Latar belakang :
CKD atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami
penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana
kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan
elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia. Saat ini penderita gagal ginjal kronik di
dunia mengalami peningkatan sebesar 20-25% setiap tahunnya (USRDS 2018 dalam
Harwood. Lori et al. 2019). Penatalaksanaan untuk mengatasi masalah GGK ada dua pilihan
(Markum 2019) yaitu pertama, penatalaksanaan konservatif meliputi diet protein, kalium,
natrium, dan pembatasan cairan yang masuk. Kedua, dialisis dan transplantasi ginjal. Oleh
karena itu diperlukan asuhan keperawatan yang tepat bagi penderita gagal ginjal kronik.
Tujuan
Memberikan asuhan keperawatan selama 3x 24 jam pada pasien dengan CKD di Ruang
Yudistira RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Semarang.
Hasil
Setelah dilakukan intervensi selama 3 x 24 jam gangguan pertukaran gas teratasi dan
kelebihan volume cairan belum teratasi.
Kesimpulan
CKD merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan ireversibel, sehingga ginjal tidak
mampu mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan maupun elektrolit, diagnosa
utama yang muncul pada pasien CKD antara lain gangguan pertukaran gas dan kelebihan
volume cairan. Intervensi utama yang dilakukan antara lain, memposisikan pasien
semifowler, pasang nasal oksigen dan monitoring cairan.
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
b. Web Of Caution
BAB 2. LAPORAN KASUS KELOLAAN
a. Pengkajian
b. Diagnosa Keperawatan
c. Intervensi Keperawatan
d. Implementasi
e. Evaluasi
BAB 3. PEMBAHASAN
a. Analisa Kasus
b. Analisa Intervensi Keperawatan
BAB 4. PENUTUP
a. Simpulan
b. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB 1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
CKD atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi dimana
ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan samar
(insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme,
cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia. Saat ini
penderita gagal ginjal kronik di dunia mengalami peningkatan sebesar 20-25% setiap
tahunnya (USRDS 2018 dalam Harwood.). Menurut data PERNEFRI (Perhimpunan
Nefrologi Indonesia)mencapai 70.000, namun yang terdeteksi menjalani gagal ginjal
kronis dan menjalani cuci darah/haemodialysis hanya sekitar 4000 sampai dengan
5000 saja. Angka mortalitas pasien gagal ginjal kronik semakin meningkat seiring
meningkatnya angka kejadian penyakit diabetes mellitus, hipertensi, dan penyakit
jantung sebagai penyebabnya dan komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit
tersebut. Menurut data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2018, gagal ginjal kronik
menempati urutan ke 6 penyebab kematian yang dirawat di rumah sakit di Indonesia.
Penatalaksanaan untuk mengatasi masalah GGK terdapat dua pilihan
(Markum 2019) yaitu pertama, penatalaksanaan konservatif meliputi diet protein, diet
kalium, diet natrium, dan pembatasan cairan yang masuk. Kedua, dialisis dan
transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti pada pasien. Terapi pengganti yang
sering dilakukan pada pasien GGK adalah dialisis. Oleh karena permasalahan
tersebut, laporan ini disusun agar perawat mampu memahami dengan baik mengenai
gagal ginjal kronik serta mampu menerapkan asuhan keperawatan yang tepat bagi
penderita gagal ginjal kronik.
A. Pengkajian
Tanggal pengkajian :9 September 2019 Praktikan : Ade Lestiani L
Jam : 10.00 WIB NIM : P1337420919077
Ruang : Yudistira
1. BIODATA PASIEN
Nama pasien : Ny. U
Umur : 67 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Semarang
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Tanggal masuk : 7 September 2019
Diagnosa Medis : SNH
3. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. Keluhan Utama
Lemah anggota gerak kanan 2 5
0 5
b. Riwayat Keperawatan Sekarang
Klien masuk rumah sakit melalui IGD pada tanggal 7 September 2019
pukul 17.00 WIB dengan kondisi lemah anggota gerak kanan dan mual,
kemudian pasien dipindahkan ke ruang Yudistira jam 19.00 WIB status pasien
saat transfer kesadaran composmentis E = 4, M = 6, V = 5, TD : 140/90 mmHg,
HR : 88x/mnt, RR : 22 x/mnt, terapi infus RL 30 tpm, S : 36.4 °C, terpasang O2
nasal kanul 3 lpm. Saat di lakukan pengkajian pasien mengatakan tangan dan kaki
kanannya tidak lemah dan sulit digerakkan.
