1 Latar Belakang
Demam berdarah adalah penyakit yang cukup tinggi terjadi diIndonesia. Penyakit ini
tergolong penyakit akut yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus
betina. Demam berdarah juga bukanlah penyakit baru karena penyakit ini terjadi hampir
setiap tahun seiring dengan perubahan musim,yaitu dari musim penghujan ke musim
kemarau.
Banyak hal yang memicu penyebaran demam berdarah seperti kurang menjaga
kebersihan lingkungan ataupun tidak adanya kerja sama dari berbagai pihak untuk menjaga
kebersihan lingkungan sehingga mengakibatkan meningkatnya perkembangbiakan nyamuk
demam berdarah.
Pencegahannya pun sebenarnya sederhana dan tidak nme merlukan teknologi tinggi
seperti pada kasus SARS yang untuk memastikannya perlu pemeriksaan laboratorium di
Atlanta. Meskipun demikian, untuk memberantas demam berdarah diperlukan langkah yang
jelas dengan menumbuhkan perubahan sikap dan kesadaran semua pihak, terutama
masyarakat dalam menjaga kebersihan di lingkungannya. Bagaimanapun demam berdarah
dapat diderita oleh setiap orang baik itu orang dewasa, anak-anak, ataupun bayi. Tak jarang
penyakit ini juga termasuk kategori mematikan apabila tidak ditangani baik melalui tindakan
medis maupun herbal.(Lestari,2015)
Demam berdarah dengue istilah kedokterannya adalah dengue hemorrhagic fever (DHF)-
merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue tipe 1-4, Virus ini lebih
dominan ditularkan melalui gigitan nyamuk betina. Menurut banyak penelitian, keempat tipe
virus dengue ini dapat ditemukan di negeri tercinta kita ini, namun yang dihubungkan dengan
gejala DHF terparah adalah tipe 3. (Lestari,2015)
Demam berdarah termasuk salah satu penyakit yang meresahkan masyarakat. Meskipun
seseorang sudah yakin dengan kekebalan yang dimiliki oleh tubuhnya terhadap suatu
serangan virus, kekebalan (imunitas) terhadap satu jenis virus tidak berlaku untuk infeksi
jenis virus lainnya, bahkan dapat menimbulkan reaksi yang kurang menguntungkan bagi
tubuh. (Lestari,2015)
Demam berdarah adalah penyakit tropis yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa
oleh nyamuk. Virus ini dapat menyebabkan demam, sakit kepala, ruam, dan nyeri di seluruh
tubuh. Sebagian besar kasus demam berdarah yang ringan sembuh dengan sendirinya setelah
sekitar satu minggu. (oktami, 2017)
Dengue Haemoragic Fever adalah penyakit yang menyerang anak dan orang dewasa yang
disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam akut, perdarahan, nyeri otot dan
sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus (Artropod Born Virus ) yang akut ditularkan
oleh nyamuk Aedes Aegypti atau oleh Aedes Aebopictus. (Lestari,2016)
2.2 Etiologi
Demam berdarah disebabkan oleh virus dengue yang utamanya ditransmisikan melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti. Setelah penularan melalui gigitan nyamuk, virus dengue akan
terinkubasi selama 3-15 hari. Dengue ini kemudian menyebabkan sakit mirip flu dan nyeri,
demam tinggi, kehilangan nafsu makan, sakit kepala, dan ruam. Jadi, jelaslah sudah menjadi
rahasia umum bahwa Aedes aegypti adalah penyebab demam berdarah yang utama. Oleh
karena itu, membunuh atau setidaknya menghindari faktor utama (Lestari,2015)
Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue adalah virus Dengue. Di Indonesia, virus
tersebut sampai saat ini telah diisolasimenjadi 4 serotipe virus Dengue yang termasuk dalam
grup B arthropediborne viruses (arboviruses), yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.
Virus Dengue dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypti masuk ke tubuh manusia melalui gigitan
nyamuk tersebut.
Pada fase ini penderita mengalami demam yang tinggi selama tiga hari.Kemudian demam
tersebut masih berlanjut. Ada yang dua hari atau bahkan ada yang lebih dari itu.
