WONGSONEGORO SEMARANG
Salah satu tindakan ymedis yang dapat dilakukan dalam kasus fraktur adalah pembedahan,
yang merupakan upaya tindakan pengobatan yang secara invasif dengan cara membuka
bagian organ tubuh yang akan ditangani. Setelah tindakan pembedahan akan dilakukan
tindakan untuk menangani rasa nyeri yaitu dengan menggunakan obat penghilang rasa nyeri.
Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik yang tidak menyenangkan yang diakibatkan
oleh kerusakan jaringan ataupun yang berpotensi merusak jaringan. Nyeri merupakan hak
yang bersifat subjektif dan personal, sehingga masing-masing individu akan memberikan
respon yang berbeda terhadap rasa nyeri berdasarkan pengalaman sebelumnya. Salah satu
teknik yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri pada pasien post op adalah dengan
teknik relaksasi nafas dalam. Teknik ini dapat dilakukan dengan cara mengambil udara
maksimal melaui hidung dan mengeluarkan perlahan lahan melalui mulut dengan bentuk
mulut megerucut seperti huruf O, dilakukan 3 kali hitungan setiap inspirasi dan ekspirasi.
Teknik ini dpat dilakuan sebanyak 3 kali setiap pasien merasa nyeri.
Hasil evaluasi setelah 3 hari implementasi adalah pasien masih merasakan nyeri skala 6
karena Tn. A mendapat operasi ulang untuk memperbaik fragmen tulangnya, sehingga
intervensi dilanjutkan.
BAB 1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fraktur/patah tulang merupakan terganggunya kesinambungan jaringan tulang
yang disebabkan oleh trauma langsung maupun trauma tidak langsung. Badan
kesehatan dunia (WHO) mencatat jumlah kejadian fraktur pada tahun 2015-2018
terdapat 1,3 juta orang yang menderita fraktur. Menurut KEMENKES RI tahun 2018
di Indonesia banyak yang mengalami fraktur, angka kejadian fraktur di Indonesia
sekitar 45.987 orang yang mengalami fraktur, prevalensi kejadian fraktur yang paling
tinggi adalah fraktur femur yaitu terdapat 19.729 orang yang mengalami fraktur,
sedangkan ada 14.037 orang yang mengalami fraktur cluris dan terdapat 3.776 orang
mengalami fraktur tibia. Salah satu cara untuk mengembalikan fraktur seperti semula
yaitu salah satu cara adalah rekognisi atau dilakukan tindakan pembedahan
(Sjamsuhidayat & Jong, 2015).
Pembedahan adalah segala upaya tindakan pengobatan yang secara invasif
dengan cara membuka bagian organ tubuh yang akan ditangani. Setelah tindakan
pembedahan akan dilakukan tindakan untuk menangani rasa nyeri yaitu dengan
menggunakan obat penghilang rasa nyeri (Sjamsuhidajat, R. & Jong, 2015).
Menurut The International Association for the Study of Pain, nyeri adalah suatu
pengalaman sensorik yang tidak menyenangkan yang diakibatkan oleh kerusakan
jaringan ataupun yang berpotensi merusak jaringan. Nyeri itu 1 2 merupakan suatu
hak yang kompleks meliputi aspek fisik dan psikis. Aspek fisik meliputi perubahan
keadaan umum, denyut nadi, suhu tubuh, pernapasan, sedangkan aspek psikis akibat
nyeri dapat terjadinya stress yang bisa mengurangi sistem imun dalam proses
inflamasi. Nyeri merupakan hak yang bersifat subjektif dan personal, sehingga
masing-masing individu akan memberikan respon yang berbeda terhadap rasa nyeri
berdasarkan pengalaman sebelumnya (Afroh dkk, 2012).
Penatalaksanaan manajemen nyeri ada 2 teknik yaitu dengan cara farmakologi
dan non-farmakologi. Penatalaksanaan manajemen nyeri farmakologi adalah
penatalaksanaan manajemen nyeri dengan menggunakan obat yang berkolaborasi
antara perawat dengan dokter dalam pemberian obat anti nyeri, sedangkan teknik non-
farmakologi adalah penatalaksanaan manajemen nyeri tanpa obat-obatan,
penatalaksanaan manajemen nyeri nonfarmakologi meliputi relaksasi nafas dalam,
Guided imagery, distraksi, hypnoanalgesia. Oleh karena itu penulit tertaik untuk
mengimplemantasikan teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri pada
pasien post operasi dengan indikasi fraktur.
A. Pengkajian
Tanggal pengkajian : 7 Oktober 2019 Praktikan : Ade Lestiani L
Jam : 11.00 WIB NIM : P1337420919077
Ruang : Prabu Kresna
1. BIODATA PASIEN
Nama pasien : Tn. A
Tempat, tanggal lahir : Semarang, 25 Mei 1990
Umur : 29 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Semarang
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Agama : Kristen
Status Perkawinan : Belum Menikah
Tanggal masuk : 6 Oktober 2019
Diagnosa Medis : CF. Humerus Sinistra
3. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. Keluhan Utama
Nyeri pada tangan kiri
b. Riwayat Keperawatan Sekarang
Klien masuk rumah sakit melalui IGD pada tanggal 6 Oktober 2019
pukul 09.00 WIB dengan keluhan nyeri, terpasang spalek di tangan kirinya, klien
mengatakan dirinya terjatuh dari motor saat kemudian dipindah ke ruang
Prabukresna jam 10.00 WIB status pasien saat transfer kesadaran composmentis
E = 4, M = 6, V = 5, TD : 130/80 mmHg, HR : 90x/mnt, RR : 20 x/mnt, terapi
infus RL 30 tpm, S : 36 °C. Saat di lakukan pengkajian pasien mengatakan nyeri
ditangan kirinya, seperti ditusuk tusuk dengan skala 5, hilang timbul.
Berikut penilaian pola aktivitas dan latihan menurut indek Bartel pada Tn. A
selama dirawat di Ruang Prabu Kresna:
No Item yang dinilai Skor Nilai
1. Makan (Feeding) 0 = Tidak mampu
1 = Butuh bantuan memotong, mengoles
1
mentega dll.
2 = Mandiri
2. Mandi (Bathing) 0 = Tergantung orang lain
0
1 = Mandiri
3. Perawatan diri 0 = Membutuhkan bantuan orang lain
(Grooming) 1 = Mandiri dalam perawatan muka, rambut, 0
gigi, dan bercukur
4. Berpakaian 0 = Tergantung orang lain
(Dressing) 1 = Sebagian dibantu (misal mengancing
1
baju)
2 = Mandiri
5. Buang air kecil 0 = Inkontinensia atau pakai kateter dan
(Bowel) tidak terkontrol
1 = Kadang Inkontinensia (maks, 1x24 jam) 2
2 = Kontinensia (teratur untuk lebih dari 7
hari)
6. Buang air besar 0 = Inkontinensia (tidak teratur atau perlu
(Bladder) enema)
2
1 = Kadang Inkontensia (sekali seminggu)
2 = Kontinensia (teratur)
7. Penggunaan toilet 0 = Tergantung bantuan orang lain
1 = Membutuhkan bantuan, tapi dapat
1
melakukan beberapa hal sendiri
2 = Mandiri
8. Transfer 0 = Tidak mampu
1 = Butuh bantuan untuk bisa duduk (2
orang) 2
2 = Bantuan kecil (1 orang)
3 = Mandiri
9. Mobilitas 0 = Immobile (tidak mampu)
1 = Menggunakan kursi roda
2 = Berjalan dengan bantuan satu orang 1
3 = Mandiri (meskipun menggunakan alat
bantu seperti, tongkat)
10. Naik turun tangga 0 = Tidak mampu
1 = Membutuhkan bantuan (alat bantu) 1
2 = Mandiri
Total 11
Interpretasi hasil :
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan Ringan
9-11 : Ketergantungan Sedang
5-8 : Ketergantungan Berat
0-4 : Ketergantungan Total
Maka Tn. A dalam hal ini dapat dikategorikan kedalam ketergantungan sedang
dengan total skor sebesar 11.
f. Pola hubungan dan peran
Pasien adalah seorang buruh yang bekerja di percetakan. Saat dikaji, pasien dapat
berkomunikasi dan bisa memfokuskan perhatian pada perawat. Namun semenjak
didiagnosa dirawat di RS pasien tidak mampu bekerja, karena kondisi yang
dialami.
g. Pola sensori dan kognitif
Pasien mengatakan sudah mengetahui sakit yang dideritanya.
h. Pola persepsi dan konsep diri
Gambaran diri : Pasien mengatakan sempat merasa denial karena beliau
merupakan tulang punggung keluarga, namun sekarang ia paham dan mengerti
akan kondisi yang sekarang, pasien menganggap kejadian yang menimpa dirinya
sebagai musibah yang sudah Tuhan atur.
Ideal diri : Pasien ingin menjadi seorang anak yang baik bagi kedua
orangtua.
Harga diri : Pasien terlihat berani serta menerima kondisinya sekarang
Identitas diri : Pasien merupakan seorang laki-laki yang berumur 29
tahun, berstatus anak ke-2 dari 3 bersaudara.
Peran diri : Pasien merupakan tulang punggung keluarga setelah ayahnya pensiun
dan pasien sehari – hari bekerja sebagai buruh di sebuah percetakan
i. Pola seksual dan reproduksi
Pasien mengatakan belum menikah dan merasa tidak ada masalah pada pola
seksual dan reproduksinya.
j. Pola mekanisme/penanggulangan stress dan koping
Pasien adalah tipe orang yang terbuka. Pasien selalu berkomunikasi dengan
orangtua khususnya ibu jika ada masalah atau keluhan yang dihadapi.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Pasien tidak mampu menjalankan ibadah bersama di gereja selama dirawat di
rumah sakit.
5. PEMERIKSAAN FISIK
1.) Kesadaran : Compos mentis
2.) Tanda – tanda vital :
- Tekanan darah : 109/77 mmHg
- nadi : 86 kali/menit
- suhu : 36, 4°C
- RR : 20 kali/menit reguler
3.) Kepala : bentuk kepala mesochepal, tidak ada lesi, kulit kepala bersih.
a. Rambut
Inspeksi : bersih, tidak berbau, rambut berwarna hitam
b. Mata
Inspeksi : terdapat lesi dan lebam di area mata sebelah kanan , sclera putih,
konjungtiva anemis, refleks pupil isokor
c. Hidung
Inspeksi : simetris, tidak ada kotoran ,tidak terdapat polip, tidak terdapat
secret dan bersih
d. Mulut
Inspeksi : mukosa bibir normal, tidak ada stomatitis, lidah bersih, tidak ada
pembesaran tonsil, bibir simetris, gusi bersih, gigi bersih dan tidak ada caries.
e. Telinga
Inspeksi : simetris, tidak ada peradangan telinga, tidak ada penumpukan
serumen, tidak memakai alat bantu pendengaran.
4.) Leher
Inspeksi : Simetris, tidak ada lekukan dan massa
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar
limfe
5.) Thorax
a. PARU-PARU
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada pencembungan dan tidak ada penarikan
abnormal
Palpasi : Pergerakan simetris, tidak ada gerakan yang tertinggal depan dan
belakang, kanan dan kiri
Perkusi paru : Sonor dikedua lapang paru dari apex sampai basal
Auskultasi paru : Vesikuler, terdengar di semua lapang paru, tidak ada suara
tambahan
b. JANTUNG
Inspeksi jantung : Iktus tidak tampak
Palpasi jantung : Iktus teraba di IC V medial linea midklavikularis sinistra
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Bunyi jantung 1 dan 2 normal dan tidak ada suara tambahan
6.) Abdomen
Inspeksi : tidak terdapat pembesaran abdomen, ada luka kolostomi di bagian
perut kiri bawah dengan luka bersih berwarna merah muda
Auskultasi : terdapat suara gerakan peristaltik, bising usus terdengar 12x per menit
Palapasi : terdapat nyeri tekan pada abdomen
Perkusi : timpani
7.) Ekstremitas
a. Ekstremitas Atas
Inspeksi : terdapat spalek pada tangan kiri, nampak merah dan sedikit bengkak
di sekitar lokasi fraktur.
Palpasi : terdapat nyeri tekan, capillary refil 2 detik
Pengkajian nyeri :
P : nyeri muncul/bertambah saat pasien menggerakkan ekstremitasnya, seperti
hendak merubah posisi badan pada saat ganti spre
Q : nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk
R : nyeri terasa di tangan kiri
S : skala nyeri yang dirasakan 5
T: hilang timbul dengan durasi kurang lebih 2-3 menit
b. Ekstremitas Bawah
Inspeksi : tidak ada lesi, kulit tampak bersih
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
I. Pemeriksaan Laboratorium Patologik Klinik (Hematologi)
Hasil pemeriksaan laborat Tn. A pada 3 Agustus 2019 pukul 02.40
Pemeriksaan hasil Hasil Satuan Nilai rujukan Keterangan
Hematologi
Hemoglobin 14.6 g/dL 12.2-17.3 L
Hematokrit 44.70 ∞ 40-52 L
Leukosit 16.8 /µL 3.8-10.6 L
Trombosit 348 /µL 150-400
PPT
Pasien 11.0 detik 11.0-15.0
Kontrol 10.6 detik
INR 0.96
PTIK/APTT
Pasien 23.6 detik 26.0-34.0
Kontrol 24.8 detik
Kimia Klinik
Glukosa Sewaktu 127 mg/dL 70-110
Natrium 131.0 mmol/L 135/0-147.0
Kalium 4.10 mmol/L 3.50-5.0
Calsium 1.20 mmol/L 1.00-1.15
IMUNOLOGI
HbsAg Kualitatif Negatif Negatif
II. Hasil pemeriksaan radiologi Tn. A tanggal 3 Agustus 2019 pukul 12.10
