Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

S DENGAN CHRONIC KIDNEY DIESES (CKD)


DI RUANG YUDISTIRA RS K.R.M.T. WONGSONEGORO SEMARANG

Nama : Ade Lestiani Limaretha

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN-POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2019
ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN CHRONIC KIDNEY DIESES (CKD)


DI RUANG YUDISTIRA RS K.R.M.T. WONGSONEGORO SEMARANG

Ade Lestiani Limaretha1


Mahasiswa Pogram Studi Profesi Ners

Latar belakang :
CKD atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami
penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana
kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan
elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia. Saat ini penderita gagal ginjal kronik di
dunia mengalami peningkatan sebesar 20-25% setiap tahunnya (USRDS 2018 dalam
Harwood. Lori et al. 2019). Penatalaksanaan untuk mengatasi masalah GGK ada dua pilihan
(Markum 2019) yaitu pertama, penatalaksanaan konservatif meliputi diet protein, kalium,
natrium, dan pembatasan cairan yang masuk. Kedua, dialisis dan transplantasi ginjal. Oleh
karena itu diperlukan asuhan keperawatan yang tepat bagi penderita gagal ginjal kronik.

Tujuan
Memberikan asuhan keperawatan selama 3x 24 jam pada pasien dengan CKD di Ruang
Yudistira RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Semarang.

Hasil
Setelah dilakukan intervensi selama 3 x 24 jam gangguan pertukaran gas teratasi dan
kelebihan volume cairan belum teratasi.

Kesimpulan
CKD merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan ireversibel, sehingga ginjal tidak
mampu mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan maupun elektrolit, diagnosa
utama yang muncul pada pasien CKD antara lain gangguan pertukaran gas dan kelebihan
volume cairan. Intervensi utama yang dilakukan antara lain, memposisikan pasien
semifowler, pasang nasal oksigen dan monitoring cairan.

Kata kunci : CKD, gangguan pertukaran gas, kelebihan volume cairan.


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
ABSTRAK
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
b. Web Of Caution
BAB 2. LAPORAN KASUS KELOLAAN
a. Pengkajian
b. Diagnosa Keperawatan
c. Intervensi Keperawatan
d. Implementasi
e. Evaluasi
BAB 3. PEMBAHASAN
a. Analisa Kasus
b. Analisa Intervensi Keperawatan
BAB 4. PENUTUP
a. Simpulan
b. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB 1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
CKD atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi dimana
ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan samar
(insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme,
cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia. Saat ini
penderita gagal ginjal kronik di dunia mengalami peningkatan sebesar 20-25% setiap
tahunnya (USRDS 2018 dalam Harwood.). Menurut data PERNEFRI (Perhimpunan
Nefrologi Indonesia)mencapai 70.000, namun yang terdeteksi menjalani gagal ginjal
kronis dan menjalani cuci darah/haemodialysis hanya sekitar 4000 sampai dengan
5000 saja. Angka mortalitas pasien gagal ginjal kronik semakin meningkat seiring
meningkatnya angka kejadian penyakit diabetes mellitus, hipertensi, dan penyakit
jantung sebagai penyebabnya dan komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit
tersebut. Menurut data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2018, gagal ginjal kronik
menempati urutan ke 6 penyebab kematian yang dirawat di rumah sakit di Indonesia.
Penatalaksanaan untuk mengatasi masalah GGK terdapat dua pilihan
(Markum 2019) yaitu pertama, penatalaksanaan konservatif meliputi diet protein, diet
kalium, diet natrium, dan pembatasan cairan yang masuk. Kedua, dialisis dan
transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti pada pasien. Terapi pengganti yang
sering dilakukan pada pasien GGK adalah dialisis. Oleh karena permasalahan
tersebut, laporan ini disusun agar perawat mampu memahami dengan baik mengenai
gagal ginjal kronik serta mampu menerapkan asuhan keperawatan yang tepat bagi
penderita gagal ginjal kronik.

B. Web Of Caution (terlampir)


BAB 2. LAPORAN KASUS KELOLAAN

A. Pengkajian
Tanggal pengkajian : 2 September 2019 Praktikan : Ade Lestiani L
Jam : 10.00 WIB NIM : P1337420919077
Ruang : Yudistira

1. BIODATA PASIEN
Nama pasien : Ny. S
Umur : 49 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Semarang
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Tanggal masuk : 30 Agustus 2019
Diagnosa Medis : CKD
No. Registrasi : 476177

2. BIODATA PENANGGUNG JAWAB


Nama : Tn. M
Umur : 55 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Status : Suami
Alamat : Semarang

3. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. Keluhan Utama
Sesak nafas, RR = 28 x permenit
b. Riwayat Keperawatan Sekarang
Klien masuk rumah sakit melalui IGD pada tanggal 30 Agustus 2019 pukul
02.00 WIB dengan kondisi sesak nafas dan lemas, kemudian pasien dipindahkan
ke ruang Yudistira jam 06.45 wib status pasien saat transfer kesadaran
composmentis E = 4, M = 6, V = 5, TD : 185/110 mmHg, HR : 98x/mnt, RR :
28x/mnt, terapi infus RL 8 tpm, S : 36.5 °C, terpasang O2 nasal kanul 3 lpm. Saat
di lakukan pengkajian pasien mengatakan sesak nafas, mual, ektremitas bawah
terdapat edema, pusing dan badan terasa lemah.

c. Riwayat Keperawatan Dahulu


Klien mengatakan 2 minggu yang lalu dirawat di RS karena luka pada
jempol kaki kiri, klien sudah menderita DM sejak 10 tahun yang lalu.

d. Riwayat Kesehatan keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit genetik serta
penyakit menular lainnya seperti HIV/AIDS dan hepatitis dan TB paru.

Keterangan :

: Laki-laki : Meninggal
: Perempuan : Keturunan
: Pasien
: Suami-Istri
: Tinggal serumah
4. POLA FUNGSI ( POLA FUNGSI GORDON )
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.
Pasien mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit terlebih dahulu membeli
obat warung, lalu jika tidak kunjung sembuh segera memeriksakan ke pusat
pelayanan kesehatan terdekat terbukti saat awal pasien sakit dengan keluhan
pusing pasien membeli obat warung pereda nyeri kepala ketika tidak kunjung
sembuh langsung berobat ke pelayanan kesehatan terdekat sesuai kartu penjamin
kesehatannya di puskesmas dan diketahui pasien sakit hipertensi dan DM.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien biasa makan 3x sehari dengan menu nasi,
lauk pauk, buah, pasien menyukai semua jenis makanan, dan tidak mempunyai
alergi terhadap makanan tertentu. Pasien minum  8 - 9 gelas per hari air putih.
Selama di rawat di rumah sakit, pasien menghabiskan seperempat porsi
makanannya, dengan menu bubur, sayur, lauk pauk dan setengah gelas belimbing
air putih.
c. Pola eliminasi
Eliminasi urin :
Pasien mengatakan sebelum sakit, pasien biasanya menghabiskan ±2000 cc air
minum sehari, selama di rawat pasien menghabiskan hingga ±200 cc/hari.
Sebelum dirawat pasien biasa BAK empat sampai lima kali sehari dengan volume
kurang lebih 2000 cc. Saat dikaji, pasien mengatakan BAK 2x sehari kurang lebih
200 cc.
Eliminasi alvi :
Sebelum sakit, pasien biasa BAB 1x sehari dengan konsistensi keras berbau khas
dan berwarna kuning keemasan. Saat dikaji, keluarga mengatakan selama dirawat,
pasien belum BAB sejak pertama masuk ruangan.
d. Pola tidur dan istirahat
Sebelum sakit, pasien biasa tidur 8 jam/hari dari jam 20.00-03.00 WIB. Selama
dirawat pasien mengatakan kesulitan tidur, sehari tidur 3-4 jam.
e. Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit pasien melakukan aktivitas dari yang ringan sampai berat. Pasien
bisa melakukan semua aktivitas secara mandiri. Pasien juga dapat bekerja dengan
baik tanpa hambatan mobilisasi. Selama sakit, pasien hanya mampu berbaring
karena lemas dan nyeri di bagian pinggang belakang menjalar sampai ke perut jika
beraktivitas.
Berikut penilaian pola aktivitas dan latihan menurut indek Bartel pada Ny. S
selama dirawat di Ruang Prabu Kresna:
No Item yang dinilai Skor Nilai
1. Makan (Feeding) 0 = Tidak mampu
1 = Butuh bantuan memotong, mengoles
2
mentega dll.
2 = Mandiri
2. Mandi (Bathing) 0 = Tergantung orang lain
0
1 = Mandiri
3. Perawatan diri 0 = Membutuhkan bantuan orang lain
(Grooming) 1 = Mandiri dalam perawatan muka, rambut, 0
gigi, dan bercukur
4. Berpakaian 0 = Tergantung orang lain
(Dressing) 1 = Sebagian dibantu (misal mengancing
1
baju)
2 = Mandiri
5. Buang air kecil 0 = Inkontinensia atau pakai kateter dan
(Bowel) tidak terkontrol
1 = Kadang Inkontinensia (maks, 1x24 jam) 2
2 = Kontinensia (teratur untuk lebih dari 7
hari)
6. Buang air besar 0 = Inkontinensia (tidak teratur atau perlu
(Bladder) enema)
1
1 = Kadang Inkontensia (sekali seminggu)
2 = Kontinensia (teratur)
7. Penggunaan toilet 0 = Tergantung bantuan orang lain
1 = Membutuhkan bantuan, tapi dapat
0
melakukan beberapa hal sendiri
2 = Mandiri
8. Transfer 0 = Tidak mampu
2
1 = Butuh bantuan untuk bisa duduk (2
orang)
2 = Bantuan kecil (1 orang)
3 = Mandiri
9. Mobilitas 0 = Immobile (tidak mampu)
1 = Menggunakan kursi roda
2 = Berjalan dengan bantuan satu orang 1
3 = Mandiri (meskipun menggunakan alat
bantu seperti, tongkat)
10. Naik turun tangga 0 = Tidak mampu
1 = Membutuhkan bantuan (alat bantu) 0
2 = Mandiri
Total 9

Interpretasi hasil :
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan Ringan
9-11 : Ketergantungan Sedang
5-8 : Ketergantungan Berat
0-4 : Ketergantungan Total
Maka Ny. S dalam hal ini dapat dikategorikan kedalam ketergantungan sedang
dengan total skor sebesar 9.
f. Pola hubungan dan peran
Klien mampu berkomunikasi dengan relevan, jelas, mampu mengekspresikan dan
mampu mengerti orang lain, Klien paling dekat dengan suaminya dan suami
adalah orang yang paling berpengaruh bagi klien. Bila memiliki masalah, klien
selalu meminta bantuan suaminya. Klien tidak memiliki kesulitan hubungan dalam
keluarga.
g. Pola sensori dan kognitif
Klien tidak mengalami keluhan yang berarti yang berkenaan dengan kemampuan
sensasi, baik penglihatan, pendengaran, penghidu, pengecap, dan sensasi
perabaan.Klien tidak memakai alat bantu seperti kacamata atau alat bantu dengar.
h. Pola persepsi dan konsep diri
- Klien merasa sakit yang dideritanya sebagai sebuah ujian dalam hidupnya dan
klien berharap setelah menjalani perawatan klien dapat segera pulih dan
menjalani aktivitas seperti biasanya.
- Perasaan klien saat dikaji yaitu pasien pasrah akan kondisinya sekarang, dan
hanya bisa berdoa kepada sang kuasa agar senaniasa diberi ketabahan dan
kesabaran dalam menghapi cobaan yang sedang diberikan kepadanya.
- Konsep diri klien :
1) Klien merasa kondisi sakitnya saat ini membuat dirinya kurang percaya
diri, dan takut.
2) Klien tidak memiliki masalah dengan identitas dirinya sebelum dan
sesudah kondisi sakitnya.
3) Selama kondisi sakitnya, klien mengalami perubahan peran, klien merasa
tidak dapat memenuhi perannya sebagai ibu bagi anak anaknya, dan istri
bagi suaminya.
4) Harapan klien saat dikaji yaitu klien ingin segera sehat dan bisa
berkumpul kembali dengan keluarga besar di rumah.
5) Saat dikaji, klien mengaku merasa takut dan khawatir sejak didiagnosa
terkena gagal ginjal oleh dokter. Klien hanya bisa pasrah dengan
kondisinya yang sekarang.
i. Pola seksual dan reproduksi
Klien sudah menikah, klien mengerti tentang kondisi dan fungsi seksualnya.
j. Pola mekanisme/penanggulangan stress dan koping
Pasien adalah tipe orang yang terbuka. Pasien selalu berkomunikasi dengan
suaminya jika ada masalah atau keluhan yang dihadapi.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Pasien tidak mampu menjalankan ibadah sholat sejak dirawat , klien yakin dengan
pengobatan yang dijalaninya dan tidak ada pertentangan dengan nilai/kebudayaan
yang dianut.

5. PEMERIKSAAN FISIK
1.) Kesadaran : Compos mentis
2.) Tanda – tanda vital :
 TD : 185/110 mmHg
 HR : 98x/mnt
 RR : 28x/mnt
 S : 36.5 °C
3.) Kepala : bentuk kepala mesochepal, tidak ada lesi, kulit kepala bersih.
a. Rambut
Inspeksi : bersih, tidak berbau, rambut berwarna hitam
b. Mata
Inspeksi : Mampu melihat jelas pada jarak normal (6m), ukuran pupil kecil dan
keduanya bereaksi terhadap cahaya (kanan dan kiri), konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik, tidak memakai alat bantu penglihatan dan tidak ada sekret
pada mata.
c. Hidung
Inspeksi : simetris, tidak ada kotoran ,tidak terdapat polip, tidak terdapat
secret dan bersih
d. Mulut
Inspeksi : mukosa bibir normal, tidak ada stomatitis, lidah bersih, tidak ada
pembesaran tonsil, bibir simetris, gusi bersih, gigi bersih dan tidak ada caries.
e. Telinga
Inspeksi : simetris, tidak ada peradangan telinga, tidak ada penumpukan
serumen, tidak memakai alat bantu pendengaran.
4.) Leher
Inspeksi : Simetris, tidak ada lekukan dan massa
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar
limfe
5.) Thorax
a. PARU-PARU
Inspeksi : Bentuk dada saat pergerakan dada inspirasi dan ekspirasi simetris,
tidak ada pencembungan dan tidak ada penarikan abnormal
Palpasi : Pergerakan simetris, tidak ada gerakan yang tertinggal depan dan
belakang, kanan dan kiri
Perkusi paru : Sonor dikedua lapang paru dari apex sampai basal
Auskultasi paru : Vesikuler, terdengar di semua lapang paru, ada suara
tambahan ronkhi.
b. JANTUNG
Inspeksi jantung : Iktus tidak tampak
Palpasi jantung : Iktus teraba di IC V medial linea midklavikularis sinistra
Perkusi : Pekak
Auskultasi : S1& S2 regular tidak ada kelainan, Murmur (-), Gallop (-)

6.) Abdomen
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada asites
Auskultasi : Terdengar bunyi peristaltik usus 10x/menit
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, tidak teraba massa
Perkusi : Terdengar bunyi timpani
7.) Ekstremitas
 Inspeksi Kuku : Warna merah muda pucat, bersih, utuh
 Capillary Refill : lambat (> 2 detik)
 Kemampuan berfungsi : (mobilitas dan keamanan) untuk semua ekstremitas
Kanan (Tangan) Kiri (Tangan)
5 5

Kanan (Kaki) Kiri (Kaki)


5 5

1) Pada tangan kanan dan kiri, kekuatan otot klien berada pada skala 5, gerakan
normal penuh, menentang gravitasi, dengan penahanan penuh, dibuktikan
dengan klien mampu menggenggam dengan erat dan mengangkat kedua
tangannya keatas.
2) Kekuatan otot pada kaki kanan dan kiri pasien berada pada skala 5, gerakan
normal penuh, menentang gravitasi, dengan penahanan penuh, dibuktikan
dengan klien mampu menahan dan melawan tahanan yang diberikan.
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
I. Pemeriksaan Laboratorium Patologik Klinik (Hematologi)
Hasil pemeriksaan laborat Ny. S pada 3 September 2019 pukul 08.14 WIB
Pemeriksaan hasil Hasil Satuan Nilai rujukan Keterangan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 10.0 g/dL 11-7-15.5
Hematokrit 28.90 35-47
Jumlah leukosit 7.6 µL 3.6-11.0
Jumlah trombosit 307 µL 150-400

KIMIA KLINIK
Ureum 108.3 mg/dL 17.0-43.0
Kreatinin 5.7 mg/dL 0.5-0.8
Natrium 134.0 mmol/L 135.0-147.0
Kalium 4.20 mmol/L 3.50-5.0
Calsium 1.14 mmol/L 1.00-1.15
GDS 398 mg/dL

HbsAg Negatif

II. Terapi
1. Amlodipin 1 x 10 mg
2. Candesartan 1 x 16 mg
3. Nocid 3 x 10 mg
4. Domparidon 3 x 10 mg
5. Clonidin 3 x 0,15 mg
6. Ranitidin 2 x 50 mg
7. Ceftriaxon 2 x 1 gr
8. Furosemid 1 x 10 mg
9. Ondan 3 x 2 ml
10. D 10 %
11. RL 500 cc
ANALISA DATA
No Tanggal Data Fokus Problem Etiologi TTD
1. Senin DS : Gangguan Perubahan
2 September  Klien mengatakan sesak nafas pertukaran membran
2019 2019 saat bergerak dan saat berbaring gas kapiler-
Pukul 11.00 diatas tempat tidur alveolar
 Klien mengatakan pusing ketika
bangun

DO :
 RR = 28 x permenit
 Warna kulit pucat
 Klien tampak sesak dan
memegang dadanya
 Klien tampak sesekali duduk