Pada kondisi ini kita harus benar-benar waspada karena kebanyakan orang terkecoh oleh
kondisi penderita yang sepertinya sudah sembuh dan tidak mengalami demam seperti
hari-hari sebelumnya. Padahal, kondisi ini merupakan keadaan kritis bagi tubuh penderita
dan bisa menyebabkan kematian.
3. Fase penyembuhan
Jika penderita berhasil melewati fase kedua sebelumnya, maka fase selanjutnya adalah
fase penyembuhan di mana kondisi penderita mulai berangsur-angsur membaik.
Reaksi tubuh terhadap demam berdarah sangat berbeda-beda tergantung kondisi tubuh dan usia
pasien. Reaksi tubuh tersebut meliputi demam berdarah (klasik), demam (hemoragik), dan
sindrom syok dengue. berdarah dengue.
1. Demam berdarah(klasik)
d. Syok.
lika terdapat minimal 2 tanda klinis dan laboratoris, maka orang yang mengalaminya didiagnosis
menderita DBD. Berdasarkan hal tersebut, DBD dibagi atas beberapa deraiat sesuai dengan
reaksi tubuh si penderita:
DBD derajat I. Ditandai dengan manifestasi pendarahan yang tampak dan uji tourniquet positf
DBD derajat II. Tubuh menunjukkan reaksi seperti mimisan dan bintik-bintik merah.
DBD derajat III disebut juga fase reaksi pre-syok. Terdapat reaksi tubuh seperti yang ditunjukkan
pada DBD derajat II namun penderita mulai mengalami syok, kesadaran menurun, tangan dan
kaki dingin, nadi teraba cepat dan lemah, namun tekanan nadi masih terukur
DBD derajat IV, disebut juga fase syok (atau dengue syok syndrome/DSS). Reaksi tubuh yang
ditunjukkan seperti penderita mengalami syok dalam dengan kesadaran sangat menurun hingga
koma, tangan dan kaki dingin serta pucat.Nadi sangat lemah sampai tidak teraba dan tekanan
nadi tidak dapat terukur. Pada tahap ini bila tidak ditangani dengan cepat dan tepat, penderita
dapat mengalami kematian.(Lestari,2015)
2.3 Patofisiologi
Virus Dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypti masuk ke tubuh manusia, infeksi
yang pertama kali dapat meberikan gejala sebagai demam dengue. Apabila orang itu dapat
infeksi berulang oleh infeksi virus Dengue yang berlainan maka akan menimbulkan reaksi
yang berbeda, terutama konsistensi Retikoloindotel dan kulit secara Hemogen, tubuh akan
membentuk kompleks virus antibodi dalam sirkulasi darah sehingga akan mengaktivasi sitem
komplemen yang berakibat dilepaskannya Anapilaktoksin sehingga permeabilitas dinding
pembuluh darah meningkat. Dimana juga terjadi agregasi trombosit. Trombosit melepaskan
vaso aktif yang bersifat meningkatkan permeabilitas kapiler dan melepaskan trombosit faktor
hagemen ( faktor XII ). Akan menyebabkan pembekuan intraveskuler dan meningkatkan
permebilitas dinding pembuluh darah. (Lestari, 2016)
Demam berdarah dengue (DBD) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue, anggota dari genus Flavivirus dalam famili Flaviviridae. Terdapat tiga faktor yang
memegang peranan pada penularan infeksi virus ini, yaitu manusia, virus, dan factor
perantara. Virus dengue ditularkan pada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti
(jenis nyamuk Aedes lainnya juga dapat menularkan virus ini, namun merupakan vektor yang
kurang berperan). Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung virus dengue pada saat
mengigit manusia yang sedang mengalami viremia. Selanjutnya, virus berkembang biak
dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat ditularkan kembali
kepada manusia pada saat gigitan berikutnya.
Setelah seseorang digigit nyamuk ini, virus dengue yang telah masuk ke tubuh penderita
akan menimbulkan viremia. Hal tersebut kemudian menyebabkan pengaktifan komplemen
sehingga ter. jadi kompleks imun antibodi-virus dan pelepasan zat C3a, C5a bradikinin,
serotinin, trombin, dan histamin yang akan merangsane PGE2 di hipotalamus. Akibatnya,
terjadi termoregulasi yang tidak stabil, yaitu hipertermia yang akan meningkatkan reabsorpsi
Na dan air sehingga terjadi hipovolemia (hipovolemia juga dapat disebabkan oleh
peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah yang menyebabkan kebocoran plasma).
