Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Overweight merupakan masalah kesehatan dunia dengan jumlah
prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun
berkembang. Prevalensi overweight pada anak usia 2-19 tahun di Amerika
Serikat mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Overweight pada anak
laki-laki meningkat pada tahun 2000 sebesar 14,0% menjadi 18,6% pada
tahun 2010 dan overweight pada anak perempuan juga mengalami
peningkatan dari 13,8% menjadi 15,0% (CDC/NCHS, 2012). Berdasarkan
hasil penelitian National Health and Nutrition Examination Survey tahun
2009-2010 di Amerika persentase overweight dan obesitas berdasarkan
kelompok umur, anak usia 2-5 tahun sebesar 26,7%, usia 6-11 tahun sebesar
32,6% dan usia 12-19 tahun sebesar 33,6%. Hal ini menunjukkan bahwa
prevalensi overweight dan obesitas tertinggi pada anak remaja usia 12-19
tahun. Pada tahun 2009-2010 Asia memiliki prevalensi overweight sebesar
26,4% pada anak laki-laki dan 16,8% pada anak perempuan (NOO, 2011).
Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa, prevalensi gizi lebih
secara nasional pada remaja umur 13-15 tahun di Indonesia sebesar 10,8%,
terdiri dari 8,3% gemuk dan 2,5% sangat gemuk atau obesitas. Prevalensi gizi
lebih pada remaja umur 16-18 tahun mengalami peningkatan yang signifikan
dari tahun 2007 sebesar 1,4% menjadi 7,3% pada tahun 2013 (Depkes, 2013).
Berdasarkan data Riskesdas 2010, kejadian Overweight di Jawa Tengah pada
remaja usia 15 tahun keatas mencapai 18,4% sedangkan kejadian Overweight di Kota
Surakarta sebanyak 10,7%.
Kegemukan merupakan faktor risiko untuk terjadinya penyakit
kardiovaskuler dan mempunyai kontribusi pada terjadinya penyakit-penyakit
lain, seperti hipertensi, diabetes mellitus, batu empedu dan lain-lain. Dampak
kegemukan pada masa anak beresiko tinggi menjadi gizi lebih pada usia
dewasa. Remaja yang mengalami overweight memiliki resiko sebanyak 70%
untuk mengalami overweight atau obesitas pada saat dewasa (Soegih dan
Wiramihardja, 2009).

1
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia (SDM). Salah satu yang berperan dalam peningkatan kualitas
SDM adalah gizi yang baik, terutama untuk peningkatan gizi remaja. Remaja
adalah individu pria maupun wanita yang berada pada usia antara anak-anak
dan dewasa. Remaja merupakan kelompok orang yang berusia 10-19 tahun.
Perubahan fisik karena pertumbuhan yang terjadi pada masa remaja akan
mempengaruhi status gizi remaja tersebut. Asupan zat-zat gizi yang seimbang
dan sesuai kebutuhan remaja akan membantu remaja mencapai pertumbuhan
dan perkembangan yang optimal. Ketidakseimbangan antara asupan
kebutuhan dan kecukupan akan menimbulkan masalah gizi baik gizi lebih
maupun gizi kurang (Sulistyoningsih, 2011).
Penyebab kegemukan multifaktorial artinya banyak sekali faktor yang
menyebabkan kegemukan terjadi. Beberapa faktor penyebab terjadinya
kegemukan seperti faktor genetik, kesehatan, obat-obatan, lingkungan,
psikologis (Brown 2005 dalam Soegih dan Wiramihardja, 2009), pengetahuan
tentang gizi, hormonal dan tingkat sosial ekonomi (Nirwana, 2012). Faktor
lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti, lingkungan
ini termasuk pola makan dan aktivitas fisik (Soegih dan Wiramihardja, 2009).
Tingkat pengetahuan gizi remaja adalah salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya gizi lebih pada remaja (Suryaputra dkk, 2012).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo 2007). Pengetahuan gizi yang
kurang pada sebagian besar remaja yang mengalami kegemukan
memungkinkan remaja kurang dapat memilih menu makanan yang bergizi.
Sebagian besar kejadian masalah gizi lebih dapat dihindari apabila remaja
mempunyai ilmu pengetahuan yang cukup tentang memelihara gizi dan
mengatur makan (Suryaputra dkk, 2012).
Kegemukan merupakan dampak dari terjadinya kelebihan asupan energi
dibandingkan dengan yang diperlukan tubuh, sehingga kelebihan asupan
energi tersebut disimpan dalam bentuk lemak. Makanan cepat saji atau fast
food mengandung energi, lemak dan karbohidrat yang tinggi. Apabila asupan
karbohidrat dan lemak berlebih, maka karbohidrat akan disimpan sebagai
glikogen dalam jumlah terbatas, sedangkan lemak akan disimpan sebagai

2
lemak tubuh. Tubuh memiliki kemampuan menyimpan lemak yang tidak
terbatas, sehingga jika konsumsi lemak tinggi maka resiko terjadinya
kegemukan semakin besar (Soegih dan Wiramihardja, 2009).
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat dirumuskan yaitu :
1. Bagaimana konsep dasar obesitas?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan obesitas?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan memahami konsep dasar obesitas
2. Mengetahui dan memahami konsep asyhan keperawatan obesitas
1.4 Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis

Memperoleh pengetahuan tentang keperawatan anak dengan masalah


obesitas serta meningkatkan keterampilan dan wawasan.
2. Bagi Pembaca
Memperoleh dan menambah wawasan mengenai Keperawatan anak
dengan masalah obesitas
3. Bagi FKK
Bahan masukan bagi calon perawat dalam meningkatan mutu pelayanan
keperawatan mengenai keperawatan ana dengan masalah obesitas

BAB 2

TINJAUAN TEORI

3
2.1 Konsep Dasar Obesitas
2.1.1 Definisi Obesitas
Overweight adalah berat badan melebih standar berat badan
menurut tinggi badan, meningkatnya otot tubuh atau jaringan lemak
atau keduanya.
Obesitas adalah akumulasi jaringan lemak dibawah kulit yang
berlebihan dan terdapat di seluruh tubuh.Obesitas seringkali
dihubungkan dengan overweight, walaupun tidak selalu identik oleh
karena obesitas mempunyai ciri ciri tersendiri.
Secara klinis obesitas dengan mudah dapat dikenali karena
mempunyai tanda dan gejala yang khas, yaitu: wajah membulat, pipi
tembem, dagu rangkap, leher relatif pendek, dada mengembung
dengan payudara yang membesar mengandung jaringan lemak, perut
membuncit, kedua tungkai pada umumnya berbentuk x. Pada anak laki
laki penis tampak kecil karena terkubur dalam jaringan lemak supra-
pubik, pada anak perempuan indikasi menstruasi dini.
Kelebihan berat badan pada anak yang tidak wajar saat seumuran
balita yang disebabkan menumpuknya kadar lemak yang tidak
sedikit.orang tua pasti tidak menyadari bahwa di tubuh anak mereka
yang gemuk sudah mengancam kesehatan anak tersebut. Namun tidak
semua anak yang gemuk dikategorikan sebagai anak yang
memiliki obesitas.banyak juga anak yang memiliki kerangka tubuh
lebih besar dari rata-rata,selain itu juga memiliki kadar lemak yang
lebih tinggi pada masa pertunbuhanya. jadi akan kelihata seperti anak
yang memiliki obesitas.perlu diketahui obesitas pada anak tidak bisa
dilihat dari ukuran badan anak tersebut.dalam hali ini dokter berperan
penting untuk memeriksa apakah anak itu termasuk anak yang
memiliki obesitas.

2.1.2 Klasifikasi
Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok:
1. Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%
2. Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%
3. Obesitas berat : kelebihan berat badan >100% (Obesitas berat
ditemukan sebanyak 5% dari antara orang-orang yang gemuk)
2.1.3 Penyebab dan penanganan

