Ambia-Nasehat Lukmanul Hakim
Ambia-Nasehat Lukmanul Hakim
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luqmanul al-Hakim, selain dikenal sebagai seorang yang memiliki jiwa mulia, ia
juga terkenal dengan ucapan-ucapan hikmahnya. Beberapa diantaranya adalah
yang dikutip dalam al-Qur’an. Luqman al-Hakim (Ahli Hikmah) adalah orang
yang disebut dalam Al-Qur’an surah Luqman [32]:12-19 yang terkenal karena
nasihat-nasihatnya kepada anaknya. Ibnu Katsir berpendapat bahwa nama panjang
Luqman ialah Luqman bin Unaqa’ bin Sadun. Sedangkan asal-usul Luqman,
sebagian ulama berbeda pendapat. Ibnu Abbas menyatakan bahwa Luqman adalah
seorang tukang kayu dari Habsyi. Riwayat lain menyebutkan ia bertubuh pendek
dan berhidung mancung dari Nubah, dan ada yang berpendapat di berasal
dari Sudan. Dan ada pula yang berpendapat Luqman adalah seorang hakim di
zaman nabi Dawud.
Lukman Al-hakim adalah satu-satunya manusia yang bukan nabi, bukan pula
Rasul, namun kisah hidupnya diabadikan dalam Al-quran karena penuh hikmah.
Allah menjadikan Luqman Al-Hakim sebagai sosok orang tua panutan dan
mencantumkan kisahnya dalam Al-Qur’an. bahkan Allah mengabadikan namanya
menjadi sebuah nama surat dalam Al-Qur’an yaitu surat Luqman (surat ke 31).
2
B. Rumusan Masalah
Adapun Kata-kata Hikmah Lukmanul Hakim sangat Banyak sekali maka
Penulis membatasi hanya dua kata-kata hikamah saja. Maka yang menjadi
rumusan masalah dalam Makalah ini yaitu :
1. Apa Makna dari Kata-kata Hikmah Lukmanul Hakim ?
2. Nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam Kata-kata Hikmah Luqmanul
Hakim?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk dapat memahami kata-kata hikmah Lukmanul Hakim
2. Untuk Dapat Menerapkan Kata-kata Hikmah Lukmanul Hakim
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Jika kamu sedang shalat, maka jagalah hatimu, jika kamu sedang ma
kan, maka jagalah tenggorokanmu, jika kamu di rumah orang lain,
maka jagalah
pandanganmu, dan jika kamu berada diantara manusia, maka jagalah
lisanmu.
2. Ingatlah dua hal dan lupakanlah dua hal ; adapun dua hal yang perlu
kamu
ingat adalah Allah dan kematian, sedangkan dua hal yang perlu kam
u
lupakan adalah kebaikanmu kepada orang lain dan kejelekan orang la
in terhadapmu.
4
ي ْ ِ َوالَ ذَك ََرهُ ف, ق ِمنَ ْالعَي ِْش إِاله َو هسعَهُ َعلَ ْي ِه ِ فَإِنههُ لَ ْم يَذْ ُك ْرهُ أ َ َحدٌ فِ ْي, َ ْال َم ْوت: ت
ٍ ض ْي ِ أ َ ْكثِ ُروا ِذ ْك َر هَاذ ِِم اللهذها
َ سعَ ٍة إِاله
ضيه َق َها َعلَ ْي ِه َ
Barangsiapa menjadikan maut di hadapan kedua matanya, dia tidak peduli dengan
kesempitan dunia atau keluasannya. [Mukhtashar Minhajul Qashidin, hlm. 483,
tahqiq Syaikh Ali bin Hasan Al Halabi].