Pemeriksaan X Foto Humerus Sinistra
Struktur tulang baik
Tampak fraktur cominutif di 1/3 tengah os humerus sn
Tak tampak dislokai pada sendi
Tak tampak destruksi tulang
Tak tampak lesi litik dan sklerotik pada tulang
Tak tampak penyempitan celah sendi
Tak tampak lusensi maupun klasifikasi soft tissue
Kesan :
Fraktur cominutif di 1/3 tengah os humerus sn
III. Terapi
1. Kalk 2 x 500 mg
2. Gentamicin 2 x 80 mg
3. Ranitidin 2 x 50 mg
4. Ketorolac 3 x 10 mg
5. Ceftriaxon 2 x 1 gr
6. Cefotaxime 3 x 1 gr
7. RL 500 ml 20 tpm
ANALISA DATA
No Tanggal Data Fokus Problem Etiologi TTD
1. Senin DS: Pasien mengatakan nyeri pada Nyeri Agen
7 Oktober tangan kiri Akut cidera
2019 P : nyeri muncul/bertambah saat fisik
Pukul 11.00 pasien menggerakkan
ekstremitasnya, seperti hendak
merubah posisi badan saat ganti sprei
atau saat dilakukan ganti balut
Q : nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk
R : nyeri terasa di tangan kiri
S : skala nyeri yang dirasakan 5
T: hilang timbul dengan durasi
kurang lebih 2-3 menit
DO :
- pasien tampak meringis menahan
nyeri
- Terdapat spalek ditangan kiri
- Kulit tampak edema dan
berwarna kemerahan
- TTV :
Tekanan darah : 109/77 mmHg
Nadi : 86 kali/menit
Suhu : 36, 4°C
RR : 20 kali/menit reguler
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cedera fisik
2. Gangguan mobilitas fisik b.d. kerusakan mukuloskeletal
C. Intervensi Keperawatan
No. Waktu Rencana TTD
Tujuan & Kriteria (NOC)
Dx (Tgl/Jam) (NIC)
1 Senin, 5 Pain level Management Pain
Agustus Paint control 1. Kaji tipe dan sumber
2019 Setelah dilakukan tindakan nyeri untuk
keperawatan selama 3 x 24 menentukan intervensi
jam diharapkan pasien tidak 2. Ajarkan tentang teknik
mengalami nyeri dengan nonfarmakologi : nafas
kriteria hasil : dalam, relaksasi,
Melaporkan bahwa nyeri distraksi, kompres
berkurang menjadi 2 hangat atau dingin.
Mampu mengenali nyeri 3. Berikan analgetik
(skala, intensitas, frekuensi untuk mengurangi
dan tanda nyeri) nyeri
Tanda vital dalam rentang 4. Monitor vital sign
normal
TD : sistol 100-120
mmHg, diastol 80-90
mmHg
RR : 16-22 x permenit
HR : 80-100 x permenit
Suhu : 36-37O C
A. Simpulan
Pada asuhan keperawatan yang dilakukan pada Tn. A dengan post debridement
cruris dextra dan orif platting di ruang Prabu kresna RS K.R.M.T Wongsonegoro
didapatkan dua diagnosa, dengan diagnosa utama gangguan Nyeri akut b.d agen
cedera fisik post operasi fraktur dan diagnosa pendukung gangguan mobilitas fisik
b.d. nyeri post op. Intervensi pada diagnosa pertama dapat dlakukan dengan mengkaji
nyeri secara komprehensif, relaksasi nafas dalam, pemberian analgetk, sedangkan
intervensi pada diagnosa kedua meliputi kaji kemampuan aktivitas klien, libatkan
keluarga dalam memenuhi kebutuhan klien. Evaluasi setelah 3x24 jam didapatkan
data nyeri belum teratasi dan gangguan mobilisasi belum teratasi.
B. Saran
Sebaiknya setelah pasien diberi edukasi secara oral tentang nafas dalam,
penulis dapat menampilkan video berupa media audiovisual tentang teknik nafas
dalam yang benar, dan memastikan jika klien dapat menerapkan teknik relaksasi nafas
dalam dengan benar dan dilakukan setiap kali merasakan nyeri.
DAFTAR PUSTAKA
Afroh, F., Mohamad Judha, Sudarti, (2012). Teori Pengukuran Nyeri. Yogyakarta : Nuha
Medika
Brunner & Suddarth. 2017. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
NANDA-1 . 2018-2020. Diagnosis Kepearawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran
Gloria, et all. 2018-2020. NIC (Nursing Intervention Classification). Indonesia : Mokomedia.
Sue, et all. 2018-2020. NOC (Nursing Outcome Classification). Indonesia: Mpkomedia.
Sjamsuhidajat & de jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta: EGC
Sjamsuhidajat, R & Wim, de Jong (ed). 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC