Bioteknologi Lingkungan PDF
Bioteknologi Lingkungan PDF
BIOREMEDIASI
Bioremediasi merupakan penggunaan mikroorganisme untuk mengurangi
polutan di lingkungan. Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang diproduksi oleh
mikroorganisme memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur kimia
polutan tersebut, sebuah peristiwa yang disebut biotransformasi. Pada banyak kasus,
biotransformasi berujung pada biodegradasi, dimana polutan beracun terdegradasi,
strukturnya menjadi tidak kompleks, dan akhirnya menjadi metabolit yang tidak
berbahaya dan tidak beracun. Sejak tahun 1900an, orang-orang sudah menggunakan
mikroorganisme untuk mengolah air pada saluran air. Saat ini, bioremediasi telah
berkembang pada perawatan limbah buangan yang berbahaya (senyawa-senyawa
kimia yang sulit untuk didegradasi), yang biasanya dihubungkan dengan kegiatan
industry (anonim,2010). Bioremediasi dapat melalui cara seperti berikut :
Biostimulasi : Nutrien dan oksigen, dalam bentuk cair atau gas, ditambahkan ke
dalam air atau tanah yang tercemar untuk memperkuat pertumbuhan dan aktivitas
bakteri remediasi yang telah ada di dalam air atau tanah tersebut.
Bioaugmentasi: Mikroorganisme yang dapat membantu membersihkan
kontaminan tertentu ditambahkan ke dalam air atau tanah yang tercemar. Cara ini
yang paling sering digunakan dalam menghilangkan kontaminasi di suatu tempat.
Namun ada beberapa hambatan yang ditemui ketika cara ini digunakan. Sangat
sulit untuk mengontrol kondisi situs yang tercemar agar mikroorganisme dapat
berkembang dengan optimal. Para ilmuwan belum sepenuhnya mengerti seluruh
mekanisme yang terkait dalam bioremediasi, dan mikroorganisme yang dilepaskan
ke lingkungan yang asing kemungkinan sulit untuk beradaptasi.
Bioremediasi Intrinsik :Bioremediasi jenis ini terjadi secara alami di dalam air atau
tanah yang tercemar (Yusuf,2008). Beberapa kriteriayang harus dipenuhi untuk
penggunaan tindakan bioremediasi adalah:
a. Organisme yang digunakan harus mempunyai aktivitas metabolisme yang dapat
mendegradasi kontaminan dengan kecepatan memadai sehingga dapat
membuat konsentrasi kontaminan padatingkat/ambang batas aturan yang ada.
b. Kontaminan yang dijadikan sasaran harus bioavailable(tersedia untuk proses
biologi)
c. Tempatdilakukan bioremediasi harus mempunyai kondisi yang kondusif untuk
pertumbuhan mikroba atau tanaman atau untuk aktivitas enzim
d.Biaya bioremediasi harus lebih murah dari biaya pengunaan teknologi lain yang
juga dapat mendetoksifikasi kontaminan (Budianto,2009)
SKRINING TOKISITAS
1. Pengertian Toksikologi
Toksikologi adalah ilmu yang menetapkan batas aman dari bahan kimia
(Casarett and Doulls, 1995). Selain itu toksikologi juga mempelajari
jejas/kerusakan/cedera pada organisme (hewan, tumbuhan, manusia) yang
diakibatkan oleh suatu materi substansi/energi, mempelajari racun, tidak saja efeknya,
tetapi juga mekanisme terjadinya efek tersebut pada organisme dan mempelajari kerja
kimia yang merugikan terhadap organisme. Banyak sekali peran toksikologi dalam
kehidupan sehari-hari tetapi bila dikaitkan dengan lingkungan dikenal istilah
toksikologi lingkungan dan ekotoksikologi.
Dua kata toksikologi lingkungan dengan ekotoksikologi yang hampir sama maknanya
ini sering sekali menjadi perdebatan.
