Anda di halaman 1dari 15

1.

1 Latar Belakang

Demam berdarah adalah penyakit yang cukup tinggi terjadi diIndonesia. Penyakit ini
tergolong penyakit akut yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus
betina. Demam berdarah juga bukanlah penyakit baru karena penyakit ini terjadi hampir
setiap tahun seiring dengan perubahan musim,yaitu dari musim penghujan ke musim
kemarau.

Pada tahun 2011, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melaporkan jumlah


penderita demam berdarah semakin meningkat dengan tingkat penyebaran yang meluas
Tercatat pada tahun 2011, sampai Agustus terdapat 24.362 kasus dengan 196 kematian (CFR:
0,80%) menyebutkan bahwa demam berdarah tidak hanya menyerang anak-anak, namun juga
menyerang golongan yang tua. Provinsi Bali jumlah penderita demam berdarah melebihi
target nasional yaitu 55 per 100.000 penduduk Tentu hal tersebut menjadi masalah yang
serius. Angka kematian karena DBD di provinsi lain juga masih tinggi yakni di atas 1% dari
target nasional, seperti di provinsi Lampung, NTT, Jambi, Bengkulu, Riau, Gorontalo, dan
Sulawesi Utara

Banyak hal yang memicu penyebaran demam berdarah seperti kurang menjaga
kebersihan lingkungan ataupun tidak adanya kerja sama dari berbagai pihak untuk menjaga
kebersihan lingkungan sehingga mengakibatkan meningkatnya perkembangbiakan nyamuk
demam berdarah.

Pencegahannya pun sebenarnya sederhana dan tidak nme merlukan teknologi tinggi
seperti pada kasus SARS yang untuk memastikannya perlu pemeriksaan laboratorium di
Atlanta. Meskipun demikian, untuk memberantas demam berdarah diperlukan langkah yang
jelas dengan menumbuhkan perubahan sikap dan kesadaran semua pihak, terutama
masyarakat dalam menjaga kebersihan di lingkungannya. Bagaimanapun demam berdarah
dapat diderita oleh setiap orang baik itu orang dewasa, anak-anak, ataupun bayi. Tak jarang
penyakit ini juga termasuk kategori mematikan apabila tidak ditangani baik melalui tindakan
medis maupun herbal.(Lestari,2015)

1.1 Rumusan Masalah


1. Apa Definisi Dengue Hemorrhagic Fever?
2. Apa Etiologi Dengue Hemorrhagic Fever?
3. Bagaimana Patofisiologi Dengue Hemorrhagic Fever?
4. Bagaimana WOC Dengue Hemorrhagic Fever?
5. Apa Manifestasi Klinis Dengue Hemorrhagic Fever?
6. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang Dengue Hemorrhagic Fever?
7. Bagaimana Penatalaksanaan Dengue Hemorrhagic Fever?
8. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Dengue Hemorrhagic Fever?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Dengue Hemorrhagic Fever
2. Tujuan Khusus
a. Memahami Definisi Dengue Hemorrhagic Fever
b. Mengetahui Etiologi Dengue Hemorrhagic Fever
c. Mengetahui Patofisiologi Dengue Hemorrhagic Fever
d. Mengetahui WOC pada Dengue Hemorrhagic Fever
e. Mengetahui Manifestasi Klinis Dengue Hemorrhagic Fever
f. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Dengue Hemorrhagic Fever
g. Mengetahui dan Memahami Penatalaksanaan Dengue Hemorrhagic Fever
h. Mengetahui Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Dengue Hemorrhagic Fever
1.4 Manfaat
1. Bagi penulis
Memperoleh pengetahuan dan wawasan mengenai Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Dengue Hemorrhagic Fever serta meningkatkan keterampilan
2. Bagi pembaca
Memperoleh pengetahuan dan wawasan mengenai Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Dengue Hemorrhagic Fever
3. Bagi FKK
Bahan pembelajaran bagi perawat dalam meningkatkan pengetahuan serta pelayanan
keperawatan mengenai materi asuhan keperawatan Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Dengue Hemorrhagic Fever

2.1 Definisi Demam Berdarah

Demam berdarah dengue istilah kedokterannya adalah dengue hemorrhagic fever (DHF)-
merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue tipe 1-4, Virus ini lebih
dominan ditularkan melalui gigitan nyamuk betina. Menurut banyak penelitian, keempat tipe
virus dengue ini dapat ditemukan di negeri tercinta kita ini, namun yang dihubungkan dengan
gejala DHF terparah adalah tipe 3. (Lestari,2015)
Demam berdarah termasuk salah satu penyakit yang meresahkan masyarakat. Meskipun
seseorang sudah yakin dengan kekebalan yang dimiliki oleh tubuhnya terhadap suatu
serangan virus, kekebalan (imunitas) terhadap satu jenis virus tidak berlaku untuk infeksi
jenis virus lainnya, bahkan dapat menimbulkan reaksi yang kurang menguntungkan bagi
tubuh. (Lestari,2015)

Demam berdarah adalah penyakit tropis yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa
oleh nyamuk. Virus ini dapat menyebabkan demam, sakit kepala, ruam, dan nyeri di seluruh
tubuh. Sebagian besar kasus demam berdarah yang ringan sembuh dengan sendirinya setelah
sekitar satu minggu. (oktami, 2017)

Dengue Haemoragic Fever adalah penyakit yang menyerang anak dan orang dewasa yang
disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam akut, perdarahan, nyeri otot dan
sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus (Artropod Born Virus ) yang akut ditularkan
oleh nyamuk Aedes Aegypti atau oleh Aedes Aebopictus. (Lestari,2016)

2.2 Etiologi

Demam berdarah disebabkan oleh virus dengue yang utamanya ditransmisikan melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti. Setelah penularan melalui gigitan nyamuk, virus dengue akan
terinkubasi selama 3-15 hari. Dengue ini kemudian menyebabkan sakit mirip flu dan nyeri,
demam tinggi, kehilangan nafsu makan, sakit kepala, dan ruam. Jadi, jelaslah sudah menjadi
rahasia umum bahwa Aedes aegypti adalah penyebab demam berdarah yang utama. Oleh
karena itu, membunuh atau setidaknya menghindari faktor utama (Lestari,2015)

Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue adalah virus Dengue. Di Indonesia, virus
tersebut sampai saat ini telah diisolasimenjadi 4 serotipe virus Dengue yang termasuk dalam
grup B arthropediborne viruses (arboviruses), yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.
Virus Dengue dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypti masuk ke tubuh manusia melalui gigitan
nyamuk tersebut.

Reaksi Tubuh terhadap Demam Berdarah

Ada 3 fase demam berdarah, yaitu:


1. Fase demam yang terus-menerus

Pada fase ini penderita mengalami demam yang tinggi selama tiga hari.Kemudian demam
tersebut masih berlanjut. Ada yang dua hari atau bahkan ada yang lebih dari itu.

2. Fase di mana tidak ada lagi demam

Pada kondisi ini kita harus benar-benar waspada karena kebanyakan orang terkecoh oleh
kondisi penderita yang sepertinya sudah sembuh dan tidak mengalami demam seperti
hari-hari sebelumnya. Padahal, kondisi ini merupakan keadaan kritis bagi tubuh penderita
dan bisa menyebabkan kematian.

3. Fase penyembuhan

Jika penderita berhasil melewati fase kedua sebelumnya, maka fase selanjutnya adalah
fase penyembuhan di mana kondisi penderita mulai berangsur-angsur membaik.

Reaksi tubuh terhadap demam berdarah sangat berbeda-beda tergantung kondisi tubuh dan usia
pasien. Reaksi tubuh tersebut meliputi demam berdarah (klasik), demam (hemoragik), dan
sindrom syok dengue. berdarah dengue.

1. Demam berdarah(klasik)

Demam berdarah umumnya menunjukkan gejala-gejala yang berbeda tergantung usia


pasien. Gejala umum yang terjadi pada bayi dan anak-anak adalah demam dan
munculnya ruam. Sementara pada remaja dan dewasa, reaksi yang muncul biasanya
diawali dengan demam tinggi, sakit kepala parah, nyeri di belakang mata, nyeri pada
sendi dan tulang, penurunan jumlah sel darah putih (leukopenia), dan penurunan keping
darah (trombositopenia) juga sering kali dapat diobservasi pada pasien demam berdarah.
Pada beberapa epidemi, pasien jugamenunjukkan perdarahan yang meliputi mimisan,
gusi berdarah,perdarahan saluran cerna, kencing berdarah (hematuria), dan pendarahan
berat saat menstruasi.

