Anda di halaman 1dari 43

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demam berdarah adalah penyakit yang cukup tinggi terjadi diIndonesia.
Penyakit ini tergolong penyakit akut yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti
dan Aedes albopictus betina. Demam berdarah juga bukanlah penyakit baru
karena penyakit ini terjadi hampir setiap tahun seiring dengan perubahan
musim,yaitu dari musim penghujan ke musim kemarau.
Pada tahun 2011, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melaporkan
jumlah penderita demam berdarah semakin meningkat dengan tingkat penyebaran
yang meluas Tercatat pada tahun 2011, sampai Agustus terdapat 24.362 kasus
dengan 196 kematian (CFR: 0,80%) menyebutkan bahwa demam berdarah tidak
hanya menyerang anak-anak, namun juga menyerang golongan yang tua. Provinsi
Bali jumlah penderita demam berdarah melebihi target nasional yaitu 55 per
100.000 penduduk Tentu hal tersebut menjadi masalah yang serius. Angka
kematian karena DBD di provinsi lain juga masih tinggi yakni di atas 1% dari
target nasional, seperti di provinsi Lampung, NTT, Jambi, Bengkulu, Riau,
Gorontalo, dan Sulawesi Utara.
Angka kematian akibat DBD yang dilaporkan sebanyak 33 orang dari total
3.433 kasus DBD, jumlah tersebut berasal dari 10 kabupaten/kota. Kasus
kematian tertinggi dilaporkan oleh Kota Kendari dan Konawe Selatan masing-
masing dengan 7 dan 6 kasus. Kematian akibat DBD dikategorikan tinggi jika
CFR > 2 %, CFR DBD Sulawesi Tenggara sebesar 1%, dengan demikian angka
kematian akibat DBD di Sulawesi Tenggara masih berada pada kategori sedang.
Meskipun CFR relatif turun, peningkatan kasus yang signifikan dari tahun ke
tahun harus terus diwaspadai. (Profil Kesehatan Sultra, 2016).
Banyak hal yang memicu penyebaran demam berdarah seperti kurang
menjaga kebersihan lingkungan ataupun tidak adanya kerja sama dari berbagai
pihak untuk menjaga kebersihan lingkungan sehingga mengakibatkan
meningkatnya perkembangbiakan nyamuk demam berdarah.

1
Pencegahannya pun sebenarnya sederhana dan tidak memerlukan teknologi
tinggi seperti pada kasus SARS yang untuk memastikannya perlu pemeriksaan
laboratorium di Atlanta. Meskipun demikian, untuk memberantas demam
berdarah diperlukan langkah yang jelas dengan menumbuhkan perubahan sikap
dan kesadaran semua pihak, terutama masyarakat dalam menjaga kebersihan di
lingkungannya. Bagaimanapun demam berdarah dapat diderita oleh setiap orang
baik itu orang dewasa, anak-anak, ataupun bayi. (Lestari,2015)
1.1 Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Dengue Hemorrhagic Fever?
2. Apa Etiologi Dengue Hemorrhagic Fever?
3. Apa Manifestasi Klinis Dengue Hemorrhagic Fever?
4. Bagaimana Patofisiologi Dengue Hemorrhagic Fever?
5. Bagaimana WOC Dengue Hemorrhagic Fever?
6. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang Dengue Hemorrhagic Fever?
7. Bagaimana Penatalaksanaan Dengue Hemorrhagic Fever?
8. Bagaimana Konsep Teori Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Dengue
Hemorrhagic Fever
9. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Dengue Hemorrhagic
Fever?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu Melakukan Asuhan Keperawatan Dengue Hemorrhagic Fever
2. Tujuan Khusus
a. Memahami Definisi Dengue Hemorrhagic Fever
b. Mengetahui Etiologi Dengue Hemorrhagic Fever
c. Mengetahui Manifestasi Klinis Dengue Hemorrhagic Fever
d. Mengetahui Patofisiologi Dengue Hemorrhagic Fever
e. Mengetahui WOC pada Dengue Hemorrhagic Fever
f. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Dengue Hemorrhagic Fever
g. Mengetahui dan Memahami Penatalaksanaan Dengue Hemorrhagic Fever
h. Mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Dengue
Hemorrhagic Fever
i. Mengetahui Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Dengue
Hemorrhagic Fever
1.4 Manfaat
1. Bagi penulis
Memperoleh pengetahuan dan wawasan mengenai Asuhan Keperawatan pada
Pasien dengan Dengue Hemorrhagic Fever serta meningkatkan keterampilan
2. Bagi pembaca

2
Memperoleh pengetahuan dan wawasan mengenai Asuhan Keperawatan pada
Pasien dengan Dengue Hemorrhagic Fever
3. Bagi FKK
Bahan pembelajaran bagi perawat dalam meningkatkan pengetahuan serta
pelayanan keperawatan mengenai materi asuhan keperawatan Asuhan
Keperawatan pada Pasien dengan Dengue Hemorrhagic Fever

BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar DHF
2.1.1 Definisi Demam Berdarah
Demam berdarah dengue istilah kedokterannya adalah dengue
hemorrhagic fever (DHF)-merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh
infeksi virus dengue tipe 1-4, Virus ini lebih dominan ditularkan melalui
gigitan nyamuk betina. Menurut banyak penelitian, keempat tipe virus
dengue ini dapat ditemukan di negeri tercinta kita ini, namun yang
dihubungkan dengan gejala DHF terparah adalah tipe 3. (Lestari,2015)
3
Demam berdarah termasuk salah satu penyakit yang meresahkan
masyarakat. Meskipun seseorang sudah yakin dengan kekebalan yang
dimiliki oleh tubuhnya terhadap suatu serangan virus, kekebalan (imunitas)
terhadap satu jenis virus tidak berlaku untuk infeksi jenis virus lainnya,
bahkan dapat menimbulkan reaksi yang kurang menguntungkan bagi tubuh.
(Lestari,2015)
Demam berdarah adalah penyakit tropis yang disebabkan oleh virus
dengue yang dibawa oleh nyamuk. Virus ini dapat menyebabkan demam,
sakit kepala, ruam, dan nyeri di seluruh tubuh. Sebagian besar kasus demam
berdarah yang ringan sembuh dengan sendirinya setelah sekitar satu
minggu. (oktami, 2017)
Dengue Haemoragic Fever adalah penyakit yang menyerang anak dan
orang dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa
demam akut, perdarahan, nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi
Arbovirus (Artropod Born Virus ) yang akut ditularkan oleh nyamuk Aedes
Aegypti atau oleh Aedes Aebopictus. (Lestari,2016)

2.1.2 Etiologi
Demam berdarah disebabkan oleh virus dengue yang utamanya
ditransmisikan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Setelah penularan
melalui gigitan nyamuk, virus dengue akan terinkubasi selama 3-15 hari.
Dengue ini kemudian menyebabkan sakit mirip flu dan nyeri, demam tinggi,
kehilangan nafsu makan, sakit kepala, dan ruam. Jadi, jelaslah sudah
menjadi rahasia umum bahwa Aedes aegypti adalah penyebab demam
berdarah yang utama. Oleh karena itu, membunuh atau setidaknya
menghindari faktor utama (Lestari,2015)

4
Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue adalah virus Dengue. Di
Indonesia, virus tersebut sampai saat ini telah diisolasimenjadi 4 serotipe
virus Dengue yang termasuk dalam grup B arthropediborne viruses
(arboviruses), yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Virus Dengue
dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypti masuk ke tubuh manusia melalui
gigitan nyamuk tersebut.
Jenis nyamuk demam berdarah ini memiliki sifat anthropofilik, artinya
mereka lebih memilih untuk menghisap darah manusia. Selain itu juga
bersifat multiple feeding, artinya untuk memenuhi kebutuhan darah sampai
kenyang biasanya nyamuk ini bias menghisap darah beberapa kali. Sifat
multiple feeding inilah yang dapat meningkatkan resiko penularan demam
berdarah di wilayah perumahan yang pendudknya lebih padat. Sebab, satu
nyamuk yanag infektif dalam satu periode waktu menggigit akan mampu
menularkan virus kepada lebih dari satu orang.
Ciri – ciri nyamuk DBD
1. Warna dan bentuk tubuh
Cara mudah mengenali nyamuk demam berdarah adalah dengan melihat
warna dan bentuknya. Ciri – ciri berukuran kecil dan berwarna hitam
dengan belang putih diseluruh tubuh, maka dapat dipastikan itu
merupakan demam berdarah. Nyamuk ini memiliki kemampuan untuk
terbang setinggi 100 meter sehinggan daya jangkau penularannya cukup
jauh.
2. Waktu gigit
Sifat khas dari nyamuk DBD dapat dilihat dari waktu gigitan. Nyamuk
DBD aktif menggigit pada pagi hingga sore hari, paling aktif saat 2 jam
setelah matahari terbit dan beberapa jam sebelum matahari terbenam.
Nyamuk DBD terkadang menggigit tanpa sepengetahuan anda karena
biasanya nyamuk ini mengigit dari belakang tubuh dan menuju ke
pergelangan kaki dan siku. Gigitanya seringkali tidak menimbulkan rasa
sakit sehingga mungkin tidak sadarsaat terkena gigitan nyamuk DBD

5
3. Tempat perkembangbiakan
Nyamuk Aedes Aegypti termasuk jenis nyamuk pemukiman. Jadi,
nyamuk ini menyukai tempat atau wadah penampung air yang jernih
untuk meletakkan telurnya. Tempat – tempat ini pun tidak hanya di
dalam rumah saja, sebab tempat penampung air umah pun bias menjadi
tempat perkembangbiakannya. Secara umum nyamuk DBD menyukai
tempat yang agak gelap kdan lembab, Nyamuk Aedes Aegypti lebih
banyak ditemukan berkembang biak di tempat – tempat penampungan
air buatan, misalnya bak mandi, ember, vas bunga, tempat minum
burung, kaleng – kaleng bekas, dan tempat – tmpat sejenis.
Ada 3 fase demam berdarah, yaitu:
1. Fase demam yang terus-menerus
Pada fase ini penderita mengalami demam yang tinggi selama tiga
hari.Kemudian demam tersebut masih berlanjut. Ada yang dua hari atau
bahkan ada yang lebih dari itu.
2. Fase di mana tidak ada lagi demam
Pada kondisi ini kita harus benar-benar waspada karena kebanyakan
orang terkecoh oleh kondisi penderita yang sepertinya sudah sembuh
dan tidak mengalami demam seperti hari-hari sebelumnya. Padahal,
kondisi ini merupakan keadaan kritis bagi tubuh penderita dan bisa
menyebabkan kematian.
3. Fase penyembuhan
Jika penderita berhasil melewati fase kedua sebelumnya, maka fase
selanjutnya adalah fase penyembuhan di mana kondisi penderita mulai
berangsur-angsur membaik.
Reaksi tubuh terhadap demam berdarah sangat berbeda-beda tergantung
kondisi tubuh dan usia pasien. Reaksi tubuh tersebut meliputi demam
berdarah (klasik), demam (hemoragik), dan sindrom syok dengue. berdarah
dengue.
1. Demam berdarah(klasik)

6
Demam berdarah umumnya menunjukkan gejala-gejala yang berbeda
tergantung usia pasien. Gejala umum yang terjadi pada bayi dan anak-
anak adalah demam dan munculnya ruam. Sementara pada remaja dan
dewasa, reaksi yang muncul biasanya diawali dengan demam tinggi,
sakit kepala parah, nyeri di belakang mata, nyeri pada sendi dan tulang,
penurunan jumlah sel darah putih (leukopenia), dan penurunan keping
darah (trombositopenia) juga sering kali dapat diobservasi pada pasien
demam berdarah. Pada beberapa epidemi, pasien jugamenunjukkan
perdarahan yang meliputi mimisan, gusi berdarah,perdarahan saluran
cerna, kencing berdarah (hematuria), dan pendarahan berat saat
menstruasi.
2. Demam berdarah dengue (hemoragik)
Pasien yang menderita demam berdarah dengue (DBD) biasanya
menunjukkan gejala seperti demam berdarah klasik, tetapi ditambah
dengan beberapa gejala lain seperti:
a. Demam tinggi mendadak > 38°C selama 2-7 hari.
b. Adanya manifestasi pendarahan spontan seperti bintik-bintik merah
di kulit yang tidak hilang jika ditekan (utamanyadi daerah siku atau
pergelangan tangan dan kaki), mimisan,perdarahan gusi, dan
perdarahan yang sulit dihentikan jikadisuntik atau terluka.
c. Pembesaran organ hati dan limpa.
d. Syok.
Adapun kriteria berdasarkan hasil pemeriksasn isboratonum darah adalah:
1. Adanya trombositopenia, yaitu jumlah trombout 150.000/mm (normal
150.000-450.000/mm)
2. Hemokonsentrasi yaitu pengentalan darah akibat peremhesan plasma
(komponen darah cair nonseluler) yang ditandai dengan nilai hematokrit
(Hct) yang meningkat 20% dari nilai normalnya

7
lika terdapat minimal 2 tanda klinis dan laboratoris, maka orang yang
mengalaminya didiagnosis menderita DBD. Berdasarkan hal tersebut, DBD
dibagi atas beberapa derajat sesuai dengan reaksi tubuh si penderita:
1. DBD derajat I. Ditandai dengan manifestasi pendarahan yang tampak
dan uji tourniquet positf
2. DBD derajat II. Tubuh menunjukkan reaksi seperti mimisan dan bintik-
bintik merah.
3. DBD derajat III disebut juga fase reaksi pre-syok. Terdapat reaksi tubuh
seperti yang ditunjukkan pada DBD derajat II namun penderita mulai
mengalami syok, kesadaran menurun, tangan dan kaki dingin, nadi
teraba cepat dan lemah, namun tekanan nadi masih terukur
4. DBD derajat IV, disebut juga fase syok (atau dengue syok
syndrome/DSS). Reaksi tubuh yang ditunjukkan seperti penderita
mengalami syok dalam dengan kesadaran sangat menurun hingga koma,
tangan dan kaki dingin serta pucat.Nadi sangat lemah sampai tidak
teraba dan tekanan nadi tidak dapat terukur. Pada tahap ini bila tidak
ditangani dengan cepat dan tepat, penderita dapat mengalami kematian.
(Lestari,2015)

2.1.3 Manifestasi Klinis


Masa inkubasi Dengue antara 3- 15 hari, rata-rata 5-8 hari dengan gejala
klinis:
1. Demam akut yang tetap tinggi ( 2 - 7 hari ) disertai gejala tidak
spesifik seperti anoreksia, amlaise.
2. Manifestasi perdarahan: Uji Turniquet positif atau Ruple Leed positif,
perdarahan gusi, Ptechiase, epistaksis, hematemesis atau malena.
3. Pembesaran hati, nyeri tekan tanpa ikterus.
4. Terjadi renjatan / tidak.

8
5. Kenaikan nilai hemokonsentrasi yaitu sedikitnya 205 dan penurunan
nila trombosit ( trombitopenia 100.00 mm atau kurang ).
6. Pada foto rontgen: pulmonary vaskuler congestion dan plural effusion
pada paru kanan. (Oktami,2017)
MenurutTitik Lestari, 2016 gejala demam berdarah pada anak meliputi:
1. Mendadak demam tinggi, bisa mencapai 105oF (40oC)
2. Sakit di belakang mata, nyeri sendi, otot, dan / atau tulang
3. Sakit kepala yang hebat
4. Ruam di sebagian besar tubuh
5. Perdarahan ringan dari hidung (mimisan) atau gusi
6. Kulit mudah memar
7. Terkadang disertai batuk dan pilek, tidak nafsu makan, mual dan
muntah serta gatal pada telapak kaki
2.1.4 Patofisiologi
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aegypty dan kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah
kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system
komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a,dua
peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan
mediator kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas dinding
pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.
Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan
menurunnya faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan
factor penyebab terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran
gastrointestinal pada DHF.
Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya
permeabilitas dinding pembuluh darah , menurunnya volume plasma ,
terjadinya hipotensi , trombositopenia dan diathesis hemorrhagic , renjatan
terjadi secara akut.

9
Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma
melalui endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma
klien mengalami hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoxia
jaringan, acidosis metabolic dan kematian. ( Murwani,2011)
2.1.5 WOC

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang


1. Trombositopenia (100.000/mm3).
2. Hb dan PCV meningkat (20%).
3. Leukopeni (mungkin normal atau lekositosis).
4. Isolasi virus.
5. Serologi (Uji H) : respon antibody sekunder.

10
6. Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali (setiap jam
atau 4-6 jam apabila sudah menujukkan tanda perbikan), faal
hemostasis, FDP, EKG, foto dada, BUN, creatinin serum.
2.1.7 Penatalaksanaan
Kasus ringan bisa diobati dengan memberikan banyak cairan (minum)
untuk mencegah dehidrasi dan banyak istirahat. Penghilang rasa sakit dan
penurun panas pada demam berdarah yang terbaik adalah acetaminophen
(parasetamol). Penghilang nyeri dan ibuprofen penurun panas yang
mengandung aspirin harus dihindari, karena dapat membuat pendarahan
lebih mungkin. Sebagian besar kasus demam berdarah pada anak sembuh
dalam waktu satu atau dua minggu dan tidak akan menyebabkan masalah
yang tersisa.
Jika seorang anak memiliki gejala demam berdarah yang berat, atau
jika gejala menjadi lebih buruk pada hari pertama atau kedua setelah
demam hilang, maka harus segera dicarikan perawatan medis. Ini bisa
menjadi indikasi demam berdarah dengue (DBD) atau dengue shock
syndrome, yang membutuhkan perhatian medis segera.Untuk mengobati
kasus DBD dirumah sakit, dokter akan memberikan cairan dan elektrolit
secara intravena (IV) melalui infus untuk menggantikan cairan yang
hilang (oktami, 2017)

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama, umur(pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan
usia kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama
orang tua, pendidikan orang tua dan pekerjaan orang tua,.
2. Keluhan utama

11
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke
Rumah Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
3. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil
dan saat demam kesadaran kompos mentis. turunnya panas terjadi
antara hari ke-3 dan ke-7 dan anak semakin lemah. kadang-kadang
disertai dengan keluhan batuk, pilek, nyeri telan, mual, muntah
anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persedian,
nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya
manifestasi perdarahan pada kulit, gusi(grade III,IV) melena atau
hematemesis.
4. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. pada DHF, anak bisa
mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus yang lain.
5. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan
akan timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
6. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. semua anak
dengan status gizi baik maupun buruk dapat berisiko, apabila terdapat
faktor predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami
keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini
berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi
maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status
gizinya menjadi kurang.
7. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju
dikamar).
8. Pola kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan
berkurang dan nafsu makan menurun.

12
b. Eliminasi alvi (buang air besar). kadang-kadang anak mengalami
diare/ konstipasi. sementara DHF pada grade III-IV bisa terjadi
melena.
c. Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering
kencing, sedikit/banyak, sakit/tidak. pada DHF grade IV sering
terjadi hematuria.
d. Tidur dan istirahat. anak sering mengalami kurang tidur karena
mengalami sakit/ nyeri otot dan persediaan sehingga kuantitas dan
kualitas tidur maupun istirahatnya kurang
e. Kebersihan. upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cdemderung kurag terutama u tuk membersihkan
tempat sarang nyamuk aedes aegypti.
f. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta uoaya
untuk menjaga kesehatan.
9. Pemerikasaan fisik
Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi dari ujung rambut
sampai ujung kaki. berdasarkan tingkatan (grade) DHF, keadaan fisik
anak adalah sebagai berikut:
a. Grade I: kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, tanda-
tanda vital dan nadi lemah
b. Grade II: kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, ada
perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga serta nadi
lemah, kecil, dan tidak teratur.
c. Grade III: kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi
lemah, kecil, dan tidak teratur, serta tensi menurun
d. Grade IV: kesadaran koma, tanda-tanda vital: nadi tidak teraba,
tensi tidak terukur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas dingin,
berkeringat dan kulot tampak biru.
10. Sistem integument
a. Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul
keringat dingin, dan lembab.
b. Kuku sianosis/tidak
c. Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam
(flusy), mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan

13
(epistaksis) pada grade II,III,IV. pada mulut didapatkan bahwa
mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan.
sementara tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan terjadi
perdarahan telinga (pada grade II,III,IV).
d. Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. pada foto thorax
terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan
(efusi pleura), rales +, ronchi + yang biasanya terdapat pada grade
III dan IV.
e. Abdomen. mengalami nyeri tekan, pembesaran hati
(hepatomegali), dana sites.
f. Ekstremitas. akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta
tulang.

11. Pemeriksaan laboratorium


Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai:
a. Hb dan PCV meningkat (>20%)
b. Trambositopenia (<100.000 ml)
c. Leukopenia (mungkin normal atau lekositosis)
d. Ig.D.dengue positif
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan: hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hyponatremia
f. Urium dan Ph darah mungkin meningkat
g. Asidosis metabolic: Pco2<35-40 mmHg dan HCO3 rendah
h. SGOT/SGPT mungkin meningkat
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia b/d proses penyakit (DHF)
2. Hipovolemia b/d Kelebihan permeabilitas kapiler
3. Defisit Nutrisi b/d ketidakmampuan mencerna makanan
4. Nyeri Akut b/d Agen pencedera fisiologis
5. Ansietas b/d kurang terpapar informasi

