Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS KASUS PELANGGARAN HUKUM BISNIS, FAKTOR EKSTERNAL

DAN INTERNAL BISNIS PADA PT. NUSA KONSTRUKSI ENJINIRING

Jamaluddin Nurmala Malau


16/407083/PEK/22318
Universitas Gadjah Mada

Abstrak

Saat ini pembangunan infrastruktur di Indonesia sangat berkembang pesat.


Perusahaan konstruksi bersaing untuk memperebutkan proyek pembangunan infrastruktur
di Indonesia. PT NKE salah satu perusahaan konstruksi swasta yang baru saja terlibat kasus
pelanggaran hukum. Bagaimana langkah strategis yang dilakukan PT NKE dalam
menghadapi kasus pelanggaran hukum dan bagaimana cara NKE mampu tumbuh dan
mempunyai daya saing dengan kompetitor di Industri jasa konstruksi.
Perusahaan NKE harus menyelesaikan permasalahan hukum serta bertanggung
jawab mengganti rugi sebagai bentuk corporate responsibilities, kemudian melakukan
implementasi Good Corporate Governance (GCG), secara bertahap perusahaan
membangun Brand image & Company Reputation yang lebih baik dengan melakukan
rebuilding trust strategy, selanjutnya memperbaiki tata nilai perusahaan (corporte values)
untuk menciptakan SDM yang berkomitmen supaya tidak terjadi lagi kasus pelanggaran
hukum dan mampu mengimplementasikan tata nilai perusahaan secara baik dalam perilaku
saat bekerja, serta untuk mencegah terjadinya kasus pelanggaran hukum perusahaan
melakukan aturan dari Sarbanes Oxley Act (SOX) & Enterprise Risk Management (ERM)
COSO bertujuan untuk mencegah terulangnya kasus-kasus pelanggaran yang terjadi di
perusahaan, inisiatif bersama untuk memerangi penipuan perusahaan dan mampu
mendetiksi dini apabila terjadi praktik kecurangan di perusahaan.
Hal inilah yang menjadi langkah strategis perusahaan untuk mampu berkembang dan
mampu memperoleh kepercayaan kembali dari para stakeholders, serta memberikan
peluang untuk mendapatkan proyek pembangunan infrastruktur di Indonesia.

Kata Kunci: General Business Environment, PT NKE, DGI, Good Corporate Governance,
Restrukturisasi Perusahaan, Rebuilding trust strategy, Corporte Values,
Sarbanes Oxley Act, Enterprise Risk Management, ERM COSO.
PENDAHULUAN
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia dalam lima tahun terakhir mengalami trend
positif meskipun sempat mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi yang mengalami
penurunan di tahun 2013 kemudian mengalami peningkatan di tahun 2016. Salah satu
indikator untuk mengetahui kondisi perekonomian suatu negara dalam periode tertentu
adalah menggunakan data Produk Domestik Bruto (PDB) yang mana menunjukkan jumlah
nilai tambah (value added) yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara.
World Bank mencatat dari tahun 2012 Indonesia mengalami pertumbuhan PDB sebesar 6.0
persen, kemudian dari tahun 2013 hingga 2016 mengalami penurunan masing-masing
sebesar 5,6 persen tahun 2013, sebesar 5,0 persen tahun 2014, dan sebesar 4,9 persen tahun
2015, Kemudian tahun 2016 mengalami pertumbuhan sebesar 5,0 persen. Pada semester 1
tahun 2017 Indonesia mengalami pertumbuhan PDB sebesar 5,1 persen. Dengan adanya
trend positif pertumbuhan ekonomi diharapkan kedepannya akan semakin meningkat
dengan target PDB diakhir tahun 2017 akan naik sebesar 5,2 persen. Dengan adanya PDB
yang meningkat diharapkan adanya pembangunan disemua sektor yang ada di Indonesia.
Harapannya pada era Presiden Jokowi saat ini PDB yang dihasilkan mampu memberikan
dampak pemerataan pembangunan di Indonesia.
Salah satu sektor penyumbang PDB yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu
pada sektor konstruksi. Sektor konstruksi merupakan salah satu penyumbang PDB terbesar
hampir secara rata-rata pertahun konstruksi mampu menyumbang 10 persen dari total PDB
seluruhnya. Pada tahun 2016 Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sektor konstruk
menyumbang 10,36 persen sekitar 925 (Trilliun Rupiah) dari total PDB atas dasar harga
konstan tahun 2016 sebesar 9.433 (Trilliun Rupiah). Dalam hal ini sektor konstruksi
memiliki peranan strategis dalam pembangunan. Peranan strategis tersebut antara lain
penyerapan tenaga kerja, jangkauan rantai pasok yang luas, pendorong pertumbuhan sektor
pendukung, bahkan mobilisator pertumbuhan produk nasional baik barang maupun jasa hal
tersebut yang menjadikan konstruksi sebagai penggerak ekonomi atau “engine of growth”
dalam perekonomian nasional.
Kegiatan konstruksi dilaksanakan baik oleh kontraktor umum, yaitu perusahaan
yang melaksanakan pekerjaan konstruksi untuk pihak lain, maupun oleh kontraktor khusus,
yakni unit bisnis atau individu yang melaksanakan kegiatan konstruksi untuk dipakai
sendiri. Perusahaan konstruksi ada yang dimiliki oleh negara (BUMN) dan pihak swasta.
Salah satu perusahaan konstruksi yang dimiliki oleh swasta yaitu PT. Nusa Konstruksi
Enjiniring, Tbk (NKE) merupakan perusahaan konstruksi terkemuka yang berdiri sejak 11
Januari 1982 yang dahulu bernama PT Duta Graha Indah (DGI) yang beruabah naman PT
NKE pada tahun 2012. NKE sudah tumbuh jadi perusahaan yang sanggup membangun
proyek struktural dan infrastruktur di Indonesia dan di Dunia. NKE turut berkontribusi di
dalam pembangunan di Indonesia.
Kegiatan proyek pembangunan konstruksi yang dilakukan NKE tidak sepenuhnya
berjalan dengan lancar banyak hambatan dari faktor eksternal. Pada tanggal 11 juli 2017
menerima surat dari KPK dalam surat tersebut untuk pertama kalinya NKE ditetapkan
sebagai tersangka korporasi oleh KPK. PT NKE ditetapkan sebagai tersangka dengan
alasan KPK menemukan beberapa pelanggaran diantaranya pelanggara pertama adalah
adanya rekayasa dalam penyusunan harga perkiraan sendiri (HPS). Kedua, rekayasa lelang
dengan mengkondisikan PT NKE sebagai pemenang. Ketiga, adanya aliran dana dari PT
NKE ke perusahaan lain. Keempat, adanya pelanggaran berupa aliran uang suap dari
perusahaan-perusahaan yang dikelola M Nazaruddin ke Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
dan panitia lelang. Kemudian ada kemahalan dalam satuan harga yang membuat
pemerintah harus membayar lebih tinggi. PT NKE dijerat dengan Pasal 2 ayat 1 dan Pasal
3 UU Tipikor (Detik.com, 2017). Kasus ini mebuat penjualan saham dilantai bursa
menurun tercatat pada awal bulan Juni saham DGIK berada pada Rp.117 perlembar saham
dan turun tajam hingga titik terendah Rp. 70 perlembar saham pada tanggal 17 Juli 2017.
Setelah adanya kasus dan sempat disuspen dengan melakukan penghentian sementara
perdagangan efek DGIK dipasar reguler dan pasar tunai lantai bursa saham sejak tanggal
19 Juli 2017 hingga dicabut kembali pada 14 Agustus (Bisnis.com, 2017), Hingga saat ini
dibulan Oktober 2017 nilai saham PT DGIK tidak mengalami kemajuan tercatat paling
tinggi menyentuh Rp.86 perlembar saham dan terendah pada nominal Rp.69 perlembar
saham (finance.yahoo.com, 2017).
Kasus pelanggaran hukum perusahaan NKE merupakan salah satu hambatan dari
faktor ekstenal perusahaan yang mampu menghambat keberlangsungan perusahaan.
Setelah adanya kasus pelanggaran korporasi, bagaimana PT NKE mampu tumbuh dan
berperan dalam proyek pembangunan infrastrukstur yang ada di Indonesia. Hal ini
merupakan tantangan terbesar untuk NKE dimana dampak setelah adanya kasus tersebut
mengakibatkan berkurangnya kepercayaan para stakeholders terutama pihak Bank,
investor, supplier, pemilik bangunan proyek (customers), selain itu image dan reputasi
perusahaan semakin memburuk, dan adanya stigma negatif proyek yang sedang dikerjakan
PT NKE mengalami keterlambatan & ketakutan adanya penyimpangan yang dilakukan.
Maka penulis menetapkan rumusan masalah sebagai berikut:
Rumusan Masalah
1. Bagaimana PT NKE mampu tumbuh dan berperan dalam proyek pembangunan
infrastrukstur yang ada di Indonesia setelah adanya kasus pelanggaran hukum yang
dilakukan PT NKE?
2. Mengapa PT NKE berkeyakinan mampu menutup ganti rugi atas kasus pembangunan
RS. Udayana, kebijakan apa yang mampu membuat perubahan setelah terjadinya
kasus pelanggaran hukum?
Case Problem Are Important
Hal ini menjadikan masalah kasus pelanggaran hukum NKE menjadi penting
dikarenakan perusahaan mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Mengembalikan kepercayaan stakeholders, terutama pihak Bank, Investor, Supplier,
pemilik bangunan proyek (customers) dengan melakukan Corporate Responsibilities
dan GCG implementation secara konsisten dan berkesinambungan.
2. Secara bertahap perusahaan membangun Brand image & Company Reputation yang
lebih baik dengan melakukan rebuilding trust strategy.
3. Melakukan restrukturisasi perusahaan meliputi restrukturisasi aset portfolio,
restrukturisasi keuangan, dan rekstrukturisasi manajemen (organisasi) bertujuan untuk
memperbaiki dan memaksimalisasi kinerja perusahaan.
4. Menciptakan SDM yang berkomitmen dengan nilai-nilai (values) yang berlaku
diperusahaan supaya tidak terjadi lagi kasus pelanggaran hukum.
5. Melakukan langkah preventif supaya secara langsung mampu mendeteksi dini
sebelum adanya kasus pelanggaran hukum.
Author Approach
Penulis berusaha melakukan pendekatan analisis SWOT untuk mengetahui seberapa
besar kemampuan perusahaan terhadap kekuatan dan kelemahan, serta peluang dan
ancaman yang dihadapi perusahaan terhadap lingkungan bisnis dan potensi sumber daya
yang dimiliki perusahaan untuk bisa bersaing dan melakukan aktivitas bisnis setelah
adanya kasus pelanggaran korporasi. Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal
maupun eksternal suatu organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk
merancang strategi dan program kerja. Analisis internal meliputi peniaian terhadap faktor
kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness). Kekuatan dan kelemahan merupakan
kondisi internal perusahaan untuk bisa bersaing, meliputi pemasaran, keuangan, sumber
daya manusia, operasi, penelitian dan pengembangan, sistem informasi manajemen, dan
budaya perusahaan. Sementara, analisis eksternal mencakup faktor peluang (Opportunity)
dan tantangan (Threaths). Faktor eksternal ini mencakup lingkungan indsustri konstruksi,
lingkungan bisnis makro. Berikut gambar dari analisis SWOT.
Gambar 1. Analisis Strength, Weakness, Opportunity, Threaths (SWOT)
Setelah adanya kasus pelanggaran hukum PT NKE maka pihak manajemen haruslah
mencari tahu ke internal perusahaan apa saja resources yang dimiliki dan capabilities
resources yang ada sejauh mana mampu untuk bisa bersaing dengan kompetitor atauh
menghadapi faktor eksternal lainnya. Perusahaan harus menganilisi Strength, Weakness,
Opportunity, Threaths saat ini. Berikut analisis SWOT:

Tabel 1. Analisis SWOT PT NKE


Strength Weakness
 Memiliki tenaga ahli yang bersertifikasi  Kurangnya kepercayaan suppliers,
untuk bisa menjalankan aktivitas proyek kreditur (Bank) terhadap NKE setelah
dengan teknologi terbaru adanya kasus
 Pemanfaatan sistem informasi dan  Penurunan nilai saham yang signifikan
teknologi untuk penerapan keseluruhan mengakibatkan penurunan permodalan
aktivitas perusahaan  Market share yang rendah di industri
 Pengalaman perusahaan yang telah lama konstruksi
berdiri  Kurangnya kemampuan untuk
 Resource SDM, peralatan, yang cukup menangani konstruksi khusus yang
banyak untuk mengeksekusi lebih maju.
proyek.Kemampuan untuk bisa fokus
pada proyek pembangunan gedung
 Mayoritas kontraktor ahli dalam bidang
pembangunan proyek sipil
 Memiliki anak perusahaan lain dan
kepemilikan mayoritas pada perusahaan
lain yang disebutkan didalam profil
perusahaan
 Banyak mendapat proyek pembangunan
di Indonesia
Opportunity Threaths
 Membangun kerjasama dengan  Persaingan yang semakin tajam dari
perusahaan asing atau dalam negeri pihak swasta dan BUMN yang sama
untuk sharing resiko terutama grade nya atau berbeda grade
permodalan dan supply bahan bangunan  Keterbatasan dalam menangani proyek
dalam mengeksekusi proyek konstruksi khusus
 Tingginya pembangunan infrastruktur  Masih adanya kecurangan tender
maka akan ada banyak proyek  Persaingan untuk mendapatkan dana
pembangunan dari kreditur dan supplier cukup susah.
 Tenaga kerja yang cukup tersedia untuk  Keterbatasan ketersediaan proyek
memenuhi jumlah proyek yang didapat untuk swasta dan BUMN untuk proyek
 Adanya peluang sistem tender online khusus yang spesifik
yang lebih transparan

