Abstrak
Kata Kunci: General Business Environment, PT NKE, DGI, Good Corporate Governance,
Restrukturisasi Perusahaan, Rebuilding trust strategy, Corporte Values,
Sarbanes Oxley Act, Enterprise Risk Management, ERM COSO.
PENDAHULUAN
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia dalam lima tahun terakhir mengalami trend
positif meskipun sempat mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi yang mengalami
penurunan di tahun 2013 kemudian mengalami peningkatan di tahun 2016. Salah satu
indikator untuk mengetahui kondisi perekonomian suatu negara dalam periode tertentu
adalah menggunakan data Produk Domestik Bruto (PDB) yang mana menunjukkan jumlah
nilai tambah (value added) yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara.
World Bank mencatat dari tahun 2012 Indonesia mengalami pertumbuhan PDB sebesar 6.0
persen, kemudian dari tahun 2013 hingga 2016 mengalami penurunan masing-masing
sebesar 5,6 persen tahun 2013, sebesar 5,0 persen tahun 2014, dan sebesar 4,9 persen tahun
2015, Kemudian tahun 2016 mengalami pertumbuhan sebesar 5,0 persen. Pada semester 1
tahun 2017 Indonesia mengalami pertumbuhan PDB sebesar 5,1 persen. Dengan adanya
trend positif pertumbuhan ekonomi diharapkan kedepannya akan semakin meningkat
dengan target PDB diakhir tahun 2017 akan naik sebesar 5,2 persen. Dengan adanya PDB
yang meningkat diharapkan adanya pembangunan disemua sektor yang ada di Indonesia.
Harapannya pada era Presiden Jokowi saat ini PDB yang dihasilkan mampu memberikan
dampak pemerataan pembangunan di Indonesia.
Salah satu sektor penyumbang PDB yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu
pada sektor konstruksi. Sektor konstruksi merupakan salah satu penyumbang PDB terbesar
hampir secara rata-rata pertahun konstruksi mampu menyumbang 10 persen dari total PDB
seluruhnya. Pada tahun 2016 Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sektor konstruk
menyumbang 10,36 persen sekitar 925 (Trilliun Rupiah) dari total PDB atas dasar harga
konstan tahun 2016 sebesar 9.433 (Trilliun Rupiah). Dalam hal ini sektor konstruksi
memiliki peranan strategis dalam pembangunan. Peranan strategis tersebut antara lain
penyerapan tenaga kerja, jangkauan rantai pasok yang luas, pendorong pertumbuhan sektor
pendukung, bahkan mobilisator pertumbuhan produk nasional baik barang maupun jasa hal
tersebut yang menjadikan konstruksi sebagai penggerak ekonomi atau “engine of growth”
dalam perekonomian nasional.
Kegiatan konstruksi dilaksanakan baik oleh kontraktor umum, yaitu perusahaan
yang melaksanakan pekerjaan konstruksi untuk pihak lain, maupun oleh kontraktor khusus,
yakni unit bisnis atau individu yang melaksanakan kegiatan konstruksi untuk dipakai
sendiri. Perusahaan konstruksi ada yang dimiliki oleh negara (BUMN) dan pihak swasta.
Salah satu perusahaan konstruksi yang dimiliki oleh swasta yaitu PT. Nusa Konstruksi
Enjiniring, Tbk (NKE) merupakan perusahaan konstruksi terkemuka yang berdiri sejak 11
Januari 1982 yang dahulu bernama PT Duta Graha Indah (DGI) yang beruabah naman PT
NKE pada tahun 2012. NKE sudah tumbuh jadi perusahaan yang sanggup membangun
proyek struktural dan infrastruktur di Indonesia dan di Dunia. NKE turut berkontribusi di
dalam pembangunan di Indonesia.
