PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya.
Keseimbangan yang dipertahankan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya,
keadaan ini disebut dengan Sehat. Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila gagal
dalam mempertahankan keseimbangan diri dan lingkungannya. Sebagai makhluk
sosial, untuk mencapai kepuasana dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan
interpersonal positif (Mirzal Tawi, 2008).
Masalah psikososial antara lain: psikotik gelandangan dan pemasungan, penderita
gangguan jiwa, masalah anak: anak jalanan dan penganiayaan anak, masalah anak
remaja: tawuran dan kenakalan, penyalahgunaan narkotika dan psikotropika, masalah
seksual: penyimpangan seksual, pelecehan seksual dan eksploitasi seksual, tindak
kekerasan sosial, stress pasca trauma, pengungsi/ migrasi, masalah usia lanjut yang
terisolir, masalah kesehatan kerja: kesehatan jiwa di tempat kerja, penurunan
produktifitas dan stres di tempat kerja, dan lain-lain: HIV/AIDS (Depkes, 2011).
Dalam Penelitian World Health Organization (WHO), jika prevalensi gangguan
jiwa diatas jiwa per 1000 penduduk dunia, Hasil riset WHO dan World Bank
menyimpulkan bahwa gangguan jiwa dapat mengakibatkan penurunan produktivitas
sampai dengan 3,5%. Saat ini, gangguan jiwa menempati urutan kedua setelah penyakit
infeksi dengan angka sebesar 11,5%, berarti di Indonesia mencapai 264 per 1000
penduduk yang mengalami gangguan jiwa, berdasarkan data hasil Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, angka tersebut 2,6 kali lebih tinggi dari ketentuan
WHO.
B. Rumusan Masalah
1. Memahami Konsep Psikososial
2. Mengetahui Tahap Perkembangan Psikososial
3. Mengetahui Upaya Individu dalam Menangani Stres.
C. Tujuan
1. Untuk Memahami Konsep Psikososial
2. Untuk Mengetahui Tahap Perkembangan Psikososial
3. Untuk Mengetahui Upaya Individu dalam Menangani Stres.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang bersifat
psikologik maupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik. masalah kejiwaan
dan kemasyarakatan yang mempunyai pengaruh timbal balik, sebagai akibat terjadinya
perubahan sosial dan atau gejolak sosial dalam masyarakat yang dapat menimbulkan
gangguan jiwa
1. Menurut Smet (1994), Psikososial didefinisikan sebagai hubungan yang
dinamis antara psikologis dan pengaruh sosial dan di antara keduanya saling
mempengaruhi. Kedua komponen tersebut merupakan hal yang penting untuk proses
perkembangan individu. Gangguan psikososial terjadi apabila terdapat ketidak
seimbangan antara kedua komponen di atas yang menyebabkan perubahan dalam
kehidupan, sehingga penderita DM harus beradaptasi untuk menghadapi perubahan
tersebut.
2. Menurut WHO (2002), Psikososial didefinisikan sebagai hubungan yang
dinamis antara psikologis dan pengaruh sosial dan di antara keduanya saling
mempengaruhi. Kedua komponen tersebut merupakan hal yang penting untuk proses
perkembangan, hal tersebut akan beriringan dengan proses pertumbuhan dan
maturasi, sehingga psikososial akan berubah sesuai dengan perubahan pertumbuhan
dan perkembangan individu.
3. Menurut Sarwono (2002) beberapa faktor yang termasuk dalam Psikososial
antara lain persepsi, motivasi (motif), kepercayaan dan adanya interaksi sosial. Ke
empat faktor tersebut merupakan unsur-unsur yang tidak terlepas dalam diri individu
selama proses perkembangan dan perilakunya, termasuk dalam perilaku kesehatan
yaitu dalam mengatur pola makan seimbang dan sehat.
4. Jadi, Psikososial adalah Suatu hubungan yang dinamis antara psikologis dan
pengaruh sosial yang saling memepnegaruhi diantara keduanya yang dipengaruhi
oleh faktor persepsi, motivasi (motif), kepercayaan dan adanya pengaruh sosial.
B. Status Emosi
Setiap individu mempunyai kebutuhan emosi dasar, termasuk kebutuhan akan
cinta, kepercayaan, otonomi, identitas, harga diri, penghargaan dan rasa aman. Schultz
(1966) Merangkum kebutuhan tersebut sebagai kebutuhan interpersonal untuk inklusi,
control dan afeksi. Bila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, akibatnya dapt berupa
perasaan atau prilaku yang tidak diharapkan, seperti ansietas, kemarahan, kesepian dan
rasa tidak pasti.
C. Konsep Diri
Konsep diri adalah semua perasaan kepercayaan dan nilai yang diketahui tentang
dirinya dan memengaruhi individu dalam bersosialisasi dengan orang lain. Konsep diri
berkembang secara bertahap saat bayi molai mengenal dan membedakan dirinya
dengan orang lain.
Pembentukan konsep diri2 ini sangat dipengaruhi oleh asuhan orang tua dan
lingkungannya.
1. Komponen Konsep Diri
a. Citra Diri
Citra Diri adalah Sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak
sadar. Sikap ini mencakup presepsi dari pasangan tentang ukuran, bentuk, dan
fungsi penampilan tubuh saat ini dan masa lalu.
b. Ideal Diri
Ideal Diri adalah Presepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku
sesuai dengan standar perilaku. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan harapan
pribadi.
c. Harga Diri
Harga Diri adalah Penilaian terhadap hasil yang dicapai dengan analisis,
sejauh mana perilaku memenuhi ideal diri. Jika individu selalu sukses maka
cenderung harga dirinya akan tinggi dan jika mengalami kegagalan cenderung
harga diri menjadi rendah. Harga diperoleh dari diri sendiri dan orang lain.
d. Peran Diri
Peran Diri adalah Pola sikap, perilaku nilai yang diharapkan dari seseorang
berdasarkan posisinya di masyarakat.
e. Identitas Diri
Identitas Diri adalah Kesadaran akan dirinya sendiri yang bersumber dari
observasi dan penilaian yang merupakan sintesis dari semua aspek konsep diri
sebagai suatu kesatuan yang utuh.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri
a. Tingkat Perkembangan Dan Kematangan
Perkembangan anak seperti perkembangan menta, perlakuan, dan
pertumbuhan anak akan mempengaruhi konsep dirinya.
b. Budaya
Pada usia anak-anak nilai-nilai akan diadopsi dari orang tuanya,
kelompoknya, dan lingkungannya. Orang tua yang bekerja seharian akan
membawa anak lebih dekat pada lingkungannya.
c. Sumber Eksternal Dan Internal
Kekuatan dan perkembangan pada individu sangat berpengaruh terhadap
konsep diri. Pada sumber internal misalnya, orang yang humoris koping
individunya lebih efektif. Sumber eksternal misalnya adanya dukungan dari
masyarakat dan ekonomi yang kuat.
d. Pengamatan Sukses Dan Gagal
Ada kecenderungan bahwa riwayat sukses akan meningkatkan konsep diri
demikian pula sebaliknya.
e. Sensor
Stresor dalam kehidupan misalnya perkawinan, pekerjaan baru, ujian dan
kekuatan. Jika koping individu tidak adekuat maka akan menimbulkan depresi,
menarik diri, dan kecemasan.
f. Usia, Keadaaan Sakit, Dan Trauma
Usia tua, keadaan sakit akan mempengaruhi persepsi dirinya.
3. Kriteria Kepribadian Yang Sehat
a. Citra Tubuh Positif Dan Akurat
Kesadaran akan diri berdasar atas observasi mandiri dan perhatian yang
sesuai akan kesehatan diri. Termasuk presepsi saat ini dan masa lalu.
b. Ideal Dan Realitas
Individu mempunyai ideal diri yang realitas dan mempunyai tujuan hidup
yang dapat dicapai.
c. Konsep Diri Yang Positif
Konsep diri yang positif menunjukkan bahwa individu akan sesuai dalam
hidupnya.
d. Harga Diri Tinggi
Seseorang yang akan mempunyai harga diri tinggi akan memandang dirinya
sebagai seorang yang berarti dan bermanfaat. Ia memandang dirinya sama dengan
apa yang ia inginkan.
e. Kepuasan Penampilan Peran
Individu yang mempunyai kepribadian sehat akan dapat berhubungan
dengan orang lain secara intim dan mendapat kepuasan, dapat memercayai dan
terbuka pada orang lain serta membina hubungan interdependen.
f. Identitas Jelas
Individu merasakan keunikan dirinya yang memberiarahkehidupan dalam
mencapai tujuan
D. Koping
Strategi coping merupakan suatu upaya individu untuk menanggulagi stress yang
menekan akibat masalah yang dihadapinya dengan cara melakukan perubahan kognitif
maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya sendiri.
Coping yang efektif untuk dilaksanakan adalah coping yang membantu seseorang
untuk mentoleransi dan menerima situasi menekan dan tidak merisaukan tekanan yang
tidak dapat dikuasainya (lazarus dan folkman).
1. Jenis-Jenis Koping
a. Koping Konstruktif/Merusak
1) Penalaran (Reasoning)
Yaitu penggunaan kemampuan kognitif untuk mengeksplorasi berbagai
macam alternatif pemecahan masalah dan kemudian memilih salah satu
alternatif yang dianggap paling menguntungkan.
2) Objektifitas
Yaitu kemampuan untuk membedakan antara komponen-komponen
emosional dan logis dalam pemikiran, penalaran maupun tingkah laku.
Kemampuan ini juga meliputi kemampuan untuk membedakan antara pikiran-
pikiran yang berhubungan dengan persoalan yang tidak berkaitan.
3) Konsentrasi
Yaitu kemampuan untuk memusatkan perhatian secara penuh pada
persoalan yang sedang dihadapi. Konsentrasi memungkinkan individu untuk
terhindar dari pikiran-pikiran yang mengganggu ketika berusaha untuk
memecahkan persoalan yang sedang dihadapi.
4) Humor
Yaitu kemampuan untuk melihat segi yang lucu dari persoalan yang
sedang dihadapi, sehingga perspektif persoalan tersebut menjadi lebih luas,
terang dan tidak dirasa sebagai menekan lagi ketika dihadapi dengan humor.
5) Supresi
Yaitu kemampuan untuk menekan reaksi yang mendadak terhadap
situasi yang ada sehingga memberikan cukup waktu untuk lebih menyadari
dan memberikan reaksi yang lebih konstruktif.
6) Toleransi Terhadap Kedwiartian atau Ambiguitas
Yaitu kemampuan untuk memahami bahwa banyak hal dalam kehidupan
yang bersifat tidak jelas dan oleh karenanya perlu memberikan ruang bagi
ketidak jelasan tersebut.
7) Empati
Yaitu kemampuan untuk melihat sesuatu dari pandangan orang lain.
Empati juga mencakup kemampuan untuk menghayati dan merasakan apa
yang dihayati dan dirasakan oleh orang lain.
E. Hubungan Sosial
Hubungan Sosial dapat dibedakan menjadi dua, yaitu proses yang asosiatif dan
disosiatif. Hubungan Sosial Asosiatif merupakan hubungan yang bersifat positif, artinya
hubungan ini dapat mempererat atau memperkuat jalinan atau solidaritas kelompok.
SedangkanHubungan Sosial Disosiatif merupakan hubungan yang bersifat negatif,
artinya hubungan ini dapat merenggangkan atau menggoyahkan jalinan atau solidaritas
kelompok yang telah terbangun.
Hubungan sosial asosiatif adalah proses interaksi yang cenderung menjalin
kesatuan dan meningkatkan solidaritas anggota kelompok. Bentuk-bentuk Hubungan
Sosial, diantaranya :
1. Hubungan Sosial Asosiatif
a. Kerja Sama
b. Akomodasi; dapat diartikan sebagai suatu keadaan atau sebagai suatu proses.
Sebagai keadaan, akomodasi adalah suatu bentuk keseimbangan dalam interaksi
antarindividu atau kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma sosial dan
nilai sosial yang berlaku. n masalah yang terjadi dapat dilakukan.
c. Asimilasi; adalah proses sosial yang timbul apabila ada kelompok masyarakat
dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara interaktif
dalam jangka waktu lama.
d. Akulturasi; adalah suatu keadaan diterimanya unsur-unsur budaya asing ke dalam
kebudayaan sendiri.
KESIMPULAN