2. Senin DS : Kelebihan Mekanisme


2 September  volume pengatuan
Klien mengatakan perutnya
2019 2019 cairan melemah
semakin membesar
Pukul 11.15
 Klien mengatakan kakinya
bengkak

DO :
 Pasien tampak cemas dan
gelisah
 Perubahan Tekanan Darah
(185/110 mmHg)
 Edema pada tungkai ekstremitas
bawah
 Sesak tanpa aktifitas
 Penambahan berat badan secara
drastis selama 3 hari
BB pre edema : 50 kg
BB post edema : 52 kg
 Oliguria (200 cc/24 jam)

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler-
alveolar
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan mekanisme pengaturan
melemah

C. Intervensi Keperawatan
No. Waktu Rencana TTD
Tujuan & Kriteria (NOC)
Dx (Tgl/Jam) (NIC)
1. Senin, 2 NOC: NIC :
September
2019  Respiratory Status : Gas  Posisikan pasien untuk
exchange memaksimalkan
 Keseimbangan asam Basa, ventilasi
Elektrolit  Lakukan fisioterapi dada
 Respiratory Status : jika perlu
ventilation  Keluarkan sekret dengan
 Vital Sign Status batuk atau suction
Setelah tindakan  Auskultasi suara nafas,
dilakukan
keperawatan selama 23 x 24 catat adanya suara
jam Gangguan pertukaran tambahan
pasien teratasi dengan kriteria  Catat pergerakan
hasi: dada,amati kesimetrisan,
 Mendemonstrasikan penggunaan otot
peningkatan ventilasi dan tambahan, retraksi otot
oksigenasi yang adekuat supraclavicular dan
 Memelihara kebersihan paru intercostal
paru dan bebas dari tanda  Monitor suara nafas,
tanda distress pernafasan seperti dengkur
 Mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara nafas yang  Monitor pola nafas :
bersih, tidak ada sianosis bradipena, takipenia,
dan dyspneu (mampu kussmaul, hiperventilasi,
mengeluarkan sputum, cheyne stokes, biot
mampu bernafas dengan  Monitor TTV, elektrolit
mudah, tidak ada pursed dan ststus mental
lips)  Observasi sianosis
 Tanda tanda vital dalam khususnya membran
rentang normal mukosa
 Status neurologis dalam
batas normal
2. Senin, 2 NOC : NIC :
September  Electrolit and acid base  Pertahankan catatan
2019 balance intake dan output
 Fluid balance yang akurat
 Hydration  Pasang urin kateter
Setelah dilakukan tindakan jika diperlukan
keperawatan selama 3 x 24  Monitor hasil lab
jam kelebihan volume cairan yang sesuai dengan
teratasi dengan kriteria: retensi cairan (BUN ,
 Terbebas dari edema, Hmt , osmolalitas urin
efusi, anaskara )
 Bunyi nafas bersih, tidak  Monitor vital sign
ada dyspneu/ortopneu  Monitor indikasi
 Terbebas dari distensi vena retensi / kelebihan
jugularis, cairan (cracles, CVP ,
 Memelihara tekanan vena edema, distensi vena
sentral, tekanan kapiler leher, asites)
paru, output jantung dan  Kaji lokasi dan luas
vital sign DBN (sistol edema
130-150 mmHg, diastoll  Monitor masukan
80-100 mmHg) makanan / cairan
 Terbebas dari kelelahan,  Monitor status nutrisi
kecemasan atau bingung  Berikan diuretik
sesuai interuksi
 Kolaborasi pemberian
obat:
Furosemid
 Monitor berat badan
 Monitor elektrolit
 Monitor tanda dan
gejala dari odema
3. Implementasi
Tgl/Jam Ttd &
Diagnosa Implementasi Respon Ps
Tgl jam Nama
Gangguan 02/09/ 10.00  Memposisikan S : Klien mengatakan merasa
pertukaran 2019 WIB pasien semifowler lebih nyaman dan sesak nafas
untuk bekurang
gas
memaksimalkan O : RR = 28 x per menit
berhubungan ventilasi Spo2 = 97 %
dengan
10.10  Melakukan S : Klien mengatakan batuk
perubahan
fisioterapi dada dan selalu muncul perasaan
membran jika perlu untuk membuang sekret
alveolar O : Klien tampak kooperatif
saat dilakukan prosedur
fisioterapi dada, mulai dari
postural drainase, perkusi
hingga fibrasi

10.20  Mengeluarkan S : Klien mengatakan paham


sekret dengan dengan teknik batuk efektif yag
batuk atau suction diajarkan
O : Klien tampak
mempraktekkan betuk efektif
dengan baik dan tampak
mengeluarkan sekret setelah
batuk

 Auskultasi suara S : klien mengatakan bersedia


10.30 nafas, catat adanya diperiksa suara parunya
suara tambahan O : terdengar sonor di keda
lapang paru, dan terdapat suara
tambahan ronkhi

 Mencatat S : Klien bersedia di lakukan


10.40 pergerakan pemeriksaan dada
dada,amati O : Klien tampak kooperatif,
kesimetrisan, pergerakan dada saat inspirasi
penggunaan otot dan ekspirasi simetris antara
tambahan, retraksi dada kanan dan kiri
otot
supraclavicular dan
intercostal
11.00  Memonitor suara S :klien bersedia untuk
nafas, seperti dimonitor suara napasnya
dengkur O : Tidak terdengar suara
seperti mendengkur dari klien

11.15  Memonitor pola S : klien mengatakan dadanya


nafas : bradipena, sesak
takipenia, O : Klien tampak lemah, dan
kussmaul, tampak memegang dadanya,
hiperventilasi, RR = 28 x permenit, SPO2 =
cheyne stokes, biot 97 %, terpasang kanul 3 liter
permenit

11.30  Memonitor TTV, S : klien bersedia diukur tanda-


elektrolit dan ststus tanda vitalnya
mental O : Klien tampak pucat
TD = 185/110 mmHg
HR = 98 x permenit
S : 36.5 o C