Keterangan :
: Laki-laki : Meninggal
: Perempuan : Keturunan
: Pasien
: Suami-Istri
: Tinggal serumah
4. POLA FUNGSI ( POLA FUNGSI GORDON )
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.
Pasien mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit terlebih dahulu membeli
obat warung, jika tidak ada perubahan maka akan dibawa ke pengobatan alternafi,
dan jika tidak kunjung sembuh segera memeriksakan ke pusat pelayanan
kesehatan terdekat terbukti saat awal pasien sakit dengan keluhan pusing pasien
membeli obat warung pereda nyeri kepala ketika tidak kunjung sembuh langsung
berobat ke pelayanan kesehatan terdekat sesuai kartu penjamin kesehatannya di
puskesmas dan diketahui pasien sakit hipertensi dan DM.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien biasa makan 3x sehari dengan menu nasi,
lauk pauk, buah, pasien menyukai semua jenis makanan, dan tidak mempunyai
alergi terhadap makanan tertentu. Pasien minum 8 - 9 gelas per hari air putih.
Selama di rawat di rumah sakit, pasien selalu menghabiskan porsi makanannya,
dengan menu bubur, sayur, lauk pauk dan setengah gelas belimbing air putih.
c. Pola eliminasi
Eliminasi urin :
Pasien mengatakan sebelum sakit, pasien biasanya menghabiskan ±2000 cc air
minum sehari, selama di rawat pasien menghabiskan hingga ±1800 cc/hari.
Sebelum dirawat pasien biasa BAK empat sampai lima kali sehari dengan volume
kurang lebih 2000 cc. Saat dikaji, pasien terpasang uine catheter dengan volume
urine ynag keluar selama 24 jam ± 1500 cc.
Eliminasi alvi :
Sebelum sakit, pasien biasa BAB 1x sehari dengan konsistensi keras berbau khas
dan berwarna kuning keemasan. Saat dikaji, keluarga mengatakan selama dirawat,
pasien baru 2x BAB sejak pertama masuk ruangan.
d. Pola tidur dan istirahat
Sebelum sakit, pasien biasa tidur 8 jam/hari dari jam 20.00-03.00 WIB. Selama
dirawat pasien mengatakan tidur ± 10 jam dengan durasi tidak menentu.
e. Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit pasien melakukan aktivitas dari yang ringan sampai berat. Pasien
bisa melakukan semua aktivitas secara mandiri. Pasien juga dapat bekerja dengan
baik tanpa hambatan mobilisasi. Selama sakit, pasien hanya mampu berbaring
karena lemah anggota gerak kanan.
Berikut penilaian pola aktivitas dan latihan menurut indek Bartel pada Ny. U
selama dirawat di Ruang Yudistira:
No Item yang dinilai Skor Nilai
1. Makan (Feeding) 0 = Tidak mampu
1 = Butuh bantuan memotong, mengoles
0
mentega dll.
