Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIDROCHPALUS

Tugas ini diajukan guna memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak 1
Dosen pembimbing Rusana, M.Kep.,Sp.Kep.An
Di susun oleh kelompok 3 :

1. Muhammad Anton S
2. Lulu Dwi R
3. Nesia Gusti S
4. Erna Khuswatun F
5. Yessi Magna R
6. Tria Widiastuti
7. Milania Dewi

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN AJARAN 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr Wb
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini
bisa selesai pada waktunya. Tujuan dibuatnya makalah ini yaitu untuk menyelesaikan tugas
dari mata kuliah Keperawatan Anak 1 dengan dosen Rusana, M.Kep.,Sp.Kep.An
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Waalaikumsalam Wr Wb

Cilacap, 07 Juli 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... 1


KATA PENGANTAR ......................................................................................... 2
DAFTAR ISI ....................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................
A. Latar Belakang ................................................................................... 4
B. Tujuan ............................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................
1. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Pengertian ............................................................................................... 5
B. Klasifikasi ................................................................................................ 5
C. Etiologi .................................................................................................... 6
D. Patofisiologi ............................................................................................. 7
E. Pathway.................................................................................................... 8
F. Manifestasi klinis ..................................................................................... 9
G. Pencegahan .............................................................................................. 9
H. Komplikasi .............................................................................................. 9
I. Penatalaksanaan ....................................................................................... 10
2. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN ANAK DENGAN HIDROCHEPALUS
J. Pengkajian ................................................................................................ 12
Diagnosa keperawatan ............................................................................. 13
Intervensi keperawatan ............................................................................ 14
BAB III PENUTUP .............................................................................................
A. Kesimpulan ........................................................................................ 18
B. Saran .................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hidrosefalus adalah penumpukan CSS sehingga menekan jaringan otak.
Jumlah cairan bisa mencapai 1,5 liter bahkan ada sampai 5 liter, sehingga tekanan
intrakranial sangat tinggi. Hidrosefalus sering di jumpai sebagai kelainan
konginetal namun bisa pula oleh sebab postnatal. Angka kejadian hidrosefalus
kira-kira 30 % yang di temui sejak lahir, dan 50% pada 3 bulan pertama.
Frekuensi hidrosefalus ini utero 2:2000 bayi, dan kira-kira 12% dari semua
kelainan konginetal. Hidrosefalus sering menyebabkan distosia persalinan.
Apabila hidrosefalus berlanjut setelah lahir dan tetap hidup akan menjadi masalah
pediatri sosial. Pasien hidrosefalus memerlukan perawatan khusus dan benar
karena pada anak yang mengalami hidrosefalus ada kerusakan saraf yang
menimbulkan kelainan neurologis berupa gangguan kesadaran sampai pada
gangguan pusat vital dan resiko terjadi dekubitus.
Mahasiswa keperawatan perlu mempelajari cara mencegah dan
menanggulangi masalah hidrosefalus dengan student center learning berupa
pembuatan makalah dan diskusi antar teman di kelas.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep teoritis dari Hidrosefalus dari definisi Hidrosefalus,
klasifikasi, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala (manifestasi klinis),
pemeriksaan penunjang, komplikasi dan penatalaksanaan medis ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan secara teoritis pada pasien dengan
Hidrosefalus
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui konsep teoritis dari Hidrosefalus
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran umum tentang asuhan keperawatan yang berhubungan
dengan penyakit Hidrosefalus pada anak.
b. Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan
Hidrosefalus.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinalis, disebabkan baik oleh produksi yang berlebihan
maupun gangguan absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan intrakanial yang
meninggi sehingga terjadi pelebaran ruangan-ruangan tempat aliran cairan
serebrospinalis (Darto Suharso,2009)
Hidrocephalus adalah: suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan cerebrospinal (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intra
kranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya CSS
(Ngastiyah,2005).
Hidrocepalus adalah akumulasi cairan serebrospinal dalam ventrikel cerebral,
ruang subarachnoid, atau ruang subdural (Suriadi,2006)
Hidrocephalus adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh produksi yang
tidak seimbang dan penyerapan dari cairan cerebrospinal (CSF) di dalam sistem
Ventricular. Ketika produksi CSF lebih besar dari penyerapan, cairan cerebrospinal
mengakumulasi di dalam sistem Ventricular (nining,2008).
B. KLASIFIKASI HIDROSEFALUS
Menurut waktu pembentukan hidrosefalus pada anak di bedakan menjadi dua, yaitu :
1. Konginetal : Hidrocefalus sudah diderita sejak bayi dilahirkan. Sehingga pada
saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil. Terdesak oleh banyaknya cairan
didalam kepala dan tingginya tekanan intrakranial sehingga pertumbuhan sel otak
terganggu.
2. Di dapat : Bayi/anak mengalaminya pada saat sudah besar dengan penyebabnya
adalah penyakit-penyakit tertentu misalnya trauma kepala yang menyerang otak
dan pengobatannya tidak tuntas.
Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga
terbagi dalam dua bagian yaitu :
1. Hidrosefalus Komunikans

5
Hidrosefalus yang memperlihatkan adanya hubungan antara CSS sistem
ventrikel dan CSS dari ruang subarakhnoidalis terhambat.Gangguan absorbsi
CSS dapat disebabkan sumbatan sisterna subaroknoid disekeliling batang otak
atau obliterasi ruang subarakhnoid sepanjang otak, seluruh sistem ventrikel
terdistensi
2. Hidrosefalus Non komunikan / Obstruktif
CSS sistem ventrikel tidak berhubungan dengan CSS ruang subarakhnoid misal
aquaduktus sylvii menyempit atau tersumbat.Terdapat hambatan sirkulasi CSS
dalam sistem ventrikel sendiri akibatnya cairan ventrikal tidak dapat mencapai
ruang subarakhnoid.Terjadi pembesaran sistem ventrikel di proksimal obstruksi.
C. ETIOLOGI
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi (NANDA, NIC-
NOC, 2012) adalah:
1. Kelainan bawaan
Stenosis Aquaductus sylvii merupakan penyebab yang paling sering pada
bayi/anak (60-90%) Aquaductus dapat berubah saluran yang buntu sama sekali
atau abnormal ialah lebih sempit dari biasanya. Umumnya gejala Hidrocefalus
terlihat sejak lahir/progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah lahir.
a. Spina bifida dan cranium bifida
Biasanya berhubungan dengan sindrom Arnold-Chiari akibat tertariknya
medula spinalis dengan medula oblongata dan cerebelum, letaknya lebih
rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan
sebagian/total.
b. Sindrom Dandy-Walker
Merupakan atresia congenital foramen luscha dan mengendie dengan akibat
Hidrocefalus obstruktif dengan pelebran sistem ventrikel terutama ventrikel
IV sehingga merupakan krista yang besar di daerah losa posterior.
c. Kista Arachnoid
Dapat terjadi conginetal membagi etiologi menurut usia
2. Anomali pembuluh darah
3. Infeksi
4. Perdarahan
5. Neoplasma

6
D. PATOFISIOLOGI
Hidrocephalus ini bisa terjadi karena konginetal (sejak lahir), infeksi (meningitis,
pneumonia, TBC), pendarahan di kepala dan faktor bawaan (stenosis aquaductus
sylvii) sehingga menyebabkan adanya obstruksi pada system ventrikuler atau pada
ruangan subarachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan
ventrikuler mengkerut dan merobek garis ependymal. White mater dibawahnya akan
mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang tipis. Pada gray matter terdapat
pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga walaupun ventrikel telah mengalami
pembesaran gray matter tidak mengalami gangguan. Proses dilatasi itu dapat
merupakan proses yang tiba – tiba / akut dan dapat juga selektif tergantung pada
kedudukan penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus emergency.
Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk
mengakomodasi peningkatan massa cranial. Jika fontanela anterior tidak tertutup dia
tidak akan mengembang dan terasa tegang pada perabaan. Stenosis aquaductal
(Penyakit keluarga / keturunan yang terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran pada
ventrikel laterasl dan tengah, pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu
penampakan dahi yang menonjol secara dominan (dominan Frontal blow). Syndroma
dandy walkker akan terjadi jika terjadi obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel
IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae posterior menonjol memenuhi sebagian besar
ruang dibawah tentorium. Klien dengan tipe hidrosephalus diatas akan mengalami
pembesaran cerebrum yang secara simetris dan wajahnya tampak kecil secara
disproporsional.
Dikarenakan kondisi CSS yang tidak normal hidrosefalus secara teoritis
terjadi sebagai akibat dari tiga mekanisme yaitu:
1. Produksi likuor yang berlebihan
2. Peningkatan resistensi aliran likuor
3. Peningkatan tekanan sinus venosa
Konsekuensi tiga mekanisme di atas adalah peningkatan tekanan intrakranial(TIK)
sebagai upaya mempertahankan keseimbangan sekresi dan absorbsi.