Tabel SWOT PT NKE menunjukkan seberapa kemampuan dan kelemahan


perusahaan resources apa saja yang dimiliki dan capabilities resources yang ada Sejauh
mana perusahaan mampu memanfaatkan peluang yang ada dan seberapa kemampuan
perusahaan untuk menghadapi ancaman dari ekternal dan internal.
Pengalaman yang dimiliki NKE dalam bidang konstruksi menjadikan perusahaan
mempunyai kekuatan untuk mendapatkan kontrak proyek pembangunan dan memiliki
competitive advantage pada proses pembangunan yang fokus pada gedung yang lebih baik
daripada kompetitor, akan tetapi perusahaan mempunyai kelemahan pada struktur
permodalan yang kurang mendukung pasca terjadi kasus pelanggaran korporasi dimana
nilai saham menurun, ketidakpercayaan kredit dari bank, ketidak pecayaan supplier, dan
pemilik bangunan (customers). Adanya kasus yang dihadapi tidak menutup peluang
perusahaan untuk bisa bertumbuh dan melakukan aktivitas perusahaan, peluang pasar
industri konstruksi masih terbuka lebar, pembangunan infrastruktur yang semakin
meningkat, kebijakan moneter tentang pemerataan ekonomi maka NKE dari kelemahan
permodalan NKE harus mampu melakukan kerja sama dengan perusahaan dalam negeri
atau dengan perusahaan asing (joint venture) untuk mengurangi resiko dan
mengoptimalkan modal yang ada. Namun di industri konstruksi juga memiliki ancaman
dimana bargaining power of customer yang tinggi dimana harga tender proyek yang
terendah yang akan memenangkan proyek, adanya ancaman kelangkaan bahan bangunan
terutama produk semen, serta Biaya gaji yang terus meningkat, dan ancaman persaingan
industri yang kompetitif baik perusahaan konstruksi BUMN & Swasta.
Research Assumption
Perusahaan NKE mampu tumbuh dan berkembang dengan asumsi pertama tingkat
kepercayaan stakeholders terutama konsumen, investor (Shareholder), Bank dan
stakeholders lain terhadap PT NKE sudah dianggap baik karena perusahaan telah
menerapkan Good Corporate Goverment (GCG) secara konsisten dan berkesinambungan.
Asumsi kedua kasus pelanggaran korporasi NKE terkait pembangunan Gedung RS.
Udayana sudah terselesaikan secara baik dan kerugian perusahaan atas kasus korporasi
sudah terkendali dan perusahaan telah menerapakan restrukturisasi perusahan, Asumsi
ketiga kebijakan pemerataan pembangunan infrastruktur yang terus dipertahankan
meskipun nantinya tahun 2019 akan ada pergantian Presiden Indonesia dan NKE telah
mampu melakukan lobbying politik untuk bisa mengikuti tender proyek pembangunan &
melakukan kerja sama dengan perusahaan dalam dan luar negeri yang ikut dalam industri
konstruksi. Asumsi keempat faktor ekonomi makro tingkat pertumbuhan ekonomi berkisar
+/- 5%, tidak terjadi inflasi secara dominan dan daya beli konsumen dianggap tetap &
konsumen sudah percaya dengan Brand Image & reputasi PT NKE yang tidak akan
mengulangi kesalahan pelanggaran kasus korporasi. Kemudian biaya bahan konstruksi dan
biaya operasional dianggap tetap, Selanjutnya asumsi bahwa kondisi politik dalam dan luar
negeri berjalan secara kondusif.
RELEVANT THEORY
Corporate Responsibility
Sebuah perusahaan harus memiliki bentuk tanggung jawab kepada para stakeholders dalam
menjalankan aktivitas perusahaan. Tanggung jawab inilah yang nantinya akan memberikan
dampak bagi perusahaan, apabila perusahaan melakukan tanggung jawab secara menyeluru
maka perusahaan akan mendapatkan dampak positif bagi perusahaan.
Good Corporate Governance (GCG)
Menurut OECD GCG merupakan cara perusahaan dioperasikan dan dikendalikan, dengan
melibatkan serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan direksi,
pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya. Tata kelola perusahaan juga
menyediakan struktur organisasi untuk mencapai tujuan perusahaan ditetapkan, dan sarana
untuk mencapai tujuan dan kinerja pemantauan yang telah ditentukan. Tata kelola
perusahaan yang baik harus memberikan insentif yang tepat bagi dewan direksi dan
manajemen untuk mengejar tujuan yang menjadi kepentingan perusahaan dan pemegang
saham, dan harus mengontrol aktivitas perusahaan secara efektif, sehingga mendorong
perusahaan untuk menggunakan sumber daya secara lebih efisien
Tata kelola perusahaan dibangun atas empat nilai inti antara lain:
• Fairness (Keadilan): tata kelola perusahaan harus melindungi hak pemegang
saham dan menjamin perlakuan yang adil dari semua pemegang saham, termasuk
minoritas dan pemegang saham asing. Semua pemegang saham harus memiliki
kesempatan untuk memperolehnya ganti rugi yang efektif atas pelanggaran hak-
hak mereka.
• Responsibility (Tanggung Jawab): tata kelola perusahaan harus mengenali hak
pemangku kepentingan (stakeholders) sebagaimana ditetapkan oleh undang-
undang, dan mendorong kerja sama aktif antara perusahaan dan para stakeholders
dalam menciptakan kekayaan, pekerjaan, dan keberlanjutan perusahaan yang sehat
secara finansial.
• Transparency (Transparansi): tata kelola perusahaan harus memastikan bahwa
pengungkapan laporan secara tepat waktu dan akurat atas semua hal materi
mengenai perusahaan, termasuk kondisi keuangan, struktur organisasi, kinerja dan
kepemilikan.
• Accountability (Akuntabilitas): tata kelola perusahaan harus memastikan
bimbingan strategis perusahaan, pemantauan manajemen yang efektif oleh Dewan,
dan pertanggungjawaban Dewan kepada perusahaan dan pemegang saham
Rebuilding Trust Strategy
Suatu organisasi dapat menunjukkan kepercayaannya melalui kompetensi teknis
operasi, kualitas produk dan layanan, selain itu melalui motif positif dan kepedulian kepada
stakeholders yang terlibat, adanya kejujuran, dan keadilan didalam berhubungan dengan
yang lain harus mengutamakan integritas. Tidak mudah membentuk kepercayaan baru
setelah adanya kesalahan, skandal atau pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan.
Perusahaan memerlukan respon yang efektif untuk membangun kembali
kepercayaan, perlunya intervensi yang ditujukan untuk mengendalikan ketidakpercayaan,
dan membuat kepercayaan baru:
 Distrust Regulation: penerapan batasan, kondisi dan kontrol terhadap perilaku
karyawan yang dirancang untuk memastikan tidak ada kegagalan kembali. Intervensi
mencakup prosedur kepatuhan yang baru, resivisi insentif yang diberikan,
perombakan norma budaya yang menyimpang, dan penghapusan pihak yang terlibat
atau bersalah (restrukturisasi organisasi). Hal ini masih tidak cukup untuk
membangun kembali kepercayaan terhadap perusahaan.
 Trustworthiness demonstration merupakan mekanisme yang kedua yaitu pernyataan
dan tindakan yang memberikan bukti baru untuk meyakinkan kemampuan dan
integritas organisasi tersebut. Intervensi mencakup permintaan maaf, membayar
kerugian yang ditimbulkan, transparansi, dan investasi substansial dalam
mempromosikan praktik etis yang dapat dipercaya seperti implementasi GCG secara
konsisten & berkesinambungan.
Ada empat tahapan untuk melakukan rebuilding trust secara efektif diataranya:
1. Respon langsung (Immediate responses)
2. Diagnosis menyeluruh dan sistemik penyebab dari masalah
3. Rangkaian intervensi komprehensif dan terarah ditujukan untuk menghasilkan
sistem organisasi yang menghasilkan dan mempertahankan kepercayaan
4. Evaluasi kemajuan secara teratur.
Restrukturisasi Perusahaan (Corporate Resutructure)
Restrukturisasi merupakan salah satu upaya perusahaan untuk memperbaiki &
memaksimalkan kinerja di masa yang akan datang. Restrukturisasi perusahaan pada
prinsipnya merupakan upaya untuk menyusun ulang komponen-komponen yang ada pada
perusahaan supaya di masa yang akan datang agar kinerja perusahaan menjadi lebih baik.
Ada berbagai alasan kenapa perusahaan melakukan restrukturisasi perusahaan, dalam
makalah ini yang paling difokuskan adanya restrukturisasi perusahaan dikarenakan adanya
kegagalan usaha akibat pengaruh internal dan eksternal yang menyebabkan perusahaan
menghadapi masalah hukum dan perbaikan image perusahaan, maka restrukturisasi
perusahaan menjadi solusi.
Menurut Djohanputro (2004:24-27) restrukturisasi dapat dikategorikan ke dalam tiga jenis:
 Restrukturisasi Portofolio/Asset
Restrukturisasi Portofolio/Asset merupakan kegiatan penyusunan portofolio
perusahaan supaya kinerja perusahaan menjadi semakin baik.
 Restrukturisasi Modal/Keuangan
Restrukturisasi keuangan atau modal adalah penyusunan ulang komposisi modal
perusahaan supaya kinerja keuangan menjadi lebih sehat.
 Restrukturisasi Manajemen/Organisasi
Restrukturisasi manajemen dan organisasi, merupakan penyusunan ulang komposisi
manajemen, struktur organisasi, pembagian kerja, sistem operasional, dan hal-hal
lain yang berkaitan dengan masalah managerial dan organisasi.
Corporate Values (Tata Nilai Perusahaan)
Corporate Value adalah nilai-nilai yang dipilih dan diputuskan perusahaan sebagai
landasan perilaku, panduan dan motivasi karyawan yang mampu mengintegrasikan sistem,
struktur, proses, dan strategi perusahaan untuk mencapai visi, misi, dan tujuan perusahaan.
Corporate value dirumuskan oleh manajement tingkat atas dan dirancang untuk mencapai
tujuan perusahaan secara keseluruhan.
Ada empat jenis corporate value antara lain: (Lencioni, 2007:75)
1. Permission to play values, yaitu perilaku standar yang harus dimiliki karyawan
ketika bergabungan dengan perusahaan. Nilai-nilai permission-to-play sangat
mendasar. Sehingga perusahaan lainpun memiliki standar yang sama. Nilai-nilai
dari profesioalisme dan integritas dari individu yang menjadi dasar karyawan
ketika bergabung.
2. Aspirational values adalah nilai-nilai yang tidak dimiliki oleh perusahaan tapi
manajemen berharap dapat mencapainya. Nilai-nilai aspirational adalah nilai-nilai
yang tidak dimiliki karyawan, sehingga belum dan tidak dapat dibentuk budaya
perusahaan yang fundamental tetapi perusahaan ingin nilai-nilai yang dianggap
baik oleh perusahaan dapat dimiliki dan implementasikan oleh perusahaan dan
seluruh karyawan.
3. Accidental values adalah didapat sebagai hasil dari sifat kepribadian umum
karyawan. Nilai ini timbul secara spontan tanpa dibudidayakan oleh pimpinan dan
dipegang dari waktu ke waktu. Mereka biasanya mencerminkan kepentingan atau
kepribadian bersama dari karyawan organisasi. Nilai yang tidak disengaja bisa baik
bagi perusahaan, seperti saat menciptakan atmosfir inklusivitas.
4. Core values adalah budaya inti perusahaan yang mengarahkan tindakan karyawan.
Nilai-nilai inti perusahaan dimaksud untuk membentuk perilaku dan karakter kerja
yang selaras dengan strategi perusahaan. Core values yang terinternalisasi dengan
baik akan menjadi pilar utama dalam pembentukan budaya organisasi yang kuat.
Ketika core values sudah menjadi pilar utama budaya organisasi, maka dia akan
mempersatukan cara kerja insan perusahaan, untuk secara solid merealisasikan
tujuan dan visi perusahaan.
Core value yang memandu karyawan untuk berbuat sesuai dengan brand mission
yang disebut Shared value (Kotler, et al.,2010:76). Shared value adalah setengah bagian
dari budaya perusahaan. Bagian lainnya adalah common behavior karyawan. Membentuk
budaya perusahaan berarti menyelaraskan shared value dengan common behavior. Dengan
kata lain, ini adalah tentang menunjukan nilai-nilai melalui perilaku sehari-hari didalam
perusahaan. Kombinasi nilai-nilai dan prilaku karyawan harus mencerminkan brand
mission perusahaan.
Menurut Kotler, et al., (2010:76) nilai-nilai yang baik adalah nilai-nilai yang sejalan
dengan perubahan lanskap bisnis: teknologi kolaboraasi, tranformasi budaya yang dipicu
oleh globalisasi, dan semakin pentingnya kreativitas. Dalam dunia yang saling terhubung
karena didukung oleh teknologi informasi, orang-orang semakin berkolaborasi untuk
mencapai satu tujuan. Globalisasi menyebabkan transformasi budaya terjadi dengan cepat.
Sarbanes Oxley Act (SOX)
Sarbanes Oxley Act (SOX) dirancang untuk mencegah terulangnya kasus-kasus
pelanggaran yang terjadi di perusahaan. SOA merupakan konsep yang menekankan
pentingnya hak para pemegang saham dan investor untuk memperoleh informasi dengan
benar, akurat dan tepat waktu. Sarbanes Oxley Act (SOX) mengatur tentang akuntansi,
pengungkapan dan pembaharuan governance; yang mensyaratkan adanya pengungkapan
yang lebih banyak mengenai informasi keuangan, keterangan tentang hasil yang dicapai
manajemen, kode etik bagi pejabat di bidang keuangan, pembatasan kompensasi eksekutif,
dan pembentukan komite audit yang independen. Selain itu diatur pula mengenai hal-hal
yang berkaitan dengannya sebagai berikut (Husaini, 2009:10):
1. Menetapkan beberapa tanggung jawab baru kepada dewan komisaris, komite audit
dan pihak manajemen.
2. Mendirikan the Public Company Accounting Oversight Board, sebuah dewan
yang independen dan bekerja fulltime bagi pelaku pasar modal.
3. Penambahan tanggung jawab dan anggaran SEC secara signifikan.
4. Mendefinisikan jasa “non-audit” yang tidak boleh diberikan oleh KAP kepada
klien.
5. Memperbesar hukuman bagi terjadinya corporate fraud.
6. Mensyaratkan adanya aturan mengenai cara menghadapi conflict of interest.
7. Menetapkan beberapa persyaratan pelaporan yang baru.
Undang-Undang Sarbanes-Oxley Act (SOX) di antaranya mengatur pembentukan komite
audit yang independen, Komite audit dibentuk dalam rangka mengoptimalkan kinerja
dewan komisaris. Dengan adanya pengawasan yang optimal dari dewan komisaris akan
membantu mengelola perusahaan dengan efisien dan efektif sesuai dengan aturan dan
perundangan yang berlaku. Oleh karena itu, komite audit memiliki peran yang cukup
penting dalam mewujudkan GCG. Komite audit merupakan “mata” dan “telinga” dewan
komisaris dalam rangka mengawasi jalannya perusahaan, dan keberadaan komite audit
yang efektif merupakan salah satu aspek penilaian dalam implementasi GCG.
Enterprise Risk Management (ERM) COSO
The Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO) adalah
inisiatif bersama untuk memerangi penipuan perusahaan. COSO untuk memberikan
kepemimpinan pemikiran melalui pengembangan kerangka kerja dan panduan
komprehensif mengenai manajemen risiko perusahaan, pengendalian internal dan
pencegahan kecurangan yang dirancang untuk meningkatkan kinerja dan tata kelola
organisasi dan untuk mengurangi tingkat kecurangan dalam organisasi. Kerangka tersebut
digunakan secara luas oleh manajemen untuk meningkatkan kemampuan organisasi dalam
mengelola ketidakpastian dan mempertimbangkan berapa banyak risiko yang harus
diterima karena berusaha meningkatkan nila nilai lebih baik dari manajemen risiko
perusahaan
10 Kunci tata cara mengelola resiko perusahaan ESM COSO (Coso,2017)
1. Menyediakan Struktur Dokumen Baru
2. Memperkenalkan Prinsip
3. Menggabungkan Grafik Baru
4. Fokus pada integrasi
5. Menekankan Nilai
6. Link ke Strategi
7. Tautan ke Kinerja
8. Mengetahui Pentingnya Budaya
9. Fokus pada Pengambilan Keputusan
10. Membangun hubungan dengan kontrol internal
Expected Results
Makalah ini akan bertujuan untuk melakukan analisis bagaimana cara PT NKE
mampu tumbuh dan berperan dalam proyek pembangunan infrastrukstur yang ada di
Indonesia setelah adanya kasus pelanggaran hukum. Analisis tersebut digunakan untuk
menentukan langkah strategi apa yang harus dilakukan perusahaan untuk bisa tumbuh dan
mampu bersaing setelah adanya kasus pelanggaran hukum
Disscussion Schema
Skema merupakan alur yang digunakan penulis dalam penulisan makalah untuk
mempermudah logika berfikir secara terstruktur. Dalam makalah ini skema yang digunakan
berisis:
1. Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah penelitian
2. Relevan teori yang mampu menjawab permasalahan
3. Metodologi yang digunakan & Hipotesis
4. Pembahasan materi,
5. Kesimpulan & saran.
Metodologi
Metode yang digunakan dalam makalah ini, peneliti menggunakan analisis secara
desktiptif dengan pendekatan kualitatif yaitu dilakukan penggambaran atau penulisan
secara sistematis, aktual dan akurat mengenai fakta-fakta, serta hubungan antara fenomena
yang diselidiki. Penggumpulan data dengan menggunakan data sekunder dimana data
tersebut sudah tersedia dari buku, jurnal, laporan perusahaan, publikasi, dan artikel.
Hipotesis
Penulis mencoba melakukan hipotesis awal bahwa PT NKE mampu tumbuh dan berperan
dalam pembangunan proyek infrastruktur setelah adanya kasus pelanggaran hukum yang
dilakukakan perusahaan.
PROFIL PT. NUSA KONSTRUKSI ENJINIRING, TBK
Gambar 2. Logo PT. Nusa Konstruksi Enjiniring, Tbk
PT. Nusa Konstruksi Enjiniring, Tbk merupakan perusahaan konstruksi terkemuka
yang berdiri sejak 11 Januari 1982 yang dahulu bernama PT Duta Graha Indah yang
beruabah naman PT NKE pada tahun 2012. NKE merupakan perusahan terbuka yang telah
melakukan penawaran umum perdana pada 19 Desember 2007 dan melepas kepemilikan
sahamnya sebesar 30% atau sebanyak 1.662.345.000 lembar saham di Bursa Efek
Indonesia.
a. Visi & Misi
1. Visi
Menjadi Perusahaan yang unggul dalam melakukan diversivikasi bisnis konstruksi,
enjiniring dan investasi di Indonesia
2. Misi
- Mengembangkan organisasi yang selalu melakukan perbaikan secara
berkelanjutan dan dapat beradaptasi dengan baik terhadap perubahan
- Mengimplementasikan Good Corporate Governance (GCG) dan
memaksimalkan kepentingan dari stakeholders
- Selalu melakukan inovasi-inovasi baru terhadap potensi bisnis untuk
meningkatkan kinerja dan proftabilitas
- Menjadi pelopor pengembangan metode kerja, peralatan, teknologi dan sistem
manajemen yang terintegrasi dalam bisnis konstruksi
- Menciptakan sinergi strategis dengan vendor, mitra bisnis dan klien
b. Strategi dan Aktivitas Perusahaan
Adanya visi dan misi PT. Nusa Konstruksi Enjiniring, Tbk. menciptakan sebuah
value perusahaan antara lain team work, integrity, operation excellent, dan new idea. Dari
visi, misi, dan value perusahaan yang membawa perusahaan terus berkembang dan
mempunyai sebuah strategi perusahaan (company strategy) yaitu melakukan strategi
diversifikasi yang mana perusahaan dalam jangka pendek, dan menengah berusaha mencari
peluang-peluang baru dalam bidang energi, sumber daya alam dan real estate/properti.
NKE memilih bidang tersebut karena masih memilki sinergi dengan bisnis inti Perseroan
yaitu konstruksi dan enjiniring. Selama lima tahun kedepan, Perseroan akan melakukan
diversifkasi lebih lanjut dalam bidang energi dan sumber daya alam seperti fasilitas
pembangkit listrik tenaga air, pembangkit listrik berbasis energi termal, pertambangan &
konstruksi pertambangan, dan properti/perumahan komersial.
Pada saat ini kegiatan dan tujuan perusahaan adalah bergerak dalam jasakonstruksi,
industri, perdagangan, agen/perwakilan, real estate, pertambangan, investasi dan jasa lain.
Pada saat ini, kegiatan utama Perseroan adalah menjalankan usaha- usaha di bidang jasa
konstruksi gedung dan konstruksi pekerjaan sipil termasuk jalan, irigasi, waduk,
pembangkit tenaga listrik terutama Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro, rel kereta api
dan pelabuhan.
c. Informasi Anak Perusahaan dan Asosiasi
Saat ini PT. Nusa Konstruksi Enjiniring, Tbk. Mempunyai dua anak perusahaan
yaitu PT Inti Duta Energi (IDE) didirikan pada tahun 2011 dan merupakan perusahaan yang
bergerak dalam bidang mini hidro. Anak perusahan kedua yaitu PT Nusa Saptacitra
Perdana didirikan pada tahun 2013 dan bergerak pada bidang jasa pertambangan. Selain itu
perusahaan juga mempunyai asosiasi dengan perusahaan lain dimana NKE mempunyai
saham di Perusahaan tersebut diantaranya PT Duta Buana Permata (DBP) bergerak di
bidang properti dan perhotelan di Indonesia, selanjutnya PT Bajradaya Sentranusa sebagai
pemilik dan pengelola Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Asahan I-Sumatra Utara,
kemudian PT Margaraya Jawa Tol (MRJT) merupakan penyelenggara Jalan Tol Waru
(Aloha) - Wonokromo – Tanjung Perak di Surabaya, selain itu NKE membentuk
perusahaan join ventures dengan perusahaan Australia dibidang pertambangan yang
bernama PT Macmahon Mining Services (MMS).

PEMBAHASAN
Corporate Responsibility NKE
Dengan ditetapkannya PT NKE sebagai tersangka korporasi kasus pelanggaran hukum
yaitu keterlibatan korupsi pembangunan RS Udayana tahun 2009-2011. Maka pihak
manajemen terutama pimpinan perusahaan akan menghadapi dilema apa yang harus
dilakukan PT NKE sebagai bentuk corporate responsibility. Meskipun pelanggaran
tersebut dilakukan oleh manajemen PT NKE yang lama pada tahun 2009-2010 bukan
manajemen saat ini, akan tetapi apabila dibiarkan terlalu lama maka akan menyebabkan
kerugian perusahaan, kurangnya kepecayaan para stakehoders, menurunnya nilai saham
NKE dibursa saham. Ketika NKE sudah ditetapkan sebagai tersangka korporasi haruslah
ada bentuk tanggung jawab perusahaan antara lain perusahaan harus bertanggung jawab
secara etika (Ethical Responsibility) dengan cara melakukan siaran pers conference untuk
meminta maaf kepada semua pihak (stakeholders) dan NKE harus bertanggung jawab
menutup kerugian yang ditimbulkan kasus korupsi. Perusahaan harus bersedia mengganti
rugi atas tindakan korupsi yang besarannya telah ditetapkan KPK. Selain itu secara
langsung menyampaikan bahwa perusahaan harus berkomitmen untuk melakukan semua
aspek tanggung jawab perusahaan meliputi economic, legal, ethical, philantropic
responsibility serta penerapan GCG (Good Corporate Governance) secara konsisten dan
berkesinambungan. NKE juga harus berjanji supaya kasus pelanggaran semacam ini tidak
akan terulang kembali

Penerapan Good Corporate Governance (GCG) NKE


Perusahaan NKE dituntuk melakukan tata kelola perusahaan secara baik, konsiten, dan
berkesinambungan pasca terjadinya pelanggaran hukum. Adanya tata kelola yang baik
artinya perusahaan mampu menerapkan tata kelola perusahaan NKE secara Fairness
(Keadilan) melindungi hak pemegang saham & menjamin perlakukan yang adil bagi semua
pemegang saham. Pada publikasi PT NKE tahun 2015 membagikan Dividen sebesar
RP.18,5 Miliar kepada pemegang saham selain itu perusahaan juga melakukan publikasi
ketika melakukan RUPS. Hal ini menunjukkan responsibility & transparency perusahaan
yang semestinya harus dilakukan tidak hanya untuk para shareholders namun juga untuk
para stakeholders yang terlibat, perusahaan harus mampu melakukan kerja sama dengan
stakeholders lain seperti pengelolaan keuangan perusahaan secara sehat, pematuhan
legalitas, perizinan, kajian analisis dampak lingkungan ketika perusahaan membangun
sebuah proyek, membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar, tentunya seluruh
aktivitas perusahaan harus mempertimbangkan stakeholders yang terlibat. Perusahaan juga
harus mampu menerapkan tata kelola yang baik disemua divisi perusahaan, akuntabilitas
perusahaan sangat diperlukan untuk memastikan strategi yang diterapkan perusahaan
mampu berjalan dengan baik dengan adanya kontrol perusahaan secara efektif dengan
melibatkan komisioner independen & audit komite dari internal perusahaan, serta
monitoring resiko-resiko perusahaan yang akan dihadapi supaya mampu dimitigasi resiko
yang akan terjadi.
Pada intinya GCG harus dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan bagi
PT NKE, denga menerapkan prinsip transparansi, akuntabilitas, responsibilitas,
independensi, dan kewajaran. GCG menentukan peran dan akuntabilitas yang jelas untuk
semua karyawan di setiap tingkat organisasi. Dalam GCG, struktur dan kebijakan internal
yang baik akan meningkatkan operasi dan meminimalkan potensi masalah serta
memastikan akuntabilitas maksimal kepada pemegang saham & para stakeholders. Dengan
GCG yang konsisten perusahaan akan semakin dipercaya, image & reputasi perusahaan
akan menjadi lebih baik, untuk meningkatkan trust ada cara yang lebih spesifik yang akan
dijelaskan selanjutnya.
Strategi Membangun Kembali Kepercayaan PT NKE
Saat ini PT NKE berada pada posisi dimana tingkat kepercayaan pada perusahaan
menurun akibat adanya kasus pelanggaran hukum. Maka dari itu perusahaan harus
mempunyai sebuah cara untuk membangun kembali tingkat kepercayaan pada perusahaan.
Selain dengan GCG perusahaan harus mampu menciptakan sebuah kompetensi yang
dimulai dari teknik operasional perusahaan secara baik dengan menggunakan teknologi
yang terkini dimana juga mampu mengurangi, merubahah, menghilangkan dampak kepada
lingkungan, kemudian PT NKE harus menciptakan kualitas produk & layanan yang
berkualitas supaya tidak terjadi kasus korupsi pembangunan gedung rumah sakit, maka
kualitas produk dan layanan harus semakin ditingkatkan supaya memenimalisir resiko
untuk perbuatan yang dilarang atau merugikan kualitas produk layanan. Selanjutnya
perusahaan harus memiliki motif & tujuan positif, seperti kepedulian, berintegritas, jujur,
& adil dalam setiap aktivitas yang dilakukan perusahaan dengan mempertimbangkan
aspkek eksternal dan internal perusahaan dan keterlibatan para stakeholders.
Membangun kepercayaan kembali bagi perusahaan tidaklah mudah butuh batasan-
batasan yang mampu mengontrol aktivitas perusahaan dengan Distrust Regulation upaya
perusahaan untuk menghilangkan rasa ketidakpercayaan tehadap perusahaan supaya tidak
terjadi kembali masalah yang sama. PT NKE harus membuat prosedur kepatuhan aturan
yang baru, menghilangkan norma budaya yang menyimpang untuk budaya organisasi yang
lebih bersih, menghapus pihak-pihak yang terlibat dalam kasus (restrukturisasi organisasi).
Perusahaan juga harus membuktikannya dengan Trustworthiness demonstration dimana
perusahaan memberikan bukti baru bahwa aturan yang dibuat sekarang telah merubah
tindakan dan segala aktivitas perusahaan menjadi lebih baik seperti mempromosikan
praktik etis yang dapat dipercaya, implementasi GCG secara konsisten &
berkesinambungan, penyelesaian permasalahan secara tuntas permintaan maaf, membayar
kerugian yang ditimbulkan perusahaan.
Restrukturisasi Perusahaan NKE
Restrukturisasi perusahaan NKE sangat diperlukan dalam upaya untuk pemulihan
setelah adanya kasus pelanggaran hukum, selain itu menyelesaikan permasalahan akibat
pelanggaran hukum, kemudian menyusun ulang komponen-komponen yang ada pada
perusahaan agar kinerja dimasa yang akan datang menjadi lebih baik. NKE perlu
melakukan restrukturisasi diantaranya restrukturisasi portfolio/aset yang mana akibat
adanya pelanggaran hukum nilai saham NKE turun secara drastis maka restrukturisasi
portfolio sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kembali nilai saham NKE. Selain itu
melkukan penghitungan ulang aset-aset yang dimiliki oleh NKE setelah bertanggung jawab
mengganti rugi akibat pelanggaran hukum.
Selanjutnya restrukturisasi modal/keuangan NKE sangat diperlukan yang mana
tingkat kepercayaan investor, shareholders, kreditur, supplier semakin menurun, maka dari
itu restrukturisasi modal/keuangan sangat diperlukan. NKE harus menunjukkan bahwa
laporan keuangan NKE berada dalam posisi sehat. Likuiditaas, solvabilitas, dan rentabilitas
perusaahaan harus dipertimbangkan supaya secara finansial perusahaan dianggap baik oleh
investor, shareholders, kreditur, dan supplier. Dari segi permodalan perusahaan juga harus
mempertimbangkan dari mana modal itu didapatkan. Perusahaan harus mencari titik
optimal penggunaan utang, ekuitas saham, obligasi, tingkat suku bunga dan pajak.
Kemudian restrukturisasi manajemen/organisasi hal yang sangat penting dilakukan
dikarenakan apabila didalam perusahaan ada karyawan yang terlibat kasus pelanggaran
hukum maka akan diputuskan hubungan kerja. Perusahaan harus tegas mengganti
karyawan yang terlibat dari posisi tingkat atas hingga bawah sampai tidak ada lagi
karyawan yang terlibat, sehingga perusahaan benar-benar bersih. Kemudian untuk mengisi
kekosongan jabatan maka perusahaan harus melakukan rekrutmen karyawan yang mampu
memenuhi standar perusahaan, mempunyai integritas profesionalisme, pengalaman
bekerja, memahami etika yang ada, serta mengimplementasikan nilai-nilai perusahaan
dengan baik. Restrukturisasi NKE menjadi penting untuk memperbaiki & memaksimalisasi
kinerja perusahaan dimasa yang akan datang.
Corporate Values (Tata Nilai Perusahaan) NKE
Terjadinya pelanggaran kasus hukum pada NKE menunjukkan bahwa perusahaan
tidak memiliki tata nilai perusahaan yang baik dan perusahaan tidak mampu
mengimplementasikan tata nilai perusahaan secara baik, menyeluruh, dan tidak mampu
membagikan nilai perusahaan ke semua karyawan yang ada di perusahaan dengan benar.
Membuat corporate values yang baik adalah salah satu cara untuk membentuk SDM yang
berkualitas yang nantinya SDM tersebut diharapkan tidak lagi menjadi kontributor
terulangnya kembali kasus pelanggaran hukum. Oleh sebab itu NKE berusahaan membuat
tata nilai perusahaan yang baik supaya tidak terjadi kasus pelanggaran hukum. Ada empat
corporate values yang dikembangkan oleh perusahaan antara lain:
1. Permission to play values dilakukan pada tahap rekrutmen karyawan NKE harus
meningkatkan kualifikasi rekrutmen dengan memililih karyawan yang memiliki
perilaku nilai yang baik dan sesuai dengan standar nilai yang ditetapkan oleh NKE.
Diharapkan NKE mampu memperoleh karyawan yang berintegritas, profesional,
jujur, beretika, giat dalam bekerja, mematuhi aturan yang ada dan berorientasi pada
kualitas.
2. Aspirational values merupakan nilai-nilai yang diharapkan perusahaan. NKE harus
berusahaan apabila ada nilai-nilai yang dianggap baik hal itu tidak hanya dijadikan
Aspirational values, namun haruslah mampu di adopsi dengan baik supaya NKE
dapat mengimplementasikan nilai-nilai baru yang berdampak baik bagi
perusahaan.
3. Accidental values dilakukan secara tidak disengaja oleh karyawan & nilai-nilai
tersebut tidak ada dalam tata nilai yang dibuat secara resmi oleh perusahaan, maka
dari itu apabila nilai tersebut dianggap baik, bisa saling menyatukan, menjalin kerja
sama yang baik antara karyawan dan masih menjunjung tinggi tata nilai perusahaan
yang sudah ditetapkan maka perusahaan akan tetap mendukung accidental values
tersebut, seperti memberikan ucapan ulang tahun kepada rekan kerja, berbagi
makanan kepada rekan kerja, dan masih banyak lagi.
4. Core values merupaka budaya inti perusahaan yang mengarahkan tindakan
karyawan dimaksudkan untuk membentuk perilaku dan karakter kerja yang selaras
dengan strategi perusahaan.NKE harus meninjau ulang core values yang sudah ada
kemudian mencoba memperbaiki dan menyusun ulang core valuesperusahaan
dengan cara perusahaan mengumpulkan sampel masing-masing karyawan dari
setiap devisi dan jabatan kemudian saling bertukar pendapat dan ide nilai-nilai apa
saja yang sudah melekat dikaryawan dan nilai-nilai apa saja yang menjadi harapan
karyawan tentunya harus disesuaikan dengan harapan perusahaan supaya tidak lagi
terjadi pelanggaran hukum dan core values sesuai dengan visi, misi, tujuan, dan
strategi perusahaan, kemudian dari banyak nilai-nilai yang diusulkan dicoba untuk
diseleksi dan dikategorikan mana saja yang menjadi prioritas dan memiliki dampak
yang besar bagi perusahaan. Setelah itu akan terpilih core values perusahaan yang
baru yang sesuai dengan visi, misi, tujuan, strategi perusahaan yang baru supaya
tidak ada lagi pelanggaran hukum dan core values yang terbentuk dapat
diimplementasikan secara baik.
Tata nilai perusahaan ditatapkan pimpinan dan manajer tingkat atas perusahaan
melalui serangkaian proses dan kajian mendalam. Perusahaan butuh membagikan tata nilai
perusahaan yang sudah dibuat dan diperbaharui menjadi shared value yang mana semua
karyawan wajib saling mengingatkan dan membagikan tata nilai perusahaan terhadap
karyawan lain, dan tata nilai tersebut harus tercermin pada kinerja dan perilaku karyawan
serta pada saat memberikan pelayanan kepada konsumen. Tata nilai perusahaan yang telah
dibuat dengan tujuan membentuk karyawan yang berkualitas, mencegah terjadinya
pelanggaran hukum, karyawan yang saling bersinergi secara baik dengan atasan hingga
bawahan, dan mampu mengimplementasikan tata nilai perusahaan secara baik dan
meningkatkan total quality service secara baik.
Sarbanes Oxley Act (SOX)
Perusaah harus megimplementasika sesuai aturan Sarbanes Oxley Act (SOX) supaya
mencegah terulangnya kasus-kasus pelanggaran hukum yang terjadi di perusahaan. NKE
harus membuat aturan tersebut yang mengatur tentang akuntansi, pengungkapan dan
pembaharuan governance, yang mensyaratkan adanya pengungkapan yang lebih banyak
mengenai informasi keuangan, keterangan tentang hasil yang dicapai manajemen, kode etik
bagi pejabat di bidang keuangan, pembatasan kompensasi eksekutif, dan pembentukan
komite audit yang independen. Aturan yang dibuat juga harus mengatur hal-hal mengenai:
1. Membentuk komite audit yang independen, komite audit dibentuk dalam rangka
mengoptimalkan kinerja dewan komisaris.
2. Menetapkan beberapa tanggung jawab baru kepada dewan komisaris, komite audit
dan pihak manajemen supaya tidak terjadi lagi kasus pelanggaran hokum supayan
pihak internal dan eksternal bertindak secara independen.
3. Mendirikan the Public Company Accounting Oversight Board, sebuah dewan
yang independen dan bekerja fulltime bagi pelaku pasar modal, tujuannya untuk
mengakomodir para pelaku pasar modal supaya tetap mau berinvestasi
4. Penambahan tanggung jawab dan anggaran SEC secara signifikan.
5. Mendefinisikan jasa “non-audit” yang tidak boleh diberikan oleh KAP kepada
klien.
6. Memperbesar hukuman bagi terjadinya corporate fraud, hal ini juga bertujuan
memberikan efek jera bagi karyawan yang terlibat apabila terjadi kasus
pelanggaran hukum
7. Mensyaratkan adanya aturan mengenai cara menghadapi conflict of interest.
8. Menetapkan beberapa persyaratan pelaporan yang baru, tujuannya supaya laporan
yang ada bias semakin cepat dipublikasikan, semakin akurat dan terbuka, memuat
informasi secara lengkap laporan perusahaan, dan laporan atau siaran pers secara
cepat.
Aturan yang dibuat harus diimplementasikan secara konsisten supaya tidak terjadi
lagi kasus pelanggaran hukum selain itu juga menjadikan pelangkap Good Corporate
Governance.
Enterprise Risk Management (ERM) COSO Pada Perusahaan NKE
Enterprise Risk Management (ERM) The Committee of Sponsoring Organizations of the
Treadway Commission COSO adalah inisiatif bersama untuk memerangi penipuan
perusahaan artinya perusahaan tidak ingin lagi terjadi kasus pelanggaran hukum terulang
kembali. Hal ini harus menjadi komitmen NKE untuk meciptakan kondisi perusahaan yang
bersih tidak adanya praktik yang dilarang atau melanggar hukum. ERM COSO yang
ditetapkan memuat pengembangan kerangka kerja baru dan panduan komprehensif
mengenai manajemen risiko perusahaan, pengendalian internal dan pencegahan
kecurangan yang dirancang untuk meningkatkan kinerja dan tata kelola organisasi dan
untuk mengurangi tingkat kecurangan dalam organisasi. Dalam mengelola manajemen
resiko perusahaan berdasarkan panduan ESM COSO 2017 Volume 1 yang memberikan
gambaran kunci tata cara pengelolalaan yang baik secara lengkap antara lain:
1. Menyediakan struktur dokumen baru berisi tentang lima komponen atara lain:
pertama, informasi mengenai perusahaan dan budaya perusahaan; kedua,
informasi strategi dan tujuan perusahaan; ketiga, informasi kinerja perusahaan;
keempat, informasi review dan revisi perusahaan; kelima, informasi komunikasi
perusahaan dan laporan perusahaan.
2. Memperkenalkan 20 prinsip kunci perusahaan yang mencakup 5 komponen.
3. Menggabungkan grafik baru yang mengintegrasikan 5 komponen perusahaan
dengan misi,visi & core values, pengembangan strategi, formula tujuan bisnis,
implementasi & kinerja, peningkatan values.
4. Fokus pada integrasi, mengintegrasikan ERM dengan praktik bisnis, perbaikan
informasi yang baik untuk mendukung praktik bisnis dan manajemen resiko,
pengambilan keputusan dan mengarah pada peningkatan kinerja, serta membantu
perusahaan untuk identifikasi, antisipasi, dan mitigasi kemungkinan terjadinya
resiko.
5. Menekankan nilai, fokus pada nilai dan entitas nilai perusahaan, menciptakan,
melestarikan, menyadari tata nilai perusahaan, melekatkan tata nilai perusahaan
pada seluruh karyawan yang tercermin pada perilaku karyawan.