Adanya kompleks imun antibodi-virus juga menimbulkan agregasi trombosit sehingga terjadi
gangguan fungsi trombosit seperti trombositopenia dan koagulopati. Ketiga hal itulah yang
menyebabkan perdarahan berlebihan, yang jika berkelanjutan akan terjadi syok. Jika syok
tidak teratasi, maka akan terjadi hipoksia jaringan dan pada akhirnya terjadi asidosis
metabolik. Virus hanya dapat hidup di dalam sel yang hidup sehingga harus bersaing dengan
sel manusia, terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada
daya tahan tubuh manusia. Sebagai reaksi hal tersebut, sering timbul infeksi yang akan
menyebabkan: Aktivasi sistem komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilaktosin yang
menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler sehingga terjadi perembesan plasma dari
ruang intravaskuler ke ekstravaskuler. (Lestari,2015)
2. Manifestasi perdarahan: Uji Turniquet positif atau Ruple Leed positif, perdarahan gusi,
Ptechiase, epistaksis, hematemesis atau malena.
5. Kenaikan nilai hemokonsentrasi yaitu sedikitnya 205 dan penurunan nila trombosit
( trombitopenia 100.00 mm atau kurang ).
6. Pada foto rontgen: pulmonary vaskuler congestion dan plural effusion pada paru kanan.
(Oktami,2017)
7. Terkadang disertai batuk dan pilek, tidak nafsu makan, mual dan muntah serta gatal pada
telapak kaki
8. Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan
berkurang dan nafsu makan menurun.
2) Eliminasi alvi (buang air besar). kadang-kadang anak mengalami diare/
konstipasi. sementara DHF pada grade III-IV bisa terjadi melena.
3) Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering kencing,
sedikit/banyak, sakit/tidak. pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.
4) Tidur dan istirahat. anak sering mengalami kurang tidur karena
mengalami sakit/ nyeri otot dan persediaan sehingga kuantitas dan
kualitas tidur maupun istirahatnya kurang
5) Kebersihan. upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cdemderung kurag terutama u tuk membersihkan tempat
sarang nyamuk aedes aegypti.
6) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta uoaya untuk
menjaga kesehatan.
9. Pemerikasaan fisik
Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi dari ujung rambut sampai
ujung kaki. berdasarkan tingkatan (grade) DHF, keadaan fisik anak adalah
sebagai berikut:
1) Grade I: kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital
dan nadi lemah
2) Grade II: kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, ada perdarahan
spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga serta nadi lemah, kecil, dan
tidak teratur.
3) Grade III: kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah,
kecil, dan tidak teratur, serta tensi menurun
4) Grade IV: kesadaran koma, tanda-tanda vital: nadi tidak teraba, tensi tidak
terukur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat dan kulot
tampak biru.
10. Sistem integument
1) Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat
dingin, dan lembab.
2) Kuku sianosis/tidak
3) Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy), mata
anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade
II,III,IV. pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi
perdarahan gusi, dan nyeri telan. sementara tenggorokan mengalami
hyperemia pharing dan terjadi perdarahan telinga (pada grade II,III,IV).
4) Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. pada foto thorax terdapat
adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura), rales
+, ronchi + yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
5) Abdomen. mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali), dana
sites.
6) Ekstremitas. akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta
tulang.
11. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai:
1) Hb dan PCV meningkat (>20%)
2) Trambositopenia (<100.000 ml)
3) Leukopenia (mungkin normal atau lekositosis)
4) Ig.D.dengue positif
5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan: hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hyponatremia
6) Urium dan Ph darah mungkin meningkat
7) Asidosis metabolic: Pco2<35-40 mmHg dan HCO3 rendah
8) SGOT/SGPT mungkin meningkat
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
2. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
dinding plasma.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah,
anoreksia.
Implementasi Keperawatan
Pengelolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada
tahap perencanaan. Implementasi merupakan tahap proses keperawatan dimana perawat
memberikan intervensi keperawatan langsung dan tidak langsung terhadap klien.
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan proses keperawatan yang memungkinkan perawat untuk
menentukan intervensi keperawatan telah berhasil memungkinkan kondisi klien. Evaluasi
merupakan langkah terakhir dalam proses keperawtan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.