Anda di halaman 1dari 13

MENGIDENTIFIKASI MASALAH TERKAIT TERAPI OBAT

(Rovers) DAN PCNE (vs 8)


Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
pada Mata Kuliah “Pharmaceutical care”

Disusun Oleh :
Kelompok 1

Ferannisa Firdaus 2017001178


Gede Agam Gumilar EP 2017001179
Grasella Widia Sianipar 2017001180
Gusti Ayu Agung Rika M. 2017001181
Haryo Santoso 2017001182
Haura Usna Rahmah 2017001183
Irena Setiawati 2017001184
Kartika Putri Rahahadini 2017001185
Khairunnisa Efli Audina 2017001186

Kelas B

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
2018
BAGIAN 2
MENGIDENTIFIKASI MASALAH TERKAIT TERAPI OBAT (Rovers)

Tujuan dari dilakukannya pharmaceutical care pada apoteker adalah untuk mencegah
terjadinya masalah terapi obat sebelum masalah itu terjadi dan menyelesaikan masalah yang
telah terjadi. Seperti yang telah dijelaskan dalam APhA’s Principles of Practice for
Pharmaceutical Care, apoteker bekerjasama dengan pasien dan penyedia pelayanan kesehatan
lainnya untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit dan memastikan bahwa regimen
terapi obat yang diterima pasien sudah aman dan efektif. Apoteker yang bekerja di bagian
pelayanan kesehatan memberikan kemampuan mereka dalam bagian masalah terapi obat untuk
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan pasien.
Bagian ini dan tiga bagian lainnya akan mencakup bagaimana pelayanan kefarmasian
dilakukan dan memberikan informasi yang konkrit untuk membantu apoteker meningkatkan
kemampuan praktiknya untuk memberikan pelayanan kefarmasian.

SIKLUS PELAYANAN KEFARMASIAN


Praktek dari pelayanan kefarmasian termasuk bagian-bagian lainnya pada langkah yang
diilustrasikan ke dalam diagram Siklus Pelayanan. Poin pertama dari siklus yaitu
mengidentifikasikan masalah terkait terapi obat.
Di dalam Siklus Pelayanan, apoteker pada awalnya akan bertanya pada diri sendiri
bagaimana dia harus bertindak-apakah pasien mempunyai masalah terapi obat? Jika
jawabannya iya, maka apoteker harus segera bertindak. Langkah selanjutnya yaitu untuk
mendeterminasikan apa yang akan dia lakukan berikutnya, yang melibatkan pada tujuan
terapetik untuk pasien. Kemudian, dia harus memutuskan bagaiman cara yang terbaik untuk
mencapai tujuan. Pada poin ini, apoteker mengembangkan dan mengimplementasikan rencana
pelayanan. Setelah menetapkan rencana, langkah terakhir yaitu menunjukkan tindak lanjut
yang memadai pada pasien dan monitoring untuk menetapkan apakah tujuan terapetik sudah
tercapai.
Jika tujuan telah tercapai, siklus akan berhenti sampai waktu berikutnya ketika apoteker
mempunyai alasan untuk mengevaluasi pasien. Jika tujuan belum tercapai, atau jika kemudian
pasien mengembangkan masalah terapi obat, siklus pelayanan akan dimulai kembali. Setiap
apoteker mendeteksi terjadinya masalah terapi obat, hal tersebut merupakan petunjuk untuk
segera bertindak.
Gambar 1. Siklus Pelayanan

Mengapa dilakukan?
(mengidentifikasi masalah)

Bagaimana cara untuk


Apa yang akan dilakukan?
memastikan bahwa itu berjalan?
(membuat rencana terapi)
(memonitor dan follow-up)

Bagaimana cara melakukannya?


(mengembangkan rencana
pengobatan)

Masalah Terapi Obat, Bukanlah Masalah Medis.


Hal ini penting untuk diketahui bahwa terdapat perbedaan antara masalah medis dan
masalah terapi obat. Masalah medis adalah keadaan sakit: seperti, masalah yang berakaitan
dengan fisiologi hasil dari bukti klinis terkait kerusakan. Sedangkan, masalah terapi obat,
adalah masalah pada pasien yang diakibatkan atau dapat diatasi dengan obat. Masalah terapi
obat biasanya berkembang dari masalah medis. Hipertensi adalah penyakit, dan merupakan
masalah medis. Jika pasien membutuhkan terapi obat untuk hipertensinya akan tetapi tidak
mendapatkan obatnya, maka ia mengalami masalah terapi obat. Hipertensi bukanlah masalah
terapi obat, tetapi kebutuhan akan terapi obatnya adalah masalah terapi obat.
Dalam prakteknya, perbedaan seperti itu merupakan hal yang penting. Diagnosis dari
masalah kesehatan adalah tanggung jawab seorang dokter, sedangkan cakupan praktik seorang
apoteker harus dibatasi hanya untuk masalah terapi obat. Setelah apoteker memberikan
pelayanan kefarmasian pada beberapa pasien, apoteker akan segera membedakan antara dua
macam masalah tersebut. Akan tetapi, sampai saat itu seorang praktisi kesehatan dalam hal ini
apoteker harus menggun.akan perhatian tinggi untuk memastikan bahwa mereka tidak dengan
sengaja mencoba untuk mendiagnosis keadaaan medis-yang mana hal tersebut merupakan
sangat jelas adalah tugas seorang dokter. Mereka juga harus tidak memperbolehkan diri mereka
untuk ikut dalam diskusi tentang diagnosis pengobatan ketika pasien menanyakan pendapat
apoteker tentang keadaan penyakit mereka.

Menemukan Masalah Terapi Obat


Ketika apoteker secara kritis mengevaluasi praktek umum mereka, secara langsung hal
tersebut muncul bahwa mereka telah menemukan dan mengatasi masalah terapi obat. Setiap
hari, apoteker menemukan interaksi obat dan duplikasi terapetik, berdiskusi dengan dokter,
mengedukasi pasien, dan melakukan apa yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah yang
belum teratasi. Apakah apoteker yang melakukan hal tersebut telah melakukan pharmaceutical
care? Jawabannya ada pada bagian, bagaimana apoteker mengatasi masalah terapi obat dan
bagaimana praktisi pharmaceutical care memenuhi keseluruhan proses setelah masalah terapi
obat teridentifikasi.
Biasanya hanya ada cara yang terbatas yang menjadikan seorang apoteker menyadari
bahwa pasien mempunyai masalah terkait obat. Biasanya yaitu ketika seorang apoteker
memeriksa resep dan berpikir “hal ini tidaklah benar!”. Hal tersebut khususnya benar untuk
masalah terkait dosis obat, interval dosis, atau durasi terapi. Kemungkinan lain, beberapa
masalah terapi obat diidentikasikan ketika membaca modul review penggunaan obat dari
perangkat lunak apoteker atau dari orang ketiga yang menyatakan bahwa komputer terindikasi
kemungkinan masalah terkait interaksi obat, duplikasi terapeutik, atau masalah kepatuhan.
Semua masalah diidentifikasi dengan metode-metode ini yang mempunyai dua jenis
yang mirip: mereka meyatakan masalah dari resep, bukan pasien dengan masalah. Lebih lanjut
lagi, tidak ada yang mewakili masalah bahwa apoteker secara perlunya dimaksudkan untuk
menemukan, apakah hal tersebut merupakan hal yang rutin terjadi dalam pengisian resep. Saat
ini apoteker tidak menemukan masalah sebanyak masalah yang menemukan mereka.
Ditemukannya masalah-masalah tersebut tidak selalu merupakan tujuan atau terorganisir,
tetapi lebih sering sebuah ketidaksengajaan.
Pendekatan yang terorganisir sangat penting untuk meraih keberasilan. Hasil studi dari
Currie et al menunjukan bahwa ketika masalah diidentifikasikan dengan metode yang
biasanya, apoteker menemukan rata-rata tiga masalah terapi obat dari 100 pasien. Namun,
ketika apoteker berlatih menunjukan maksud untuk menemukan masalah terapi obat, mereka
menemukan rata-rata 57.6 masalah dari 100 pasien. Keseluruhan, apoteker yang menggunakan
pendekatan terorganisir 7.5 kali lebih banyak menemukan masalah terapi obat dibandingkan
apoteker mengidentifikasi masalah menggunakan metode yang biasanya.
Dalam praktek pharmaceutical care, apoteker menunjukan maksud untuk mencari
masalah yang tidak mau atau tidak bisa mereka identifikasikan. Dengan mempertimbangkan
beberapa contoh. Apoteker mengisi resep kapsul amoxicillin 250 mg yang diberikan 3 kali
sehari selama 10 hari. Ketika menunjukan review rutin dari profil medis pasien, apoteker
menyadari bahwa pasien juga menggunakan kontrasepsi oral. Apoteker mengidentifikasikan
dengan benarinteraski obat potensial dan mengkonsultasikan kepada pasien sebagai kebutuhan
alternatif lain untuk pengontrol kelahiran/ kontrasepsi untuk bulan ke depan. Dalam skenario
lainnya, apoteker yang sama mendapatkan dan mengerjakan resep yang sama dan melakukan
review profil yang sama, tetapi tidak menemukan kemungkinan adanya interaksi obat potensial
atau apapun untuk diberikan kepada pasien sebagai obat kontrasepsi oral. Pasien mendapatkan
konseling standar mengenai pengobatannya. Kemudian dia hamil yang tidak diinginkan karena
amoxicillin yang diminumnya mempengaruhi keefektifan obat kontrasepsi yang dia dapatkan
dari sampel dokter- yang mana apoteker tidak mengetahui bahwa dia sedang meminum itu.
Tanpa pengetahuan yang spesifik terhadap pasien, apoteker tidak dapat mengidentifikasi
interaksi obat potensial.
Pemberi pelayanan kefarmasian mengetahui bahwa semua masalah dapat diidentifikasi
dari resep, melihat profil, dan penelusuran menggunakan perangkat lunak. Beberapa praktisi,
membuat poin tambahan untuk memastikan bahwa hasil akhir yang diinginkan dari terapi dapat
tercapai dan tidak ada masalah terapi obat yang timbul.
Jadi, jawaban dari apakah apoteker yang menemukan masalah telah memberikan
pharmaceutical care, hal tersebut akan muncul pada banyak praktisi yang sebagiannya yaitu
memberi pelayanan pharmaceutical care. Tetapi, tanpa pengertian yang lebih resmi tentang
masalah terapi obat dan bagaimana menemukan hal tersebut agar konsisten, logis, dan
terorganisir dengan baik, apoteker tidak dapat mengidentifikasikan semua permasalahan dan
memberikan pelayanan dalam level yang pasien butuhkan.
Lebih Dari Konseling
AphA Principles of Practice For Pharmaceutical Care mendeskripsikan lima langkah
bagi proses pharmaceutical care (ada di dalam kotak). Sebagai seorang apoteker memberikan
semua aktivitas yang diperlukan untuk menyajikan setiap dari langkah-langkah tersebut, maka
dia telah mempraktekan pharmaceutical care.

Lima langkah dalam proses pharmaceutical care


1. Hubungan profesional harus diciptakan bersama pasien.
2. Informasi medis pasien yang spesifik harus dikumpulkan, diorganisasikan, dicatat dan
dijaga
3. Informasi medis pasien yang spesifik harus dievaluasi dan masalah terapi obat harus
direncanakan pengembangannya bersama dengan pasien.
4. Apoteker harus memastikan bahwa pasien telah mendapatkan semua kebutuhan, informasi,
dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk mendapatkan rencana terapi obat.
5. Apoteker harus mereview, memonitor, dan memodifikasikan rancana terapeutik yang
dibutuhkan dan yang sesuai dalam kaitannya dengan pasien dan tim pelayanan kesehatan
lainnya.

Masalah terapi obat dapat diidentifikasikan dalam langkah 2 dan 3, karena pada bagian tersebut
apoteker mengumpulkan data spesifik pasien dan dengan serius menguji untuk menentukan
apakah ada masalah. Hal yang tersirat dalam lima langkah ini adalah kenyataan bahwa
memberikan pharmaceuitical care membutuhkan keselurahan fokus kerja dari praktek
apoteker, daripada hanya fokus pada produk, apoteker harus menerima level tanggung jawab
yang baru. Dahulu, praktek pencampuran obat tradisional, apoteker hanya bertanggung jawab
untuk resep racikan secara benar sesuai dengan resep. Ketika akhirnya Kongres mengeluarkan
hukum pada tahun 1990 membutuhkan bahwa apoteker harus memberikan konseling
pengobatan tentang resep mereka (diketahui sebagai “OBRA 90”) dan kemudian merubah
praktek kefarmasian mereka yaitu yang membutuhkan konseling untuk seluruh pasien dalam
resep pengobatan mereka, apoteker bertanggungjawab dalam memastikan bahwa pasien paham
aspek-aspek kunci dari penggunaan pengobatan. Dalam menyajikan pharmaceutical care,
apoteker melangkah lebih maju untuk bertanggung jawab pada semua kebutuhan terkait obat
pada pasien. Kebutuhan-kebutuhan ini dirangkum dalam kotak yang ada di bawah.

Lima kunci terkait kebutuhan obat pada pasien


Apoteker yang memberikan pelayanan kefarmasian harus memastikan bahwa ia memenuhi
kebutuhan sebagai berikut :
1. Pasien mendapatkan indikasi yang secukupnya untuk setiap obat yang mereka terima
2. Terapi obat pada pasien efektif
3. Terapi obat pada pasien aman
4. Pasien dapat mematuhi terapi obat dan aspek lainnya dalam renacana emeliharaan
kesehatan
5. Pasien mendapatkan semua terapi obat yang diperlukan untuk mengatasi beberapa
indikasi
Seperti yang ada di dalam daftar, apoteker harus yakin bahwa setiap pengobatan yang diberikan
adalah untuk tujuan yang logis dan bahwa obat memenuhi tujuan terapeutik-tanpa tidak
semestinya memberikan efek merugikan ataupun interaksi obat. Apoteker juga harus
memastikan bahwa pasien mampu untuk melaksanakan rejimen obat seperti yang telah
diinstruksikan dan bahwa pasien tidak mempunyai kondisi yang tidak ditangani yang akan
mempengaruhi penambahan terapi obat. Lima kebutuhan terkait obat berhubungan dengan 7
macam masalah terapi obat (lihat Tabel 1). Hanya setelah setiap dari lima kebutuhan sudah
dievaluasi dan apoteker merasa percaya diri bahwa dari setiap hal tersebut telah terpenuhi dan
memberikan cara optimal dapat disimpulkan bahwa pasien tidak mempunyai masalah terapi
obat.
Tabel 1. Masalah yang Timbul Dari Tidak Bertemunya Kebutuhan Terkait Obat

Kebutuhan Terkait Obat Masalah Terapi Obat


Indikasi yang tepat 1. Terapi obat yang tidak dibutuhkan
Efektivitas 2. Salah obat
Masalah Terapi Obat Penyebab
3. Dosis terlalu rendah
Terapi obat yang tidak dibutuhkan Tidak ada indikasi medis
Keamanan Adiksi/ penggunaan
4. Reaksi obatmerugikan
obat yang untuk tujuan kesenangan
Terapi tanpa obat lebih tepat
5. Dosis
Duplikasi terlalu tinggi
terapi
Pengobatan untuk mecegah terjadi efek samping
Kepatuhan 6. Kepatuhan tidak sesuai
Salah obat Bentuk sediaan obat tidak tepat
Indikasi yang tidak diobati Ditemukan adanya kontraindikasi
7. Membutuhkan terapi obat tambahan
Kondisi sukar disembuhkan dengan obat
Obat tidak diindikasikan untuk kondisi tersebut
Tersedianya banyak obat lain yang lebih efektif
Dosis Terlalu Rendah
Penyebab Masalah Terapi Obat Dosis tidak tepat
Frekuensi tidak tepat
Apoteker mengumpulkan data Durasi tidak tepat
riwayat pasien, mengevaluasi data, dan
Penyimpanan
mengidentifikasikan masalah terapi obat, mereka juga harus tidakmenentukan
tepat penyebab dari setiap
Pemberian tidak tepat
masalah. Penting untuk mengetahui penyebabnya karena hal tersebut akan mempengaruhi
Interaksi obat
rencana
Reaksi Obatpengobatan
merugikan potensial yang akan diterapkan
Obat tidak aman untukuntuk
memecahkan
pasien masalah. Beberapa
menit tambahan dalam menentukan Reaksi penyebab alergi dapat mencegah apoteker dalam
mengembangkan rencana yang pada akhirnya Rutetidak
pemberian tidak tepat
dibutuhkan pasien. Setiap masalah terapi
Interaksi obat
obat pada Tabel 1 mempunyai penyebab yang terbatas, dan akan ditunjukkan pada Tabel 2.
Dosis meningkat atau menurun dengan cepat
Kedua tabel menyajikan bukti yang Efekkuat yang
bahwa tidak diharapkan
metode memcahkan masalah pada saat
Dosis terlalu tinggi Dosis tidak tepat
ini tidak sesuai. Walaupun metodenya secara umum sering digunakan dalam praktek
kefarmasian yang memungkinkan apoteker untuk Frekuensi tidak tepat
mengidentifikasikan masalah sewaktu-waktu
Durasi tidak tepat
dengan resep berhubungan dengan kepatuhan, alergi,obat
Interaksi interaksi obat, dan lainnya. Tidak semua
masalah dan penyebab
Kegagalan penggunaan obat dapat diidentifikasikan
Produk obatdata
tanpa tidaklebih lanjut. Sebagai contoh, akan
tersedia
sangat tidak mungkin bagi seorang apoteker untuk
Pasien menentukan
tidak apakah
dapat menerima terapiobat
produk obat tambahan
Tidak dapat menelan
diperlukan kecuali apoteker mengetahui kondisi medis pasien sekarang ini. obat atau dengan cara lain
Pasien tidak paham petunjuk terapi
Pasien memilih untuk tidak meminum obat
Butuh terapi obat tambahan Adanya kondisi lain yang tidak diobati
Terapi sinergis
Terapi profilaksis
Tabel 2. Penyebab Dari Masalah Terapi Obat

Pendekatan pharmaceutical care untuk menerapkan apa yang dibutuhkan untuk


mampu mengidentifikasi masalah pada pasien daripada masalah dalam resep. Tanpa
pendekatan ini, hanya sedikit masalah tearapi obat yang akan ditemukan dan diatasi. Dan
apabila jika masalah diidentifikasikan tanpa data yang cukup akan sulit utuk menentukan
timbulnya penyebab masalah. Dalam beberapa kasus, sedikit apoteker dapat melakukan tapi
memberikan konseling pasien lebih lanjut dan menekankan kepatuhan pasien. Praktisi
pharmaceutical care dapat menentukan jika pasien tidak patuh, karena dia memberikan efek
meragukan, tidak mampu menebus obat, atau tidak percaya pada obat. Jika masalah telah
diketahui, memberikan intervensi edukasi yang sesuai akan lebih cocok.
Masalah Terapi Obat “Aktual dan Potensial”
Masalah terapi obat dapat berupa aktual atau potensial. Perbedaan antar keduanya
sangat penting, tapi tidak selalu muncul dalam prakteknya. Masalah aktual adalah masalah
yang telah terjadi, dan apoteker harus mencoba untuk mengatasinya. Masalah potensial adalah
masalah yang diperkirakan akan terjadi-suatu hal yang beresiko untuk terjadi pada pasien- jika
apoteker tidak segera membuat keputusan. Ketika terjadi masalah terapi obat aktual, apoteker
harus segera mengambil langkah aksi. Jika terdapat masalah terapi obat potensial, apoteker
harus segara mengambil langkah yang diperlukan untuk mencegahnya.
Apakah masalah yang terjadi aktual atau potensial? Apoteker memberikan konseling
pada pasien mengenai resep amoksisilin baru dan mengetahui bahwa pasien mempunyai
riwayat reaksi hipersensitif terhapad golongan penisilin. Seperti yang ditunjukan dalam Tabel
2, masalah ini dapat diidentifikasikan reaksi obat merugikan karena reaksi alergi. Masalah ini
merupakan DRP potensial, karena pasien saat itu tidak secara langsung sedang alergi pada
pengobatan tersebut. Sekarang, apa pasien harus menerima amoksisilin. Kemudian, kecuali
pada pasien timbul tanda-tanda dan gejala reaksi alergi, maka masalah tetap potensial.
Apoteker juga akan mengidentifikasikan masalah yang ada tetapi belum diperoleh
karena kurangnya data untuk diidentifikasikan merupakan secara jelas adalah sebuah masalah.
Seharusnya, sebagai contoh, setelah melakukan skrining pada profil pasien, apoteker percaya
bahwa pasien tidak mengeluh dengan pengobatan darah tingginya. Sampai apoteker dapat
secara jelas memastikan bahwa pasien tidak menerima pengobatan yang telah diberikan,
masalah ini juga termasuk potensial.
Konsep dari masalah aktual dan potensial dapat menjadi isu yang melekat dalm
hubungan apoteker-dokter. Dalam praktek kefarmasian yang biasanya, kebanyakan intervensi
yang apoteker coba untuk buat dengan dokter adalah terkait dengan masalah potensial.
Seringkali, dokter tidak mempertimbangkan masalah potensial seperti yang dilakukan
apoteker. Sebagai contoh yang paling umum adalah interaksi obat-obat. Kecuali pasien sedang
menderita akibat toksisitas atau kurangnya efek klinis karena interaksi obat-obat, hal tersebut
merupakan DRP potensial. Terlalu sering, apoteker menginformasikan kepada dokter bahwa
masalah DRP potensial hanya untuk menemukan bahwa dokter akan melanjutkan terapi seperti
yang biasanya. Pada banyak dokter, kecuali masalah potensial tersebut sangat mematikan,
seperti interaksi yang melibatkan warfarin, masalah potensial baru dianggap benar-benar
potensial. Konsekuensinya dari masalah potensial harus secara sering sangat membahayakan
barulah seorang dokter tergerak untuk melakukannya.
Hasilnya seringkali berbeda anatara interaksi apoteker-dokter menyangkut masalah
terapi obat. Contohnya, jika apoteker menemukan tidak ada keluhan pada pasien dengan
mahalnya obat penurun kolesterolnya karena dia tidak mampu membayarnya, dokter akan
segera menggantinya dengan obat lain yang mampu dibayar pasien. Masalah seperti ini,
seorang dokter mengetahui sampai masalah ini diperbaiki, tujuan terapi obat yang diinginkan
tidak akan tercapai.
Selama ini telah dikatakan, apoteker tidak seharusnya menyimpulkan bahwa masalah
potensial memerlukan penyelesaian. Lebih baik, sebelum memutuskan menghubingi dokter
mereka harus mempertimbangkan seberapa parah konsekuensi dari masalah potensial yang
dapat terjadi. Konsekuensi dari pemberian penisilin kepada pasien yang mempunyai reaksi
alergi sebelumnya terhadap pensilin sangatlah jauh dari pemberian ibuprofen pada pasien yang
mempunyai efek lambung parah saat diberikan ibuprofen. Dalam kedua kasus ini, apoteker
harus segera bertindak menyelesaikan masalah, tetapi pada akhirnya tetap membutuhkan
intervensi dokter. Kebanyakan apoteker telah mencoba untuk mengurangi panggilan telepon
yang tidak diperlukan kepada dokter dengan mengatur penyaringan interaksi obat melalui
perangkat lunak yang cukup baik sehingga hanya interaksi klinis relevan yang akan ditandai.
Apoteker harus berkembang menjadi praktisi pharmasceutical care, mereka akan mengatasi
jenis yang lebih luas dari masalah terapi obat dengan cara yang sama.
Walaupun menemukan dan mengatasi masalah terapi obat membutuhkan proses
pemikiran yang baru, hal tersebut tidaklah jauh dari proses berfikir apoteker sebelumnya.
Apoteker telah dilatih untuk menentukan resep dan mengidentifikasikan masalah potensial,
pharmaceutical care akan memberikan proses ini selangkah lebih maju untuk pasien. Aspek
yang paling menantang dari memberikan pelayanan kefarmasian adalah belajar untuk fokus
kepada pasien, tanyakan pertanyaan yang tepat, dan kembangkan kemampuan penyelidikan
dan yang baik pada pasien.
Studi Kasus
Studi kasus dibawah ini akan dipertimbangkan pada bagian selanjutnya. Setelah
membaca ini, pertimbangkan petanyaan yan ada dibawahnya. Pertanyaan tersebut meminta
pendapat seorang apoteker bagaimana jalan untuk menentukan apakah pasien membutuhkan
keperluan yang diperlukan terkait informasi yang dikumpulkan untuk mengidentifikasi
masalah terkait obat yang mungkin timbul. Dengan menjawab pertanyaan tersebut, apoteker
memberikan langkah pertamanya dalam memberikan pelayanan kefarmasian.

STUDI KASUS
Mary Blythe adalah seorang wanita kulit putih dengan usia pertengahan 30an yang merupakan pasien baru di
apotek anda. Anda tidak pernah menerima resep dia sebelumnya. Hari ini, Mary membawakan pada anda
resep dengan isi Serzone (nefazodone) tablet 150 mg, cara pakai : satu tablet 2x sehari, copy 3x, ditandangani
oleh Dr. R, Dennis, dokter keluarga disekitar sana. Mary juga meminta sebotol Afrin (axymetazoline) semprot
hidung. Ketika anda mengumpulkan data demografis umum, anda menyadari bahwa Mary mempunyai
asuransi pengobatan dari suaminya yang seorang pekerja kantor dan mempunyai harga 10 Dollar dari tiap
resepnya. Dia bekerja sebagai agen perumahan real-estate yang kantornya berada di sekitar sana dan dia
mempunyai seorang anak laki-laki berusia 14 tahun. Tidak terdapat gangguan apapun dalam keadaan jiwa
Mary, perilaku, cara berpakaian serta penampilannya yang mengidentifikasikan ketidaknormalan. Mary
diperkirakan memiliki tinggi 5,5 kaki dan berat badannya terlihat normal.
1. Bagaimana seharusnya sebagai seorang apoteker memulai untuk membangun hubungan terapi dengan
pasien, sehingga apoteker mampu untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi
adanya masalah terapi obat?
2. Data apa saja yang perlu dikumpukan untuk menentukan jika :
a. Terdapat indikasi yang cocok untuk setiap obat
b. Terapi obat efektif
c. Terapi obat aman
d. Pasien mampu patuh dengan terpi pengobatan
e. Terdapat beberapa kondisi tidak terobati yang harus dilakukan dengan terapi obat?
DAFTAR PUSTAKA
1. Principles of Practice for Pharmaceutical Care. Washington, DC: American
Phramaceutical Association; 1995
2. Currie JD, Chriscihlles EA, Kuehl AK, Buser RA. Effect of a training program on
community pharmacistd detection of and intervention in drug-related problems. J Am
Pharm Assoc. 1997;NS37:182-91
PCNE (vs 8)

Klasifikasi Dasar
Kode Domain primer
Masalah P1 Efektivitas pengobatan
(potensial juga) P2 Keamanan pengobatan
P3 Lainnya
Penyebab C1 Pemilihan obat
(termasuk kemungkinan C2 Bentuk obat
penyebab masalah potensial)
C3 Seleksi dosis
C4 Lama pengobatan
C5 Dispensing
C6 Penggunaan obat
C7 Terkait pasien
C8 Lainnya
Intervensi yang Direncanakan I0 Tidak ada intervensi
I1 Tingkat prescriber
I2 Tingkat pasien
I3 Tingkat obat
I4 Lainnya
Penerimaan Intervensi A1 Penerimaan intervensi
A2 Tidak ada penerimaan intervensi
A3 Lainnya
Status dari DRP O0 Status masalah yang tidak diketahui
O1 Masalah terselesaikan
O2 Masalah terselesaikan sebagian
O3 Masalah tidak terpecahkan
Masalah – Masalah
Domain Primer Kode Masalah
Efektivitas Pengobatan P1.1 Tidak ada efek terapi obat / kegagalan terapi
P1.2 Efek pengobatan obat tidak optimal
P1.3 Gejala atau indikasi yang tidak diobati
Keamanan Pengobatan P2.1 Kejadian obat yang merugikan (mungkin) terjadi
Lainnya P3.1 Masalah dengan efektivitas biaya pengobatan
P3.2 Pengobatan obat yang tidak perlu
P3.3 Masalah / keluhan yang tidak jelas

Penyebab (termaksud kemungkinan penyebab masalah potensial)


Domain Primer Kode Penyebab
Seleksi Obat C1.1 Obat yang tidak sesuai menurut pedoman/formularium
C1.2 Obat yang tidak sesuai (kontraindikasi)
C1.3 Tidak ada indikasi untuk obat
C1.4 Kombinasi obat yang tidak tepat
C1.5 Duplikasi yang tidak tepat dari kelompok terapeutik
C1.6 Tidak ada pengobatan meskipun ada indikasi
C1.7 Terlalu banyak obat yang diresepkan untuk indikasi
Form Obat C2.1 Form obat yang tidak sesuai
Seleksi Dosis C3.1 Dosis obat terlalu rendah
C3.2 Dosis obat terlalu tinggi
C3.3 Regimen dosis tidak cukup sering
C3.4 Rejimen dosis terlalu sering
C3.5 Penginformasian waktu dosis salah, tidak jelas atau hilang
Durasi Pengobatan C4.1 Lama pengobatan terlalu singkat
C4.2 Lama pengobatan terlalu lama
Penyerahan C5.1 Obat yang diresepkan tidak tersedia
C5.2 Informasi yang diperlukan tidak disediakan
C5.3 Obat, kekuatan atau dosis yang disarankan salah (OTC)
C5.4 Obat atau kekuatan yang tidak ada
Proses Penggunaan Obat C6.1 Waktu pemberian dan / interval pemberian dosis tidak tepat
C6.2 Pengunaan obat kurang
C6.3 Penggunaan obat berlebihan
C6.4 Obat tidak diberikan sama sekali
C6.5 Obat yang salah diberikan
Terkait Pasien C7.1 Pasien menggunakan / mengambil lebih sedikit obat daripada
yang ditentukan atau tidak ambil obatnya sama sekali
C7.2 Pasien menggunakan / mengambil lebih banyak obat daripada
yang ditentukan
C7.3 Penggunaan obat berlebihan yang tidak diatur
C7.4 Pasien menggunakan obat yang tidak perlu
C7.5 Obat berinteraksi dengan makanan
C7.6 Obat pada pasien tidak tepat
C7.7 Interval waktu atau interval dosis yang tidak tepat
C7.8 Pasien menggunakan obat dengan cara yang salah
C7.9 Pasien tidak dapat menggunakan obat sesuai petunjuk
Lainnya C8.1 Tidak ada atau pemantauan hasil yang tidak sesuai
C8.2 Penyebab lainnya
C8.3 Tidak ada penyebab yang jelas
Intervensi yang Direncanakan
Domain Primer Kode Intervensi
Tidak Ada Intervensi I0.1 Tidak Ada Intervensi
Tingkat Preskriber I1.1 Hanya informasi yang diinformasikan
I1.2 Preskriber meminta informasi
I1.3 Intervensi diusulkan kepada prescriber
I1.4 Intervensi didiskusikan dengan prescriber
Tingkat Pasien I2.1 Konseling pasien (obat-obatan)
I2.2 Informasi tertulis disediakan (hanya)
I2.3 Pasien dirujuk ke prescriber
I2.4 Disampaikan kepada anggota keluarga
Tingkat Obat I3.1 Obat diubah menjadi….
I3.2 Dosis diubah menjadi….
I3.3 Formulasi diubah menjadi ... ..
I3.4 Instruksi penggunaan diubah menjadi ... ..
I3.5 Obat dihentikan
I3.6 Obat baru dimulai
Intervensi Lainnya I4.1 Intervensi lainnya
I4.2 Efek samping dilaporkan kepada ahli

Penerimaan Proposal Intervensi


Domain Primer Kode Implementasi
A1.1 Intervensi diterima dan sepenuhnya dilaksanakan
A1.2 Intervensi diterima, sebagian dilaksanakan
Intervensi Diterima
A1.3 Intervensi diterima tetapi tidak diimplementasikan
A1.4 Intervensi diterima, implementasi tidak diketahui
A2.1 Intervensi tidak diterima: tidak layak
Intervensi Tidak A2.2 Intervensi tidak diterima: tidak ada kesepakatan
Diterima A2.3 Intervensi tidak diterima: alasan lain
A2.4 Intervensi tidak diterima: alasan yang tidak diketahui
A3.1 Intervensi yang diusulkan, penerimaan tidak diketahui
Lainnya
A3.2 Intervensi tidak diusulkan

Status Dari DRP


Domain Primer Kode Hasil Akhir Dari Intervensi
Tidak diketahui O0.1 Status masalah tidak diketahui
Terselesaikan O1.1 Masalah benar-benar terselesaikan
Sebagian Terselesaikan O2.1 Masalah sebagian terselesaikan
Masalah tidak terselesaikan, kurangnya kerjasama
O3.1
pasien
Masalah tidak terselesaikan, kurangnya kerjasama
O3.2
Tidak Terselesaikan prescriber
O3.3 Masalah tidak terselesaikan, intervensi tidak efektif
Tidak perlu atau kemungkinan untuk menyelesaikan
O3.4
masalah

Anda mungkin juga menyukai