7
E. PATHWAY
 Produksi likuor berlebih Penumpukan cairan serebrospinalis (CSS)
 Peningkatan resistensi aliran likuor dalam ventrikel otak secara aktif
 Penekanan tekanan sinus venosa

Sakit dan nyeri kepala Desakan pada Peningkatan TIK


jaringan

Nyeri Akut Berduka HIDROSEFALU


S

Desakan pada medulla Hambatan mobilitas fisik Desakan pada otak


oblongata & selaput
meningen
Kulit meregang hingga tipis
Gangguan mekanisme Vasokontriksi
Pasien tidak dapat bergerak
pengaturan/persarafan pembuluh darah
atau menggerakan kepala
dimedula oblongata otak (arteri otak)

Nausea, vamitus Kepala membesar Gangguan aliran


darah ke otak

Anoreksia

Ketidakseimbangan nutrisi Penurunan fungsi Hipoksia cerebral


kurang dari kebutuhan neurologis
tubuh
Tumbuh kembang anak Resiko
Pemasangan VP Shunt terganggu ketidakefektifan
perfusi jaringan
otak
Tindakan pembedahan
Keterlambatan Krisis pada
pertumbuhan dan keluarga
Risiko infeksi
perkembangan Kurang informasi
terhadap penyakit

Defisiensi pengetahuan ansietas

8
F. MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang nampak dapat berupa (Ngastiyah, 1997; Depkes;1998) dalam NANDA,
NICNOC , 2012 :
1. TIK yang meninggi: muntah, nyeri kepala, edema pupil saraf otak II
2. Pada bayi biasanya disertai pembesaran tengkorak
3. Kepala bayi terlihat lebih besar bila dibandingkan dengan tubuh
4. Ubun-ubun besar melebar atau tidak menutup pada waktunya teraba tegang dan
mengkilat dengan perebaran vena di kulit kepala
5. Sutura tengkorak belum menutup dan teraba melebar
6. Terdapat sunset sign pada bayi (pada mata yang kelihatan hitam-hitamnya,
kelopak mata tertarik ke atas)
7. Bola mata terdorong ke bawah oleh tekanan dan penipisan tulang suborbita
8. Sklera mata tampak di atas iris
9. Pergerakan mata yang tidak teratur dan nistagmus tak jarang terdapat
10. Kerusakan saraf yang memberi gejala kelainan neurologis berupa gangguan
kesadaran motorik atau kejang-kejang, kadang-kadang gangguan pusat vital.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Skan temografi komputer (CT-Scan) mempertegas adanya dilatasi ventrikel dan
membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan penyebabnya (neoplasma, kista,
malformasi konginetal atau perdarahan intra kranial)
2. Pungsi ventrikel kadang digunakan untuk mengukur tekanan intra kranial,
mengambil cairan serebrospinal untuk kultur (aturan ditentukan untuk
pengulangan pengaliran).
3. EEG: untuk mengetahui kelainan genetik atau metabolik
4. Transluminasi: untuk mengetahui adanya kelainan dalam kepala
5. MRI (Magnetik Resonance Imaging): memberi informasi mengenai struktur otak
tanpa kena radiasi
H. KOMPLIKASI
1. Peningkatan TIK
2. Kerusakan otak
3. Infeksi: septisemia, infeksi luka nefritis, meningitis, ventrikulitis, abses otak
4. Emboli otak
5. Obstruksi vena kava superior
6. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik
9
7. Fisik dan intelegent kurang dari normal, gangguan penglihatan
8. Kematian
Komplikasi Hidrocefalus menurut Prasetio (2004)
1. Peningkatan TIK
2. Pembesaran kepala
3. kerusakan otak
4. Meningitis, ventrikularis, abses abdomen
5. Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas kulit menurun
6. Kerusakan jaringan saraf
7. Proses aliran darah terganggu

I. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live sustaining” yang
berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan tindakan
bedah secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan kematian
sehingga prinsip pengobatan hidrocefalus harus dipenuhi yakni :
a. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis
dengan tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat azetasolamid
(diamox) yang menghambat pembentukan cairan serebrospinal.
b. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan
tempat absorbsi, yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid.
Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni:
1. Drainase ventrikule-peritoneal
2. Drainase Lombo-Peritoneal
3. Drainase ventrikulo-Pleural
4. Drainase ventrikule-Uretrostomi
5. Drainase ke dalam anterium mastoid
6. Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan jantung
melalui kateter yang berventil (Holter Valve/katup Holter) yang
memungkinkan pengaliran cairan serebrospinal ke satu arah. Cara ini
merupakan cara yang dianggap terbaik namun, kateter harus diganti sesuai
dengan pertumbuhan anak dan harus diwaspadai terjadinya infeksi sekunder
dan seps

10
7. Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau
pintasan jenis silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus. Ada 2 macam
terapi pintas / “ shunting “:
1. Eksternal
CSS dialirkan dari ventrikel ke dunia luar, dan bersifat hanya sementara.
Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus
tekanan normal.
2. Internal
1. CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain :
a) Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna (Thor-
Kjeldsen)
b) Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior
Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronhus.
c) Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum
d) Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum.
2. Lumbo Peritoneal Shunt
CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga
peritoneum dengan operasi terbuka atau dengan jarum Touhy secara
perkutan. Teknik Shunting:
a) Sebuah kateter ventrikular dimasukkan melalui kornu oksipitalis
atau kornu frontalis, ujungnya ditempatkan setinggi foramen
Monroe.
b) Suatu reservoir yang memungkinkan aspirasi dari CSS untuk
dilakukan analisis.
c) Sebuah katup yang terdapat dalam sistem Shunting ini, baik
yang terletak proksimal dengan tipe bola atau diafragma
(Hakim, Pudenz, Pitz, Holter) maupun yang terletak di distal

11
dengan katup berbentuk celah (Pudenz). Katup akan membuka
pada tekanan yang berkisar antara 5-150 mm, H2O.
d) Ventriculo-Atrial Shunt. Ujung distal kateter dimasukkan ke
dalam atrium kanan jantung melalui v. jugularis interna (dengan
thorax x-ray ujung distal setinggi 6/7).
e) Ventriculo-Peritneal Shunt
f) Slang silastik ditanam dalam lapisan subkutan
g) Ujung distal kateter ditempatkan dalam ruang peritoneum. Pada
anak-anak dengan kumparan silang yang banyak,
memungkinkan tidak diperlukan adanya revisi walaupun badan
anak tumbuh memanjang. Komplikasi yang sering terjadi pada
shunting: infeksi, hematom subdural, obstruksi, keadaan CSS
yang rendah, ascites akibat CSS, kraniosinostosis.

J. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS


Proses asuhan keperawatan pada klien dengan hidrosefalus di awali dengan
pengkajian, diagnosis, dan intervensi keperawatan.
1. PENGKAJIAN
a. Anamnesa
1) Pengumpulan data : nama, usia, jenis kelamin, suku/bangsa, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat.
2) Kaji Riwayat penyakit / keluhan utama
Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda,
perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.
3) Kaji Riwayat Perkembangan
Kelahiran : Prematur. Pada waktu lahir menangis keras atau tidak. Apakah
pernah terjatuh dengan kepala terbentur.
Keluhan sakit perut. 1.2 Pemeriksaan Fisik 1) Inspeksi :
- Anak dapat melihat keatas atau tidak.

12
- Adanya Pembesaran kepala.
- Dahi menonjol dan mengkilat. Serta pembuluh darah terlihat jelas.
4) Palpasi :
- Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.
- Fontanela : fontanela tegang keras dan sedikit tinggi dari permukaan
tengkorak.
5) Pemeriksaan Mata :
- Akomodasi.
- Gerakan bola mata. - Luas lapang pandang - Konvergensi.
Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa melihat
keatas. Stabismus, nystaqmus, atropi optic.
b. Observasi Tanda –tanda vital
Didapatkan data – data sebagai berikut :
- Peningkatan sistole tekanan darah.
- Penurunan nadi / Bradicardia.
- Peningkatan frekwensi pernapasan.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pada pasien anak dengan Hydrocephalus diagnosa yang dapat muncul, yaitu :
a. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b.d gangguan pertumbuhan fisik
b. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan intrakranial
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, nausea,vomitus
d. Kerusakan integritas jaringan b.d faktor mekanik
e. Kerusakan integritas kulit bd. Kontraktur sehubungan dengan imobilisasi fisik ditandai
dengan kulit meregang dan membuat lesi diarea oxipital
f. Hambatan mobilitas fisik
g. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d gangguan aliran darah ke otak akibat
peningkatan TIK, ditandai dengan pelebaran sutura dan vena diare serebral
h. Resiko cidera b.d peningkatan tekanan TIK,fisik( ketidkmampuan menyangga kepala yang
besar

13
i. Resiko infeksi b.d luka post operasi
j. Defisiensi pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang proses penyakit
III. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Intervensi


1. Keterlambatan Setelah dilakukan perawatana 1. Berikan instruksi kepada
selama 3X 24 jam pasien orangtua melalui gizi yang
pertumbuhan
diharapkan dapat bertumbuh dan seimbang
dan berkembang. 2. Diskusikan dan dukung
NOC : keputusan untuk
perkembaanga
1. Perkembangan anak 1 bulan menyusui/menggunakan botol
n b.d 2. Perkembangan anak 2 bulan 3. Instrusikan orang tua untuk
3. Perkembangan anak 4 bulan menghindari memberikan
gangguan
minum di dalam botol yang
pertumbuhan berisi jus/susu ditempat tidur
fisik
2. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan perawatan 1. Lakukan pengkajian nyeri
selama 2 X 24 jam pasien komprehensif yang meliputi
peningkatam
diharapkan nyeri berkurang lokasi, karakteristik, durasi,
tekanan NOC : frekuensi, kualitas,
1. Manajemen Nyeri intensitas/beratnya nyeri dan
intrakranial
faktor pencetus
2. Pastikan perawatan analgesik
bagi pasien dilakukan dengan
pemantauan yang ketat
3. Gali bersama pasien faktor-
faktor yang dapat
menurunkan/memperberat
nyeri
3. Ketidakseimba Setelah dilakukan perawatan 1. Tentukan status gizi pasien
selama 3 X 24 jam pasien dan kemampuan untuk
ngan nutrisi
diharapkan terpenuhinya status memenuhi kebutuhan gizi
kurang dari nutrisi 2. Indentifiksi adanya alergi atau
NOC : intoleransi makanan yang
kebutuhan
1. Status nutrisi dimiliki pasien
tubuh b.d 3. Monitor kalori dan asupan
makanan
anoreksia,naus
ea,vomitus
4. Kerusakan Setelah dilakukan perawatan 1. Versihkan dressing dan plester

14
integritas selama 3 X 24 jam pasien perekat
diharapkan perbaikan jaringan 2. Pantau krakteristik
jaringan b.d
integritas luka,termasuk
faktpr mekanik NOC : drainase,warna,ukuran dan bau
1. Kulit dan membran 3. Inspkesi luka setiap pergantian
Mukosa dressing

5. Kerusakan Setelah dilakukan perawatan 1. Anjurkan pasien untuk


selama 3 X 24 jam pasien menggunakan pakaian yang
integritas kulit
diharapkan perbaikan kulit longgar
b.d kontraktur NOC : 2. Hindari kerutan pada tempat
1. Integritas jaringan tidur
sehubungan
3. Jaga kebersihan kulit agar
dengan tetap bersih dan kering
4. Monitor kulit akan adanya
meregang dan
kemerahan
membuat lesi
diarea oxipital

6. Hambatan Setlah dilakukan perawatan 1. Monitoring vital sign sebelum


selama 3 X 24 jam pasien atau sesudah latian dan lihat
mobilitas fisik
diharapkan dapat mobilisasi respon pasien saat latian
NOC : 2. Konsultasikan dengan terapi
1. Tingkat mobilitas fisik tentang rencana ambulasi
sesuai dengan kebutuhan
3. Kaji kemampuan pasien dalam
mobilisasi
7. Resiko Setelah dilakukan perawatan 1. Monitor adanya daerah
selama 3 X 24 jam pasien tertentu yang hanya peka
ketidakefektifa
diharapkan pasien terhadap
n perfusi NOC : panas/dingin/tajam/tumpul
1. Status sirkulasi 2. Monitor adanya paretese
jaringan otak
2. Jaringan prefusion 3. Instrusikan keluarga untuk
b.d gangguan mengobservasi kulit jika ada
lesi atau laserasi
aliran darah ke
otak akibat
peningkatan
TIK, ditandai

15
dengan
pelebaran
sutura dan
vena diare
serebral

8. Resiko cidera Setelah dilakukan 1. Identifikasi defisit


perawatan selama 3 X 24 kognitif dan fisik
b.d
jam diharapkan pasien pasien yang berpotensi
peningkatan aman dalam lingkunganya meningkatkan resiko
NOC : jatuh
tekanan
1. Kejadian Jatuh 2. Identifikasi
TIK,fisik( 2. Keparahan Cedera karakteristik
Fisik lingkungan yang
ketidkmampua
berpotensi
n menyangga meningkatkan resiko
jatuh
kepala yang
3. Bantu pasien yang
besar belum kuat melakukan
ambulasi

9. Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Monitor tanda dan


perawatan selama 3 X 24 gejala infeksi sistemik
b.d luka post
jam diharapkan infeksi dan lokal
operasi pasien dapat teratasi 2. Monitor keretanan
NOC: terhadap infeksi
1. Keparahan Infeksi 3. Inspeksi kondisi luka /
2. Keparahan Infeksi: insisi bedah
Baru Lahir 4. Pertahankan teknik
aspesis pada pasien
yang beresiko
10. Defisiensi Setelah dilakukan perawatan 1. Berikan penilaian tentang
selama 3 x 24 jam pasien tingkat pengetahuan pasien
pengetahuan
diharapkan tau informasi tentang tergantung proses penyakit
b.d kurangnya penyakit yang spesifik
NOC : 2. Jelaskan patofisiologi dari
informasi
1. 1. Pengetahuan : proses penyakit penyakit dan bagaimana hal ini
tentang proses berhubungan dengan anatomi
dan fisiologi dengan cara yang
penyakit
tepat
3. Gambarkan tanda dan gejala

16
yang biasa muncul pada
penyakit, dengan cara yang
tepat

17
BAB III
PENUTUP

1 Kesimpulan.
Hidrocephalus adalah: suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya
cairan cerebrospinal (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intra kranial yang meninggi
sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya CSS. Merupakan sindroma klinis
yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif pada sistem ventrikuler cerebral dan kompresi
gabungan dari jaringan – jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang
meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid. Akibat berlebihannya cairan
serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan
ruang – ruang tempat mengalirnya liquor. Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada
bayi dan anak ini juga terbagi dalam dua bagian yaitu :
 Hidrochepalus komunikan
 Hidrochepalus non-komunikan
Dan berdasarkan waktu pembentukan hidrosefalus pada bayi dan anak juga terbagi dalam dua
bagian, yaitu :
 Kongenital
 Di dapat
Insidens hidrosefalus pada anak-anak belum dapat ditentukan secara pasti dan kemungkinan
hai ini terpengaruh situasi penanganan kesehatan pada masing-masing rumah sakit.
2 Saran
Tindakan alternatif selain operasi diterapkan khususnya bagi kasus-kasus yang yang
mengalami sumbatan didalam sistem ventrikel. Dalam hal ini maka tindakan terapeutik
semacan ini perlu.

18

Anda mungkin juga menyukai