2 = Mandiri
2. Mandi (Bathing) 0 = Tergantung orang lain
0
1 = Mandiri
3. Perawatan diri 0 = Membutuhkan bantuan orang lain
(Grooming) 1 = Mandiri dalam perawatan muka, rambut, 0
gigi, dan bercukur
4. Berpakaian 0 = Tergantung orang lain
(Dressing) 1 = Sebagian dibantu (misal mengancing
1
baju)
2 = Mandiri
5. Buang air kecil 0 = Inkontinensia atau pakai kateter dan
(Bowel) tidak terkontrol
1 = Kadang Inkontinensia (maks, 1x24 jam) 2
2 = Kontinensia (teratur untuk lebih dari 7
hari)
6. Buang air besar 0 = Inkontinensia (tidak teratur atau perlu
(Bladder) enema)
1
1 = Kadang Inkontensia (sekali seminggu)
2 = Kontinensia (teratur)
7. Penggunaan toilet 0 = Tergantung bantuan orang lain
1 = Membutuhkan bantuan, tapi dapat
0
melakukan beberapa hal sendiri
2 = Mandiri
8. Transfer 0 = Tidak mampu
0
1 = Butuh bantuan untuk bisa duduk (2
orang)
2 = Bantuan kecil (1 orang)
3 = Mandiri
9. Mobilitas 0 = Immobile (tidak mampu)
1 = Menggunakan kursi roda
2 = Berjalan dengan bantuan satu orang 0
3 = Mandiri (meskipun menggunakan alat
bantu seperti, tongkat)
10. Naik turun tangga 0 = Tidak mampu
1 = Membutuhkan bantuan (alat bantu) 0
2 = Mandiri
Total 4
Interpretasi hasil :
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan Ringan
9-11 : Ketergantungan Sedang
5-8 : Ketergantungan Berat
0-4 : Ketergantungan Total
Maka Ny. S dalam hal ini dapat dikategorikan kedalam ketergantungan total
dengan skor sebesar 4.
f. Pola hubungan dan peran
Klien mampu berkomunikasi dengan relevan, jelas, mampu mengekspresikan dan
mampu mengerti orang lain, Klien paling dekat dengan suaminya dan suami
adalah orang yang paling berpengaruh bagi klien. Bila memiliki masalah, klien
selalu meminta bantuan suaminya. Klien tidak memiliki kesulitan hubungan dalam
keluarga.
g. Pola sensori dan kognitif
Klien tidak mengalami keluhan yang berarti yang berkenaan dengan kemampuan
sensasi, baik penglihatan, pendengaran, penghidu, pengecap, dan sensasi
perabaan. Klien tidak memakai alat bantu seperti kacamata atau alat bantu dengar.
h. Pola persepsi dan konsep diri
- Klien merasa sakit yang dideritanya sebagai sebuah ujian dalam hidupnya dan
klien berharap setelah menjalani perawatan klien dapat segera pulih dan
menjalani aktivitas seperti biasanya.
- Perasaan klien saat dikaji yaitu pasien pasrah akan kondisinya sekarang, dan
hanya bisa berdoa kepada sang kuasa agar senaniasa diberi ketabahan dan
kesabaran dalam menghapi cobaan yang sedang diberikan kepadanya.
- Konsep diri klien :
1) Klien merasa kondisi sakitnya saat ini tidak membuat dirinya minder.
2) Klien tidak memiliki masalah dengan identitas dirinya sebelum dan
sesudah kondisi sakitnya.
3) Selama kondisi sakitnya, klien mengalami perubahan peran, klien merasa
tidak dapat memenuhi perannya sebagai ibu bagi anak anaknya, dan istri
bagi suaminya.
4) Harapan klien saat dikaji yaitu klien ingin segera sehat dan bisa
berkumpul kembali dengan keluarga besar di rumah.
5) Saat dikaji, klien mengaku merasa takut dan khawatir sejak didiagnosa
terkena gagal ginjal oleh dokter. Klien hanya bisa pasrah dengan
kondisinya yang sekarang.
i. Pola seksual dan reproduksi
Klien sudah menikah, klien mengerti tentang kondisi dan fungsi seksualnya.
j. Pola mekanisme/penanggulangan stress dan koping
Pasien adalah tipe orang yang terbuka. Pasien selalu berkomunikasi dengan
suaminya jika ada masalah atau keluhan yang dihadapi.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Pasien tidak mampu menjalankan ibadah sholat sejak dirawat , klien yakin dengan
pengobatan yang dijalaninya dan tidak ada pertentangan dengan nilai/kebudayaan
yang dianut.
5. PEMERIKSAAN FISIK
1.) Kesadaran : Compos mentis
2.) Tanda – tanda vital :
TD : 140/90 mmHg
HR : 88x/mnt
RR : 22x/mnt
S : 36.4 °C
3.) Kepala : bentuk kepala mesochepal, tidak ada lesi, kulit kepala bersih.
a. Rambut
Inspeksi : bersih, tidak berbau, rambut berwarna hitam
b. Mata
Inspeksi : Mampu melihat jelas pada jarak normal (6m), ukuran pupil kecil dan
keduanya bereaksi terhadap cahaya (kanan dan kiri), konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik, tidak memakai alat bantu penglihatan dan tidak ada sekret
pada mata.
c. Hidung
Inspeksi : simetris, tidak ada kotoran ,tidak terdapat polip, tidak terdapat
secret dan bersih
d. Mulut
Inspeksi : mukosa bibir normal, tidak ada stomatitis, lidah bersih, tidak ada
pembesaran tonsil, bibir simetris, gusi bersih, gigi bersih dan tidak ada caries.
e. Telinga
Inspeksi : simetris, tidak ada peradangan telinga, tidak ada penumpukan
serumen, tidak memakai alat bantu pendengaran.
4.) Leher
Inspeksi : Simetris, tidak ada lekukan dan massa
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar
limfe
5.) Thorax
a. PARU-PARU
Inspeksi : Bentuk dada saat pergerakan dada inspirasi dan ekspirasi simetris,
tidak ada pencembungan dan tidak ada penarikan abnormal
Palpasi : Pergerakan simetris, tidak ada gerakan yang tertinggal depan dan
belakang, kanan dan kiri
Perkusi paru : Sonor dikedua lapang paru dari apex sampai basal
Auskultasi paru : Vesikuler, terdengar di semua lapang paru, ada suara
tambahan ronkhi.
b. JANTUNG
Inspeksi jantung : Iktus tidak tampak
Palpasi jantung : Iktus teraba di IC V medial linea midklavikularis sinistra
Perkusi : Pekak
Auskultasi : S1& S2 regular tidak ada kelainan, Murmur (-), Gallop (-)
6.) Abdomen
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada asites
Auskultasi : Terdengar bunyi peristaltik usus 10x/menit
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, tidak teraba massa
Perkusi : Terdengar bunyi timpani
7.) Ekstremitas
Inspeksi Kuku : Warna merah muda pucat, bersih, utuh
Capillary Refill : lambat (> 2 detik)
Kemampuan berfungsi : (mobilitas dan keamanan) untuk semua ekstremitas
Kanan (Tangan) Kiri (Tangan)
2 5
1) Pada tangan kanan kekuatan otot Ny. U sebesar 2, artinya tidak mampu
melawan gravitasi, kekuatan otot tangan kiri 5, artinya dapat melawan
gravitasi, mampu mempertahankan posisi, dan mampu menahan tahanan
maksimal.
2) Kekuatan otot pada kaki kanan 0, artinya tidak ada kontraksi otot dan pada
kaki kiri kekuatan otot pasien skala 5, gerakan normal penuh, menentang
gravitasi, dengan penahanan penuh, dibuktikan dengan klien mampu menahan
dan melawan tahanan yang diberikan.
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
I. Pemeriksaan Laboratorium Patologik Klinik (Hematologi)
Hasil pemeriksaan laborat Ny. U pada 3 September 2019 pukul 08.14 WIB
Pemeriksaan hasil Hasil Satuan Nilai rujukan Keterangan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 14.1 g/dL 11-7-15.5
Hematokrit 41.00 35-47
Jumlah leukosit 12.9 µL 3.6-11.0
Jumlah trombosit 361 µL 150-400
KIMIA KLINIK
Ureum 24.1 mg/dL 17.0-43.0
Kreatinin 0.7 mg/dL 0.5-0.8
Natrium 130.0 mmol/L 135.0-147.0
Kalium 5.60 mmol/L 3.50-5.0
Calsium 1.29 mmol/L 1.00-1.15
Asam urat 5.8 mg/dL
Kolesterol total 254 mg/dL
trigliserida 159 mg/dL
GDS 320 mg/dL
HbsAg Negatif
II. Terapi
1. Amlodipin 1 x 10 mg
2. Citicolin 2 x 500 mg
3. Mecobalamin 1 x 500 mg
4. Ceftriaxone 1 x 2 gr
5. Ranitidin 2 x 50 mg
6. Dulcolax 1 x 10 mg
7. D 10 %
8. RL 500 cc
ANALISA DATA
No Tanggal Data Fokus Problem Etiologi TTD
1. Senin DS : Hambatan Kerusakan
9 September Klien mengatakan hanya bisa mobilitas neuromusku
2019 2019 berbaring diatas tempat tidur fisik ler
Pukul 10.00 Klien mengatakan anggota
gerak kanannya lemah
DO :
Klien tampak berbaring diatas
tempat tidur
Tangan dan kaki kanan klien
tampak lemah
Kekuatan otot Ny. U
2 5
0 5
ROM eksremitas kanan :
- Jari tangan : 45 o
- Pergelangan tangan 30 o
- Siku 0o
- Bahu 0o
- Paha 0o
- Lutut 0o
- Pergelangan kaki 0o
- Jari kaki 0o
2. Senin Gangguan Gangguan
Klien tampak dibantu perawat
2 September perfusi transort O2
saat mobilisasi, miring kanan-
2019 2019 jaringan
kiri
Pukul 11.15
DS :
Klien mengatakan pusing
DO :
TD : 140/90 mmHg, RR = 22 x
permenit, HR = 88 x permenit, S
= 36.4 OC
Klien tampak sesekali
memegang kepalanya
Klien tampak sesekali bingung
menjawab pertanyaan dari
perawat
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan gangguan transport
O2
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular
C. Intervensi Keperawatan
No. Waktu Rencana TTD
Tujuan & Kriteria (NOC)
Dx (Tgl/Jam) (NIC)
1. Senin, 9 NOC : Monitor tanda-tanda
September
2019 Circulation status vital
Neurologic status Monitor adanya
Tissue Prefusion : cerebral pusing atau nyeri
Setelah dilakukan asuhan kepala
selama 3 x 24 jam, Monitor level
ketidakefektifan perfusi orientasI
jaringan cerebral teratasi
dengan kriteria hasil: Posisikan head up
Tekanan systole dan kepala 0-45o
diastole dalam rentang
normal sistol 100-130
mmHg, diastole 70-90
mmHg
Nyeri kepala dan pusing
berkurang
Orientasi klien jelas
2. Senin, 9 NOC : NIC :
September Joint Movement : Active
Exercise therapy :
2019 Mobility Level
ambulation
Self care : ADLs
Kaji kekuatan otot
Transfer performance
klien
Setelah dilakukan tindakan
Kaji ROM klien
keperawatan selama 3 x 24
Ajarkan pasien
jamgangguan mobilitas fisik
tentang bagaimana
teratasi dengan kriteria hasil:
merubah posisi dan
Klien dapat miring kanan
berikan bantuan jika
kiri dan duduk dengan
diperlukan
dibantu 1 orang
Latih ROM
Ekstreitas kanan tapak
kuat dari sebelumnya
ROM klien meningkat
Kekuatan otot meningkat,
ekstremitas atas menjadi 3,
ekstremitas bawah menjadi
1
3. Implementasi
Tgl/Jam Ttd &
Diagnosa Implementasi Respon Ps
Tgl jam Nama
Gangguan 09/09/ 09.00 Memonitor S : Klien bersedia diukur TTV
perfusi 2019 tanda-tanda vital O : hasil pemeriksaan TTV
jaringan menunjukkan TD : 140/90
serebral mmHg, RR = 22 x
berhubungan permenit, HR = 88 x
4. Evaluasi
Diagnosa
Tanggal/Jam Evaluasi TTD
Keperawatan
11 Agustus Gangguan perfusi S : Klien mengatakan sudah tidak pusing
2019 jaringan serebral
O:
21.00 WIB berhubungan
- Hasil pemeriksaan TTV menunjukkan TD :