6. Terhubung kedalam Strategi perusahaan, supaya strategi dan tujuan bisnis
perusahaan selaras dengan misi, visi, tujuan dan nilai perusahaan, identifikasi
resiko setiap strategi yang dipilih.
7. Tautan ke kinerja, mengaktifkan pencapaian strategi dengan mengelola risiko dan
kinerja, fokus pada bagaimana risiko merupakan bagian integral dari kinerja,
menentukan target yang ingin dicapai serta batas minimal toleransi kinerja untuk
memastikan kinerja perusahaan masih berada pada zona yang relevan.
8. Mengetahui Pentingnya Budaya, fokus, pada pentingnya budaya dalam
manajemen risiko perusahaan, mempengaruhi semua aspek manajemen risiko
perusahaan, enggambarkan perilaku budaya dalam spektrum risiko bisnis,
mengeksplorasi kemungkinan dampak budaya pada pengambilan keputusan,
menyelaraskan budaya antara individu dan entitas perilaku organisasi.
9. Fokus pada Pengambilan Keputusan, mengeksplorasi bagaimana manajemen
risiko perusahaan mendorong pengambilan keputusan secara sadar risiko,
menyadari risiko dalam mengoptimalkan dan menyelaraskan keputusan yang
mempengaruhi kinerja.
10. Membangun hubungan dengan kontrol internal, mengintegrasikan kontrol internal
berjalan dengan baik dengan didukung pengawasan eksternal atau independen.
Kontrol eksternal dan internal kerangka kerja berbeda namun saling melengkapi,
keduanya menggunakan struktur komponen dan prinsip pengendalian resiko, aspek
pengendalian internal yang umum dilakukan supaya kasus pelanggaran perusahaan
tidak terulang, beberapa aspek pengendalian internal dikembangkan lebih jauh dan
lebih baik.
ERM COSO sangat perlu dilakukan oleh NKE supaya tidak terjadi lagi kasus
pelanggaran dan perusahaan mampu secara dini mendeteksi adanya resiko-resiko yang
tejadi pada perusahaan dan secara cepat mampu mengantisipasi serta memberikan laporan
secara lengkat dan akurat adanya resiko yang terjadi.
I. Kesimpulan
PT. Nusa Konstruksi Enjinering, Tbk. Mempunyai masalah besar setelah terjadinya
kasus pelanggaran hukum yang mengakibatkan penurunan pada nilai saham DGIK yang
nantinya bisa menghambat kegiatan konstruksi perusahaan, padahal prospek dan kondisi
industri konstruksi mengalami peningkatan kearah yang baik, sangat disayangkan apabila
NKE tidak mampu memanfaatkan peluang yang ada. Untuk bisa memanfaatkan peluang
yang dibutuhkan kajian analisis eksternal dan internal meliputi Analisis SWOT, asumsi
dasar, dan langkah strategis untuk menyelesaikan permasalahan setelah adanya kasus
hukum. Bagaimana caranya NKE mampu tumbuh dan berperan dalam proyek
pembangunan infrastrukstur yang ada di Indonesia.
NKE harus berkeyakinan mampu menutup ganti rugi atas kasus pembangunan RS.
Udayana sebagai wujud corporate responsibilities. Setelah melakukan tanggung jawab
terhadap kasus pelanggaran hukum langkah selanjutnya adalah melakukan implementasi
Good Corporate Governance (GCG), selanjutnya secara bertahap perusahaan membangun
Brand image & Company Reputation yang lebih baik dengan melakukan rebuilding trust
strategy, kemudian melakukan restrukturisasi perusahaan meliputi restrukturisasi aset
portfolio, restrukturisasi keuangan, dan rekstrukturisasi manajemen (organisasi) bertujuan
untuk memperbaiki dan memaksimalisasi kinerja perusahaan, menciptakan SDM yang
berkomitmen dengan tata nilai perusahaan (corporte values) yang berlaku diperusahaan
supaya tidak terjadi lagi kasus pelanggaran hukum dan mampu mengimplementasikan tata
nilai perusahaan secara baik dalam perilaku saat bekerja. Selanjutnya sebagai langkah
preventif supaya mampu mendeteksi dini sebelum adanya kasus pelanggaran hukum
perusahaan menerapkan Sarbanes Oxley Act (SOX) & Enterprise Risk Management
(ERM) COSO. Sarbanes Oxley Act (SOX) bertujuan untuk mencegah terulangnya kasus-
kasus pelanggaran yang terjadi di perusahaan dan mengatur tentang akuntansi,
pengungkapan dan pembaharuan governance; yang mensyaratkan adanya pengungkapan
yang lebih banyak mengenai informasi keuangan, keterangan tentang hasil yang dicapai
manajemen, kode etik bagi pejabat di bidang keuangan, pembatasan kompensasi eksekutif,
dan pembentukan komite audit yang independen. Sedangkan ERM COSO merupakan
inisiatif bersama untuk memerangi penipuan perusahaan. COSO memberikan pemikiran
melalui pengembangan kerangka kerja dan panduan komprehensif mengenai manajemen
risiko perusahaan, pengendalian internal dan pencegahan kecurangan yang dirancang untuk
meningkatkan kinerja dan tata kelola organisasi dan untuk mendeteksi dini kecurangan
dalam organisasi.
Hal inilah yang menjadi langkah strategis perusahaan untuk mampu berkembang dan
mampu memperoleh kepercayaan kembali dari para stakeholders, serta memberikan
peluang untuk mendapatkan proyek pembangunan infrastruktur di Indonesia.
Saran
Makalah ini tidak menganalisa secara detail analisis yang diberikan terkait
kurangnya data pendukung. Selain itu makalah ini hanya sebagai gambaran umum
bagaimana suatu perusahaan yang terlibat dalam kasus mampu kembali (recovery) yang
nantinya mampu tumbuh dan berperan dalam pembangunan proyek infrastruktur yang ada
di Indonesia, dan mampu menunjukkan tanggung jawab setelah adanya kasus pelanggaran
hukum, dan langkah strategi untuk mengelola perusahaan secara baik, dan terhindar dari
kasus pelanggaran. Saran untuk yang ingin mengkaji lebih dalam tentang permasalahan
yang sama sebaiknya memilih beberapa permasalahan yang menjadi fokus dan memilih
beberarapa teori yang relevan dengan dukungan data yang lebih detail baik secaraa primer
maupun sekunder.
DAFTAR PUSTAKA
BPS. 2016. Konstruksi Dalam Angka 2016. Jakarta: BPS
Bisnis.com. 2017. http://market.bisnis.com/read/20170814/7/680792/bei-cabut-
suspensi-nusa-konstruksi-enjiniring-dgik-harga-saham-sempat-melesat, diakses pada
tanggal 25 Oktober 2017
BPS. 2016. Konstruksi Dalam Angka 2016. Jakarta: BPS
Detik. 2017. https://news.detik.com/berita/d-3560376/pertama-kalinya-pt-dgi-
jadi-tersangka-korporasi-di-kpk, diakses pada tanggal 25 Oktober 2017
https://news.detik.com/berita/d-3571865/kpk-ungkap-daftar-pelanggaran-pt-dgi,
diakses pada tanggal 25 Oktober 2017
Detik. 2017 https://news.detik.com/berita/d-3561648/jadi-tersangka-korporasi-
oleh-kpk-ini-tanggapan-pt-nke, diakses pada tanggal 25 Oktober 2017
COSO. 2017. Enterprise Risk Management Framework: Integrating with Strategy
and Performance, June 2017, Vol I. United States: The Committee of Sponsoring
Organizations of the Treadway Commission (COSO)
Djohanputro, Bramantyo. 2004. Restrukturisasi Perusahaan Berbasis Nilai.
Jakarta. PPM.
Husaini. 2009. Komite Audit & Audit Internal: Integritas Pengawasan Korporasi.
Bandung: Upad Press
Kotler, Philip et al., 2010. Marketing 3.0: Mulai dari Produk ke Pelanggan ke
Human Spirit. Jakarta: Erlangga
Lencioni, Patrick. 2007. Make Your Values Mean Something. Havard Business
Review, Juli 2007
NKE. 2016. The Beginning of New Era – Annual Report 2016 Laporan Tahunan.
Nusa Konstruksi Enjiniring: Jakarta
Porter, ME. 2000. Local, Competition and Economic Development : Local Cluster
in a Global Economy. Jurnal Economic Development Quarterly, Vol 14 (1) : 15-34.
Harvard Business Review
Yahoo. 2017. https://finance.yahoo.com/quote/DGIK.JK/history/, diakses pada
tanggal 25 Oktober 2017

Anda mungkin juga menyukai