2. Demam berdarah dengue (hemoragik)


Pasien yang menderita demam berdarah dengue (DBD) biasanya menunjukkan gejala
seperti demam berdarah klasik, tetapi ditambah dengan beberapa gejala lain seperti:

a. Demam tinggi mendadak > 38°C selama 2-7 hari.

b. Adanya manifestasi pendarahan spontan seperti bintik-bintik merah di kulit yang


tidak hilang jika ditekan (utamanyadi daerah siku atau pergelangan tangan dan kaki),
mimisan,perdarahan gusi, dan perdarahan yang sulit dihentikan jikadisuntik atau
terluka.

c. Pembesaran organ hati dan limpa.

d. Syok.

Adapun kriteria berdasarkan hasil pemeriksasn isboratonum darah adalah:

1. Adanya trombositopenia, yaitu jumlah trombout 150.000/mm (normal 150.000-


450.000/mm)

2. Hemokonsentrasi yaitu pengentalan darah akibat peremhesan plasma (komponen darah


cair nonseluler) yang ditandai dengan nilai hematokrit (Hct) yang meningkat 20% dari
nilai normalnya

lika terdapat minimal 2 tanda klinis dan laboratoris, maka orang yang mengalaminya didiagnosis
menderita DBD. Berdasarkan hal tersebut, DBD dibagi atas beberapa deraiat sesuai dengan
reaksi tubuh si penderita:

DBD derajat I. Ditandai dengan manifestasi pendarahan yang tampak dan uji tourniquet positf

DBD derajat II. Tubuh menunjukkan reaksi seperti mimisan dan bintik-bintik merah.

DBD derajat III disebut juga fase reaksi pre-syok. Terdapat reaksi tubuh seperti yang ditunjukkan
pada DBD derajat II namun penderita mulai mengalami syok, kesadaran menurun, tangan dan
kaki dingin, nadi teraba cepat dan lemah, namun tekanan nadi masih terukur

DBD derajat IV, disebut juga fase syok (atau dengue syok syndrome/DSS). Reaksi tubuh yang
ditunjukkan seperti penderita mengalami syok dalam dengan kesadaran sangat menurun hingga
koma, tangan dan kaki dingin serta pucat.Nadi sangat lemah sampai tidak teraba dan tekanan
nadi tidak dapat terukur. Pada tahap ini bila tidak ditangani dengan cepat dan tepat, penderita
dapat mengalami kematian.(Lestari,2015)

2.3 Patofisiologi
Virus Dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypti masuk ke tubuh manusia, infeksi
yang pertama kali dapat meberikan gejala sebagai demam dengue. Apabila orang itu dapat
infeksi berulang oleh infeksi virus Dengue yang berlainan maka akan menimbulkan reaksi
yang berbeda, terutama konsistensi Retikoloindotel dan kulit secara Hemogen, tubuh akan
membentuk kompleks virus antibodi dalam sirkulasi darah sehingga akan mengaktivasi sitem
komplemen yang berakibat dilepaskannya Anapilaktoksin sehingga permeabilitas dinding
pembuluh darah meningkat. Dimana juga terjadi agregasi trombosit. Trombosit melepaskan
vaso aktif yang bersifat meningkatkan permeabilitas kapiler dan melepaskan trombosit faktor
hagemen ( faktor XII ). Akan menyebabkan pembekuan intraveskuler dan meningkatkan
permebilitas dinding pembuluh darah. (Lestari, 2016)

Demam berdarah dengue (DBD) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue, anggota dari genus Flavivirus dalam famili Flaviviridae. Terdapat tiga faktor yang
memegang peranan pada penularan infeksi virus ini, yaitu manusia, virus, dan factor
perantara. Virus dengue ditularkan pada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti
(jenis nyamuk Aedes lainnya juga dapat menularkan virus ini, namun merupakan vektor yang
kurang berperan). Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung virus dengue pada saat
mengigit manusia yang sedang mengalami viremia. Selanjutnya, virus berkembang biak
dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat ditularkan kembali
kepada manusia pada saat gigitan berikutnya.

Setelah seseorang digigit nyamuk ini, virus dengue yang telah masuk ke tubuh penderita
akan menimbulkan viremia. Hal tersebut kemudian menyebabkan pengaktifan komplemen
sehingga ter. jadi kompleks imun antibodi-virus dan pelepasan zat C3a, C5a bradikinin,
serotinin, trombin, dan histamin yang akan merangsane PGE2 di hipotalamus. Akibatnya,
terjadi termoregulasi yang tidak stabil, yaitu hipertermia yang akan meningkatkan reabsorpsi
Na dan air sehingga terjadi hipovolemia (hipovolemia juga dapat disebabkan oleh
peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah yang menyebabkan kebocoran plasma).
Adanya kompleks imun antibodi-virus juga menimbulkan agregasi trombosit sehingga terjadi
gangguan fungsi trombosit seperti trombositopenia dan koagulopati. Ketiga hal itulah yang
menyebabkan perdarahan berlebihan, yang jika berkelanjutan akan terjadi syok. Jika syok
tidak teratasi, maka akan terjadi hipoksia jaringan dan pada akhirnya terjadi asidosis
metabolik. Virus hanya dapat hidup di dalam sel yang hidup sehingga harus bersaing dengan
sel manusia, terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada
daya tahan tubuh manusia. Sebagai reaksi hal tersebut, sering timbul infeksi yang akan
menyebabkan: Aktivasi sistem komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilaktosin yang
menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler sehingga terjadi perembesan plasma dari
ruang intravaskuler ke ekstravaskuler. (Lestari,2015)

2.4 Manifestasi Klinis


Masa inkubasi Dengue antara 3- 15 hari, rata-rata 5-8 hari dengan gejala klinis:
1. Demam akut yang tetap tinggi ( 2 - 7 hari ) disertai gejala tidak spesifik seperti anoreksia,
amlaise.

2. Manifestasi perdarahan: Uji Turniquet positif atau Ruple Leed positif, perdarahan gusi,
Ptechiase, epistaksis, hematemesis atau malena.

3. Pembesaran hati, nyeri tekan tanpa ikterus.

4. Terjadi renjatan / tidak.

5. Kenaikan nilai hemokonsentrasi yaitu sedikitnya 205 dan penurunan nila trombosit
( trombitopenia 100.00 mm atau kurang ).

6. Pada foto rontgen: pulmonary vaskuler congestion dan plural effusion pada paru kanan.
(Oktami,2017)

MenurutTitik Lestari, 2016 gejala demam berdarah pada anak meliputi:

1. Mendadak demam tinggi, bisa mencapai 105oF (40oC)

2. Sakit di belakang mata, nyeri sendi, otot, dan / atau tulang


3. Sakit kepala yang hebat

4. Ruam di sebagian besar tubuh

5. Perdarahan ringan dari hidung (mimisan) atau gusi

6. Kulit mudah memar

7. Terkadang disertai batuk dan pilek, tidak nafsu makan, mual dan muntah serta gatal pada
telapak kaki

2.5 Pemeriksaan Penunjang


1. Darah
a. pada demam dengue terdapat Leukopenia pada hari kedua atau ketiga
b. pada demam berdarah terdapat trombositpenia dan hemokonsentrasi
c. pada pemeriksaan kimia darah: hipoproteinemia, hipokloremia,SGPT, SGOT, ureum
dan PH darah mungkin meningkat
2. Urine
Mungkin ditemukan albuminuria ringan
2.6 Penatalaksanaan
Kasus ringan bisa diobati dengan memberikan banyak cairan (minum) untuk mencegah
dehidrasi dan banyak istirahat. Penghilang rasa sakit dan penurun panas pada demam
berdarah yang terbaik adalah acetaminophen (parasetamol). Penghilang nyeri dan
ibuprofen penurun panas yang mengandung aspirin harus dihindari, karena dapat membuat
pendarahan lebih mungkin. Sebagian besar kasus demam berdarah pada anak sembuh
dalam waktu satu atau dua minggu dan tidak akan menyebabkan masalah yang tersisa.
Jika seorang anak memiliki gejala demam berdarah yang berat, atau jika gejala menjadi
lebih buruk pada hari pertama atau kedua setelah demam hilang, maka harus segera
dicarikan perawatan medis. Ini bisa menjadi indikasi demam berdarah dengue (DBD) atau
dengue shock syndrome, yang membutuhkan perhatian medis segera.Untuk mengobati
kasus DBD dirumah sakit, dokter akan memberikan cairan dan elektrolit secara intravena
(IV) melalui infus untuk menggantikan cairan yang hilang (oktami, 2017)
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Konsep Asuhan Keperawatan
3.1.1 Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama, umur(pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia
kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,
pendidikan orang tua dan pekerjaan orang tua,.
2. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke Rumah
Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
3. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat
demam kesadaran kompos mentis. turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan
ke-7 dan anak semakin lemah. kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk,
pilek, nyeri telan, mual, muntah anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri
otot dan persedian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta
adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi(grade III,IV) melena atau
hematemesis.
4. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. pada DHF, anak bisa mengalami
serangan ulangan DHF dengan tipe virus yang lain.
5. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
6. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. semua anak dengan
status gizi baik maupun buruk dapat berisiko, apabila terdapat faktor
predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual,
muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak
disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi maka anak dapat
mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
7. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang
bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju dikamar).

8. Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan
berkurang dan nafsu makan menurun.
2) Eliminasi alvi (buang air besar). kadang-kadang anak mengalami diare/
konstipasi. sementara DHF pada grade III-IV bisa terjadi melena.
3) Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering kencing,
sedikit/banyak, sakit/tidak. pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.
4) Tidur dan istirahat. anak sering mengalami kurang tidur karena
mengalami sakit/ nyeri otot dan persediaan sehingga kuantitas dan
kualitas tidur maupun istirahatnya kurang
5) Kebersihan. upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cdemderung kurag terutama u tuk membersihkan tempat
sarang nyamuk aedes aegypti.
6) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta uoaya untuk
menjaga kesehatan.
9. Pemerikasaan fisik
Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi dari ujung rambut sampai
ujung kaki. berdasarkan tingkatan (grade) DHF, keadaan fisik anak adalah
sebagai berikut:
1) Grade I: kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital
dan nadi lemah
2) Grade II: kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, ada perdarahan
spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga serta nadi lemah, kecil, dan
tidak teratur.
3) Grade III: kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah,
kecil, dan tidak teratur, serta tensi menurun
4) Grade IV: kesadaran koma, tanda-tanda vital: nadi tidak teraba, tensi tidak
terukur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat dan kulot
tampak biru.
10. Sistem integument
1) Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat
dingin, dan lembab.
2) Kuku sianosis/tidak
3) Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy), mata
anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade
II,III,IV. pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi
perdarahan gusi, dan nyeri telan. sementara tenggorokan mengalami
hyperemia pharing dan terjadi perdarahan telinga (pada grade II,III,IV).
4) Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. pada foto thorax terdapat
adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura), rales
+, ronchi + yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
5) Abdomen. mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali), dana
sites.
6) Ekstremitas. akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta
tulang.
11. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai:
1) Hb dan PCV meningkat (>20%)
2) Trambositopenia (<100.000 ml)
3) Leukopenia (mungkin normal atau lekositosis)
4) Ig.D.dengue positif
5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan: hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hyponatremia
6) Urium dan Ph darah mungkin meningkat
7) Asidosis metabolic: Pco2<35-40 mmHg dan HCO3 rendah
8) SGOT/SGPT mungkin meningkat
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
2. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
dinding plasma.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah,
anoreksia.

3.3 Rencana Keperawatan


No Dx Keperawatan NOC NIC
1 Hipertermi b/d proses  Thermoregulasi 1. Monitor suhu sesering
infeksi virus dengue Kriteria Hasil : mungkin
2. Monitor IWL
- Suhu tubuh dalam
3. Monitor warna dan
rentang normal
suhu kulit
- Nadi dan RR dalam
4. Monitor tekanan darah,
rentang normal
nadi dan RR
- Tidak ada
5. Monitor penurunan
perubahan warna
tingkat kesadaran
kulit dan tidak ada 6. Monitor WBC, Hb, dan
pusing, merasa Hct
7. Berikan anti piretik
nyaman
8. Selimuti pasien
9. Berikan cairan intraven
10. Kompres pasien pada
lipat paha dan aksila
Temperature regulation
11. Monitor suhu minimal
tiap 2 jam
12. Monitor tanda-tanda
hipertermi dan
hipotermi
13. Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
14. Berikan anti piretik jika
perlu
15. Monitor TD, nadi,
suhu,

2 Kurangnya volume cairan  Fluid balance 1. Timpang popok jika


 Hydration
tubuh b/d peningkatan diperlukan
 Nutritional status :
2. Pertahankan catat
permeabelitas dinding
food and fluid intake
intake dan output yang
plasma
Kriteria hasil :
akurat
- Mempertahankan urine 3. Monitor status
output sesuai dengan dehidrasi (kelembaban
usia dan BB, BJ urine membran mukosa, nadi
normal, HT normal adekuat,) jika
- Tekanan darah, nadi,
diperlukan
suhu tubuh dalam batas 4. Monitor masukan
normal makanan / cairan dan
- Tidak ada tanda-tanda
hitung intake kalori
dehidrasi, elastisitas
harian
tugor kulit baik, 5. Kalaborasikan
membran mukosa pemberian cairan IV
6. Monitor status nutrisi
lembab, tidak ada rasa
7. Dorong keluarga untuk
haus yang berlebihan
membantu pasien
makan
8. Tawarkan snack (jus
buah, buah segar)
9. Kolaborasi denagn
dokter
10. Monitor tingkat Hb,
dan hematokrit
11. Monitor BB
12. Dorong pasien untuk
menambah intake oral
3 Ketidakseimbangan nutrisi  Nutritional Status : 1. Kaji adanya alergi
kurang dari kebutuhan nutrient intake makanan
 Nutritional Status : 2. Kolaborasi dengan ahli
tubuh Berhubungan Food and Fluid Intake
 Weight control gizi untuk menentukan
dengan mual,muntah,
jumlah kalori dan
anoreksia Kriteria hasil :
nutrisi yang di
- Adanya peningkatan
butuhkan klien
berat badan sesuai 3. Yakinkan diet yang
dengan tujuan akan dimakan
- Berat badan ideal
mengandung tinggi
sesuai dengan tinggi
serat untuk mencegah
badan
- Mampu konstipasi
4. Ajarkan pasien
mengidentifikasi
bagaimana membuat
kebutuhan nutrisi
- Tidak ada tanda-tanda catatan makanan
malnutrisi harian.
- Menunjukan 5. Monitor adanya
peningkatan fungsi penurunan BB dan gula
pengecapan dari darah
6. Monitor lingkungan
menelan
- Tidak terjadi saat makan
7. Jadwalkan pengobatan
penurunan berat
dan tindakan tidak
badan yang berarti
selama jam makan
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan,
rambut kusam, total
protein, Hb dan kadar
Ht
10.Monitor mual dan
muntah
11. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
12.Monitor intake nutrisi
13.Informasikan pada
klien dan keluarga
tentang manfaat nutrisi
14.Kolaborasi dengan
dokter tentang
kebutuhan suplemen
makanan seperti NGT/
TPN sehingga intake
cairan yang adekuat
dapat dipertahankan
15. Atur posisi semifowler
atau fowler tinggi
selama makan
16.Anjurkan banyak
minum

Implementasi Keperawatan
Pengelolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada
tahap perencanaan. Implementasi merupakan tahap proses keperawatan dimana perawat
memberikan intervensi keperawatan langsung dan tidak langsung terhadap klien.
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan proses keperawatan yang memungkinkan perawat untuk
menentukan intervensi keperawatan telah berhasil memungkinkan kondisi klien. Evaluasi
merupakan langkah terakhir dalam proses keperawtan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai