Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


1. Mampu memahami bagaimana ketergantungan laju reaksi terhadap suhu.
2. Mampu melakukan penentuan nilai energi aktivasi (Ea) dengan menggunakan
persamaan Arrhenius.

1.2 Dasar Teori


1.2.1 Laju Reaksi (Reaction Rate)
Laju atau kecepatan reaksi adalah perubahan konsentrasi ataupun dalam satuan
waktu. Laju suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi suatu
pereaksi, atau laju bertambahnya konsentrasi suatu produk. Konsentrasi biasanya
dinyatakan dalam mol per liter, tetapi untuk reaksi fase gas, satuan tekanan atmosfer
millimeter merkurium atau pascal dapat digunakan sebagai ganti konsentrasi. Satuan waktu
dapat detik, menit, jam, hari atau bahkan tahun bergantung apakah reaksi itu cepat atau
lambat (Novula, 2010).

1.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi


Laju reaksi kimia tertentu bergantung pada empat faktor (Keenan, dkk, 1993) :
1. Sifat Dasar Pereaksi
Zat-zat berbeda sangat nyata dalam lajunya mereka mengalami perubahan
kimia.Molekul hidrogen dan fluor bereaksi secara meledak, bahkan pada temperatur kamar
dengan menghasilkan molekul hidrogen fluorida.

H2 + F2 2HF ……………………....................(Reaksi 2.1.1)


(sangat cepat pada temperatur kamar)

Pada kondisi serupa, molekul hidrogen dan oksigen bereaksi begitu lambat
sehingga tak nampak suatu perubahan kimia.

2H2 + O2 2H2O…………………….(Reaksi 2.1.2)


(sangat lambat pada temperatur kamar)

1 | Persamaan Arrhenius dan Energi Aktivasi


2. Temperatur
Laju rekasi kimia bertambah dengan naiknya temperatur. Biasanya kenaikan
sebesar 10°C akan melibatkan dua atau tiga laju suatu reaksi antara molekul-molekul.
Kenaikan laju reaksi ini dapat diterangkan sebagian sebagai lebih cepatnya molekul-
molekul bergerak kian kemari pada temperatur yang lebih tinggi dan karenanya
bertabrakan satu sama lain lebih sering. Tetapi, ini belum menjelaskan seluruhnya kecuali
bila energi pengaktifan praktis nol. Dengan naiknya temperatur, bukan hanya molekul-
molekul lebih sering bertabrakan, tetapi mereka juga bertabrakan dengan dampak
(benturan) yang lebih besar, karena mereka bergerak lebih cepat. Pada temperatur yang
ditinggikan, persentase tabrakan yang mengakibatkan reaksi kimia akan lebih besar karena
makin banyak molekul yang memiliki kecepatan lebih besar dan karenanya memiliki
energi cukup untuk bereaksi.

T1

banyaknya
molekul

T2

bertambahnya kecepatan

Grafik 2 Banyaknya molekul yang kecepatannya sama atau lebih besar dari suatu harga V’ jauh
lebih tinggi untuk temperatur tinggi T 2 dari pada untuk temperatur rendah T 1. Perhatikan bahwa
mayoritas molekul pada temperatur manapun mempunyai kecepatan kurang dari V’. Suatu reaksi yang
bergantung pada tabrakan dua molekul yang kecepatannya sama atau lebih besar. Berlangsung berlipat
kali lebih cepat pada T2 dari pada T1.

3. Adanya suatu katalis


Katalis adalah suatu zat yang meningkatkan kecepatan suatu reaksi kimia tanpa
dirinya mengalami perubahan kimia yang permanen. Proses ini disebut katalisis. Suatu
katalis diduga mempengaruhi kecepatan reaksi dengan salah satu jalan :

- Dengan pembentukan senyawa antara (katalisis homogen)


- Dengan adsorbs katalisis heterogen.