14
15
2.2.3 Intervensi Keperawatan
NO Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI
1. Hipertermi Termoregulasi Manajemen Hipertermia
Definisi: Suhu tubuh meningkat diatas Kode : L. 14134 Kode : I. 15506
rentang normal tubuh 1. Menggigil dari skala 2 (cukup 1. Identifikasi penyebab
Penyebab: meningkat) menjadi skala 4 hipertermia
1. Dehidrasi (cukup menurun) 2. Monitor suhu tubuh
2. Terpapar lingkungan panas 2. Kulit merah dari skala 2 (cukup 3. Monitor kadar elektrolit
3. Proses penyakit meningkat) menjadi skala 4 4. Monitor haluaran urin
4. Ketidaksesuaian pakaian de ngan suhu 5. Sediakan lingkungan yang
(cukup menurun)
lingkungan 3. Pucat dari skala 3 (sedang) dingin
5. Peningkatam laju metabolism 6. Longgarkan atau lepaskan
menjadi skala 4 (cukup
6. Respon trauma pakaian
menurun)
7. Aktivitas berlebihan 7. Berikan cairan oral
4. Takikardi dari skala 3 (sedang)
8. Penggunaan incubator 8. Lakukan pendinginan eksternal
menjadi skala 4 (cukup 9. Anjurkan tirah baring
Gejala dan tanda mayor
1. Subjektif : - menurun) 10. Kolaborasi pemberian cairan
2. Objektif : Suhu tubuh diatas nilai normal 5. Takipnea dari skala 3 (sedang) dan elektrolit intravena
Gejala dan tanda minor menjadi skala 4 (cukup
1. Subjektif: - menurun)
2. Objektif : 6. Suhu tubuh dari skala 2 (cukup
a. Kulit merah memburuk) menjadi skala 4
b. Kejang (cukup membaik)
c. Takikardi 7. Suju kulit dari skala 2 (cukup
d. Takipnea memburuk) menjadi skala 4
e. Kulit terasa hangat (cukup membaik)
Kondisi klinis terkait 8. Tekanan darah dari skala 3
1. Proses infeksi
(sedang) menjadi skala 4 (cukup

16
2. Hipertiroid membaik)
3. Stroke
4. Dehidrasi
5. Trauma
6. Prematuritas
2. Hipovolemia Status cairan Manajemen Hipovolemia
Definisi: Penurunan volume cairan Kode : L. 03028 Kode : I. 03116
intravaskuler, interstitial, dan/atau intraselular 1. Kekuatan nadi dari skala 3 1. Periksa tanda dan gejala
Penyebab (sedang) menjadi skala 4 (cukup hipovolemia
1. Kehilangan cairan aktif meningkat) 2. Monitor intake dan output
2. Kegagalan mekanisme regulasi 2. Turgor kulit dari skala 2 (cukup cairan
3. Peningkatan permeabilitas kapiler menurun) menjadi skala 4 3. Hitung kebutuhan cairan
4. Kekurangan intake cairan (cukup meningkat) 4. Berikan asupan cairan oral
5. Evaporasi 3. Berat badan dari skala 2 (cukup 5. Berikan posisi modifiled
Gejala dan tanda mayor meningkat) menjadi skala 4 trendelenburg
1. Subjektif : - (cukup membaik)
6. Anjurkan menghindari
2. Objektif 4. Perasaan lemah dari skala skala perubahan posisi mendadak
a. Frekuensi nadi meningkat 7. Kolaborasi pemberian cairan
2 (cukup meningkat) menjadi
b. Nadi teraba lemah IV isotonis (RL, NaCl)
c. Tekanan darah menurun skala 4 (cukup membaik)
8. Kolaborasi pemberian cairan
d. Tekanan nadi menyempit 5. Frekuensi nadi dari skala 2
IV hipotonis (glukosa 2,5 %,
e. Turgor kulit menurun (cukup memburuk) menjadi
NaCl 0,4 %)
f. Membrane mukosa kering skala 4 (cukup membaik)
9. Kolaborasi pemberian cairan
g. Volume urin menurun 6. Tekanan darah dari skala 2
h. Hematokrit meningkat koloid ( albumin, plasmanate)
(cukup memburuk) menjadi
Gejala dan tanda minor 10. Kolaborasi pemberian produk
skala 4 (cukup membaik)
1. Subjektif darah
7. Membran mukosa dari skala 2
a. Merasa lelah (cukup memburuk) menjadi

17
b. Mengeluh haus skala 4 (cukup membaik)
2. Objektif 8. Kadar Ht dari skala 2 (cukup
a. Pengisian vena menurun memburuk) menjadi skala 4
b. Status mental menurun (cukup membaik)
c. Ksuhu tubuh meningkat 9. Berat badan dari skala 2 (cukup
d. Konsentrasi urin meningkat memburuk) menjadi skala 4
e. Berat badan turun tiba – tiba
(cukup membaik)
Kondisi klinis terkait
10. Suhu tubuh dari skala 2 (cukup
1. Penyakit Addison
2. Trauma / perdarahan memburuk) menjadi skala 4
3. Luka bakar (cukup membaik)
4. AIDS
5. Penyakit crohn
6. Muntah
7. Diare
8. Kolitif ulseratif
9. Hipoalbuminemia
3. Defisit nutrisi Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk Kode : L. 03030 Kode : I. 03119
memenuhi kebutuhan metabolism 1. Porsi makanan yang dihabiskan 1. Identifikasi status nutrisi
Penyebab: dari skala 2 (cukup menurun) 2. Identifikasi alergi dan
1. Ketidakmampuan menelan makanan menjadi skala 4 (cukup intoleransi makanan
2. Ketidamampuan mencerna makanan meningkat) 3. Identifikasi mkanan yang
3. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient 2. Kekuatan otot mengunyah dari disukai
4. Peningkatan kebutuhan metabolism 4. Identifikasi kebutuhan kalori
skala 3 (sedang) menjadi skala 4
5. Faktor ekonomi dan jenis makanan
6. Faktor psikologis (cukup meningkat
3. Kekuatan otot menelan dari 5. Monitor asupan makanan
Gejala dan tanda mayor 6. Monitor berat badan
1. Subjektif : - skala 3 (sedang) menjadi skala 4
7. Monitor hasil pemeriksaan

18
2. Objektif: Berat badan menurun minimal (cukup meningkat laboratorium
10 % dibawah rentang ideal 4. Pengetahuan tentang pilihan 8. Lakukan oral hygine sebelum
Gejala dan tanda minor makanan yang tepat dari skala 2 makan
1. Subjektif (cukup menurun) menjadi skala 9. Ajarkan diet yang
a. Cepat kenyang setelah makan 4 (cukup meningkat) diprogramkan
b. Kram/nyeri abdomen 5. Pengetahuan tentang standar 10. Kolaborasi pemberian
c. Nafsu makan menurun medikasi sebelum makan
asupan nutrisi yang tepat dari
2. Objektif 11. Kolaborasi dengan ahli gizi
a. Bising usus hiperaktif skala 2 (cukup menurun)
menjadi skala 4 (cukup untuk menentukan jumlah
b. Otot pengunyah lemah
c. Otot menelan lemah meningkat) kalori dan jenis nutrient yang
d. Mebran mukosa pucat 6. Berat badan dari skala 2 (cukup dibutuhkan
e. Sariawan memburuk) menjadi skala 4
f. Seruma albumin turun (cukup membaik)
g. Rambut rontok berlebiahn 7. Frekuensi makan dari skala 3
h. Diare (sedang) menjadi skala 4 ( cukup
Kondisi klinis terkait
membaik)
1. Stroke
8. Nafsu makan dari skala 3
2. Parkinson
3. Mobius syndrome (sedang) menjadi skala 4 (cukup
4. Cerebral palsy membaik)
5. Cleft clip 9. Membran mukosa dari skala 2
6. Cleft palate (cukup memburuk) menjadi
7. Amyotropic lateral sclerosis skala 4 (cukup membsaik)
8. Kerusakan neuromuscular 10. Perasaan cepat kenyang dari
9. Luka bakar skala 3 (sedang) menjadi skala 4
10. Infeksi (cukup menurun)
11. AIDS
12. Penyakit crohn’s

19
13. Kanker
14. Enterokolitis
15. Fibrosis kistik
4. Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
Definisi : Pengalaman sensorik atau Kode : L. 08066 Kode : I. 08238
emosional yang berkaitan dengan kerusakan 1. Kemampuan menuntaskan 1. Identifikasi lokasi,
jaringan actual atau fungsiional, dengan onset aktivitas dari skala 1 (menurun) karakteristik, durasi frekuensi,
mendadak atau lambat dan berintensitas menjadi skala 4 (cukup kualitas, intensitas nyeri
ringan hingga berat yang berlangsung kurang 2. Ide ntifikasi skala nyeri
meningkat)
dari 3 bulan 3. Identifikasi respon nyeri non
2. Keluhan nyeri dari skala 2
Penyebab:
(cukup meningkat) menjadi verbal
1. Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi,
skala 4 (cukup menurun) 4. Identifikasi factor yang
iskemia, neoplasma)
2. Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, 3. Meringis dari skala 2 (cukup memperberat dan
bahan kimia iritan) meningkat) menjadi skala 4 memperingan nyeri
3. Agen pencedera fisik (mis. Abses, (cukup menurun) 5. Monitor keberhasilan terapi
amputasi, terbakar, terpotong, 4. Gelisah dari skala 2 (cukup komplementer yang sudah
mengangkat berat, prosedur operasi, meningkat) menjadi skala 4 diberikan
trauma, latihan fisik berlebihan) (cukup menurun) 6. Berikan teknik non
Gejala dan tanda mayor 5. Kesulitan tidur dari skala 3 farmakologis untuk
Subjektif : mengeluh nyeri mengurangi rasa nyeri
(sedang) menjai skala 4 (cukup
Objektif: 7. Control lingkungan yang
1. Tampak meringis menurun)
6. Mual dari skala 3 (cukup memperberat rasa nyeri
2. Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi
menurun) menjadi skala 4 8. Fasilitasi istirahat dan tidur
menghindari nyeri)
9. Jelaskan strategi meredakan
3. Gelisah (cukup meningkat)
4. Frekuensi nadi meningkat 7. Muntah dari skala 3 (cukup nyeri
5. Sulit tidur 10. Anjurkkan monitor nyeri
menurun) menjadi skala 4
Gejala dan tanda minor secara mandiri
(cukup meningkat)
11. Anjurkan menggunakan

20
Subjektif : - analgetik secara tepat
Objektif :
1. Tekanan darah meeningkat
2. Pola nafas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berpikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis
Kondisi klinis terkait
1. Kondisi Pembedahan
2. Cedera traumatis
3. Infeksi
4. Sindrom koroner akut
5. Glaukoma
5. Ansietas Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas
Definisi: Kondisi emosi dan pengalaman Kode : L. 09093 Kode : I. 09314
subjektif individu terhadap objek yang tidak 1. Verbalisasi khawatir akibat 1. Identifikasi saat tingkat
jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya kondisi yang dihadapi dari skala ansietas berubah
yang memungkinkann individu melainkan 2 (cukup meningkat) menjadi 2. Monitor tanda – tanda
tindakan untuk menghadapi ancaman skala 4 (cukup menurun) ansietas
Penyebab 2. Perilaku gelisah dari skala 2 3. Ciptakan suasana terapiutik
1. Krisis situasional (cukup meningkat) menjadi untuk menumbuhkan
2. Kebutuhan tidak terpenuhi skala 4 (cukup menurun) kepercayaan
3. Krisis maturasional 3. Keluhan pusing dari skala 3 4. Temani pasien untuk
4. Ancama n terhadap konsep diri (sedang) menjadi skala 4 (cukup mengurangi kecemasan
5. Ancaman terhadap kematian 5. Pahami situasi yang membuat
menurun)
6. Kekhawatiran meengalami kegagalan ansietas
4. Pucat dari skala 3 (sedang)
7. Disfungsi system keluarga

21
8. Hubungan orang tua anak tidak menjadi skala 4 (cukup 6. Dengarkan dengan penuh
memuaskan menurun) perhatian
9. Faktor keturunan 5. Pola tidur dari skala 2 ( cukup 7. Gunakan pendekatan yang
10. Penyalahgunaan zat memburuk) menjadi skala 4 tenang dan meyakinkan
11. Terpapar bahaya lingkungan (cukup membaik) 8. Jelaskan prosedur, termasuk
12. Kurang terpapar informasi sensasi yang mungkin dialami
Gejala dan tanda mayor 9. Anjurkan keluarga untuk
1. Subjeektif tetap bersama pasien
a. Merasa bingung 10. Latih teknik relaksasi
b. Merasa khawatir dengan akibat dari 11. Kolaborasi pemberian obat
kondisi yang dihadapi antiansietas
c. Sulit berkonsultasi
2. Objektif
a. Tampak gelisah
b. Tampak teggang
c. Sulit tidur
Gejala dan tanda minor
1. Subjektif
a. Mengeluhh pusing
b. Anoreksia
c. Palpitasi
d. Merasa tidak berdaya
2. Objektif
a. Freekuensi nafas meningkat
b. Frekuensi nadi meningkat
c. Tekanan darah meningkat
d. Diaphoresis
e. Tremor
f. Muka tampak pucat

22
g. Suara bergetar
h. Kontak mata buruk
i. Sering berkemih
j. Berorientasi pada masa lalu
Kondisi klinis terkait
1. Penyakit kronis progresif
2. Penyakit akut
3. Hospitalisasi
4. Rencana operasi
5. Kondisi diagnosis penyakit belum jelas

23
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Pengelolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan. Implementasi merupakan tahap proses
keperawatan dimana perawat memberikan intervensi keperawatan
langsung dan tidak langsung terhadap klien.
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan proses keperawatan yang memungkinkan perawat
untuk menentukan intervensi keperawatan telah berhasil memungkinkan
kondisi klien. Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses
keperawtan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari
rencana keperawatan tercapai atau tidak.

BAB 3

24
TINJAUAN KASUS
Pada pukul 9.00 tanggal 03 Oktober 2019 ibu pasien membawa anaknya ke IGD
Rumah Sakit Islam A. Yani Surabaya. Kemudian di IGD di dapatkan pemeriksaan S :
38˚C, RR : 22x/menit, N : 110x/menit, BB : 10kg, dipasang infus RL 10 tetes/menit,
kemudian dirawat inap di ruang Hijr Ismail. Riwayat Kelahiran, prenatal ibu pasien
mengatakan tidak ada keluhan apa – apa saat hamil, natal tindakan persainan secara
Caesar, post natal keadaan bayi sehat BB : 2,5kg
3.1 Pengkajian
1. Biodata
a.Identitas klien
Nama : An. M
Tgl. Lahir : 10 Mei 2018
Usia : 1 tahun 5 bulan
Pendidikan : belum sekolah
Alamat : Jl. Karangrejo Timur 3 Wonokromo Surabaya
Tanggal masuk : 03 Oktober 2019
Tanggal pengkajian : 03 Oktober 2019
Diagnose medis : Febris dengan Trombositopenia menuju DHF
b. Identitas Penanggung jawab
Ibu Nama : Ny. Y
Usia : 33 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama :islam
Alamat : Jl. Karangrejo Timur 3 Wonokromo Surabaya
2. Keluhan Utama : Demam
3. Riwayat penyakit sekarang
Ibu pasien mengatakan anaknya panas 4 – 5 hari dirumah, kemudian ibu
pasien membawa anaknya An. M ke Lab Prodia kemudian dari pihak lab

25
prodia memberikan saran untuk segera dibawa di rumah sakit pada bulan
september anaknya juga terkena DHF dan dirawat inap di rumah sakit bunda.
4. Riwayat Kesehatan Masa Lampau

a. Prenatal

ibu mengatakan ia hamil selama 9 bulan tidak ada keluhan apapun


selama masa kehamilan dan sering memeriksakan kehamilannya ke bidan
dengan rutin.
b. Natal
Ibu mengatakan An. M lahir di RS secara caesar, persalinan didampingi
oleh suami dan ditolong oleh dokter, menangis kuat, dengan BBL 2,500
gr, PB 50 cm, Apgar Score 8/9 dan tidak ada kelainan kongenital.
c. Post natal
Ibu mengatakan An. M minum ASI hari pertama sampai dengan usia 1
tahun setelah itu diberikan susu formula,dan telah diimunisasi lengkap
yaitu BCG, DPT, Polio dan Campak.
5. Riwayat Keluarga
Ibu mengatakan keluarganya tidak ada yang sedang atau pernah menderita
penyakit keturunan atau menurun.
6. Genogram

26
Keterangan:

: Perempuan : Ibu pasien

: Laki – laki : Pasien

: Ayah Pasien : Tinggal satu rumah

7. Riwayat tumbuh kembang


personal social An. M sudah bias menatap muka, adaptif motorik halus An. M
sudah bisa mencoret – coret, Bahasa An. M sudah bisa memanggil mama
papa, ah, motorik kasar An. sudah bisa berjalan, kesimpulan An. M tidak
terjadi keterlambatan dalam perkembangannya.
8. Riwayat nutrisi
Ibu mengatakan An, M diberikan ASI sampai umur 1 tahun setelah itu
diberikan susu formula
9. Riwayat psikososial
Ibu mengatakan An. M tinggal serumah dengan kedua orang tuanya. Ia
adalah anak yang ceria dan gemar bermain, namun sejak dirawat dirumah
sakit ia sering menangis dan hanya berbaring di tempat tidur. Ibu M
mengatakan rumahnya sederhana, lingkungan rumah bersih, ventilasi dan
sanitasi juga cukup. Ibu M mengatakan ia sangat peduli dengan kesehatan
anaknya, jika ada anaknya yang sakit langsung dibawa ke puskesmas untuk
mendapatkan perawatan.
10. Riwayat hospitalisasi
An. M terkadang masih takut jika akan diinjeksi atau bahkan melihat
seseorang dengan seragam putih-putih dan hharus selalu didampingi oleh
ibunya.

27
11. Aktivitas sehari – hari
a. Nutrisi
Sebelum sakit nafsu makan anak baik, selalu habis 1 porsi makan, lauk
pauk sayur, minum 1 botol susu formula 200cc, dirumah sakit pasien
mengatakan anaknya minum susu formula, makan habis hanya setengah
porsi, setengah botol susu habis 100 cc.
b. Eliminasi
Keluarga pasien mengatakan BAB 1x/sehari dan BAK di popok 1 hari
mengganti 4x popok 800cc
c. Istirahat dan tidur
Keluarga pasien mengatakan anak tidur ±10 jam, dirumah sakit ada
perubahan ketika anak sakit dirumah sakit anak merasa tidak nyaman
dengan kondisi saat sakit, tidur ±6 jam
d. Personal hygine
pasien dirumah mandi 3x sehari, dirumah suka bermain, anak sudah mulai
belajar mandiri, dirumah sakit pasien mandi 2x sehari, sore mandi hanya
dengan towel, anak rewel, belajar mandiri.
12. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Kesadaran kompos mentis, GCS : e4 v5 m6 = 15.
b. Tanda – tanda vital
Tekanan darah : 90/70 mmHg
Nadi : 120 x/menit
Suhu : 37,5℃
RR : 20 x/menit
c. Antopometri
LK : 35cm
LL : 13cm,
LD : 40cm
P : 110cm
BB sebelum sakit : 12kg

28
BB saat sakit : 10kg.
d. Head to toe
1) Kepala bentuk mesosepal, tidak ada lesi
2) Mata tidak anemis pupil isokor terdapat pelpebrae
3) Telinga bersih tidak ada serumen
4) Mulut, gigi baru tumbuh 6, mukosa mulut kering
5) Leher tidak ada pembesaran tiroid
6) Dada paru terlihat pengembangan paru simetris, tidak ada nyeri tekan ,
suara sonor , saat didengarkan bunyi vesikuler
7) Jantung terlihat ictus cordis, ictus cordis teraba disela iga ke 5 mid
clavicula sinistra, terdengar suara pekak, dan tidak ada bunyi jantung
tambahan
8) Perut, terlihat tidak ada lesi, saat di auskutasi terdengar peristaltik
usus, bising usus 16 x/menit, tidak ada nyeri tekan, terdengar suara
timpani saat di ketuk
9) Ektremitas atas tangan kanan terpasang insfus Ringer Laktat 500ml,
10 tetes / menit.
10) Genetalia bersih tidak terpasang kateter.
13. Pemeriksaan laboratorium

Hasil NIlai normal


Hb 11,6 gr/dl 10,5 – 13,5 gr/dl
Hct 34 % 32 – 34 %
Leukosit 4,4 10^g/dl 6 – 12 10^g/dl
Eritrosit 4,2 10^12/L 4 – 6 10^12/L
Trombosit 154 10^g/L 150 – 400 10^g/L
MCV 81, 5 fL 70 – 107 Fl
MCH 27, 5 pg 26 – 34 pg
MCHC 33,7 g/dl 31 – 36 g/dl
LED 8 mm/jam 0 - 15 mm/jam
Difcount
Basofil 0% 0–1%
Eosinophil 2% 0–3%
Neutrophil 42 % 45 – 75 %
segmen 52 % 20 – 55 %

29
Limfosit 4% 3–8%
Monosit

14. Terapi Obat


a. Cefotaxime : 3 x 250 mg
b. Hexylon : 3 x 30 mg
c. Cefofar : 3 x 200 mh
d. Sanmol : 25 mg
e. Ozen : 2 x 0,5 mm
f. Bisolfon : 3 x 12 tblt
g. Noprex Drop : 0,9 ml
h. Aminofusin Read : IV 75 cc
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi b/d Proses infeksi virus dengue
2. Defisit nutrisi b/d Ketidakmampuan mencerna makanan
3. Hipovolemia b/d Peningkatan permeabilitas kapiler

30
ANALISA DATA
NO Etiologi Problem
1. DS: Proses infeksi virus Hipertermia
Ibu pasien mengatakan dengue
anaknya demam sejak 4 –
5 hari yang lalu
DO :
TTV:
TD 90/65 mmHg
N 98 x/menit
S 37,5˚C,
RR 25 x/menit
2. DS: Ketidakmampuan Defisit Nutrisi
Ibu pasien mengatakan mencerna makanan
nafsu makan anaknya
menurun dan cepat
kenyang setelah makan
DO :
1. Makan pasien tidak
habis setengah porsi
2. BB sebelum sakit 12 kg
3. BB sesudah sakit 10kg
3. DS: - Peningkatan permeabilitas Hipovolemia
DO: kapiler
1. Membran mukosa
kering
2. Mata cekung
3. Hasil lab antibody
DHF IgG IgM positif
4. TTV:
TD 90/65 mmHg
N 98 x/menit
S 37,5˚C,
RR 25 x/menit

31
3.3 Intervensi Keperawatan

NO Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI


1. Hipertermi b/d Proses infeksi virus dengue Termoregulasi Manajemen Hipertermia
Kode : L. 14134 Kode : I. 15506
1. Menggigil dari skala 2 1. Identifikasi penyebab
(cukup meningkat) hipertermia
menjadi skala 4 (cukup 2. Monitor suhu tubuh
menurun) 3. Monitor kadar elektrolit
2. Kulit merah dari skala 2 4. Monitor haluaran urin
5. Sediakan lingkungan yang
(cukup meningkat)
dingin
menjadi skala 4 (cukup
6. Longgarkan atau lepaskan
menurun)
pakaian
3. Pucat dari skala 3
7. Berikan cairan oral
(sedang) menjadi skala 4 8. Lakukan pendinginan
(cukup menurun) eksternal
4. Takikardi dari skala 3 9. Anjurkan tirah baring
(sedang) menjadi skala 4 10. Kolaborasi pemberian
(cukup menurun) cairan dan elektrolit
5. Takipnea dari skala 3 intravena
(sedang) menjadi skala 4 Edukasi Termoregulasi
(cukup menurun) Kode : I. 12457
6. Suhu tubuh dari skala 2 1. Identifikasi kesiapan dan
(cukup memburuk) kemapuna menerima
menjadi skala 4 (cukup informasi
membaik) 2. Sediakan materi dan media
7. Suju kulit dari skala 2 pendidikan kesehatan

32
(cukup memburuk) 3. Jadwalkan pendidikan
menjadi skala 4 (cukup kesehatan sesuai
membaik) kesepakatan
8. Tekanan darah dari skala 3 4. Ajarkan kompres hangat
(sedang) menjadi skala 4 jika demam
(cukup membaik) 5. Ajarkan cara pengukuran
suhu
6. Anjurkan penggunaan
pakaian yang dapat
menyerap keringat
7. Anjurkan menciptakan
lingkungan yang nyaman
8. Anjurkan memperbanyak
minum
2. Defisit Nutrisi b/d ketidakmampuan mencerna makanan Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
Kode : L. 03030 Kode : I. 03119
1. Porsi makanan yang 1. Identifikasi status nutrisi
dihabiskan dari skala 2 2. Identifikasi alergi dan
(cukup menurun) menjadi intoleransi makanan
skala 4 (cukup meningkat) 3. Identifikasi mkanan yang
2. Kekuatan otot menelan disukai
dari skala 3 (sedang) 4. Identifikasi kebutuhan
menjadi skala 4 (cukup kalori dan jenis makanan
5. Monitor asupan makanan
meningkat
6. Monitor berat badan
3. Pengetahuan tentang
7. Monitor hasil pemeriksaan
pilihan makanan yang
laboratorium
tepat dari skala 2 (cukup 8. Lakukan oral hygine

33
menurun) menjadi skala 4 sebelum makan
(cukup meningkat) 9. Ajarkan diet yang
4. Berat badan dari skala 2 diprogramkan
(cukup memburuk) 10. Kolaborasi dengan ahli
menjadi skala 4 (cukup gizi untuk menentukan
membaik) jumlah kalori dan jenis
5. Frekuensi makan dari nutrient yang dibutuhkan
skala 3 (sedang) menjadi Pemantauan Nutrisi
skala 4 ( cukup membaik) Kode : I. 03123
6. Nafsu makan dari skala 3 1. Identifikasi perubahan berat
(sedang) menjadi skala 4 badan
2. Identifikasi pola makan
(cukup membaik)
3. Identifikasi kelainan rongga
7. Membran mukosa dari
mulut( mis. Bibir kering)
skala 2 (cukup memburuk)
4. Monitor mual muntah
menjadi skala 4 (cukup 5. Monitor asupan oral
membsaik) 6. Monitor hasil laboratorium
8. Perasaan cepat kenyang 7. Timbang berat badan
dari skala 3 (sedang) 8. Hitung perubahan berat
menjadi skala 4 (cukup badan
menurun) 9. Informasikan hasil
pemantauan
3. Hipovolemia b/d Peningkatan permeabilitas kapiler Status cairan Manajemen Hipovolemia
Kode : L. 03028 Kode : I. 03116
1. Kekuatan nadi dari skala 3 1. Periksa tanda dan gejala
(sedang) menjadi skala 4 hipovolemia
(cukup meningkat) 2. Monitor intake dan output
2. Turgor kulit dari skala 2 cairan

34
(cukup menurun) menjadi 3. Hitung kebutuhan cairan
skala 4 (cukup meningkat) 4. Berikan asupan cairan oral
3. Berat badan dari skala 2 5. Anjurkan menghindari
(cukup meningkat) perubahan posisi
menjadi skala 4 (cukup mendadak
membaik) 6. Kolaborasi pemberian
4. Perasaan lemah dari skala cairan IV isotonis (RL,
skala 2 (cukup meningkat) NaCl)
menjadi skala 4 (cukup 7. Kolaborasi pemberian
membaik) cairan IV hipotonis
5. Frekuensi nadi dari skala (glukosa 2,5 %, NaCl 0,4
2 (cukup memburuk) %)
menjadi skala 4 (cukup 8. Kolaborasi pemberian
membaik) cairan koloid ( albumin,
6. Tekanan darah dari skala 2 plasmanate)
(cukup memburuk) 9. Kolaborasi pemberian
menjadi skala 4 (cukup produk darah
Pemantauan cairan
membaik)
Kode : I. 03121
7. Membran mukosa dari
1. Monitor frekuensi dan
skala 2 (cukup memburuk)
kekuatan nadi
menjadi skala 4 (cukup 2. Monitor frekuensi nafas
membaik) 3. Monitor berat badan
8. Kadar Ht dari skala 2 4. Monitor waktu pengisian
(cukup memburuk) kapiler
menjadi skala 4 (cukup 5. Monitor elastisitas dan
membaik) turgor kulit
9. Berat badan dari skala 2

35
(cukup memburuk) 6. Monitor intake dan output
menjadi skala 4 (cukup cairan
membaik) 7. Identifikasi tanda – tanda
10. Suhu tubuh dari skala 2 hipovolemia
(cukup memburuk) 8. Identifikasi factor resiko
menjadi skala 4 (cukup ketidakseimbangan cairan
membaik) 9. Dokumentasikan hasil
pemantauan
10. Informasikan hasil
pemantauan

36
3.4 Implementasi Keperawatan
Tanggal / NO. Dx Tindakan
jam
03 – 10 – 1 1. Mengidentifikasi penyebab hipertermia
2019 / 10.00 2. Memonitor suhu tubuh
3. Memonitor kadar elektrolit
4. Memonitor haluaran urin
5. Menyediakan lingkungan yang dingin

1. Melonggarkan atau lepaskan pakaian


12.00 2. Memberikan cairan oral
3. Melakukan pendinginan eksternal
4. Menganjurkan tirah baring
5. Mengkolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena

1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemapuna menerima


informasi
14.30 2. Menyediakan materi dan media pendidikan kesehatan
3. Menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
4. Mengajarkan kompres hangat jika demam

1. Mengajarkan cara pengukuran suhu


2. Menganjurkan penggunaan pakaian yang dapat
menyerap keringat
16.30 3. Menganjurkan menciptakan lingkungan yang nyaman
4. Menganjurkan memperbanyak minum
04 – 10 – 2 1. Mengidentifikasi status nutrisi
2019 / 08.00 2. Mengidentifikasi alergi dan intoleransi makanan
3. Mengidentifikasi mkanan yang disukai
4. Mengidentifikasi kebutuhan kalori dan jenis makanan
5. Memonitor asupan makanan

1. Memonitor berat badan


2. Memonitor hasil pemeriksaan laboratorium
10.00 3. Melakukan oral hygine sebelum makan
4. Mengajarkan diet yang diprogramkan
5. Mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan

1. Mengidentifikasi perubahan berat badan


2. Mengidentifikasi pola makan
3. Mengidentifikasi kelainan rongga mulut( mis. Bibir

37
12.00 kering)
4. Memonitor mual muntah
5. Memonitor asupan oral

1. Memonitor hasil laboratorium


2. Menimbang berat badan
3. Menghitung perubahan berat badan
4. Menginformasikan hasil pemantauan
14.30
1. Memeriksa tanda dan gejala hipovolemia
2. Memonitor intake dan output cairan
3. Menghitung kebutuhan cairan
4. Memberikan asupan cairan oral
5. Menganjurkan menghindari perubahan posisi
16.00 mendadak
05 – 10 – 19 3 1. Mengkolaborasi pemberian cairan IV isotonis (RL,
/ 08.30 NaCl)
2. Mengkolaborasi pemberian cairan IV hipotonis
(glukosa 2,5 %, NaCl 0,4 %)
3. Mengkolaborasi pemberian cairan koloid ( albumin,
plasmanate)
4. Mengkolaborasi pemberian produk darah

1. Memonitor frekuensi dan kekuatan nadi


2. Memonitor frekuensi nafas
10.00 3. Memonitor berat badan
4. Memonitor elastisitas dan turgor kulit

1. Memonitor intake dan output cairan


2. Mengidentifikasi tanda – tanda hipovolemia
3. Mengidentifikasi factor resiko ketidakseimbangan
cairan
12.00 4. Mendokumentasikan hasil pemantauan

3.5 Evaluasi Keperawatan

Tanggal / jam NO. Dx Evaluasi


03 – 10 – 1 S: Ibu pasien mengatakan demamnya sudah turun
2019 / 17.00 O:
TTV
TD 90/70 mmHg
N 80 x/menit
S 36,7˚C,
RR 24 x/menit

38
A: Masalah teratasi
P: Inttervensi dihentiakan
04 – 10 – 2 S: Ibu pasien mengatakan nafsu makan anaknya
2019 / 17.00 mulai membaik
O:
Makan pasien habis seporsi
BB kembali meningkat dari BB sakit 10 kg
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan

05 – 10 – 3 S: -
2019 / 17.00 O:
Membran mukosa normal
TTV:
TD 90/70 mmHg
N 80 x/menit
S 36,7˚C,
RR 24 x/menit
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan

39
RIVIEW JURNAL
Judul Jurnal Populasi Intervensi Comparison Outcome

Penggunaan 54 pasien DBD Menggunakan tujuh 1. Riset terhadap daun jambu biji Hasil penelitian
Suplemen pada rawat inap bahan alam yang menunjukkan bahwa bagian menunjukkan bahwa
Bahan Alami di RSUD Abdul digunakan oleh pasien tumbuhan ini memiliki efek 69,77% pasien DBD rawat
Oleh Pasien Wahab DBD rawat inap, yaitu farmakologis yang jauh lebih besar inap menggunakan lebih
Demam Sjahranie jambu biji (Psidium untuk penatalaksanaan DBD dari satu macam suplemen
Berdarah Samarinda. guajava), kurma 2. Penelitian di Surabaya menemukan bahan alam untuk
Dengue Di (Phoenix dactylifera), adanya peningkatan jumlah mengatasi penyakitnya
Kalimantar pepaya (Carica papaya), trombosit denganpemberian ekstrak serta Diperlukan upaya
Timur meniran (Phyllanthus buah kurma promosi dan edukasi yang
niruri), temu hitam 3. Pepaya (Carica papaya L.) lebih baik untuk
(Curcuma aeruginosa), Penelitian pada pasien DBD penggunaan suplemen
kunyit (Curcuma longa), menunjukkan bahwa pemberian bahan alam bagi penderita
dan angkak (Monascus ekstrak maupun jus daun pepaya DBD yang menjalani rawat
purpureus). dapat meningkatkan kadar trombosit inap
dalam darah
4. Meniran (Phyllanthus niruri L.)
penelitian menunjukkan bahwa
pemberian kombinasi ekstrak herba
meniran, daun pepaya, dan rimpang
kunyit, dapat meningkatkan jumlah
trombosit
5. Temu Hitam (Curcuma aeruginosa
Roxb.). Sebuah penelitian

40
menemukan bahwa kombinasi
ekstrak temu hitam dengan daun
dewa (Gynura pseudochina)
memiliki efek terhadap peningkatan
kadar trombosit, eritrosit dan
hematokrit
6. Kunyit (Curcuma longa L.) ebuah
penelitian menunjukkan bahwa
pemberian kombinasi ekstrak
rimpang kunyit, daun pepaya, dan
herba meniran, dapat meningkatkan
jumlah trombosit
7. Angkak (Monascus purpureus
Went.) Sebuah penelitian
menemukan adanya peningkatan
jumlah trombosit dengan pemberian
ekstrak angkak, Peningkatan ini
lebih efektif jika dibandingkan
dengan pemberian ekstrak kurma
atau daun jambu biji

41
BAB 4
PENUTUP
4.1 Simpulan
Demam berdarah dengue istilah kedokterannya adalah dengue hemorrhagic
fever (DHF)-merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus
dengue tipe 1-4, Virus ini lebih dominan ditularkan melalui gigitan nyamuk
betina. Menurut banyak penelitian, keempat tipe virus dengue ini dapat ditemukan
di negeri tercinta kita ini, namun yang dihubungkan dengan gejala DHF terparah
adalah tipe 3. (Lestari,2015). Dengue Haemoragic Fever adalah penyakit yang
menyerang anak dan orang dewasa yang disebabkan oleh virus dengan
manifestasi berupa demam akut, perdarahan, nyeri otot dan sendi. Dengue adalah
suatu infeksi Arbovirus (Artropod Born Virus ) yang akut ditularkan oleh nyamuk
Aedes Aegypti atau oleh Aedes Aebopictus. (Lestari,2016)
4.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sepenuhnya sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik maupun saran yang bersifat membangun
dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini lebih lanjut

42
DAFTAR PUSTAKA
Lestri, Titik. 2016. Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika
Mumpuni, Yekti & Widayati Lestari. 2015. CEKAL (Cegah & Tangkal) Sampai
Tuntas Demam Berdarah. Yogyakarta. Rapha Publishing
Nadesul, Hendrawan. 2016. Kiat Mengalahkan Demam Berdarah dan Virus Zika.
Jakarta : buku kompas
Nugroho, Taufan. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit
Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika
Oktami, Rika Sertiana. 2017. MTBS (manajemen Terpadu Balita Sakit). Yogyakarta :
Nuha Medika
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat PPNI
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Cetakan 2. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat PPNI
PPNII. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Cetakan 2. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat PPNI

43

Anda mungkin juga menyukai