11.45  Mengobservasi S : klien mengatakan lemas


sianosis khususnya
membran mukosa O : warna kulit dan mukosa
bibir tampak kebiruan

Kelebihan 02/09/ 08.00


volume 19  Memertahankan S : klien mengatakan minum ±
catatan intake 200 ml/7 jam, makan 100 cc/7
cairan
dan output yang jam, BAB (-), BAK 200 ml/7
berhubungan akurat jam
dengan O:
Cairan masuk :
mekanisme
Tampak terpasang infus RL
pengaturan 500 ml, makan 100 cc, minum
melemah 200 cc, Obat injeksi = 10 cc
AM = 5 x BB = 5 x 50 = 200,
Cairan keluar :
urine 200 cc, Iwl : BB x 15 x
shift/jam = 50 x 15 /24 jam =
31.25 cc
Balance cairan = cairan masuk-
cairan keluar = 1.010 cc-
231.25 cc = 778.75 cc

 Memonitor hasil S : Klien mengatakan belum


08.15
lab yang sesuai tahu tentang hasil labnya
dengan retensi O : kadar ureum 108.3 mg/dL,
cairan (BUN) kreatinin 5.7 mg/dL

08.30  Memonitor vital S : klien bersedia diukur tanda-


sign tanda vitalnya
O : Klien tampak pucat
TD = 185/110 mmHg
HR = 98 x permenit
S : 36.5 o C

 Memonitor S : klien mengatakan kaki


09.00 indikasi retensi / kakinya bengkak dan perut
kelebihan cairan mulai membesar
(cracles, CVP O : kaki tampak edema, , perut
edema, distensi tempak membesar, tidak ada
vena leher, distensi vena leher
asites)

 Mengkaji lokasi S : klien mengatakan bengkak


08.30 dan luas edema di kaki sejak 2 minggu yang
lalu, dan perut juga ikut
membesar
O : Tampak kaki edema CRT >
2 detik, perut besar

 Memonitor S : Klien mengatakan bersedia


09.10
masukan dimonitor intake dan output
makanan / cairannya
cairan O = balance cairan = + 778.75
cc

 Memberikan S : Klien bersedia diberi injeksi


09.20 diuretik furosemid
furosemid 1 x O : klien tampak kooperatif
10 mg
S : Pasien merasa berat
09.30  Memonitor berat badannya meningkat, BB
badan sebelum masuk RS = 50 kg
O : BB saat dikaji = 50.5 kg

 Memonitor S :klien mengatakan ingin


10.00 elektrolit selalu tahu tentang hasil labnya
O : Hasil lab menunjukkan
kadar Natrium sebesar 134
mmol/dL, Kalium 4.20
mmol/dL, Calsium 1.14
mmol/dL

S : pasien mengatakan lemas,


10.15  Memonitor
kakinya bengkak dan perutnya
tanda dan gejala
membesar
dari odema
O : CRT > 2 detik

Gangguan 03/09/ 10.00  Memposisikan S : Klien mengatakan merasa


pertukaran 19 WIB pasien semifowler lebih nyaman dan sesak nafas
untuk bekurang
gas
memaksimalkan O : RR = 25 x per menit
berhubungan ventilasi Spo2 = 98 %
dengan
10.10  Melakukan S : Klien mengatakan batuk
perubahan
fisioterapi dada dan selalu muncul perasaan
membran jika perlu untuk membuang sekret
alveolar O : Klien tampak kooperatif
saat dilakukan prosedur
fisioterapi dada, mulai dari
postural drainase, perkusi
hingga fibrasi

10.20  Mengeluarkan S : Klien mengatakan paham


sekret dengan dengan teknik batuk efektif yag
batuk atau suction diajarkan
O : Klien tampak
mempraktekkan betuk efektif
dengan baik dan tampak
mengeluarkan sekret setelah
batuk

 Auskultasi suara S : klien mengatakan bersedia


10.30 nafas, catat adanya diperiksa suara parunya
suara tambahan O : terdengar sonor di keda
lapang paru, dan terdapat suara
tambahan ronkhi

10.40  Mencatat S : Klien bersedia di lakukan


pergerakan pemeriksaan dada
dada,amati O : Klien tampak kooperatif,
kesimetrisan, pergerakan dada saat inspirasi
penggunaan otot dan ekspirasi simetris antara
tambahan, retraksi dada kanan dan kiri
otot
supraclavicular dan
intercostal

11.00  Memonitor suara S :klien bersedia untuk


nafas, seperti dimonitor suara napasnya
dengkur O : Tidak terdengar suara
seperti mendengkur dari klien

11.15  Memonitor pola S : klien mengatakan dadanya


nafas : bradipena, sesak
takipenia, O : Klien tampak lemah, dan
kussmaul, tampak memegang dadanya,
hiperventilasi, RR = 25 x permenit, SPO2 =
cheyne stokes, biot 98 %, terpasang kanul 3 liter
permenit

11.30  Memonitor TTV, S : klien bersedia diukur tanda-


elektrolit dan ststus tanda vitalnya
mental O : Klien tampak pucat
TD = 158/90 mmHg
HR = 88 x permenit
S : 36.2 o C

11.45  Mengobservasi S : klien mengatakan lemas


sianosis khususnya
membran mukosa O : warna kulit dan mukosa
bibir tampak sedikit kebiruan
Kelebihan 03/09/ 08.00  Memeertahanka S : klien mengatakan minum ±
volume 19 n catatan intake 120 ml/7 jam, makan 100 cc/7
cairan dan output yang jam, BAB (-), BAK 400 ml/7
berhubungan akurat jam
dengan O:
mekanisme Cairan masuk :
pengaturan Tampak terpasang infus RL
melemah 500 ml, makan 100 cc, minum
120 cc, Obat injeksi = 10 cc
AM = 5 x BB = 5 x 50 = 200,
Cairan keluar :
urine 400 cc, Iwl : BB x 15 x
shift/jam = 51 x 15 /24 jam =
31.90 cc
Balance cairan = cairan masuk-
cairan keluar = 1.010 cc-
231.25 cc = 498.1 cc

08.15  Memonitor hasil S : Klien mengatakan belum


lab yang sesuai tahu tentang hasil labnya
dengan retensi O : kadar ureum 108.3 mg/dL,
cairan (BUN) kreatinin 5.7 mg/dL

08.30  Memonitor vital S : klien bersedia diukur tanda-


sign tanda vitalnya
O : Klien tampak pucat
TD = 158/90 mmHg
HR = 88 x permenit
S : 36.2 o C

09.00  Memonitor S : klien mengatakan kaki


indikasi retensi / kakinya bengkak dan perut
kelebihan cairan mulai membesar
(cracles, CVP O : kaki tampak edema, , perut
edema, distensi tempak membesar, tidak ada
vena leher, distensi vena leher
asites)

08.30  Mengkaji lokasi S : klien mengatakan bengkak


dan luas edema di kaki sejak 2 minggu yang
lalu, dan perut juga ikut
membesar
O : Tampak kaki edema CRT >
2 detik, perut besar

09.10  Memonitor S : Klien mengatakan bersedia


masukan dimonitor intake dan output
makanan / cairannya
cairan O = balance cairan = + 498.1
cc

09.20  Memberikan S : Klien bersedia diberi injeksi


diuretik furosemid
furosemid 1 x O : klien tampak kooperatif
10 mg
S : Pasien merasa berat
badannya meningkat, BB
09.30  Memonitor berat sebelum masuk RS = 50 kg
badan O : BB saat dikaji = 51 kg

10.00  Memonitor S :klien mengatakan ingin


elektrolit selalu tahu tentang hasil labnya
O : Hasil lab menunjukkan
kadar Natrium sebesar 134
mmol/dL, Kalium 4.20
mmol/dL, Calsium 1.14
mmol/dL

 Monitor tanda S : pasien mengatakan lemas,


10.15 dan gejala dari kakinya bengkak dan perutnya
odema membesar
O : CRT > 2 detik

Gangguan 04/09/ 14.30  Memposisikan S : Klien mengatakan merasa


19 pasien semifowler lebih nyaman dan sesak nafas
pertukaran
untuk bekurang
gas
memaksimalkan O : RR = 22 x per menit
berhubungan ventilasi Spo2 = 100 %
dengan
14.50  Melakukan S : Klien mengatakan batuk
perubahan
fisioterapi dada dan selalu muncul perasaan
membran jika perlu untuk membuang sekret
alveolar O : Klien tampak kooperatif
saat dilakukan prosedur
fisioterapi dada, mulai dari
postural drainase, perkusi
hingga fibrasi

15.00  Mengeluarkan S : Klien mengatakan paham


sekret dengan dengan teknik batuk efektif yag
batuk atau suction diajarkan
O : Klien tampak
mempraktekkan betuk efektif
dengan baik dan tampak
mengeluarkan sekret setelah
batuk

15.15  Auskultasi suara S : klien mengatakan bersedia


nafas, catat adanya diperiksa suara parunya
suara tambahan O : terdengar sonor di keda
lapang paru, dan tidak terdapat
suara tambahan

15.30  Mencatat S : Klien bersedia di lakukan


pergerakan pemeriksaan dada
dada,amati O : Klien tampak kooperatif,
kesimetrisan, pergerakan dada saat inspirasi
penggunaan otot dan ekspirasi simetris antara
tambahan, retraksi dada kanan dan kiri
otot
supraclavicular dan
intercostal

15.50  Memonitor suara S :klien bersedia untuk


nafas, seperti dimonitor suara napasnya
dengkur O : Tidak terdengar suara
seperti mendengkur dari klien

 Memonitor pola S : klien mengatakan sudah


16.00 nafas : bradipena, tidak sesak
takipenia, O : Klien tampak berbaring di
kussmaul, bed sesekali duduk, RR = 22 x
hiperventilasi, permenit, SPO2 = 100 %,
cheyne stokes, biot
17.00  Memonitor TTV, S : klien bersedia diukur tanda-
elektrolit dan ststus tanda vitalnya
mental O : Klien tampak lemas
TD = 145/80 mmHg
HR = 88 x permenit
S : 36.2 o C

 Mengobservasi S : klien mengatakan lemas


sianosis khususnya
membran mukosa O : warna kulit sawo matang,
tak nampak sianosis

Kelebihan 04/09/ 14.30  Mempertahanka S : klien mengatakan minum ±


volume 19 n catatan intake 100 ml/7 jam, makan 100 cc/7
cairan dan output yang jam, BAB (-), BAK 500 ml/7
berhubungan akurat jam
dengan O:
mekanisme Cairan masuk :
pengaturan Tampak terpasang infus RL
melemah 500 ml, makan 100 cc, minum
100 cc, Obat injeksi = 10 cc
AM = 5 x BB = 5 x 50 = 200,
Cairan keluar :
urine 500 cc, Iwl : BB x 15 /24
jam = 52 x 15 /24 jam = 32.5
cc
Balance cairan = cairan masuk-
cairan keluar = 910 cc-532.5 cc
= 377.5 cc

14.50  Memonitor hasil S : Klien mengatakan belum


lab yang sesuai tahu tentang hasil labnya
dengan retensi O : kadar ureum 108.3 mg/dL,
cairan (BUN) kreatinin 5.7 mg/dL

15.00  Memonitor vital S : klien bersedia diukur tanda-


sign tanda vitalnya
O : Klien tampak lemas
TD = 145/80 mmHg
HR = 88 x permenit
S : 36.2 o C
15.15  Memonitor S : klien mengatakan kaki
indikasi retensi / kakinya bengkak dan perut
kelebihan cairan mulai membesar
(cracles, CVP O : kaki tampak edema, , perut
edema, distensi tempak membesar, tidak ada
vena leher, distensi vena leher
asites)

 Mengkaji lokasi S : klien mengatakan bengkak


15.30
dan luas edema di kaki sejak 2 minggu yang
lalu, dan perut juga ikut
membesar
O : Tampak kaki edema CRT >
2 detik, perut besar

15.50
 Memonitor S : Klien mengatakan bersedia
masukan dimonitor intake dan output
makanan / cairannya
cairan O = balance cairan = + 377.5
cc

16.00
 Memberikan S : Klien bersedia diberi injeksi
diuretik furosemid
furosemid 1 x O : klien tampak kooperatif
10 mg

17.00  Memonitor berat S : Pasien merasa berat


badan badannya meningkat, BB
sebelum masuk RS = 50 kg
O : BB saat dikaji = 52 kg

17.30  Memonitor S :klien mengatakan ingin


elektrolit selalu tahu tentang hasil labnya
O : Hasil lab menunjukkan
kadar Natrium sebesar 134
mmol/dL, Kalium 4.20
mmol/dL, Calsium 1.14
mmol/dL

18.00  Memonitor S : pasien mengatakan lemas,


tanda dan gejala kakinya bengkak dan perutnya
dari odema membesar
O : CRT > 2 detik

4. Evaluasi
Diagnosa
Tanggal/Jam Evaluasi TTD
Keperawatan
04 Agustus Gangguan S : Klien mengatakan sudah tidak sesak
2019 pertukaran gas
O:
21.00 WIB berhubungan
Klien tampak nyaman dengan posisinya, tidak
dengan perubahan sesak, RR = 22x per menit, SPO2 = 100 x permenit
membran alveolar TD = 145/80 mmHg
HR = 88 x permenit
S : 36.2 o C

A : Gangguan pertukaran gas teratasi


P : Hentikan intervensi

04 Agustus Kelebihan volume S : Pasien mengatakan kakinya bengkak, perut


2019 cairan berhubungan membesar, mual
dengan mekanisme
21.00 WIB
pengaturan O:
melemah Cairan masuk :
Tampak terpasang infus RL 500 ml, makan 100 cc,
minum 100 cc, Obat injeksi = 10 cc
AM = 5 x BB = 5 x 50 = 200,
Cairan keluar :
urine 500 cc, Iwl : BB x 15 /24 jam = 52 x 15 /24
jam = 32.5 cc
Balance cairan = cairan masuk-cairan keluar = 910
cc-532.5 cc = 377.5 cc
Tampak kaki edema CRT > 2 detik, perut besar
Hasil lab menunjukkan kadar Natrium sebesar 134
mmol/dL, Kalium 4.20 mmol/dL, Calsium 1.14
mmol/dL

A :kelebihan volume cairan belum teratasi


P : Lanjutkan intervensi :
- Monitor balance cairan
- Kaji lokasi edema
- Monitor berat badan
- Berikan diuretik
BAB 3. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil asuhan keperawatan yang di lakukan pada Nn.S


dengan CKD di ruang Yudistira RSUD K.R.M.T.Wongsonegoro, maka dalam
bab ini penulis akan membahas kesesuaian antara teori dan kenyataan yang
diperoleh sebagai hasil pelaksanaan studi kasus. Dalam bab ini penulis juga
akan menganalisa dari segi pengkajian, diagnose dan intervensi keperawatan
mengenai kasus yang penulis angkat.
A. Analisa Kasus
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap pertama yang penulis lakukan di dalam
proses perawatan. Dari data umum yang penulis kumpulkan Ny. S
merupakan anak kelima di keluarganya dengan usia 49 tahun, tempat
tinggal di Semarang. Pekerjaan Ny. S adalah petani dan pendidikan
terakhir Ny. S adalah SMP, Keluarga Ny. S beranggotakan Tn. M
sebagai suami, Tn. R sebagai anak pertama, Tn. S anak kedua dan Sdr.
J sebagai anak ketiga. Tipe keluarga Ny. S adalah keluarga inti atau
nuclear family. Hal ini didukung oleh teori menurut Suprajitno (2018),
keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh
dari keturunannya atau adopsi atau keduanya adalah nuclear family.
Pengkajian ini melalui pengkajian pola fungsional menurut Gordon,
pemeriksaan fisik dengan metode head to toe, dan pengumpulan informasi
atau data – data ini diperoleh dari wawancara dengan pasien, keluarga
pasien, melakukan observasi, catatan keperawatan, dan pemeriksaan fisik.
Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang
progresif dan ireversibel, yang menyebabkan ketidakmampuan ginjal
untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan maupun
elektrolit, sehingga timbul gejala uremia (retensi urea dan sampah nitrogen
lain dalam darah) (Smeltzer 2008).
Data utama yang penulis dapatkan saat menkaji pasien adalah klien
mengatakan sesak nafas, RR = 28 x permenit SPO2 97 %, terpasang
oksigen 3 liter per menit. Saat dikaji Ny. S tampak lemah dan bedrest di
atas tempat tidur, klien juga mengatakan perut membesar dan kaki
bengkak, CRT lebih dari 2 detik, oliguri dengan volume urin 200 cc/24
jam, balance cairan hari pertama saat pengkajian + 778.75 cc, hasil
laboratorium menunjukkan kadar ureum 108.3 mg/dL, kreatinin 5.7
mg/dL, TD : 185/110 mmHg.
Sesuai teori yang dikemukakan oleh Lewis (2012) manifestasi CKD
antara lain hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem
renin-angiotensinaldosteron), meningkatnya kadar ureum dan kreatinin,
pitting edema (kaki,tangan,sakrum).

2. Diagnosa Keperawatan
a) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolar
Gangguan pertukaran gas adalah kelebihan atau deficit pada
oksigenasi dan atau eliminasi karbondioksida pada membrane alveolar
kapiler (Nanda, 2018-2020). Diagnosa tersebut dapat ditegakan jika
ada data batasan karakteristik yaitu Dispnue, gas darah arteri abnormal,
pH arteri abnormal, pola pernafasan abnormal, warna kulit abnormal,
sakit kepala saat bangun, hipoksia, anietas, gelisah, ada nafas cuping
hidung, gelisah, takikardia.
. Alasan diagnose tersebut diangkat karena saat pengkajian
didapatkan data subjektif yaitu pasien mengatakan sesak nafas, sakit
kepala saat terbangun dari tempat tidur. Data objektif klien tampak
sesak dan gelisah, RR = 28 x permenit, SPO2 = 97 %, warna kulit
kebiruan pada jari tangan.
Diagnosa tersebut penulis prioritaskan karena keluhan yang
dirasakan pasien saat itu dan apabila masalah itu tidak segera ditangani
akan menimbulkan ketidaknyamanan bagi pasien dan bisa mengganggu
aktifitas klien sehingga akan timbul rasa ketakutan untuk melakukan
aktivas yang lain.

b) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan mekanisme pengaturan


melemah
Menurut Nanda (2018-2020) Kelebihan volume cairan adalah
peningkatan asupan dan atau retensi cairan.
Diagnosa tersebut dapat ditegakkan jika ada data batasan
karakteristik yaitu terdapat bunyi napas tambahan, gangguan tekanan
darah, gangguan pola napas, perubahan berat jenis urine, ansietas,
dispnue, edema, ketidakseimbangan elektrolit, oliguria, gelisah,
peningkatan berat badan dalam waktu singkat.
Alasan diagnose tersebut diangkat karena ditemukan tanda-tanda
yang mendukung yaitu secara subyektif yaitu pasien mengatakan
sesak, takut dan khawatir akan kondisinya yang sekarang, dan pasien
merasa BB meningkat dan data obyektif yaitu pasien tampak cemas,
sesak RR = 28 x permenit, oliguri urine tertampung di urine bag 200
cc/24 jam, BB selama 3 hari intervensi mengalami peningkatan BB
saat dikaji : 50 kg, BB saat evaluasi 52 kg, edema pada perut dan
ektremitas bawah, CRT > 2 detik, hasil laboratorium ureum 108.3
mg/dL, kreatinin 5.7 mg/dL, Natrium 134 mmol/L, kalium 4.20
mmol/L, Calsium 1.14 mmol/L.
B. Analisa Intervensi Keperawatan
1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolar Intervensi yang dapat dilakukan dalam diagnosa ini antara lain:
posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilas, lakukan fisioterapi dada
jika perlukan, keluarkan sekret dengan batuk efektif, auskultasi suara
nafas, catat adanya suara tambahan, catat pergerakan dada,amati
kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan
intercostal, monitor suara nafas, seperti dengkur, Monitor pola nafas :
bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot,
monitor TTV, elektrolit dan status mental, observasi sianosis khususnya
membran mukosa. Selama dilakukan implementasi klien sangat kooperatif,
keluarga klien juga sangat terbuka dan mau terlibat langsung membantu
klien, dan evaluasi hari ketiga setelah intervensi pasien mengatakan sudah
tidak sesak, RR = 22 x permenit, SPO2 100 %, sehingga intervensi
gangguan pertukaran gas dihentikan.

2) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan mekanisme pengaturan


melemah
Intervensi yang dapat dilakukan dalam diagnosa ini antara lain,
Pertahankan catatan intake dan output yang akurat, Pasang urin kateter jika
diperlukan, Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN ,
Hmt , osmolalitas urin), Monitor vital sign, Monitor indikasi retensi /
kelebihan cairan (cracles, CVP , edema, distensi vena leher, asites), Kaji
lokasi dan luas edema, Monitor masukan makanan / cairan , Monitor status
nutrisi, Berikan diuretik sesuai interuksi, Kolaborasi pemberian obat:
Furosemid, Monitor berat badan, Monitor elektrolit, Monitor tanda dan
gejala dari odema. Satt dilakukan implementasi klien sangat kooperatif dan
evaluasi hari ketiga pasien mengatakan kakinya masih bengkak, BB
maningkat, Balance cairan +377.5 cc sehingga intervensi dilanjutkan.
BAB 4 PENUTUP

A. Simpulan
Pada asuhan keperawatan yang dilakukan pada Ny. S dengan CKD di ruang
Yudistira RSUD K.R.M.T Wongsonegoro didapatkan dua diagnosa, yaitu gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar dan kelebihan
volume cairan berhubungan dengan mekanisme pengaturan melemah. Intervensi pada
diagnosa pertama antara lain posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilas,
lakukan fisioterapi dada jika perlukan, keluarkan sekret dengan batuk efektif,
auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan, catat pergerakan dada,amati
kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal,
monitor suara nafas, seperti dengkur, Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot, monitor TTV, elektrolit dan status
mental, observasi sianosis khususnya membran mukosa.
Intervensi pada diagnosa kedua Pertahankan catatan intake dan output yang
akurat, Pasang urin kateter jika diperlukan, Monitor hasil lab yang sesuai dengan
retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin), Monitor vital sign, Monitor indikasi
retensi / kelebihan cairan (cracles, CVP , edema, distensi vena leher, asites), Kaji
lokasi dan luas edema, Monitor masukan makanan / cairan , Monitor status nutrisi,
Berikan diuretik sesuai interuksi, Kolaborasi pemberian obat: Furosemid, Monitor
berat badan, Monitor elektrolit, Monitor tanda dan gejala dari odema.
Evaluasi setelah 3x24 jam didapatkan gangguan pertukaran gas teratasi dan
kelebihan volume cairan belum teratasi sehingga intervensi dilanjutkan.

B. Saran
Selain memberi iedukasi secara oral tentang penyakitnya yang sekarang,
alangkah baiknya dilakukan edukasi menggunakan media yang menarik
menggunakan audivisual terkait penyakit, prognosis dan diit klien, agar klien lebih
tertarik dan lebih paham tentang kondisinya yang sekarang.
DAFTAR PUSTAKA

Alam, Syamsir dan Hadibroto, Iwan. 2017. Gagal Ginjal. Jakarta: Penerbit PT Gramedia

Pustaka Utama

Brunner & Suddarth. 2017. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC


Gloria, et all. 2018-2020. NIC (Nursing Intervention Classification). Indonesia : Mokomedia.
NANDA-1 . 2018-2020. Diagnosis Kepearawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran
Sue, et all. 2018-2020. NOC (Nursing Outcome Classification). Indonesia: Mpkomedia.
Sjamsuhidajat & de jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta: EGC
Sjamsuhidajat, R & Wim, de Jong (ed). 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai