaruh nyata
pada perkembangan pribadinya. Menjadi kreatif juga penting artinya bagi anak usia dini,
karena menambah bumbu dalam permainannya. Jika kreativitas dapat membuat
permainan menjadi menyenangkan, mereka akan merasa bahagia dan puas.
Layanan pendidikan kepada anak-anak usia dini merupakan dasar yang sangat
berpengaruh terhadap perkembangan anak selanjutnya hingga dewasa. Tahun-tahun
awal kehidupan anak merupakan dasar yang cenderung bertahan dan mempengaruhi
sikap dan perilaku anak sepanjang hidupnya. Kreativitas merupakan salah satu potensi
yang dimiliki anak yang perlu dikembangkan sejak usia dini. Setiap anak memiliki bakat
kreatif dan ditinjau dari segi pendidikan, bakat kreatif dapat dikembangkan dan karena
itu perlu dipupuk sejak dini. Bila bakat kreatif anak tidak dipupuk maka bakat tersebut
tidak akan berkembang, bahkan menjadi bakat yang terpendam yang tidak dapat
diwujudkan.
Melalui proses pembelajaran dengan kegiatan yang menyenangkan bagi anak-anak yaitu
melalui bermain, diharapkan dapat merangsang dan memupuk kreativitas anak sesuai
dengan potensi yang dimilikinya untuk pengembangan diri sejak usia dini. Proses
pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta
didik, melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Dalam proses pembelajaran di
kelompok bermain, kreativitas anak dirangsang dan dieksplorasi melalui kegiatan
bermain sambil belajar sebab bermain merupakan sifat alami anak. (Pristina Kusuma,
12-11-2012)
Diungkapkan oleh Utami Munandar bahwa penelitian menunjukkan hubungan yang erat
antara sikap bermain dan kreativitas. (Utami Munandar, 2004 : 94) Akan tetapi bermain
tanpa bimbingan dan arahan serta perencanaan lingkungan di mana anak belajar akan
membawa anak pada cara belajar yang salah atau proses belajar tidak akan terjadi. Ia
mengisyaratkan bahwa dalam proses pembelajaran, pendidik bertanggung jawab dalam
membimbing dan mengarahkan anak agar menjadi kreatif.
10
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Seperti yang kita ketahui, anak-anak yang kreatif biasanya selalu ingin tahu, memiliki
minat yang luas, dan menyukai kegemaran dan aktivitas yang kreatif. Anak dan remaja
kreatif biasanya cukup mandiri dan memiliki rasa percaya diri. Mereka lebih berani
mengambil resiko (tetapi dengan perhitungan) dari pada anak-anak pada umumnya.
Siswa berbakat kreatif biasanya mempunyai rasa humor yang tinggi, dapat melihat
masalah dari berbagai sudut tinjau, dan memiliki kemampuan untuk bermain dengan
ide, konsep, atau kemungkinan-kemungkinan yang dikhayalkan.
Perkembangan kreativitas pada usia 5-6 tahun ketika anak-anak siap memasuki sekolah,
mereka belajar bahwa meraka harus menerima otoritas dan konformis dengan aturan
dan tata tertib yang dibuat orang dewasa. Usia 8 sampai 10 tahun ketika keinginan anak
untuk diterima sebagai anggota gang mencapai puncaknya. Ada beberapa strategi dalam
mengembangkan kreativitas anak, yaitu ;
c. Strategi bermain.
11
12
DAFTAR PUSTAKA
Syafaruddin & Herdianto, Pendidikan Pra Skolah, Medan : Perdana Publishing, 2011.
Lia Hudiani Jannah, Faktor Pendukung dan Penghambat Kreativitas anak, dikutip dari
http://pkaud.blogspot.com/ di akses pada tanggal 12-11-2012
Yeyen Pristina Kusuma Perdana, Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini, dikuti dari
http://yeyenpristina.blogspot.com/2012/04/pengembangan-kreativitas-anak-usia-
dini.html Pada tanggal 12,11,2012
12