ِ سله َم َعلَى النهبِي َ َار ف ِ ص َ سله َم فَ َجا َءهُ َر ُج ٌل ِم ْن ْاْل َ ْن صلهى ه
َ َّللاُ َعلَ ْي ِه َو َ َِّللاسو ِل ه ُ ع َم َر أَنههُ قَا َل ُك ْنتُ َم َع َر ُ َع ْن اب ِْن
ُ َي ْال ُمؤْ ِمنِينَ أَ ْكي
س قَا َل ُّ َ سنُ ُه ْم ُخلُقًا قَا َل فَأ
َ ْض ُل قَا َل أَحَ ي ْال ُمؤْ ِمنِينَ أ َ ْفُّ َ َّللاِ أ
سو َل هُ سله َم ث ُ هم قَا َل يَا َر صلهى ه
َ َّللاُ َعلَ ْي ِه َو َ
ُ َسنُ ُه ْم ِل َما بَ ْعدَهُ ا ْستِ ْعدَادًا أُولَئِكَ ْاْل َ ْكي
اس ِ أ َ ْكث َ ُر ُه ْم ِل ْل َم ْو
َ ْت ِذ ْك ًرا َوأَح
Dari Ibnu Umar, dia berkata: Aku bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, lalu seorang laki-laki Anshar datang kepada Beliau, kemudian
mengucapkan salam kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu dia bertanya:
“Wahai, Rasulullah. Manakah di antara kaum mukminin yang paling utama?”
Beliau menjawab,”Yang paling baik akhlaknya di antara mereka.” Dia bertanya
lagi: “Manakah di antara kaum mukminin yang paling cerdik?” Beliau
menjawab,”Yang paling banyak mengingat kematian di antara mereka, dan yang
paling bagus persiapannya setelah kematian. Mereka itu orang-orang yang
cerdik.” [HR Ibnu Majah, no. 4.259. Hadits hasan. Lihat Ash Shahihah, no.
1.384].
Marilah kita renungkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia :
ُاحدٌ َيتْ َبعُهُ أ َ ْهلُهُ َو َمالُهُ َو َع َملُهُ فَ َي ْر ِج ُع أَ ْهلُهُ َو َمالُهُ َو َي ْبقَى َع َملُه ٌ َيتْ َب ُع ْال َم ِيتَ ث َ ََل
ِ ث فَ َي ْر ِج ُع اثْن
ِ َان َو َي ْبقَى َو
Mayit akan diikuti oleh tiga perkara (menuju kuburnya), dua akan kembali, satu
akan tetap. Mayit akan diikuti oleh keluarganya, hartanya, dan amalnya.
Keluarganya dan hartanya akan kembali, sedangkan amalnya akan tetap. [HR
Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa-i]
صا ِل ًحا فِي َما ت ََر ْكتُ كَآل إِ هن َها َك ِل َمةٌ ه َُو َ } َلعَ ِلي أ َ ْع َم ُل99{ ون
ِ ُار ِجع
ْ بِ َحتهى إِذَا َجآ َء أ َ َحدَ ُه ُم ْال َم ْوتَ قَا َل َر
َقَآئِلُ َها َو ِمن َو َرآئِ ِهم بَ ْرزَ ٌخ ِإلَى يَ ْو ِم يُ ْب َعثُون
Sekali-kali tidak! Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan saja. Dan di
hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitan. [Al Mukminun :99-
100].
Janganlah seseorang selalu menunda dalam berbuat amal shalih karena kesibukan
duniawinya. Karena, selama manusia masih hidup, ia tidak akan lepas dari
kesibukan. Orang yang berakal akan mengutamakan urusan akhirat yang pasti
datang, dan mengalahkan urusan dunia yang pasti ditinggalkan. Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman:
يَاأَيُّ َها الهذِينَ َءا َمنُوا الَ ت ُ ْل ِه ُك ْم أ َ ْم َوالُ ُك ْم َوآل أ َ ْوالَد ُ ُك ْم َعن ِذ ْك ِر هللاِ َو َمن يَ ْفعَ ْل ذَلِكَ فَأ ُ ْولَئِكَ ُه ُم ْالخَا ِس ُرونَ َوأَن ِفقُوا ِمن
َصدهقَ َوأَ ُكن مِنب فَأ َ هٍ ب لَ ْو آل أ َ هخ ْرتَنِي إِلَى أ َ َج ٍل قَ ِري ِ ي أ َ َحدَ ُك ُم ْال َم ْوتُ فَيَقُو َل َر ْ
َ ِهما َرزَ ْقنَا ُكم ِمن قَ ْب ِل أَن يَأت
ٌ ِسا إِذَا َجآ َء أَ َجلُ َها َوهللاُ َخب
َير بِ َما تَ ْع َملُون ً صا ِل ِحينَ َولَن ي َُؤ ِخ َر هللاُ نَ ْف
ال ه
Anak Adam semakin tua, dan dua perkara semakin besar juga bersamanya: cinta
harta dan panjang umur. [HR Bukhari, no. 5.942, dari Anas bin Malik].
ًسنَة
َ َئ أ َ هخ َر أ َ َجلَهُ َحتهى بَلهغَهُ ِستِين سله َم قَا َل أ َ ْعذَ َر ه
ٍ َّللاُ إِلَى ا ْم ِر صلهى ه
َ َّللاُ َعلَ ْي ِه َو َ ِ َع ْن أَبِي ه َُري َْرة َ َع ْن النهبِي
Dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau bersabda:
“Allah meniadakan alasan seseorang yang Dia telah menunda ajalnya sehingga
mencapai 60 tahun. [HR Bukhari, no. 5.940].
Mampukah kita menghitung nikmat-nikmat Allah Ta’ala yang telah kita dapat
hingga saat ini? Tentulah, TIDAK! Menghitung jumlah nikmat dalam sedetik saja
kita tidak mampu, terlebih sehari bahkan selama hidup kita di dunia ini. Tidur,
bernafas, makan, minum, bisa berjalan, melihat, mendengar, dan berbicara, semua
itu adalah nikmat dari Allah Ta’ala, bahkan bersin pun adalah sebuah nikmat. Jika
dirupiahkan sudah berapa rupiah nikmat Allah itu? Mampukah kalkulator
menghitungnya? Tentulah, TIDAK! Sudah berapa oksigen yang kita hirup?
8
Berapa kali mata kita bisa melihat atau sekedar berkedip? Sampai kapan pun kita
tidak akan bisa menghitungnya. Sebagaiman Allah Ta’ala berfirman,
ٌ َُّللاَ لَغَف
ور َر ِحي ٌم َو ِإ ْن تَعُدُّوا نِ ْع َمةَ ه
ُ َّْللاِ َال تُح
صوهَا ِإ هن ه
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat
menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.” (Qs. An Nahl: 18)
Lalu, apakah yang harus kita lakukan setelah kita mendapatkan semua nikmat itu?
Bersyukur atau kufur? Jika memang bersyukur, apakah diri ini sudah tergolong
hamba yang mensyukuri nikmat-nikmat itu?
Karena itu, kita Perlu mengetahui bagaimana cara bersyukur kepada Allah Ta’ala
dan bagaimana tata cara merealisasikan syukur itu sendiri. Ketahuilah
bahwasannnya Allah mencintai orang-orang yang bersyukur. Hamba yang
bersyukur merupakan hamba yang dicintai oleh Allah Ta’ala. Seorang hamba
dapat dikatakan bersyukur apabila memenuhi tiga hal:
Pertama,
Hatinya mengakui dan meyakini bahwa segala nikmat yang diperoleh itu
berasal dari Allah Ta’ala semata, sebagaimana firman Allah Ta’ala :
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya)”.
(Qs. An Nahl: 53)
Orang yang menisbatkan bahwa nikmat yang ia peroleh berasal dari Allah Ta’ala,
ia adalah hamba yang bersyukur. Selain mengakui dan meyakini bahwa nikmat-
nikmat itu berasal dari Allah Ta’ala hendaklah ia mencintai nikmat-nikmat yang
ia peroleh.
9
Kedua,
Hamba yang bersyukur kepada Allah Ta’ala ialah hamba yang bersyukur dengan
lisannya. Allah sangat senang apabila dipuji oleh hamba-Nya. Allah cinta kepada
hamba-hamba-Nya yang senantiasa memuji Allah Ta’ala.
Seorang hamba yang setelah makan mengucapkan rasa syukurnya dengan berdoa,
maka ia telah bersyukur. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ’alaihi wa
sallam, dari Mu’adz bin Anas, dari ayahnya ia berkata, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
Terdapat pula dalam hadits Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
ش ْربَةَ فَيَحْ َمدَهُ َعلَ ْي َها َ ع ِن ْالعَ ْب ِد أ َ ْن يَأ ْ ُك َل اْل َ ْكلَةَ فَيَحْ َمدَهُ َعلَ ْي َها أَ ْو يَ ْش َر
ب ال ه َ َّللاَ لَيَ ْر
َ ضى ِإ هن ه
Bahkan ketika tertimpa musibah atau melihat sesuatu yang tidak menyenangkan,
maka sebaiknya tetaplah kita memuji Allah.