Kegiatan proyek pembangunan konstruksi yang dilakukan NKE tidak sepenuhnya
berjalan dengan lancar banyak hambatan dari faktor eksternal. Pada tanggal 11 juli 2017
menerima surat dari KPK dalam surat tersebut untuk pertama kalinya NKE ditetapkan
sebagai tersangka korporasi oleh KPK. PT NKE ditetapkan sebagai tersangka dengan
alasan KPK menemukan beberapa pelanggaran diantaranya pelanggara pertama adalah
adanya rekayasa dalam penyusunan harga perkiraan sendiri (HPS). Kedua, rekayasa lelang
dengan mengkondisikan PT NKE sebagai pemenang. Ketiga, adanya aliran dana dari PT
NKE ke perusahaan lain. Keempat, adanya pelanggaran berupa aliran uang suap dari
perusahaan-perusahaan yang dikelola M Nazaruddin ke Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
dan panitia lelang. Kemudian ada kemahalan dalam satuan harga yang membuat
pemerintah harus membayar lebih tinggi. PT NKE dijerat dengan Pasal 2 ayat 1 dan Pasal
3 UU Tipikor (Detik.com, 2017). Kasus ini mebuat penjualan saham dilantai bursa
menurun tercatat pada awal bulan Juni saham DGIK berada pada Rp.117 perlembar saham
dan turun tajam hingga titik terendah Rp. 70 perlembar saham pada tanggal 17 Juli 2017.
Setelah adanya kasus dan sempat disuspen dengan melakukan penghentian sementara
perdagangan efek DGIK dipasar reguler dan pasar tunai lantai bursa saham sejak tanggal
19 Juli 2017 hingga dicabut kembali pada 14 Agustus (Bisnis.com, 2017), Hingga saat ini
dibulan Oktober 2017 nilai saham PT DGIK tidak mengalami kemajuan tercatat paling
tinggi menyentuh Rp.86 perlembar saham dan terendah pada nominal Rp.69 perlembar
saham (finance.yahoo.com, 2017).
Kasus pelanggaran hukum perusahaan NKE merupakan salah satu hambatan dari
faktor ekstenal perusahaan yang mampu menghambat keberlangsungan perusahaan.
Setelah adanya kasus pelanggaran korporasi, bagaimana PT NKE mampu tumbuh dan
berperan dalam proyek pembangunan infrastrukstur yang ada di Indonesia. Hal ini
merupakan tantangan terbesar untuk NKE dimana dampak setelah adanya kasus tersebut
mengakibatkan berkurangnya kepercayaan para stakeholders terutama pihak Bank,
investor, supplier, pemilik bangunan proyek (customers), selain itu image dan reputasi
perusahaan semakin memburuk, dan adanya stigma negatif proyek yang sedang dikerjakan
PT NKE mengalami keterlambatan & ketakutan adanya penyimpangan yang dilakukan.
Maka penulis menetapkan rumusan masalah sebagai berikut:
Rumusan Masalah
1. Bagaimana PT NKE mampu tumbuh dan berperan dalam proyek pembangunan
infrastrukstur yang ada di Indonesia setelah adanya kasus pelanggaran hukum yang
dilakukan PT NKE?
2. Mengapa PT NKE berkeyakinan mampu menutup ganti rugi atas kasus pembangunan
RS. Udayana, kebijakan apa yang mampu membuat perubahan setelah terjadinya
kasus pelanggaran hukum?
Case Problem Are Important
Hal ini menjadikan masalah kasus pelanggaran hukum NKE menjadi penting
dikarenakan perusahaan mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Mengembalikan kepercayaan stakeholders, terutama pihak Bank, Investor, Supplier,
pemilik bangunan proyek (customers) dengan melakukan Corporate Responsibilities
dan GCG implementation secara konsisten dan berkesinambungan.
2. Secara bertahap perusahaan membangun Brand image & Company Reputation yang
lebih baik dengan melakukan rebuilding trust strategy.