4
Ada berbagai penyebab yang membuat seorang anak mengalami berat
berlebih. Mengetahui dan mengenal penyebab tersebut, dapat membantu
kita untuk mencari solusi dan cara penanganan yang tepat untuk masalah
yang dihadapi anak. Berikut beberapa penyebab dan penanganan
obesitas untuk Anda pelajari :
1. Kebiasaan Makan yang Buruk
Anak yang tidak atau kurang suka mengkonsumsi buah, sayur dan
biji-bijian (grains) dan lebih memilih fast food, minuman manis
maupun makanan kemasan, memiliki kecenderungan untuk memiliki
berat berlebih karena makanan tersebut merupakan makanan yang
tinggi lemak dan kalori tetapi memiliki nilai gizi yang rendah.
Penanganan: Merubah pola makan menjadi pola makan yang sehat.
Batasi tingkat konsumsi fast food dan semacamnya.Perbanyak
konsumsi sayur, buah dan menu bergizi lainnya.
2. Faktor Keturunan
Obesitas bisa diturunkan oleh orang tua. Jadi seorang anak yang
memiliki orang tua atau keluarga yang mengalami obesitas juga
berpotensi untuk mengalami hal sama. Tetapi perlu Anda ketahui
bahwa faktor keturunan tidak lantas membuat seseorang memiliki
berat berlebih. Hal ini akan muncul jika si anak mengkonsumsi
kalori berlebih dari jumlah yang seharusnya ia konsumsi.
Penanganan: Melakukan diet makanan agar jumlah kalori, lemak
maupun zat lain yang dibutuhkan oleh tubuh terpenuhi setiap harinya
dan tidak berlebihan.

3. Tidak Aktif Secara Fisik


Teknologi modern banyak memaksa anak-anak kita untuk lebih
banyak duduk diam menghabiskan waktu mereka di depan layar
komputer maupun televisi sehingga mereka tidak banyak bergerak.
Jika konsumsi kalori dan lemak mereka berlebih, padahal tubuh tidak
membakarnya, maka obesitas pada anak akan terjadi pada mereka.
Penanganan: Latih anak untuk aktif bergerak. Kurangi jatah main
game atau nonton TV dan ganti dengan mengikutsertakan mereka
dalam kegiatan olahraga yang mereka sukai.
2.1.4 Etiologi

5
Obesitas dapat di sebabkan oleh beberapa faktor antara lain ,
keturunan,pola makan, obat-obatan,psikososial ekonomi, aktivitas, pola
pikir dan konsentrasi intake makanan.
2.1.5 Manifestasi Klinis
Obesitas dapat terjadi pada semua golongan umur, akan tetapi pada
anak biasanya timbul menjelang remaja dan dalam masa remaja terutama
anak wanita, selain berat badan meningkat dengan pesat, juga
pertumbuhan dan perkembangan lebih cepat (ternyata jika periksa usia
tulangnya), sehingga pada akhirnya remaja yang cepat tumbuh dan
matang itu akan mempunyai tinggi badan yang relative rendah
dibandingkan dengan anak yang sebayanya. Bentuk tubuh, penampilan
dan raut muka penderita obesitas :
1. Paha tampak besar, terutama pada bagian proximal, tangan relatif
kecil dengan jari – jari yang berbentuk runcing.
2. Kelainan emosi raut muka, hidung dan mulut relatif tampak kecil
dengan dagu yang berbentuk ganda.
3. Dada dan payudara membesar, bentuk payudara mirip dengan
payudara yang telah tumbuh pada anak pria keadaan demikian
menimbulkan perasaan yang kurang menyenangkan.
4. Abdomen, membuncit dan menggantung serupa dengan bentuk
bandul lonceng, kadang – kadang terdapat strie putih atau ungu.
5. Lengan atas membesar, pada pembesaran lengan atas ditemukan
biasanya pada biseb dan trisebnya

Pada penderita sering ditemukan gejala gangguan emosi yang


mungkin merupakan penyebab atau keadaan dari obesitas. Penimbunan
lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada
bisa menekan paru – paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan
sesak nafas, meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang
ringan.Gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan
menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur
apneu), sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.

Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk


nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di
daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki).Juga kadang sering

6
ditemukan kelainan kulit.Seseorang yang menderita obesitas memiliki
permukaan tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat
badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan
mengeluarkan keringat yang lebih banyak.Sering ditemukan edema
(pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai
dan pergelangan kaki.

2.1.6 Patofisiologi
Makanan yang adckuat, yang di scrtai dengan kctidak seimbangan
antara intakc dan output yang keluar - masuk dalam tuhuh akan
menyebabkan akumulasi timbunan lemak pada jaringan adiposa
khususnya jaringan suhkutan. Apahila hal ini lerjadi akan timbul
berhagai masalah, diantaranya Timbunan lemak pada area abdomen yang
cmnychabkan tekanan pada otot-otot diagfragma meningkat sehingga
menggagu jalan nafas、BB yang herlebihan menyebabkan aktilitas yang
crganggu schingga mobilitas gcrak lerbatasi dan timbul pcrasaan tidak
nyanan, oha-obatan golongan ste g meic nafsu makan tidak erkontrol
mengakibatkan peruhahan nutrisi yang berlebih, dan krisis kepercayaan
diri karena mbunan lemak pada tubuh telah mengubah bentuk badannya.
2.1.7 WOC

Keturunan, pola makan, aktivitas, obat-obatan/suplemen

Pola makan yang adekuat

BB meningkat Intake dan Output tidak seimbang BB meningkat

Mudah lelah
Akumulasi lemak pada abdomen

Aktivitas terganggu

Tekanan pd otot diafragma


Ketidakseimbangan
nutrisi lebih dari
kebutuhan tubuh
7
Intoleransi aktivitas
Mengganggu jalan nafas

Sesak nafas

Pola nafas tidak efektif

2.1.8 Penatalaksanaan

1. Tujuan

Tujuan utama tata laksana obesitas pada anak dan remaja adalah
menyadarkan tentang pola makan yang berlebihan dan aktivitas yang
kurang serta memberikan motivasi untuk memodifikasi perilaku anak
dan orang tua. Tujuan jangka panjang adalah perubahan gaya hidup
yang menetap.

2. Pengaturan Makanan

a. Pada bayi.
1) Sebaiknya diberikan ASI eksklusif, bila menggunakan susu
formula perhatikan takaran dan volume pemberian susu.

8
2) makanan padat tidak boleh diberikan kurang dari 4 bulan;
bayi mulai diperkenalkan minum dengan cangkir umur 7 -8
bulan, botol mulai dihilangkan umur 1 tahun.
3) Pemberian sayur dan buah jangan sampai terputus.
b. Anak usia pra sekolah (1 - 3 th).
1) Hindari makan gorengan (krupuk, keripik, dll) dan
penambahan lemak untuk memasak. (mi sal : santan,
minyak, margarine)
2) Pilih daging yang tidak berlemak.
3) Lebih baik gunakan margarine, keju yang rendah lemak
4) Hindari penambahan gula pada makanan dan minuman,
pemanis buatan (mis : aspartame) bisa digunakan bila
perlu.
5) Hindari coklat, permen, cake, biskuit, kue kue dan makanan
lain sejenis.
6) Berikan sayuran setiap makan dan buah untuk makanan
selingan.
7) Gunakan susu rendah lemak atau tanpa lemak.
Pada usia ini (0 - 3 th) tidak perlu diberikan pengurangan kalori
dari kebutuhannya, bayi/anak akan mengalami penurunan BB
secara spontan sesuai dengan pertumbuhannnya. Pengurangan
kalori dibawah kebutuhan jika tidak dirancang dengan baik
dapat menimbulkan defisiensi zat gizi yang mungkin dapat
menghambat tumbuh kembang anak yang masih pesat terutama
tumbuh kembang otak.
c. Anak usia sekolah (4 - 6 th).
Hal hal yang dianjurkan sama dengan anak usia pra sekolah.
Energi diberikan sesuai kebutuhan. Dalam keadaan yang
terpaksa, misal pernafasan terganggu, susah bergerak diberikan
pengurangan kalori dengan pengawasan yang ketat.
d. Anak usia remaja

9
Target penurunan berat badan dapat direncanakan setiap
kunjungan, biasanya 1 - 2 kg/ bulan. Penurunan asupan kalori
diberikan bertahap sekitar 300 - 500 Kalori dari asupan
makanan sehari-hari .
Penurunan berat badan tidak perlu menghilangkan seluruh
kelebihan berat abdan karena pertumbuhan linier masih
berlangsung, penurunan berat badan cukup sampai berat badan
berada 20 % diatas berat badan ideal.
3. Modifikasi Perilaku
a. Monitor diri sendiri, anak dilatih untuk memonitor asupan makan
dan aktivitas fisik, hal ini bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran anak dan keluarga terhadap gizi dan kegiatan fisik
b. Stimulus kontrol, bermacam macam kejadian yang memicu
keinginan makan atau makan berlebihan, contoh : makan sambil
menonton TV, Makanan dihidangkan di meja. Strategi: TV tidak
dipasang di kamar makan, makanan disimpan di lemari untuk
meminimalkan penglihatan terhadap makanan.
c. Perubahan perilaku, contoh: kebiasaan makan cepat dirubah
perlahan lahan, mengontrol besar porsi sehingga merasa puas
dengan besar porsi sedang dan meminimalkan snack.
d. Memberikan imbalan apabila anak berhasil menurunkan berat
badan
e. Tehnik perilaku kognitif, yaitu mengembangkan teknik
pemecahan masalah, seperti merencanakan untuk situasi dengan
resiko tinggi, misal pada waktu liburan, atau pesta/ pertemuan
untuk menekankan agar tidak makan berlebihan.
5. Aktifitas Fisik dan Olahraga
a. Frekuensi olah raga 3-5 kali per minggu.
b. Lama olah raga, pemanasan 15 menit, ditambah 30-40 menit.
c. jenis olah raga : jalan, berenang.
d. sesuai dengan hobi anak, tennis, menari, basket, dll.

10
e. menambah kegiatan/aktifitas fisik, misal berangkat sekolah jalan
kaki, lebih baik naik tanga dari pada menggunakan lift.
f. mengurangi aktifitas yang pasif, misal menonton TV, bermain
videogame, membaca buku, dll. (maksimal 2 jam sehari).
5. Partisipasi Orang Tua
Orang tua adalah contoh yang terbaik bagi anak.Sekurang kurangnya
salah satu orang tua ikut secara intesif dalam program perawatan
anak.Penelitian menapatkan bahwa kelompok anak yang orang tua
ikut berpartisipasi, berat badannya turun lebih banyak dan tetap
stabil.
2.1.9 Cara mencegah obesitas pada anak
1. Dengan membatasi minuman dan makan yang mengandung kadar
kalori dan gula yang tinggi,seperti coklat,minuman
bersoda,biskuit,kue dan es krim.dengan mengganti buah-buahan
dan sayur-sayuran seperti jus buah,agar-agar,kripik sayur dan susu
rendah lemak.
2. Jika anda masak sendiri,usahakan untuk dibakar atau
dikukus.ayam,ikan,sosis.dengan cara ini makanan anda akan
terlihat enak namun juga rendah lemak.
3. Dengan perilaku makan orang tua dapat ditiru oleh anaknya,jadi
biasakan memberi contoh yang baik pada anak anda dengan cara
makan anda sendiri.
4. Mengajarkan anak untuk makan lebih lambat dan
menikmatinya,karena makan dengan pelan cenderung akan
membuat anak akan merasa lebih cepat kenyang dan tidak akan
makan berlebihan.
5. melakukan makan bersama secara keluarga sesering mungkin.
6. Makanan cepat saji sangat tidak baik untuk di konsumsi secara
berlebihan.jadi jangan jadikan makanan cepat saji sebagai rutin
mingguan.

11
7. Makan sambil beraktifitas jangan biarkan anak anda makan
makanan ringan sambil,menonton tv,juga saat melakukan
pekerjaan rumah.
8. ingatkan pada anak anda untuk selalu memilih makan yang
sehat,misalnya pada saat membeli makanan diluar.contoh:lebih
memilih gado-gado dari pada membeli sate kambing.
9. berikan batasan waktu anak anda untuk menonton tv dan bermain
komputer.melatih anak untuk melakukan kegiatan fisik selama 60
menit setiap hari.
10. Melakukan acara olahraga keluarga seperti jalan kaki,bulu tangkis
naik sepeda bisa juga berenang.
11. Mendorong anak untuk berjalan kaki atau bersepeda pada saat
bersekolah ke toko.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Obesitas
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor
register.
b. Riwayat kesehatan

1) Riwayat Kesehatan sekarang : keluhan pasien saat ini

2) Riwayat Kesehatan masa lalu : kaji apakah ada keluarga dari


pasien yang pernah menderita obesitas

3) Riwayat kesehatan keluarga : kaji apakah ada ada di antara


keluarga yang mengalami penyakit serupa atau memicu

4) Riwayat psikososial,spiritual : kaji kemampuan interaksi sosial ,


ketaatan beribadah , kepercayaan

c. Pemerikasaan fisik :

12
1) Sistem kardiovaskuler : Untuk mengetahui tanda-tanda vital, ada
tidaknya distensi vena jugularis, pucat, edema, dan kelainan bunyi
jantung.

2) Sistem respirasi : untuk mengetahui ada tidaknya gangguan


kesulitan napas

3) Sistem hematologi : Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan


leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi dan pendarahan,
mimisan.

4) Sistem urogenital : Ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan


keluhan sakit pinggang.

5) Sistem muskuloskeletal : Untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan


dalam pergerakkan, sakit pada tulang, sendi dan terdapat fraktur
atau tidak.

6) Sistem kekebalan tubuh : Untuk mengetahui ada tidaknya


pembesaran kelenjar getah bening

d. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan metabolik / endokrin dapat menyatakan tak normal, misal


: hipotiroidisme, hipopituitarisme, hipogonadisme, sindrom cushing
(peningkatan kadar insulin).

a. Pemeriksaan Laboratorium

1) Pemeriksaan darah tepi memperlihatkan anemia ringan sampai


sedang, umumnya erupa berupa anemia hipokronik atau
normokronik

2) Pada uji faal hati tampak nilai albumin sedikit atau amat
rendah, trigliserida normal, dan kolesterol normal atau
merendah

13
3) Kadar elektrolit K rendah, kadar Na, Zn, dan Cu bisa normal
atau menurun

4) Kadar gula darah uumnnya rendah

5) Lemak bebas normal atau meninggi

6) Nilai beta lipoprotein tidak menentu, dapat merendah atau


meninggi

7) Kadar hormopn insulin menurun, terapi hormon pertumbuhan


dapat normal, merendah, maupun meninggi

8) Analisis asam amino dalam urin menunjukkan kadar 3-metil


histidin meningkat dari indeks hidroksiprolin menurun

9) Kadar imunoglobulin A sekretori rendah

10) Pemeriksaan radiologik: tulang memperlihatkan osteoporosis


ringan.

2. Pola fungsi kesehatan

a) Aktivitas istirahat

Kelemahan dan cenderung mengantuk, ketidakmampuan / kurang


keinginan untuk beraktifitas.

b) Sirkulasi

Pola hidup mempengaruhi pilihan makan, dengan makan akan dapat


menghilangkan perasaan tidak senang : frustasi

c) Makanan / cairan

Mencerna makanan berlebihan

14
d) Kenyamanan

Pasien obesitas akan merasakan ketidaknyamanan berupa nyeri


dalam menopang berat badan atau tulang belakang

e) Pernafasan

Pasien obesitas biasanya mengalami dipsnea

f) Seksualitas

Pasien dengan obesitas biasanya mengalami gangguan menstruasi


dan amenouria

2. Diagnosa Keperawatan

a. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


intake makanan yang lebih

b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan sindrom


hipoventilasi

c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara


suplai dan kebutuhan oksigen/ gaya hidup monoton

d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisika atau psikosial


pandangan px tehadap diri

e. Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan ungkapan atau tampak


tidak nyaman dalam situasi social

15
16
3. Intervensi

N Diagnosa Keperawatan NOC NIC


o
Ketidak seimbangan nutrisi Tujuan : Weight Management
1.
lebih dari kebutuhan 1. Diskusikan bersama pasien
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Definisi : selama …. Ketidak seimbangan nutrisi lebih mengenai hubungan antara intake
Keadaan individu yang teratasi makanan, latihan, peningkatan BB
NOC : Weight Control
mengalami asupan nutrisi No Indikator 1 2 3 4 5 dan penurunan BB
melebihi kebutuhan metabolic 1. BB 2. Diskusikan bersama pasien mengani
2. Intake
Batasan Karakteristik: kondisi medis yang dapat
makanan
a. Pemusatan intake nutrisi mempengaruhi BB
dan cairan
harian 3. Diskusikan bersama pasien
3. Output
b. Disfungsi pola makan mengenai kebiasaan, gaya hidup dan
makanan
( seperti makan sambil factor herediter yang dapat
dan cairan
melakukan aktivitas lain) 4 Energi mempengaruhi BB
5 Aktivitas
c. Makan sebagai respon 4. Diskusikan bersama pasien
Keterangan :
terhadap pengaruh internal mengenai risiko yang berhubungan
a. Sangat Berat

17
(seperti kecemasan) b. Berat dengan BB berlebih dan penurunan
d. Tingkat aktivitas yang c. Sedang BB
rendah d. Ringan 5. Dorong pasien untuk merubah
e. Skinfold triceps wanita > 25 e. Tidak ada kebiasaan makan
mm, laki – laki > 15 mm, X : Sebelum intervensi 6. Perkirakan BB badan ideal pasien
f. BB lebih besar dari BB ideal Y : Setelah intervensi
Faktor yang berhubungan
Peningkatan intake yang
berhubungan dengan kebutuhan
metabolisme
Ketidakefektifan pola nafas Tujuan : Bantuan ventilasi
2.
berhubungan dengan sindrom Setelah dilakukan asuhan keperawatan a. Pertahankan kepatenan jalan nafas.
hipoventilasi selama 3 x 24jam diharapkan pola nafas b. Posisikan untuk meringankan
Definisi : efektif dipsneu
Inspirasi dan / ekspirasi yang NOC : Status pernafasan : ventilasi c. Monitor oksigenasi, BGA, SaO2,
tidak memberi ventilasi adekuat. No Indikator 1 2 3 4 5 O2.
Batas karakteristik : 1. RR d. Monitor ttv
2. Kedalaman
a. bradipneu e. Inisiasi upaya resusitasi dengan
inspirasi
b. dipsneu 3. Frekuensi tepat.

18
c. pola nafas apnormal 4 Volume
Faktor yang berhubungan : tidal
5 Otot bantu
Sindrom hipoventilasi. nafas
6 Irama
pernafasan
7 Dipsneu
Keterangan :
a. Sangat Berat
b. Berat
c. Sedang
d. Ringan
e. Tidak ada
X : Sebelum intervensi
Y : Setelah intervensi
Tujuan : Activity Therapy
3. Intoleransi Aktivitas
setelah dilakukan asuhan keperawatan selama a. Kolaborasikan dengan tenaga
Definisi :
Ketidakcukupan energi 3 x 24 jam diharapkan aktivitas pasien rehabilitasi medik dalam
psikologis atau fisiologis untuk kembali normal merencanakan program terapi yang
melanjutkan atau menyelesaikan NOC : Activity Tolerance tepat
b. Bantu klien untuk mengidentifikasi

19
No Indikator 1 2 3 4 5 aktivitas yang mampu dilakukan
aktifitas kehidupan sehari-hari 1 Energi c. Bantu untuk memilih aktivitas
yang harus atau yang ingin 2 TTV konsisten yang sesuai dengan
3 Status
dilakukan. kemampuan fisik, psikologi dan
Batasan Karakteristik : kardiopulmonar
social
a. Respon tekanan darah i d. Bantu untuk mengidentifikasi dan
abnormal terhadap aktivitas 4 kelemahan
5 ADLs mendapatkan sumber yang
b. Respon frekwensi jantung
Keterangan : diperlukan untuk aktivitas yang
abnormal terhadap aktivitas
c. Perubahan EKG yang a. Tidak adekuat diinginkan
b. Sedikit adekuat e. Bantu untuk mendapatkan alat
mencerminkan aritmia
d. Perubahan EKG yang c. Cukup adekuat bantuan aktivitas seperti kursi roda,
mencerminkan iskemia d. Sebagian adekuat krek
e. Ketidaknyamanan setelah f. Bantu untuk mengidentifikasi
e. Adekuat
beraktivitas aktivitas yang disukai
f. Dipsnea setelah beraktivitas X : Sebelum intervensi g. Bantu klien untuk membuat jadwal
g. Menyatakan merasa letih
latihan diwaktu luang
h. Menyatakan merasa lemah Y : Setelah intervensi h. Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
Faktor Yang Berhubungan :
beraktivitas
i. Sediakan penguatan positif bagi
a. Tirah Baring atau imobilisasi
b. Kelemahan umum yang aktif beraktivitas
c. Ketidakseimbangan antara j. Bantu pasien untuk

20
suplai dan kebutuhan mengembangkan motivasi diri dan
oksigen penguatan
d. Imobilitas k. Monitor respon fisik, emosi, social
e. Gaya hidup monoton
dan spiritual

21
4. Implementasi
Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan asuhan keperawatan yang
merupakan realisasi rencana tindakan yang telah ditentukan dalam tahap
perencanaan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara
optimal
5. Evaluasi
Evaluasi adalah merupakan langkah akhir dari proses keperawatan yaitu
proses penilaian pencapaian tujuan dalam rencana perawatan, tercapai atau
tidak serta untuk pengkajian ulang rencana keperawatan. Evaluasi
dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan
petugas kesehatan yang lain. Dalam menentukan tercapainya suatu tujuan
asuhan keperawatan pada bayi dengan post Asfiksia sedang, disesuaikan
dengan kriteria evaluasi yang telah ditentukan. Tujuan asuhan keperawatan
dikatakan berhasil bila diagnosa keperawatan didapatkan hasil yang sesuai
dengan kriteria evaluasi.

BAB 3
PENUTUP
3.1 Simpulan
Pertumbuhan adalah setiap perubahan dari tubuh yang berhubungan
dengan bertambahnya ukuran tubuh baik fisik (anatomis) maupun struktural
dalam arti sebagian atau menyeluruh. Perkembangan adalah bertambahnya
kemampuan (skill), struktur, dan fungsi tubuh yang lebih kompleks.

22
Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan
perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ/individu. Walaupun
demikian, kedua peristiwa itu terjadi secara sinkron pada setiap individu.
Tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh banyak faktor dimulai dari faktor
internal (genetik), prenatal, sampai postnatal. Untuk mendapatkan tumbuh
kembang anak yang optimal maka petugas kesehatan maupun orangtua anak
diharapkan mengetahui faktor-faktor tersebut.
Penanggulangan obesitas pada anak lebih sulit dibandingkan obesitas
dewasa, karena penyebab obesitas yang multifaktorial dan anak yang masih
dalam taraf tumbuh kembang. Penurunan berat badan bukanlah tujuan yang
utama dalam penanganan obesitas anak. Perubahan pola makan dan peri laku
hidup sehat lebih diutamakan untuk mendapatkan hasil yang menetap.
Penanggulangan obesitas anak sebaiknya dilakukan secara terapadu antara
dokter anak, dietisien, psikolog dan petugas kesehatan lain. Peran serta orang
tua memegang peranan penting dalam penangan anak obesitas.Pencegahan
sebaiknya dilakukan sebelum anak menjadi obesitas karena pencegahan lebih
mudah daripada pengobatan.Pencegahan harus dimulai sejak dini dengan
menerapkan pola hidup sehat dalam keluarga.
3.2 Saran
Sajikan makanan dalam porsi yang lebih kecil. Jangan gunakan makanan
sebagai upah atau suap. Jangan sampai anak tidak sarapan, karena dapat
membuat mereka makan berlebihan setelah itu. Makanlah di meja makan.
Makan di depan TV atau layar komputer membuat orang tidak menyadari
seberapa banyak yang dikonsumsi dan apakah ia sudah kenyang. Anjurkan
gerak badan, seperti bersepeda, main bola, dan lompat tali. Batasi waktu untuk
menonton televisi, menggunakan komputer, dan bermain video game.
Rencanakan kegiatan keluarga yang aktif di luar rumah, seperti pergi ke kebun
binatang, berenang, atau bermain di taman. Suruhlah anak-anak melakukan
pekerjaan fisik.Berilah contoh dalam pola makan yang sehat dan olahraga.

23
DAFTAR PUSTAKA

Dr.Soetjiningsih,SpAk. 2015. Tumbuh Kembang Anak.Jakarta.EGC


NANDA, Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2015-2016
Sulistyoningsih, Hariyani. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta:
Graha Ilmu

24

Anda mungkin juga menyukai