PANDUAN
IDENTIFIKASI PASIEN
2016
PERATURAN DIREKTUR RSUD AJI MUHAMMAD PARIKESIT
NOMOR 6 TAHUN 2016
TENTANG
PANDUAN IDENTIFIKASI PASIEN
Disusun Oleh:
Disetujui:
Wakil Direktur Pelayanan,
Ditetapkan Oleh:
Direktur,
KONTRIBUTOR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Buku Panduan
Identifikasi Pasien ini dapat terselesaikan dengan baik.
Buku panduan ini merupakan tuntunan bagi semua unit kerja yang melakukan
pelayanan terhadap pasien di RSUD Aji Muhammad Parikesit dalam melakukan
identifikasi pasien. Dengan buku panduan ini, diharapkan semua unit kerja yang
memberikan pelayanan kepada pasien mendapat kemudahan dalam melakukan
identifikasi. Sehingga pada akhirnya, tercipta budaya kerja yang berorientasi pada
keselamatan pasien.
Namun demikian, demi perubahan ke arah yang lebih baik, kami menyadari masih
terdapat kekurangan dalam penyusunan panduan ini. Oleh karena itu, kami
mengharap saran dan kritik perbaikan atas panduan yang telah tersusun ini.
Semoga Buku Panduan Identifikasi Pasien ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan, serta tidak lupa ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua
pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan buku panduan ini.
Tim Penyusun
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karuniaNya kita dapat menyelesaikan penyusunan salah satu dokumen regulasi
RSUD Aji Muhammad Parikesit yaitu Panduan Identifikasi Pasien.
Memahami dan mengimplementasikan isi yang ada pada dokumen regulasi yang
telah disusun dan ditetapkan berdasarkan aturan serta standar akreditasi,
merupakan langkah awal bagi setiap unit kerja di RSUD Aji Muhammad Parikesit
dalam membentuk sistem dan budaya kerja yang terstandar, efektif dan dapat
dipertanggungjawabkan. Semoga dokumen regulasi ini dapat bermanfaat dan
menjadi tuntunan bagi semua pihak dalam memberikan pelayanan kepada pasien
dan keluarga di RSUD Aji Muhammad Parikesit.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati kami mengajak semua pihak di RSUD Aji
Muhammad Parikesit untuk dapat membawa semangat perubahan “Kini Lebih Biak”
dalam implementasi standar-standar akreditasi di RSUD Aji Muhammad Parikesit.
A. LATAR BELAKANG
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah
sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di rumah
sakit yaitu : keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau
petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang
bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan
lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap pencemaran
lingkungan dan keselamatan “bisnis” rumah sakit yang terkait dengan
kelangsungan hidup rumah sakit. Ke lima aspek keselamatan tersebut sangatlah
penting untuk dilaksanakan di setiap rumah sakit. Namun harus diakui kegiatan
institusi rumah sakit dapat berjalan apabila ada pasien. Karena itu keselamatan
pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan, dan hal tersebut terkait
dengan isu mutu dan citra rumah sakit.
Di rumah sakit terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan prosedur,
banyak alat dengan teknologinya, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi
yang siap memberikan pelayanan pasien 24 jam terus menerus. Keberagaman
dan kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik dapat
menyebabkan terjadinya KTD.
Data dari Joint Comission International (JCI ) menunjukkan bahwa 13 %
terjadi kesalahan dalam pembedahan/ operasi dan 67% terjadi kesalahan
transfusi darah, demikian juga ditemukan data dari UK National Patient Safety
Agency (2003-2005) terjadi 236 insiden kejadian nyaris cidera kesalahan (near
misses) yang berhubungan dengan kesalahan penulisan pada gelang pasien
serta adanya data USA National Center for Patient Safety (2000 – 2003) terjadi
misidentification sebanyak 100 orang yang telah dilakukan Root Cause Analyses
(RCA).
Kekeliruan mengidentifikasi pasien terjadi hampir di semua aspek
diagnosis dan pengobatan. Dalam keadaan pasien masih dibius, mengalami
disorientasi atau belum sepenuhnya sadar; mungkin pindah tempat tidur, pindah
kamar, atau pindah lokasi di dalam rumah sakit; mungkin juga pasien memiliki
cacat indra atau rentan terhadap situasi berbeda yang dapat menimbulkan
kekeliruan pengidentifikasian. Dengan data-data tersebut, berbagai negara
segera melakukan penelitian dan mengembangkan Sistem Keselamatan Pasien.
Di Indonesia data tentang KTD apalagi Kejadian Nyaris Cedera (near
miss) masih langka, namun dilain pihak terjadi peningkatan tuduhan “mal
praktek”, yang belum tentu sesuai dengan pembuktian akhir. Dalam rangka
meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit maka Perhimpunan Rumah
Sakit Seluruh Indonesia (Persi) telah mengambil inisiatif membentuk Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS). Komite tersebut telah aktif
melaksanakan langkah-langkah persiapan pelaksanaan keselamatan pasien
B. RUANG LINGKUP
Panduan ini diterapkan kepada :
1. Pasien RSUD A.M Parikesit, pasien rawat inap, pasien Unit Gawat Darurat
(UGD), dan pasien rawat jalan; dan
2. Pelaksana panduan RSUD A.M Parikesit, tenaga kesehatan (medis, perawat,
farmasi, bidan, dan tenaga kesehatan lainnya), staf di ruang rawat (staf
administratif, pekarya, dan staf pendukung lain-lain) yang bekerja di rumah
sakit.
D. PENGERTIAN
1. Identifikasi pasien adalah suatu proses untuk mengidentifikasi pasien sebagai
individu yang akan menerima pelayanan atau pengobatan dan untuk
mencocokkan pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut;
2. Konfirmasi adalah suatu proses untuk memastikan kebenaran identitas
pasien. Konfirmasi dilakukan dengan meminta pasien menyebutkan secara
aktif nama lengkap dan tanggal lahir/umur dan petugas mencocokkan
kebenaran identitas tersebut pada data identitas yang tertulis pada gelang
pasien (pasien rawat inap) atau pada Kartu Identitas Berobat (pasien rawat
jalan); dan
3. Verifikasi merupakan suatu rangkaian proses untuk mengidentifikasi pasien
sebagai individu yang akan menerima pelayanan atau pengobatan serta
E. DASAR HUKUM :
1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen;
2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran;
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit;
8. Buku Panduan Nasional Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Tahun 2008;
9. Keputusan Direktorat Jen Yan Med Nomor 78/Yan.Med/RS.Um.Dik/YMU/I/91
tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Rekam Medis/Medical Record
di Rumah Sakit; dan
10. Surat Edaran Dir Jen Yan Med Nomor YM.02.04.3.5.20504 tentang Pedoman,
Hak dan Kewajiban Pasien, Dokter, dan Rumah Sakit.
C. KONFIRMASI
Konfirmasi adalah suatu proses untuk memastikan kebenaran identitas
pasien. Konfirmasi dilakukan dengan cara meminta pasien untuk mencocokkan
kebenaran identitas yang tertulis pada :
1. Gelang Pengenal pada saat pendaftaran sebagai pasien Rawat Inap;
D. VERIFIKASI
1. Verifikasi adalah proses yang dilakukan untuk memastikan kesesuaian
pelayanan atau pengobatan terhadap individu tertentu;
2. Proses verifikasi identitas pasien dilakukan dengan meminta pasien
menyebutkan nama dan tanggal lahir, sementara petugas mencocokkan
dengan data identitas pasien yang tercantum pada Gelang Identitas, Label
spesimen, etiket obat, lembar order pemeriksaan penunjang, hasil
pemeriksaan penunjang dll;
3. Tindakan/prosedur medis yang harus dilakukan proses verifikasi identitas
pasien:
a. Pemberian obat-obatan;
b. Prosedur pemeriksaan diagnostic imaging (rontgen, CT-scan, PET-scan,
MRI, dan sebagainya);
c. Tindakan pembedahan atau prosedur invasif lainnya;
d. Transfusi darah;
e. Pengambilan sampel (misalnya darah, tinja, urin, dan sebagainya); dan
f. Transfer pasien.
4. Tanyakan identitas pasien dengan menggunakan pertanyaan terbuka,
contoh: “mohon maaf bisa disebutkan nama dan umurnya Bapak/Ibu?”; dan
5. Petugas jangan menyebutkan nama/umur pasien dan meminta pasien untuk
mengkonfirmasi dengan jawaban “Ya/Tidak”.