Toksikologi lingkungan adalah ilmu yang mempelajari racun kimia dan fisik
yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan menimbulkan pencemaran lingkungan
(Cassaret, 2000) dan Ekotoksikologi adalah ilmu yang mempelajari racun kimia dan
fisik pada mahluk hidup, khususnya populasi dan komunitas termasuk ekosistem,
termasuk jalan masuknya agen dan interaksi dengan lingkungan (Butler, 1978).
Dengan demikian ekotoksikologi merupakan bagian dari toksikologi lingkungan.
Kebutuhan akan toksikologi lingkungan meningkat ditinjau dari :
Proses Modernisasi yang akan menaikan konsumsi sehingga produksi juga
harus meningkat, dengan demikian industrialisasi dan penggunaan energi
akan meningkat yang tentunya akan meningkatkan resiko toksikologis.
Proses industrialisasi akan memanfaatkan bahan baku kimia, fisika, biologi
yang akan menghasilkan buangan dalam bentuk gas, cair, dan padat yang
meningkat. Buangan ini tentunya akan menimbulkan perubahan kualitas
lingkungan yang mengakibatkan resiko pencemaran, sehingga resiko
toksikologi juga akan meningkat.
Bila zat toksik ini masuk ke dalam tubuh, dan menimbulkan efek, maka hal
ini yang dikatakan sebagai keracunan atau dengan kata lain adalah keadaan tidak
normal akibat efek racun karena kecelakaan, bunuh diri, tindak kriminal, jabatan.
Efek keracunan yang terjadi dapat bersifat akut, sub-akut, khronis, delayed. Hal ini
ditentukan oleh waktu, lokasi organ (lokal/sistemik). Kemampuan racun untuk
menimbulkan kerusakan apabila masuk kedalam tubuh dan lokasi organ yang rentan
disebut toksisitas.
Toksisitas dapat ditentukan dari beberapa faktor yaitu :
Spesies (jenis mahluk hidup: hewan, manusia, tumbuhan)
Portal of entry , cara masuknya zat racun tersebut: kulit, pernafasan dan
mulut.
Bentuk/ sifat kimia – fisik dll.
Di dalam lingkungan dikenal zat xenobiotik yaitu zat yang asing bagi tubuh,
dapat diperoleh dari luar tubuh (eksogen) maupun dari dalam tubuh (endogen).
Xenobiotik yang dari luar tubuh dapat dihasilkan dari suatu kegiatan atau aktivitas
manusia dan masuk ke dalam lingkungan. Bila organisme terpajan oleh zat xenobiotik
maka zat ini akan masuk ke dalam organisme dan dapat menimbulkan efek biologis.
Zat toksik atau racun dapat diklasifikasikan atas dasar : sumber, jenis, wujud,
sifat kimia/ fisik, terbentuk dan efek kesehatan.
Sumber :
a. Alamiah
b. Buatan
c. Domestik, industrial, komersial
Atas Dasar Jenis :
a. Wujud : padat, gas, cair
b. Sifat kimia/fisik : korosif, radioaktif, evaporatif, explosif, reaktif
c. Terbentuknya : primer, sekunder, tersier
d. Efek kesehatan :
• Fibrosis : Pertumbuhan jaringan ikat dalam jumlah yang berlebihan (
silikosis, cobaltosis, baritosis, asbestosis, bagasosis dll)
• Granuloma : Benjolan akibat proses peradangan menahun (berilicosis)
• Demam : Meningkatnya temperatur tubuh (Mn,Zn,Sn, As, Cd)
• Asphyxia : keadaan dimana darah & jaringan keurangan O2
• Alergi : Reaksi berlebih terhadap materi tertentu (debu organik &
anorganik)
• Kanker : Pertumbuhan sel yang tidak terkendali ( benzidin& garam-garam,
Cr)
• Mutasi : Perubahan susunan & jumlah gen (radioaktif)
• Teratogen: Cacat (redioaktif, helium)
• Sistemik : Racun yang menyerang hambpir ke seluruh organ tubuh
(Pb,Hg,Cd,F,Va,Ti,Tel)
• Ekonomik : racun yang dibuat dan diperlukan untuk pembangunan (
pestisida, insektisida)
e. Hidup/ biotis dan tidak hidup/ abiotis
f. Kerusakan organ
Sampah merupakan sisa dari aktivitas manusia yang kian hari masalahnya
makin kompleks. Dapat diamati di berbagai sudut kota terdapat onggokan sampah
yang tidak terangkut dan menimbulkan masalah bagi lingkungan. Persoalan yang
muncul umumnya berasal dari adanya pembuangan sampah yang dilakukan secara
sembarangan yang berdampak pada kurangnya estetika lingkungan bahkan pada
kasus tertentu dapat menimbulkan dampak yang lebih luas seperti banjir dan
munculnya bibit penyakit. Persoalan ini sebenarnya muncul karena terbatasnya
kapasitas pelayanan yang dimiliki pemerintah daerah atau pemerintah kota setempat
dalam hal pengelolaan sampah, sementara laju produksi sampah terus meningkat
secara eksponensial (Adam, 1998).
Untuk mengatasi permasalahan yang timbul, ada banyak hal yang dapat kita
lakukan untuk meminimalisir dampak negatif tersebut, diantaranya adalah melakukan
konversi bagi limbah-limbah tersebut sehingga menjadi suatu produk yang
bermanfaat dan bernilai jual tinggi serta ramah lingkungan. Salah satu contohnya
adalah untuk sampah organik dapat diolah menjadi briket bioarang dan kompos,
sementara sampah anorganik seperti kertas dapat dikonversi menjadi kertas daur
ulang yang dapat di kreasikan kedalam bentuk kerajinan tangan.
Pada dasarnya briket bioarang adalah salah satu inovasi energi alternatif
sebagai pengganti arang konvensional yang berasal dari kayu. Pada dasarnya briket
bioarang adalah salah satu inovasi energi alternatif sebagai pengganti arang
konvensional yang berasal dari kayu.. Keuntungan yang diperoleh dari briket
bioarang ini antara lain adalah :
1. Dapat menghasilkan panas pembakaran yang tinggi
2. Asap yang dihasilkan lebih sedikit daripada arang konvensional, sehingga
meminimalisir pencemaran udara
3. Bentuknya lebih seragam dan menarik, karena dicetak dengan menggunakan alat
cetak sederhana
4. Pembuatan bahan baku tidak menimbulkan masalah dan dapat mengurangi
pencemaran lingkungan
5. Pada kondisi tertentu dapat menggantikan fungsi minyak tanah dan kayu bakar
sebagai sumber energi bahan bakar untuk keperluan rumah tangga
6. Lebih murah bila dibandingkan dengan minyak tanah atau arang kayu.
7. Masa bakar jauh lebih lama daripada arang biasa
Selain briket bioarang, sampah organik juga dapat dikonversi menjadi
kompos. Dalam hal ini bahan yang digunakan adalah daun dan sampah organik lain.
Banyak metode yang dapat diterapkan dalam pembuatan kompos ini. Beberapa yang
dapat dijadikan referensi adalah biosun, keranjang takakura dan sebagainya. Koversi
kompos ini sangat bermanfaat . dari sini kita dapat memanfaatkan kembali berbagai
macam limbah yang semula dianggap tidak berguna menjadi suatu produk yang dapat
dimanfaatkan kembali berupa pupuk sehingga sampah organik yang ada tidak
mencemari dan merusak lingkungan.
Sementara itu, sampah-sampah kertas yang dikonversi menjadi kertas daur
ulang dan dikreasikan dalam berbagai jenis kerajinan tangan dapat memberikan nilai
ekonomis yang tinggi. Hasil dari kerajinan ini dapat dijual dengan harga tinggi dan
memberikan nilai tambah dan keindahaan estetika. Dengan kata lain kita telah
mengubah hal yang tidak berguna menjadi hal yang sangat bernilai. Selain itu
manfaat dalam mendaur ulang kertas ini antara lain:
1. Memanfaatkan sampah kertas, kardus, bungkus sabun, bungkus pasta gigi menjadi
produk yang lebih berguna dan bernilai jual tinggi.
2. Mengurangi penumpukan bahan-bahan yang tidak digunakan dan mengurangi
pencemaran.
Biogas di Indonesia
Beberapa tahun terakhir ini energi merupakan persoalan yang krusial didunia.
Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi
penduduk dan menipisnya sumber cadangan minyak dunia serta permasalahan emisi
dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap negara untuk segera
memproduksi dan menggunakan energi terbaru. Selain itu, peningkatan harga minyak
dunia hingga mencapai 100 U$ per barel juga menjadi alasan yang serius yang
menimpa banyak negara di dunia terutama Indonesia.
Lonjakan harga minyak dunia akan memberikan dampak yang besar bagi
pembangunan bangsa Indonesia. Konsumsi BBM yang mencapai 1,3 juta/barel tidak
seimbang dengan produksinya yang nilainya sekitar 1 juta/barel sehingga terdapat
defisit yang harus dipenuhi melalui impor. Menurut data ESDM (2006) cadangan
minyak Indonesia hanya tersisa sekitar 9 milliar barel. Apabila terus dikonsumsi
tanpa ditemukannya cadangan minyak baru, diperkirakan cadangan minyak ini akan
habis dalam dua dekade mendatang.
Untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak pemerintah
telah menerbitkan Peraturan presiden republik Indonesia nomor 5 tahun 2006 tentang
kebijakan energi nasional untuk mengembangkan sumber energi alternatif sebagai
pengganti bahan bakar minyak. Kebijakan tersebut menekankan pada sumber daya
yang dapat diperbaharui sebagai altenatif pengganti bahan bakar minyak.
Salah satu sumber energi alternatif adalah biogas. Gas ini berasal dari
berbagai macam limbah organik seperti sampah biomassa, kotoran manusia, kotoran
hewan dapat dimanfaatkan menjadi energi melalui proses anaerobik digestion. Proses
ini merupakan peluang besar untuk menghasilkan energi alternatif sehingga akan
mengurangi dampak penggunaan bahan bakar fosil.
Biogas merupakan sebuah proses produksi gas bio dari material organik
dengan bantuan bakteri. Proses degradasi material organik ini tanpa melibatkan
oksigen disebut anaerobik digestion Gas yang dihasilkan sebagian besar (lebih 50 % )
berupa metana. material organik yang terkumpul pada digester (reaktor) akan
diuraiakan menjadi dua tahap dengan bantuan dua jenis bakteri. Tahap pertama
material orgranik akan didegradasi menjadi asam asam lemah dengan bantuan bakteri
pembentuk asam. Bakteri ini akan menguraikan sampah pada tingkat hidrolisis dan
asidifikasi. Hidrolisis yaitu penguraian senyawa kompleks atau senyawa rantai
panjang seperti lemak, protein, karbohidrat menjadi senyawa yang sederhana.
Sedangkan asifidifikasi yaitu pembentukan asam dari senyawa sederhana.
Setelah material organik berubah menjadi asam-asam, maka tahap kedua dari
proses anaerobik digestion adalah pembentukan gas metana dengan bantuan bakteri
pembentuk metana seperti methanococus, methanosarcina, methano bacterium.
Perkembangan proses Anaerobik digestion telah berhasil pada banyak
aplikasi. Proses ini memiliki kemampuan untuk mengolah sampah/limbah yang
keberadaanya melimpah dan tidak bermanfaat menjadi produk yang lebih bernilai.
Aplikasi anaerobik digestion telah berhasil pada pengolahan limbah industri, limbah
pertanian limbah peternakan dan municipal solid waste (MSW).
Sejarah penemuan proses anaerobik digestion untuk menghasilkan biogas
tersebar di benua Eropa. Penemuan ilmuwan Volta terhadap gas yang dikeluarkan di
rawa-rawa terjadi pada tahun 1770, beberapa dekade kemudian, Avogadro
mengidentifikasikan tentang gas metana. Setelah tahun 1875 dipastikan bahwa biogas
merupakan produk dari proses anaerobik digestion. Tahun 1884 Pasteour melakukan
penelitian tentang biogas menggunakan kotoran hewan. Era penelitian Pasteour
menjadi landasan untuk penelitian biogas hingga saat ini.
Biogas sebagian besar mengandung gas metana (CH4) dan karbon dioksida
(CO2), dan beberapa kandungan yang jumlahnya kecil diantaranya hydrogen sulfida
(H2S) dan ammonia (NH3) serta hydrogen dan (H2), nitrogen yang kandungannya
sangat kecil.
Energi yang terkandung dalam biogas tergantung dari konsentrasi metana
(CH4). Semakin tinggi kandungan metana maka semakin besar kandungan energi
(nilai kalor) pada biogas, dan sebaliknya semakin kecil kandungan metana semakin
kecil nilai kalor.
Kualitas biogas dapat ditingkatkan dengan memperlakukan beberapa
parameter yaitu : Menghilangkan hidrogen sulphur, kandungan air dan karbon
dioksida (CO2). Hidrogen sulphur mengandung racun dan zat yang menyebabkan
korosi, bila biogas mengandung senyawa ini maka akan menyebabkan gas yang
berbahaya sehingga konsentrasi yang di ijinkan maksimal 5 ppm. Bila gas dibakar
maka hidrogen sulphur akan lebih berbahaya karena akan membentuk senyawa baru
bersama-sama oksigen, yaitu sulphur dioksida /sulphur trioksida (SO2/SO3). senyawa
ini lebih beracun. Pada saat yang sama akan membentuk Sulphur acid (H2SO3) suatu
senyawa yang lebih korosif. Parameter yang kedua adalah menghilangkan kandungan
karbon dioksida yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas, sehingga gas
dapat digunakan untuk bahan bakar kendaraan. Kandungan air dalam biogas akan
menurunkan titik penyalaan biogas serta dapat menimbukan korosif. berikut adalah
skema singkat pembuatan biogas dari kotoran sapi ataupun manusia.
Konversi limbah melalui proses anaerobik digestion dengan menghasilkan biogas
memiliki beberapa keuntungan, yaitu :
Biogas merupakan energi tanpa menggunakan material yang masih memiliki
manfaat termasuk biomassa sehingga biogas tidak merusak keseimbangan
karbondioksida yang diakibatkan oleh penggundulan hutan (deforestation)
dan perusakan tanah.
Energi biogas dapat berfungsi sebagai energi pengganti bahan bakar fosil
sehingga akan menurunkan gas rumah kaca di atmosfer dan emisi lainnya.
Metana merupakan salah satu gas rumah kaca yang keberadaannya
duatmosfer akan meningkatkan temperatur, dengan menggunakan biogas
sebagai bahan bakar maka akan mengurangi gas metana di udara.
Limbah berupa sampah kotoran hewan dan manusia merupakan material yang
tidak bermanfaaat, bahkan bisa menngakibatkan racun yang sangat berbahaya.
Aplikasi anaerobik digestion akan meminimalkan efek tersebut dan
meningkatkan nilai manfaat dari limbah.
Selain keuntungan energy yang didapat dari proses anaerobik digestion
dengan menghasilkan gas bio, produk samping seperti sludge. Meterial ini
diperoleh dari sisa proses anaerobik digestion yang berupa padat dan cair.
Masing-masing dapat digunakan sebagai pupuk berupa pupuk cair dan pupuk
padat.
Limbah mengandung
Substrat (molase)
selulosa / tepung
Ethanol (alkohol)
Widodo, Teguh Wikan, A. Asari, Ana N.dan Elita, R. 2009. Bio Energi Berbasis
Jagung dan Pemanfaatan Limbahnya (online) ( http://www.rudyct.com/PPS702-
ipb/02201/wm_nalley.htm. Diakses tanggal 25 Maret 2010)
Xuemei Liu, Kieran J. Germaine, David Ryan and David N. Dowling. 2010. Whole-
Cell Fluorescent Biosensors for Bioavailability and Biodegradation of
Polychlorinated Biphenyl. (online) (http://www.biotek.lipi.go.id/diakses 25 maret
2010).