ُّصلى هللا عليه وسلم – ِإذَا َرأَى َما ي ُِحب- َِّللا ْ َشةَ قَال
ُ ت َكانَ َر
سو ُل ه َ َِع ْن َعائ
َو ِإذَا َرأَى َما يَ ْك َرهُ قَا َل « ْال َح ْمد ُ ِ هَلِلِ َعلَى ُك ِل َحا ٍل.» ُصا ِل َحات
« قَا َل « ْال َح ْمد ُ ِ هَلِلِ الهذِى ِبنِ ْع َمتِ ِه تَتِ ُّم ال ه.
Dari Aisyah, kebiasaan Rasulullah jika menyaksikan hal-hal yang beliau sukai
adalah mengucapkan “Alhamdulillah alladzi bi ni’matihi tatimmus shalihat”.
Sedangkan jika beliau menyaksikan hal-hal yang tidak menyenangkan beliau
mengucapkan “Alhamdulillah ‘ala kulli hal.” (HR Ibnu Majah no 3803 dinilai
hasan oleh al Albani)
Ketiga,
Ketiga hal tersebut adalah kategori seorang hamba yang bersyukur yakni
bersyukur dengan hati, lisan dan anggota badannya. Sebagaimana yang dikatakan
oleh Ibnu Qudamah rahimahullah, “Syukur (yang sebenarnya) adalah dengan hati,
lisan dan anggota badan. (Minhajul Qosidin, hal. 305). Syukur dari hati dalam
bentuk rasa cinta dan taubat yang disertai ketaatan. Adapun di lisan, syukur itu
akan tampak dalam bentuk pujian dan sanjungan. Dan syukur juga akan muncul
dalam bentuk ketaatan dan pengabdian oleh segenap anggota badan.” (Al
Fawa’id, hal. 124-125)
11
2. memanggil anak dengan panggilan yang indah dan penuh kasih sayang
3. mengedepankan konsep musyawarah dalam setiap suruhan atau larangan
dan menggunakan argumen yang logis dan tepat
4. menjadi panutan berakhlakul karimah kepada anak
5. bersabar, tidak sombong, sederhana dalam berjalan dan berbicara
Begitu juga sebaliknya nilai-nilai pendidikan kisah Luqman al-Hakim dalam Al-
Qur'an, seorang anak sejatinya membalas budi baik orang tua yang telah
melahirkan dan mengasuhnya sehingga beranjak dewasa. Meskipun kasih dan
sayang orang tua tak sanggup di balas dengan apapun tetapi setidaknya tak pernah
menyakiti perasaannya.
Sosok Lukman al-Hakim adalah suatu kebijaksanaan ilahi bahwa satu pribadi
besar tidak diketahui secara pasti dari mana asal keturunannya. Hal itu sebagai
suatu pelajaran/pendidikan yang mengisyaratkan pengertian bahwa kemulian
tidaklah harus berdasar pada keturunan atau kaum tetapi pada ketakwaan dan
kehalusan budi pekerti. Luqman adalah sosok yang takwa dan berakhlak luhur,
bijaksana dalam menentukan jalan hidup, sehingga ia dijadikan teladan di dalam
al-Qur'an.
13
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulannya
a. Luqman disebut sebanyak dua kali, yaitu pada surah Luqman ayat ayat 12,13.
Sementara kisah Luqman al-Hakim ditemukan dalam surah Luqman 12-19.
Mengenai asal usul Luqman, banyak yang mengatakanbahwa dia berasal dari
bangsa Negro, atau Habsy, yang warna kulitnya hitam.
b. Penafsiran para Ulama tentang Kisah Lukmanul Hakin dalam Al-Qur'an. Yaitu
memaknai hikmah dengan akal (kecerdasan), fikih (pemahaman agama), dan
ucapan yang benar, selain kenabian.). Bersyukur kepada Allah (Q.S. Luqman:12);
Mempersekutuan Allah adalah kesalahan besar (Q.S. Luqman:16); Kesabaran itu
suatu hal yang berat dan penting (Q.S. Luqman:17); Jangan bersikap sombong
dan angkuh (Q.S. Luqman: 18); Sederhana dalam berjalan dan berbicara (Q.S.
Luqman: 19)
DAFTAR PUSTAKA