3. Melakukan restrukturisasi perusahaan meliputi restrukturisasi aset portfolio,
restrukturisasi keuangan, dan rekstrukturisasi manajemen (organisasi) bertujuan untuk
memperbaiki dan memaksimalisasi kinerja perusahaan.
4. Menciptakan SDM yang berkomitmen dengan nilai-nilai (values) yang berlaku
diperusahaan supaya tidak terjadi lagi kasus pelanggaran hukum.
5. Melakukan langkah preventif supaya secara langsung mampu mendeteksi dini
sebelum adanya kasus pelanggaran hukum.
Author Approach
Penulis berusaha melakukan pendekatan analisis SWOT untuk mengetahui seberapa
besar kemampuan perusahaan terhadap kekuatan dan kelemahan, serta peluang dan
ancaman yang dihadapi perusahaan terhadap lingkungan bisnis dan potensi sumber daya
yang dimiliki perusahaan untuk bisa bersaing dan melakukan aktivitas bisnis setelah
adanya kasus pelanggaran korporasi. Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal
maupun eksternal suatu organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk
merancang strategi dan program kerja. Analisis internal meliputi peniaian terhadap faktor
kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness). Kekuatan dan kelemahan merupakan
kondisi internal perusahaan untuk bisa bersaing, meliputi pemasaran, keuangan, sumber
daya manusia, operasi, penelitian dan pengembangan, sistem informasi manajemen, dan
budaya perusahaan. Sementara, analisis eksternal mencakup faktor peluang (Opportunity)
dan tantangan (Threaths). Faktor eksternal ini mencakup lingkungan indsustri konstruksi,
lingkungan bisnis makro. Berikut gambar dari analisis SWOT.
Gambar 1. Analisis Strength, Weakness, Opportunity, Threaths (SWOT)
Setelah adanya kasus pelanggaran hukum PT NKE maka pihak manajemen haruslah
mencari tahu ke internal perusahaan apa saja resources yang dimiliki dan capabilities
resources yang ada sejauh mana mampu untuk bisa bersaing dengan kompetitor atauh
menghadapi faktor eksternal lainnya. Perusahaan harus menganilisi Strength, Weakness,
Opportunity, Threaths saat ini. Berikut analisis SWOT:
PEMBAHASAN
Corporate Responsibility NKE
Dengan ditetapkannya PT NKE sebagai tersangka korporasi kasus pelanggaran hukum
yaitu keterlibatan korupsi pembangunan RS Udayana tahun 2009-2011. Maka pihak
manajemen terutama pimpinan perusahaan akan menghadapi dilema apa yang harus
dilakukan PT NKE sebagai bentuk corporate responsibility. Meskipun pelanggaran
tersebut dilakukan oleh manajemen PT NKE yang lama pada tahun 2009-2010 bukan
manajemen saat ini, akan tetapi apabila dibiarkan terlalu lama maka akan menyebabkan
kerugian perusahaan, kurangnya kepecayaan para stakehoders, menurunnya nilai saham
NKE dibursa saham. Ketika NKE sudah ditetapkan sebagai tersangka korporasi haruslah
ada bentuk tanggung jawab perusahaan antara lain perusahaan harus bertanggung jawab
secara etika (Ethical Responsibility) dengan cara melakukan siaran pers conference untuk
meminta maaf kepada semua pihak (stakeholders) dan NKE harus bertanggung jawab
menutup kerugian yang ditimbulkan kasus korupsi. Perusahaan harus bersedia mengganti
rugi atas tindakan korupsi yang besarannya telah ditetapkan KPK. Selain itu secara
langsung menyampaikan bahwa perusahaan harus berkomitmen untuk melakukan semua
aspek tanggung jawab perusahaan meliputi economic, legal, ethical, philantropic
responsibility serta penerapan GCG (Good Corporate Governance) secara konsisten dan
berkesinambungan. NKE juga harus berjanji supaya kasus pelanggaran semacam ini tidak
akan terulang kembali