2 | Persamaan Arrhenius dan Energi Aktivasi


Dalam reaksi-reaksi kimia yang mempunyai energi pengaktifan yang besar,
dapatlah pereaksi-pereaksi itu diangkat melewati barier energi untuk menaikan temperatur.
Namun seringkali tak diinginkan melakukan suatu reaksi pada temperatur tinggi, karena
produk-produk reaksi mungkin tak stabil atau karena mungkin pereaksi itu lebih capat
terbentuk kembali pada temperatur tinggi. Oleh karenanya, randemen produk yang
diinginkan menjadi berkurang. Suatu pendekatan lain adalah mencari cara menurunkan
barier energi yakni menyediakan suatu jalan dengan energi pengaktifan yang lebih rendah
sehingga molekul yang energinya tidak tinggi dapat bereaksi.

4. Konsentrasi
Laju suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi suatu
pereaksi atau sebagai laju bertambahnya konsentrasi suatu produk. Karena persamaan laju
reaksi didefinisikan dalam bentuk konsentrasi rektan maka dengan naiknya konsentrasi
maka naik pula kecepatan reaksinya. Artinya semakin tinggi konsentrasinya maka semakin
banyak molekul reaktan yang tersedia dengan demikian kemungkinan bertambah akan
semakin banyak juga, sehingga kecepatan reaksi meningkat.

5. Tekanan
Reaksi yang melibatkan gas, kecepatan reaksinya berbanding lurus dengan
kenaikan tekanan dimana faktor tekanan ini ekuivalen dengan konsentrasi gas.

6. Orde Reaksi
Orde reaksi menentukan seberapa besar konsentrasi reaktan berpengaruh pada
kecepatan reaksi.

7. Pelarut
Banyak reaksi yang terjadi dalam larutan dan melibatkan pelarut.Sifat pelarut baik
terhadap reaktan, hasil intermediet, dan produknya mempengaruhi laju reaksi, seperti
sifatsolusi pelarut terhadap ion dalam pelarut dan kekuatan interaksi ion dan pelarut dalam
pembentukan counter ion.

3 | Persamaan Arrhenius dan Energi Aktivasi


8. Radiasi elektromagnetik dan intensitas cahaya
Radiasi elektromagnetik dan cahaya merupakan salah satu bentuk energi molekul-
molekul reaktan dapat menyerap kedua bentuk energi ini sehingga mereka terpenuhi atau
meningkatkan terjadinya tumbukan antara molekul.

9. Pengadukan/ proses pengadukan


Pengadukan mempengaruhi kecepatan reaksi yang melibatkan sistem heterogen
seperti reaksi yang melibatkan dua fase, yaitu fase padatan dan fase cair seperti melarutkan
serbuk beri dalam larutan HCl dengan pengadukan maka reaksi akan cepat berjalan.
Pada tahun 1889 Arrhenius mengusulkan suatu persamaan yang menjelaskan
pengaruh suhu terhadap konstanta kecepatan reaksi yang dinyatakan sebagai persamaan
berikut :
−𝐸𝑎⁄
𝐾 = 𝐴𝑒 𝑅𝑇 …………………………………….(pers 2.1.1)
dengan : K = konstanta kecepatan reaksi
Ea= energi aktivasi
A= factor frekuensi
R= Konstanta gas universal
T= suhu
Faktor e-Ea/RT menunjukan reaksi molekul yang memiliki energi yang melebihi
energi aktivasi.Faktor tersebut harganya naik dengan kenaikan harga suhu (T) dan
penurunan energi aktivasi. Faktor tersebut harganya naik dengan kenaikan harga suhu (T)
dan penurunan dari energi (E) sehingga laju reaksi akan berbanding lurus dengan faktor
tersebut.
Persamaan dapat ditulis dalam bentuk natural logaritmanya:
In K = In A –Ea/RT ………………………….(pers 2.1.2)
atau kita dapat menulisnya dalam bentuk logaritma berbaris sepuluh dan persamaannya
berubah menjadi :
log K = log A –E/2,303 RT .……………………….(pers 2.1.3)
Persamaan Arrhenius memberikan nilai dasar dari hubungan antara energi aktivasi
dengan rata proses reaksi, dari persamaan Arrhenius ini energi aktivasi dapat dinyatakan
sebagai berikut :
Ea = -RT In (K/A) …………………………………(pers 2.1.4)

4 | Persamaan Arrhenius dan Energi Aktivasi


Di dalam ilmu kimia, energi aktivasi merupakan sebuah istilah yang diperkenalkan
oleh Svante Arrhenius.Yang didefinisikan sebagai energi yang harus dilampaui agar reaksi
kimia dapat terjadi.
Dengan melihat hal tersebut diatas jelas bahwa energi aktivasi akan mudah dilewati
bila molekul-molekul yang bertumbukan semakin cepat dan efektif menghasilkan komplek
aktif dan kemudian menjadi produk. Pada percobaan ini reaksi yang diamati adalah (Tim
laboratorium,2010), sebagai berikut :

2 I- + S2O82- 2 SO42- + I2……………………Reaksi (2.1.3)

 ENERGI PENGAKTIFAN
Selama perubahan kimia, perlulah bagi molekul-molekul yang bereaksi untuk
bertabrakan ketika mereka bergerak kian kemari secara acak.Tetapi untuk reaksi eksoterm
dan serta merta pada temperatur kamar kebanyakan molekul sekedar terpental setelah
bertabrakan tanpa bereaksi.Dalam hal molekul hidrogen dan oksigen pada temperatur
kamar, rata-rata molekul itu tidak mempunyai cukup energi untuk membentuk keadaan
transisi. Energi ysng ditambahakan harus dipunyai oleh zat-zat yang bereaksi untuk
membentuk kompleks teraktifan atau keadaan transisi disebut energi pengaktifan (Ea).
Energi pengaktifan untuk reaksi khas bergantung terutama pada sifat dasar pereaksi.
Untuk memeriksa suatu sistem dalam mana produk-produk dapat bereaksi
membentuk pereaksi aslinya dapat digunakan alur seperti gambar :

5 | Persamaan Arrhenius dan Energi Aktivasi


keadaan transisi

Ea’ reaksi
maju
energi
Ea’ reaksi balik
- untuk reaksi maju

+ untuk reaksi balik

maju

balik
Grafik 2.1.1 Jalan reaksi Reversible

Untuk suatu reaksi reversible (dapat balik), energi yang dibebaskan dalam reaksi
eksoterm sama besar dengan energi yang diserap dalam reaksi endoterm. Energi reaksi, ∆E
sama dengan selisih antara energi-energi pengaktifan dari reaksi-reaksi yang berlawanan,
artinya ∆E = Ea – Ea’.

6 | Persamaan Arrhenius dan Energi Aktivasi


BAB II

METODOLOGI

2.1 Alat Dan Bahan


2.1.1 Alat yang digunakan
 Magnetic stirrer
 pipet volume 10 ml
 hot plate
 pipet ukur 10 ml
 stopwatch
 gelas kimia 800 ml
 gelas kimia 50 ml
 bulp
 thermometer

2.1.2 Bahan yang digunakan


 larutan Na2S2O3
 larutan Na2S2O8
 larutan Kl
 larutan kanji
 aquadest
 es batu

2.2 Prosedur Kerja

1. Menyiapkan suatu sistem seperti pada tabel berikut pada tabung terpisah.
Volume Tabung I Volume Tabung II
ml ml ml ml ml ml
S2O82- H2 O I- H2 O S2O3- kanji
5 5 10 - 1 1

7 | Persamaan Arrhenius dan Energi Aktivasi


2. Mendinginkan tabung I dan II di dalam gelas piala yang berisi campuran air dan es
sampai pada suhu kedua tabung tersebut mencapai suhu 5°C hinga 23°C.
3. Memanaskan tabung I dan II di dalam gelas piala yang berisi air yang dipanaskan
diatas hot plate sampai pada suhu kedua tabung tersebut mencapai suhu 26°C hinga
41°C.
4. Mencampurkan isi kedua tabung tersebut pada tabung reaksi yang diletakkan diatas
penangas plat dengan pengaduk magnet menghidupkan stopwatch saat kedua cairan
dicampurkan.
5. Mematikan stopwatch setelah warna campuran menjadi waarna ungu muda

Diagram Alir

Menyiapkan suatu sistem seperti pada table berikut pada tabung terpisah

volume tabung 1 volume tabung II


S2O8-2 H2O I- H2O S2O3- kanji
5 ml 5 ml 10 ml - 1 ml 1 ml

Mendinginkan / memanaskan tabung I dan tabung II suhu kedua tabung tersebut


sama yaitu pada suhu 5° C hingga 41° C

Mencampurkan isi kedua tabung tersebut pada gelas kimia.Stopwatch


dihidupkan saat kedua cairan dicampurkan.

Waktu dihentikan saat larutan tersebut mulai berubah warna dari bening
menjadi biru

8 | Persamaan Arrhenius dan Energi Aktivasi


BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Pengamatan


Tabel 1 Data Pengamatan
Suhu (T°C) Waktu (s) T (K) Perubahan Warna
5 38 278
8 35 281
11 32 284
14 28 287
17 25 290
20 23 293
23 21 296 Dari bening

26 17 299 menjadi warna ungu

29 15 302 muda

32 13 305
35 12 308
38 11 311
41 10 314

9 | Persamaan Arrhenius dan Energi Aktivasi


3.2 Hasil Perhitungan
Tabel 2 Hasil Perhitungan
1/T (K-1) Ln 1/waktu
3,59 x 10-3 -3,63
3,55 x 10-3 -3,55
3,52 x 10-3 -3,46
3,48 x 10-3 -3,33
3,44 x 10-3 -3,21
3,41 x 10-3 -3,21
3,37 x 10-3 -3,13
3,34 x 10-3 -3,04
3,31 x 10-3 -2,83
3,27 x 10-3 -2,70
3,24 x 10-3 -2,56
3,21 x 10-3 -2,39
3,18 x 10-3 -2,30

10 | Persamaan Arrhenius dan Energi Aktivasi


3.3 Pembahasan
Pada praktikum “Persamaan Arrhenius dan Energi Aktivasi” bertujuan agar dapat
memahami bagaimana ketergantungan laju reaksi terhadap suhu dan mampu melakukan
penentuan nilai energi aktivasi (Ea) dengan menggunakan Persamaan Arrhenius.
Dalam percobaan yang dilakukan, variasi untuk suhu yang digunakan adalah 15°C,
20°C, 25°C, 30°C dan 35°C. Untuk suhu 15°C dan 20°C menggunakan bantuan es
batu.Untuk suhu 30°C dan 35°C menggunakan bantuan air yang dipanaskan. Pertama
menyiapkan 2 buah tabung reaksi untuk setiap variasi suhu. Tabung pertama diisi dengan
mencampurkan antara Na2S2O82- dan H2O. Sedangkan untuk tabung kedua diisi dengan KI,
Na2S2O3-, dan larutan kanji. Suhu pada sistem yang ada pada tabung 1 dan tabung 2
disamakan terlebih dahulu. Setelah suhu masing-masing tabung sama, lalu mencampurkan
kedua larutan hingga terbentuk warna biru untuk pertama kalinya dan mencatat waktunya
dengan stopwatch. Waktu ketika terjadi perubahan warna ini yang digunakan sebagai
waktu reaksi. Waktu reaksi digunakan untuk menghitung nilai K dan ln K, serta suhu
campuran yang terbentuk digunakan untuk menghitung 1/T dengan menggunakan
persamaan Arrhenius. Setelah memperoleh harga dari masing-masing variable dapat
diperoleh suatu grafik persamaan Arrhenius dengan hubungan antara 1/T pada sumbu x
dan ln K pada sumbu y.
Dari percobaan tersebut, variable bebasnya adalah suhu sedangkan variabel
terikatnya adalah waktu. Dari hasil pengamatan dapat diketahui pada suhu tinggi warna
biru lebih cepat terlihat daripada suhu rendah. Dapat dikatakan bahwa semakin tinggi
suhunya maka reaksi akan berjalan semakin cepat. Hal ini terjadi karena semakin tinggi
suhu maka energi kinetik suatu partikel akan meningkat. Sehingga pergerakan partikel
untuk menimbulkan tumbukan efektif semakin besar juga. Dan sebaliknya, jika reaksi
dilakukan pada suhu rendah, reaksi akan semakin lambat.
Percobaan ini juga dilakukan untuk menentukan energi aktivasi yang dibutuhkan
untuk reaksi dengan menggunakan persamaan Arrhenius. Pada percobaan yang dilakukan
didapatkan nilai Ea sebesar 29,5515 kj/mol dan nilai A yaitu 1990,82.
Energi aktivasi adalah energi minimum yang harus ada pada sistem kimia untuk
melangsungkan reaksi kimia. Energi aktivasi juga dapat didefinisikan sebagai energi
minimum yang harus dilewati oleh suatu reaksi untuk menghasilkan produk. Energi
aktivasi diperkenalkan oleh saintis dari Swedia bernama Svante Arrhenius pada tahun

11 | Persamaan Arrhenius dan Energi Aktivasi


1889. Energi aktivasi suatu reaksi biasanya dilambungkan dengan Ea dalam satuan
kilojoule per mol (kj/mol)
Energi aktivasi dapat dianggap sebagai penghalang potensial (hambatan energi)
yang memisahkan energi potensial reaktan dan produk dari reaksi. Untuk melangsungkan
reaksi, setidaknya harus ada energi yang sama atau lebih dari energy aktivasi.
Dalam kinetika, suatu reaksi berlangsung melalui beberapa tahap. Diawali dengan
tumbukan antarpartikel reaktan. Setelah reaktan bertumbukan, maka akan terjadi
penyusunan ulang ikatan dalam senyawa reaktan menjadi susunan ikatan yang berbeda
(membentuk senyawa produk), (Vogel:1994). Faktor yang mempengaruhi tumbukan
adalah jumlah partikel (konsentrasi), temperature dan luas permukaan. Pada percobaan ini
suhu merupakan satu-satunya faktor yang berperan dalam mempengaruhi tumbukan karena
konsentrasi dan luas permukaan diberlakukan sama. Pada data pengamatan menunjukkan
bahwa semakin tinggi temperaturnya, maka waktu yag dibutuhkan untuk bereaksi akan
semakin cepat. Peristiwa ini berhubungan dengan energy kinetik molekul dalam larutan,
dimana energi kinetik akan semakin besar jika temperatur meningkat. Hal ini dikarenakan
meningkatnya temperatur akan menyebabkan tumbukan antarmolekul akan lebih sering
terjadi.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi laju reaksi diantaranya suhu, luas
permukaan, katalis dan konsentrasi. Jika suhu dalam suatu reaksi yang sedang berlangsung
dinaikan, maka akan membuat partikel larutan menjadi aktif bergerak. Variabel lain yang
mempengaruhi laju reaksi adalah katalis, dimana katalis tersebut berperan untuk
menurunkan energi aktivasi dalam suatu reaksi.
Pada percobaan ini sistem reaksinya adalah reaksi endoterm. Reaksi endoterm
adalah reaksi yang menyerap kalor (terjadi perpindahan kalor dari lingkungan ke sistem).
Reaksi endoterm (endo-adalah awalan yang berarti “ke dalam”, dimana kalor harus
disalurkan kesistem oleh lingkungan. Pada reaksi ini, terjadi perpindahan kalor dari
lingkungan kesistem sehingga suhu lingkungan turun dan enjadi lebih dingin. Reaksi
endoterm menyerap sejumlah energi sistem bertambah. Karena entalpi bertambah,
perubahan entalpinya bertanda positif.

12 | Persamaan Arrhenius dan Energi Aktivasi


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan,maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Temperatur berbanding lurus terhadap laju reaksi
2. A = 1990,82
3. Ea = 29,5515 kJ/mol

4.2 Saran

Sebelum melaksanakan praktikan sebaiknya benar-benar mendalami materi


sehingga dapat menjalankan praktikum dengan baik dan dapat mengurangi terjadinya
kesalahan praktikum.

13 | Persamaan Arrhenius dan Energi Aktivasi


DAFTAR PUSTAKA

Keenan, Kleinfelter, Wood, 1993, IlmuKimia untuk Universitas Jilid 1, Jakarta, Penerbit
Erlangga
Novula, 2010,Persamaan Arrhenius, http: www.wikipedia.com/Persamaan_Arrhenius, 1
Mei 2010, 13.00
Tim laboratorium kimia dasar, 2010, Penuntun Praktikum Kimia Fisika, Samarinda,
Politeknik Negeri Samarinda

14 | Persamaan Arrhenius dan Energi Aktivasi


LAMPIRAN

15 | Persamaan Arrhenius dan Energi Aktivasi


Perhitungan :

6.1T°C ----->Tk
1. 5°C = …. K
Tk = 273 + 5
= 278 K

2. 8°C = …. K
Tk = 273 + 8
= 281

3. 11°C =.... K
Tk = 273 + 11
= 284

4. 14°C = ….K
Tk = 273 + 14
= 287

5. 17°C = … K
Tk = 273 + 17
= 290

6. 20°C = … K
Tk = 273 + 20
= 293

7. 23°C = … K
Tk = 273 + 23
= 296

16 | Persamaan Arrhenius dan Energi Aktivasi


8. 26°C = … K
Tk = 273 + 26
= 299

9. 29°C = … K
Tk = 273 + 29
= 302

10. 32°C = … K
Tk = 273 + 32
= 308

11. 38°C = … K
Tk = 273 + 38
= 311

12. 41°C = … K
Tk = 273 + 41
= 311

13. 41°C = … K
Tk = 273 +41
= 314
𝐈
6.2 𝑻
1
1. = 3,59x 10-3
278
1
2. = 3,55 x 10-3
293
1
3. = 3,52 x 10-3
298
1
4. = 3,48 x 10-3
303

17 | Persamaan Arrhenius dan Energi Aktivasi


1
5. = 3,44 x 10-3
308
1
6. = 3,41 x 10-3
296
1
7. = 3,37 x 10-3
299
1
8. = 3,34 x 10-3
302
1
9. = 3,31 x 10-3
302
1
10. = 3,27 x 10-3
305
1
11. = 3,24 x 10-3
308
1
12. = 3,21 x 10-3
311
1
13. = 3,18 x 10-3
314
𝟏
6.3 In
𝐰𝐚𝐤𝐭𝐮
1
1. In = -3,63
38
1
2. In = -3,55
35
1
3. In = -3,46
32
1
4. In = -3,33
28
1
5. In = -3,21
25
1
6. In = -3,13
23
1
7. In = -3,04
21
1
8. In = -2,83
17

18 | Persamaan Arrhenius dan Energi Aktivasi


1
9. In = -2,70
15
1
10. In = -2,56
13
1
11. In = -2,48
12
1
12. In = -2,39
11
1
13. In = -2,30
10

Ea
Persamaan yang didapat adalah :
 y = -3554,3 x 7,5963
−Ea
m=
𝑅
−Ea
-3554,3 =
0,0083143
kj
Ea = 29,5515mol

A = faktor tumbukan
B = In A
7,5963 = In A
A = In A
A = e7,5963
= 1990,82

19 | Persamaan Arrhenius dan Energi Aktivasi


GRAFIK

1/T In 1/Waktu
0,00347 -4,7095
0,00341 -4,5643
0,00336 -4,3307
0,0033 -4,1588
0,00325 -3,9318

Pengaruh Suhu Terhadap Laju Reaksi


Berdasarkan Persamaan Arrhenius
0
0.0032 0.00325 0.0033 0.00335 0.0034 0.00345 0.0035
-0.5

-1

-1.5 In 1/Waktu
ln 1/Waktu

-2
y = -3554.3x + 7.5963
-2.5 R² = 0.99

-3

-3.5

-4

-4.5

-5
1/T

20 | Persamaan Arrhenius dan Energi Aktivasi


GAMBAR ALAT

Pipet volume termometer Rak tabung dan tabung reaksi

Botol semprot bulp Gelas kimia

21 | Persamaan Arrhenius dan Energi Aktivasi

Anda mungkin juga menyukai