dengan gangguan
130/85 mmHg, RR = 20 x permenit, HR = 90 x
transport O2
permenit, S = 36.5 OC
- Orientasi klien bagus, klien dapat menjelaskan
saat ini sedang berada di RS, sakit stroke,
didampingi oleh suami di malam hari, dan
mampu menjawab pertanyaan dari perawat
dengan baik
A : Gangguan perfusi jaringan teratasi
P : Hentikan intervensi
11 Agustus Gangguan mobilitas S : Pasien mengatakan ekstremitas kanan masih
2019 fisik berhubungan lemah, terutama kaki kananya
4 5
1 5
2. Diagnosa Keperawatan
a) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolar
Gangguan pertukaran gas adalah kelebihan atau deficit pada
oksigenasi dan atau eliminasi karbondioksida pada membrane alveolar
kapiler (Nanda, 2018-2020). Diagnosa tersebut dapat ditegakan jika
ada data batasan karakteristik yaitu Dispnue, gas darah arteri abnormal,
pH arteri abnormal, pola pernafasan abnormal, warna kulit abnormal,
sakit kepala saat bangun, hipoksia, anietas, gelisah, ada nafas cuping
hidung, gelisah, takikardia.
. Alasan diagnose tersebut diangkat karena saat pengkajian
didapatkan data subjektif yaitu pasien mengatakan sesak nafas, sakit
kepala saat terbangun dari tempat tidur. Data objektif klien tampak
sesak dan gelisah, RR = 28 x permenit, SPO2 = 97 %, warna kulit
kebiruan pada jari tangan.
Diagnosa tersebut penulis prioritaskan karena keluhan yang
dirasakan pasien saat itu dan apabila masalah itu tidak segera ditangani
akan menimbulkan ketidaknyamanan bagi pasien dan bisa mengganggu
aktifitas klien sehingga akan timbul rasa ketakutan untuk melakukan
aktivas yang lain.
A. Simpulan
Pada asuhan keperawatan yang dilakukan pada Ny. S dengan CKD di ruang
Yudistira RSUD K.R.M.T Wongsonegoro didapatkan dua diagnosa, yaitu gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar dan kelebihan
volume cairan berhubungan dengan mekanisme pengaturan melemah. Intervensi pada
diagnosa pertama antara lain posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilas,
lakukan fisioterapi dada jika perlukan, keluarkan sekret dengan batuk efektif,
auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan, catat pergerakan dada,amati
kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal,
monitor suara nafas, seperti dengkur, Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot, monitor TTV, elektrolit dan status
mental, observasi sianosis khususnya membran mukosa.
Intervensi pada diagnosa kedua Pertahankan catatan intake dan output yang
akurat, Pasang urin kateter jika diperlukan, Monitor hasil lab yang sesuai dengan
retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin), Monitor vital sign, Monitor indikasi
retensi / kelebihan cairan (cracles, CVP , edema, distensi vena leher, asites), Kaji
lokasi dan luas edema, Monitor masukan makanan / cairan , Monitor status nutrisi,
Berikan diuretik sesuai interuksi, Kolaborasi pemberian obat: Furosemid, Monitor
berat badan, Monitor elektrolit, Monitor tanda dan gejala dari odema.
Evaluasi setelah 3x24 jam didapatkan gangguan pertukaran gas teratasi dan
kelebihan volume cairan belum teratasi sehingga intervensi dilanjutkan.
B. Saran
Selain memberi iedukasi secara oral tentang penyakitnya yang sekarang,
alangkah baiknya dilakukan edukasi menggunakan media yang menarik
menggunakan audivisual terkait penyakit, prognosis dan diit klien, agar klien lebih
tertarik dan lebih paham tentang kondisinya yang sekarang.
DAFTAR PUSTAKA
Alam, Syamsir dan Hadibroto, Iwan. 2017. Gagal Ginjal. Jakarta: Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama