Anda di halaman 1dari 17

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar balakang


Manusia pada dasarnya adalah makhluk budaya yang harus
membudayakan dirinya. Manusia sebagai makhluk budaya mampu melepaskan
diri dari ikatan dorongan nalurinya serta mampu menguasai alam sekitarnya
dengan alat pengetahuan yang dimilikinya. Hal ini berbeda dengan binatang
sebagai makhluk hidup yang sama-sama makhluk alamiah dengan manusia dia
tidak dapat melepaskan dari ikatan dorongan nalurinya dan terikat erat oleh alam
sekitarnya.
Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi
nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling
sempurna yang memiliki berbagai kemampuan. Oleh karena itu, manusia wajib
bersyukur atas karunia yang telah diberikan Allah Swt. Manusia menurut
pandangan al-Quran, al-Quran tidak menjelaskan asal-usul kejadian manusia
secara rinci. Dalam hal ini al-Quran hanya menjelaskan mengenai prinsip-
prinsipnya saja. Ayat-ayat mengenai hal tersebut terdapat dalam surat Nuh 17,
Ash-Shaffat 11, Al-Mukminuun 12-13, Ar-Rum 20, Ali Imran 59, As-Sajdah 7-9,
Al-Hijr 28, dan Al-Hajj 5.
Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal tanah dengan
mempergunakan bermacam-macam istilah, seperti : Turab, Thien, Shal-shal, dan
Sualalah. Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari
bermacam-macam unsure kimiawi yang terdapat dari tanah. Adapun tahapan-
tahapan dalam proses selanjutnya, al-Quran tidak menjelaskan secara rinci.
Manusia yang sekarang ini, prosesnya dapat diamati meskipun secara bersusah
payah. Berdasarkan pengamatan yang mendalam dapat diketahui bahwa manusia
dilahirkan ibu dari rahimnya yang proses penciptaannya dimulai sejak pertemuan
antara permatozoa dengan ovum.
2

1.2 Perumusan Masalah


Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1.2.1 Ayat-ayat apa saja dalam Al-Quran yang menjelaskan tentang proses
kejadian manusia?
1.2.2 Bagaimanakah penghayatan ayat-ayat dalam Al-Quran yang
menjelaskan tentang asal-usul manusia?
1.2.3 Bagaimanakah hadist yang menjelaskan tentang kejadian dan asal usul
manusia?
1.2.4 Bagaimana Cara Menjauhi Larangan dan Menjalankan PerintahNya?

1.3 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.3.1 Mengetahui Ayat-ayat dalam Al-Quran yang menjelaskan tentang proses
kejadian manusia.
1.3.2 Mengetahui Ayat-ayat dalam Al-Quran yang menjelaskan tentang Asal-
usul Kejadian Manusia.
1.3.3 Mengetahui Hadist yang menjelaskan tentang kejadian dan asal usul
manusia.
1.3.4 Dapat Menjadi Hamba yang bertaqwa
3

BAB II
PEMBAHASAN

1. Asal-usul Manusia Menurut Islam

Kita sebagai umat yang mengakui dan meyakini rukun iman yang enam,
maka sudah sepantasnya kita mengakui bahwa Al Qur’an adalah satu-satunya
literatur yang paling benar dan bersifat global bagi ilmu pengetahuan.
"Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertaqwa (yaitu) mereka yang beriman kepada yang
ghaib..."(QS. Al Baqarah (2) :2-3)
Tahapan kejadian manusia :

a. Proses Kejadian Manusia Pertama (Adam)

Di dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa Adam diciptakan oleh Allah


dari tanah yang kering kemudian dibentuk oleh Allah dengan bentuk
yang sebaik-baiknya. Setelah sempurna maka oleh Allah ditiupkan ruh
kepadanya maka dia menjadi hidup. Hal ini ditegaskan oleh Allah di
dalam firman-Nya :
"Yang membuat sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan
Yang memulai penciptaan manusia dari tanah". (QS. As Sajdah (32) : 7)
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari
tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk".
(QS. Al Hijr (15) : 26)
Disamping itu Allah juga menjelaskan secara rinci tentang
penciptaan manusia pertama itu dalah surat Al Hijr ayat 28 dan 29 . Di
dalam sebuah Hadits Rasulullah saw bersabda :
"Sesunguhnya manusia itu berasal dari Adam dan Adam itu
(diciptakan) dari tanah". (HR. Bukhari)

b. Proses Kejadian Manusia Kedua (Siti Hawa)


Pada dasarnya segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah di dunia ini
selalu dalam keadaan berpasang-pasangan. Demikian halnya dengan
manusia, Allah berkehendak menciptakan lawanjenisnya untuk dijadikan
kawan hidup (isteri). Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam salah sati
firman-Nya :
"Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan
semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri
4

mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui" (QS. Yaasiin (36) :
36)
Adapun proses kejadian manusia kedua ini oleh Allah dijelaskan di
dalam surat An Nisaa’ ayat 1 yaitu :
"Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah
menciptakan isterinya, dan daripada keduanya Allah
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang sangat
banyak..." (QS. An Nisaa’ (4) : 1)
Di dalam salah satu Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan
Muslim dijelaskan :
"Maka sesungguhnya perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk
Adam" (HR. Bukhari-Muslim)
Apabila kita amati proses kejadian manusia kedua ini, maka secara
tak langsung hubungan manusia laki-laki dan perempuan melalui
perkawinan adalah usaha untuk menyatukan kembali tulang rusuk yang
telah dipisahkan dari tempat semula dalam bentuk yang lain. Dengan
perkawinan itu maka akan lahirlah keturunan yang akan meneruskan
generasinya.
c. Proses Kejadian Manusia Ketiga (semua keturunan Adam dan
Hawa)
Kejadian manusia ketiga adalah kejadian semua keturunan Adam
dan Hawa kecuali Nabi Isa a.s. Dalam proses ini disamping dapat ditinjau
menurut Al Qur’an dan Al Hadits dapat pula ditinjau secara medis.
Di dalam Al Qur’an proses kejadian manusia secara biologis
dejelaskan secara terperinci melalui firman-Nya :
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dari suatu
saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air
mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air
mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
Kamudian Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha
Sucilah Allah , Pencipta Yang Paling Baik." (QS. Al Mu’minuun (23) :
12-14).
Kemudian dalam salah satu hadits Rasulullah SAW bersabda :
"Telah bersabda Rasulullah SAW dan dialah yang benar dan
dibenarkan. Sesungguhnya seorang diantara kamu dikumpulkannya
5

pembentukannya (kejadiannya) dalam rahim ibunya (embrio) selama


empat puluh hari. Kemudian selama itu pula (empat puluh hari)
dijadikan segumpal darah. Kemudian selama itu pula (empat puluh hari)
dijadikan sepotong daging. Kemudian diutuslah beberapa malaikat
untuk meniupkan ruh kepadanya (untuk menuliskan/menetapkan) empat
kalimat (macam) : rezekinya, ajal (umurnya), amalnya, dan buruk baik
(nasibnya)." (HR. Bukhari-Muslim)
Ungkapan ilmiah dari Al Qur’an dan Hadits 15 abad silam telah
menjadi bahan penelitian bagi para ahli biologi untuk memperdalam ilmu
tentang organ-organ jasad manusia. Selanjutnya yang dimaksud di dalam
Al Qur’an dengan "saripati berasal dari tanah" sebagai substansi dasar
kehidupan manusia adalah protein, sari-sari makanan yang kita makan
yang semua berasal dan hidup dari tanah. Yang kemudian melalui proses
metabolisme yang ada di dalam tubuh diantaranya menghasilkan hormon
(sperma), kemudian hasil dari pernikahan (hubungan seksual), maka
terjadilah pembauran antara sperma (lelaki) dan ovum (sel telur wanita)
di dalam rahim. Kemudian berproses hingga mewujudkan bentuk
manusia yang sempurna (seperti dijelaskan dalam ayat diatas).
Para ahli dari barat baru menemukan masalah pertumbuhan embrio
secara bertahap pada tahun 1940 dan baru dibuktikan pada tahun 1955,
tetapi dalam Al Qur’an dan Hadits yang diturunkan 15 abad lalu hal ini
sudah tercantum. Ini sangat mengagumkan bagi salah seorang embriolog
terkemuka dari Amerika yaitu Prof. Dr. Keith Moore, beliau
mengatakan : "Saya takjub pada keakuratan ilmiyah pernyataan Al
Qur’an yang diturunkan pada abad ke-7 M itu".
Selain itu beliau juga mengatakan, "Dari ungkapan Al Qur’an dan
hadits banyak mengilhami para scientist (ilmuwan) sekarang untuk
mengetahui perkembangan hidup manusia yang diawali dengan sel
tunggal (zygote) yang terbentuk ketika ovum (sel kelamin betina) dibuahi
oleh sperma (sel kelamin jantan). Kesemuanya itu belum diketahui oleh
Spalanzani sampai dengan eksperimennya pada abad ke-18, demikian
pula ide tentang perkembangan yang dihasilkan dari perencanaan genetik
dari kromosom zygote belum ditemukan sampai akhir abad ke-19. Tetapi
jauh sebelumnya Al Qur’an telah menegaskan dari nutfah Dia (Allah)
menciptakannya dan kemudian (hadits menjelaskan bahwa Allah)
menentukan sifat-sifat dan nasibnya."
Sebagai bukti yang konkrit di dalam penelitian ilmu genetika (janin)
bahwa selama embrio berada di dalam kandungan ada tiga selubung yang
menutupinya yaitu dinding abdomen (perut) ibu, dinding uterus (rahim),
dan lapisan tipis amichirionic (kegelapan di dalam perut, kegelapan
dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup/membungkus
6

anak dalam rahim). Hal ini ternyata sangat cocok dengan apa yang
dijelaskan oleh Allah di dalam Al Qur’an :
"...Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian
dalam tiga kegelapan (kegelapan dalam perut, kegelapan dalam rahim,
dan kegelapan dalam selaput yang menutup anak dalam rahim)..." (QS.
Az Zumar (39) : 6).
d. Proses kejadian Nabi Isa a.s
Seperti telah kita ketahui bersama, nabi Isa a.s diciptakan oleh Allah
dengan proses yang agak berbeda dengan kejadian manusia biasa.
Penciptaan nabi Isa ini tidak melalui pembauran antara sel telur (ovum)
dengan sel sperma, namun proses kehidupan embriyonya di dalam rahim
berjalan normal seperti biasa, yaitu kelahiran nabi Isa a.s dari seorang
wanita yang bernama Siti Maryam. Proses kejadian Nabi Isa a.s ini
secara lengkap dijelaskan oleh Allah di dalam Surat Maryam (19) ayat 16
s/d 40. Di dalam Al Qur’an Allah berfirman :
"Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah adalah seperti
penciptaan Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah
berfirman kepadanya : ‘Jadilah’ (seorang manusia) maka jadilah dia"
(QS. Al Imran (3) : 59)
Ayat ini memberi gambaran kepada manusia bahwa Allah Maha
Kuasa menciptakan segala sesuatu baik yang dapat diterima oleh akal
maupun tidak akibat dari keterbatasan akal manusia. Hal ini juga
dijelaskan oleh Allah di dalam firman-Nya :
"Jibril berkata : ‘Demikianlah’. Tuhanmu berfirman : ‘Hal itu
adalah mudah bagi-Ku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda
bagi manusia dan sebagai ramat dari Kami; dan hal itu adalah suatu
perkara yang sudah diputuskan" (QS. Maryam (19) : 21)

2. Pengertian Taqwa

Pengertian Taqwa secara dasar adalah Menjalankan

perintah, dan menjauhi larangan. Kepada siapa? maka dilanjukan

dengan kalimat Taqwallah yaitu taqwa kepada Allah SWT.

Kelihatan kata-kata tersebut ringan diucapkan tapi kenyataan-

nya banyak orang yang belum sanggup bahkan terkesan asal-

asalan dalam menerapkan arti kata Taqwa tersebut, lihat sekitar


7

kita ada beberapa orang yang tidak berpuasa dan terang-

terangan makan di tempat umum, contoh bagaimana lingkungan

di sekitar kita atau mungkin diri saya pribadi masih belum

mampu mengemban amanah Taqwallah dengan sepenuhnya.

TAQWA = Terdiri dari 3 Huruf :

Ta = TAWADHU’ artinya sikap rendah dirii (hati), patuh, taat baik

kepada aturan Allah SWT, maupun kepada

sesama muslim jangan menyombongkan diri.

Qof = Qona’ah artinya Sikap menerima apa adanya (ikhlas),

dalam semua aspek, baik ketika mendapat rahmat

atau ujian, barokah atau musibah, kebahagiaan atau

teguran dari Allah SWT, harus di syukuri dengan hati

yang lapang dada.

Wau = Wara’ artinya Sikap menjaga hati / diri (Introspeksi),

ketika menemui hal yang bersifat subhat (tidak jelas

hukum-nya) atau yang bersifat haram (yang

dilarang) oleh Allah SWT. beberapa ulama

mendifinisikan dengan :

 Taqwa = dari kata = waqa-yaqi-wiqayah = memelihara

yang artinya memelihara iman agar terhindar dari hal-hal

yang dibenci dan dilarang oleh Allah SWT.


8

 Taqwa = Takut yang artinya takut akan murka da adzab

allah SWT.

 Taqwa = Menghindar yang artinya menjauh dari segala

keburukan dan kejelekan dari sifat syetan.

 Taqwa = Sadar yang artinya menyadari bahwa diri kita

makhluk ciptaan Allah sehingga apapun bentuk perintah-

nya harus di taati, dan jangan sekali-kali menutup mata

akan hal ini.

sebagaimana firman-Nya: “Hai Orang-orang beriman

bertaqwalah kamu kepada Allah, dengan sebenar-benar taqwa,

dan janganlah kalian mati, melainkan dalam keadaan beragama

islam.” (Al-Imron) :

Allah SWT menegaskan di dalam al-Quran bahawa umat

Islam adalah generasi terbaik dan menjadi contoh kepada umat

lain di bumi ini. Hakikat ini dibuktikan generasi Rasulullah dan

sahabat selepasnya janji Allah itu benar apabila mereka benar-

benar berpegang teguh pada ajaran Islam.

Allah SWT telah berfirman yang bermaksud:

“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian disisi

Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kalian.


9

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mendengar.”

(Al-Hujurat:13)

“Sesungguhnya Kami telah berwasiat (memerintahkan) kepada

orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan juga kepada

kamu, bertaqwalah kepada Allah.” (An Nisa: 131)

Taqwa juga adalah wasiat Rasulullah SAW kepada umatnya.

Baginda bersabda yang artinya: “Aku berwasiat kepada kamu

semua supaya bertaqwa kepada Allah, serta dengar dan patuh

kepada pemimpin walaupun dia seorang hamba Habsyi.

Sesungguhnya sesiapa yang hidup selepas aku kelak, dia akan

melihat pelbagai perselisihan. Maka hendaklah kamu berpegang

kepada sunnahku dan sunnah para khalifah yang mendapat

petunjuk selepasku.” (Riwayat Ahmad, Abu Daud, Termizi dan

Majah)

Sabda Baginda lagi, yang artinya: “Hendaklah kamu bertaqwa di

mana saja kamu berada. Ikutilah setiap kejahatan (yang kamu

lakukan) dengan kebaikan, moga-moga kebaikan itu akan

menghapuskan kejahatan. Bergaullah dengan manusia dengan

akhlak yang baik.” (Riwayat At Termizi dan Ahmad).

Dalam suatu riwayat yang sahih disebutkan bahawa Umar

bin Khattab r.a. bertanya kepada sahabat Ubay bin Ka’ab r.a.

tentang taqwa.
10

Ubay bertanya kembali, “Bukankah anda pernah melewati jalan

yang penuh duri?”

“Ya”, jawab Umar

“Apa yang anda lakukan saat itu?”

“Saya bersiap-siap dan berjalan dengan hati-hati.”

“Itulah taqwa.” kata Ubay bin Ka’ab r.a.

Berdasar dari jawaban Ubay atas pertanyaan Umar, Sayyid

Quthub berkata dalam tafsir Azh-Zhilal, “Itulah taqwa, kepekaan

batin, kelembutan perasaan, rasa takut terus menerus selalu

waspada dan hati-hati jangan sampai sampai terkena duri

jalanan. Jalan kehidupan yang selalu ditaburi duri-duri godaan

dan syahwat, kerakusan dan angan-angan, kehawatiran dan

keraguan. Ketakutan palsu dari sesuatu yang tidak wajar untuk

ditakuti dan masih banyak duri-duri yang lainnya.”

Dr. Abdullah Nashih Ulwan menyatakan dalam buku

Ruhaniyatud Daiyah, berkata “Taqwa lahir dari proses dari

keimanan yang kukuh, keimanan yang selalu dipupuk dengan

muraqabatullah, merasa takut dengan azab Allah serta berharap

atas limpahan kurnia dan maghfirahnya.”

Sayyid Quthub juga berkata “Inilah bekal dan persiapan

perjalanan…bekal ketaqwaan yang selalu menggugah hati dan

membuatnya selalu terjaga, waspada, hati-hati serta selalu

dalam konsentrasi penuh… Bekal cahaya yang menerangi liku-

liku perjalanan sepanjang mata memandang. Orang yang


11

bertaqwa tidak akan tertipu oleh bayangan sesuatu yang

menghalangi pandangannya yang jelas dan benar… Itulah bekal

penghapus segala kesalahan, bekal yang menjanjikan

kedamaian dan ketenteraman, bekal yang membawa harapan

atas kurnia Allah; di saat bekal-bekal lain sudah sirna dan semua

amal tak lagi berguna…”

Taqwa diperoleh dari ibadah yang ikhlas dan lurus kepada

Allah. Orang-orang yang bertaqwa akan mendapatkan kemuliaan

dari Allah. Firman Allah SWT yang artinya: “Wahai seluruh

manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari

seorang lelaki dan seorang perempuan, dan Kami menjadikan

kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, agar kamu saling

mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu di

sisi Allah adalah yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah

Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (Al-Hujurat: 13).

Kemuliaan bukan terletak semata-mata dia lelaki atau

perempuan, kehebatan suku bangsa dan warna kulit, namun

karena ketaqwaannya. Mereka yang bertaqwa adalah orang yang

senantiasa beribadah dengan rasa cinta, penuh harap kepada

Allah, takut kepada azab-Nya, ihsan dalam beribadah, khusyuk

dalam pelaksanaannya, penuh dengan doa. Allah swt. juga

menyebutkan bekal hidup manusia dan pakaian yang terbaik

adalah taqwa.
12

Dr. Abdullah Nashih Ulwan menyebut ada 5 langkah yang

dapat dilakukan untuk mencapai taqwa, yakni :

1. Mu’ahadah Mu’ahadah

Berarti selalu mengingat perjanjian kepada Allah swt.,

bahwa dia akan selalu beribadah kepada Allah swt. Seperti

merenungkan sekurang-kurangnya 17 kali dalam sehari semalam

dia membaca ayat surat Al Fatihah : 5 “Hanya kepada Engkau

kami menyembah dan hanya kepada Engkau kami mohon

pertolongan.”

Dalam perjanjian itu, manusia mengakui Allah pencipta

seluruh manusia dan juga pentadbir mutlak alam semesta.

Perjanjian itu kemudian dirakamkan Allah melalui firman-Nya

yang bermaksud: “Dan (ingatlah wahai Muhammad) ketika

Tuhanmu mengeluarkan zuriat anak-anak Adam (turun temurun)

dari (tulang) belakang manusia, dan Dia jadikan mereka saksi

terhadap diri mereka sendiri (sambil Dia bertanya dengan

firman-Nya): Bukankah Aku Tuhan kamu? Mereka semua

menjawab: Benar, (Engkaulah Tuhan kami), kami menjadi saksi.

Yang demikian itu supaya kamu tidak berkata pada hari kiamat:

Sesungguhnya kami lalai (tidak diberi peringatan) tentang

(hakikat tauhid) ini.” (Surah al-A’raf, ayat 172)

2. Muraqabah Muraqabah
13

Berarti merasakan kebersamaan dengan Allah swt. dengan

selalu menyedari bahawa Allah swt. selalu bersama para

makhluk-Nya dimana saja dan pada waktu apa saja. Terdapat

beberapa jenis muraqabah, pertamanya muraqabah kepada

Allah swt. dalam melaksanakan ketaatan dengan selalu ikhlas

kepadaNya. Kedua muraqabah dalam kemaksiatan adalah

dengan taubat, penyesalan dan meninggalkannya secara total.

Ketiga, muraqabah dalam hal-hal yang mubah adalah dengan

menjaga adab-adab kepada Allah dan bersyukur atas segala

nikmatNya. Keempat muraqabah dalam mushibah adalah dengan

redha. atas ketentuan Allah serta memohon pertolonganNya

dengan penuh kesabaran.

3. Muhasabah

Muhasabah sebagaimana yang ditegaskan dalam Al Quran

surat Al Hasyr: 18, “Wahai orang-orang yang beriman! Takwalah

kepada Allah dan hendaklah merenungkan setiap diri, apalah

yang telah diperbuatnya untuk hari esok. Dan takwalah kepada

Allah! Sesungguhnya Allah itu Maha Mengetahui apa jua pun

yang kamu kerjakan.”

Ini bermakna hendaklah seorang mukmin menghisab

dirinya tatkala selesai melakukan amal perbuatan, apakah tujuan

amalnya untuk mendapatkan redha. Allah? Atau apakah amalnya

dicampuri sifat riya? Apakah ia sudah memenuhi hak-hak Allah

dan hak-hak manusia?


14

Umar bin Khattab r.a. berkata,”Hisablah diri kalian sebelum

kalian dihisab, timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang,

dan bersiap-siaplah untuk pertunjukan yang agung (hari kiamat).

Di hari itu kamu dihadapkan pada pemeriksaan, tiada yang

tersembunyi dari amal kalian barang sedikitpun.

4. Mu’aqabah Mu’aqabah

Ialah memberikan hukuman atau denda terhadap diri

apabila melakukan kesilapan ataupun kekurangan dalam amalan.

Mu’aqabah ini lahir selepas Muslim melakukan ciri ketiga iaitu

muhasabah. Hukuman ini bukan bermaksud deraan atau pukulan

memudaratkan, sebaliknya bermaksud Muslim yang insaf dan

bertaubat berusaha menghapuskan kesilapan lalu dengan

melakukan amalan lebih utama meskipun dia berasa berat dalam

Islam, orang yang paling bijaksana ialah orang yang sentiasa

bermuhasabah diri dan melaksanakan amalan soleh.

Disebutkan, Umar bin Khattab pergi ke kebunnya. Ketika

pulang didapatinya orang-orang sudah selesai melaksanakan

solat Asar berjamaah. Maka beliau berkata,”Aku pergi hanya

untuk sebuah kebun, aku pulang orang-orang sudah solat Asar.

Kini kebunku aku kujadikan sedekah untuk orang-orang miskin.”

Suatu ketika Abu Thalhah sedang solat, di depannya lewat seekor

burung lalu ia melihatnya dan lalai dari solatnya sehingga lupa

sudah berapa rakaat beliau solat. Kerana kejadian tersebut beliau

mensedekahkan kebunnya untuk kepentingan orang miskin


15

sebagai denda terhadap dirinya atas kelalaian dan

ketidakkhusyukannya.

5. Mujahadah

Makna mujahadah sebagaimana disebutkan dalam surat Al

Ankabut ayat 69 adalah apabila seorang mukmin terseret dalam

kemalasan, santai, cinta dunia dan tidak lagi melaksanakan

amal-amal sunnah serta ketaatan yang lainnya tepat pada

waktunya, maka ia harus memaksa dirinya melakukan amal-amal

sunnah lebih banyak dari sebelumnya. Dalam hal ini ia harus

tegas, serius dan penuh semangat sehingga pada akhirnya

ketaatan merupakan kebiasaan yang mulia baginya dan menjadi

sikap yang melekat dalam dirinya.

Sebagai penutup, Allah SWT telah berfirman dalam Al-

Quran yang bermaksud: “Wahai orang-orang yang beriman,

bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa,

dan janganlah kamu mati melainkan di dalam keadaan Islam”.

(‘Ali Imran: 102)

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
16

Di dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa Adam diciptakan oleh Allah dari


tanah yang kering kemudian dibentuk oleh Allah dengan bentuk yang sebaik-
baiknya. Setelah sempurna maka oleh Allah ditiupkan ruh kepadanya maka dia
menjadi hidup.
Adapun tahap kejadian manusia yaitu;tahap kejadian
pertama(Adam);tahap kejadian kedua(Hawa);dan tahap kejadian ketiga(semua
keturunan Adam dan hawa)

3.2 Saran
Perlunya bagi kita umat Islam untuk mengetahui lebih dalam lagi
mengenai ayat-ayat al-Qur`an. Karena al-Qur`an sebagai pegangan hidup dan di
dalamnya telah tertera dengan jelas mengenai segala sesuatunya termasuk ayat Al-
Quran yang menyangkut tentang proses penciptaan/terbentuknya atau dengan kata
lain kejadian manusia. Tidak sepatutnya kita saling menyombongkan diri,
menyalahkan dan membenarkan diri atau takkabur terhadap sesama, karena
manusia hanyalah hamba yang lemah yang hanya diciptakan dari tanah serta tetes
air hina. Semua yang berkuasa dan yang patut sombong hanyalah Allah Azza
Wajallah. Maka dari itu mari kita saling menjaga dan intropeksi serta belajar
untuk menjadi manusia yang ideal dan manusia yang mempunyai insan iman dan
takqwa.

DAFTAR PUSTAKA

Kitab Majmu’ Arab Jawai


M.Zaky. 2005. Pendidikan Agama Islam. Bandung : PT Indah Jaya Adipratama
Nata, Abudin. 2010. Tafsir ayat-ayat Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada
17

Hamka . 1982. Tafsir Al-Azhar. Jakarta : PT Pustaka Panjimas

Hatta , Ahmad. 2009. Tafsir Quran Perkata. Jakarta : Maghfirah Pustaka

Basri, Hasan. 2009. Filsafat Pendidikan. Bandung.CV.Pustaka Setia


http://adisuryadi-pendidikan.blogspot.com/2011/06/makalah-asal-usul-
manusia.html
http://harlisa123.blogspot.com/2012/03/makalah-tafsir-tarbawi-tentang-
kejadian.html
http://adisuryadi-pendidikan.blogspot.com/2011/06/makalah-asal-usul-
manusia.html
http://cintailmuku1.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai