Anda di halaman 1dari 20

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Agribisnis

Agribisnis pada hakikatnya adalah aktivitas usaha (profit) yang

meliputi satu atau keseluruhan faktor-faktor industri dalam bidang

pertanian. Agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan

mengelola aspek budidaya, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap

pemasaran. Pengertian Agribisnis adalah setiap usaha yang berkaitan

dengan kegiatan produksi pertanian, yang meliputi pengusahaan input

pertanian dan atau pengusahaan produksi itu sendiri atau pun juga

pengusahaan pengelolaan hasil pertanian (Sufri, 2013).

Agribisnis berasal dari kata Agribusiness, di mana Agri = Agriculture

artinya pertanian dan Bisnis = Business artinya usaha atau kegiatan yang

menghasilkan keuntungan. Jadi, Agribisnis adalah segala kegiatan yang

berhubungan dengan pengusahaan agro-based industries (komoditas

pertanian, peternakan, perikanan, dan kehutanan) yang berorientasi pasar

dengan melakukan proses nilai tambah (Rahman, 2013).

Agribisnis secara umum mengandung pengertian atau definisi sebagai

keseluruhan operasi yang terkait dengan usaha untuk menghasilkan usaha

tani, pengolahan hasil (agro industry), keuangan dan pemasaran, Kegiatan

usaha agribisnis merupakan suatu kegiatan yang berbasis pada bagian

6
keunggulan sumberdaya alam (onfarm agribusiness) yang terkait erat

dengan penerapan teknologi-teknologi dan juga keunggulan dari

sumberdaya manusia yang berguna alam memperoleh jumlah nilai tambah

yang lebih besar (offfarm agribusiness) (Tjakrawerdaya,2012).

Agribisnis dari cara pandang ekonomi ialah usaha penyediaan

pangan. Pendekatan analisis makro memandang agribisnis sebagai unit

sistem industri dan suatu komoditas tertentu, yang membentuk sektor

ekonomi secara regional atau nasional. Sedangkan pendekatan analisis

mikro memandang agribisnis sebagai suatu unit perusahaan yang

bergerak, baik dalam salah satu subsistem agribisnis, baik hanya satu atau

lebih subsistem dalam satu lini komoditas atau lebih dari satu lini komoditas.

Sebagai subjek akademik, agribisnis mempelajari strategi memperoleh

keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, penyediaan bahan baku,

pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran. Dengan

definisi ini dapat diturunkan ruang lingkup agribisnis yang mencakup semua

kegiatan pertanian yang dimulai dengan pengadaan penyaluran sarana

produksi (The Manufacture And Distribution Of Farm Supplies), produksi

usaha tani (Production On The Farm) dan pemasaran produk usaha tani

ataupun olahannya. Ketiga kegiatan ini mempunyai hubungan yang erat,

sehingga gangguan pada salah satu kegiatan akan berpengaruh terhadap

kelancaran seluruh kegiatan dalam bisnis (Firdaus, 2012).

7
Fungsi agribisnis mengacu kepada semua aktivitas mulai dari

pengadaan, prosesing, penyaluran sampai pada pemasaran produk yang

dihasilkan oleh suatu usaha tani atau agroindustri yang saling terkait satu

sama lain. Dengan demikian, agribsnis dapat dipandang sebagai

suatu sistem pertanian yang memiliki beberapa komponen sub sistem yaitu

,sub sistem agribisnis hulu, usaha tani, sub sistem pengolahan

hasil pertanian, sub sistem pemasaran hasil petanian dan sub sistem

penunjang, dan sistem ini dapat berfungsi efektif bila tidak ada gangguan

pada salah satu subsistem (Firdaus, 2012).

Manajemen adalah suatu proses untuk mencapai hasil-hasil yang

diinginkan dengan menggunakan sumber daya yang tersedia dengan

menjalankan fungsi-fungsi manajemen yaitu fungsi perencanaan, fungsi

pengorganisasian, fungsi pengarahan dan pengimplementasian dan fungsi

pengawasan dan pengendalian. Dengan demikian, manajemen agribisnis

adalah suatu kegiatan dalam bidang pertanian yang menerapkan suatu

sistem manajemen agribisnis melaksanakan fungsi-fungsi perencanaan,

fungsi pengorganisasian, fungsi pengarahan dan pengendalian, dan fungsi

pengawasan dengan menggunakan sumber daya yang tersedia untuk

dapat menghasilkan produk-produk pertanian dan menghasilkan

keuntungan yang maksimal (Lakitan, 2012).

8
2.2 Subsistem agribisnis

Secara konsepsional Sistem Agribisnis adalah semua aktivitas mulai

dari proses pengadaan dan proses penyaluran sarana produksi sampai

kepada pemasaran produk-produk yang dihasilakan oleh usaha tani dan

agroindustri yang saling terkait satu sama lain yang menempatkan kegiatan

pertanian sebagai suatu kegiatan yang utuh sekaligus sebagai konsep yang

dapat menjawab berbagai masalah dan tantangan (Saragih, 2011).

Sistem agribisnis mencakup 4 (empat) hal antara lain:

1. Pertama, industri pertanian hulu yang disebut juga agribisnis hulu atau

up stream agribisnis, yakni industri-industri yang menghasilkan sarana

produksi (input) pertanian seperti industri agro-kimia (pupuk, pestisida

dan obat-obatan hewan), industri agri-otomotif (alat dan mesin

pertanian, alat dan mesin pengolahan hasil pertanian) dan industri

pembibitan/perbenihan tanaman/hewan.

2. Kedua, pertanian dalam arti luas yang disebut juga on farm agribisnis

yaitu usaha tani yang meliputi budidaya pertanian tanaman pangan,

hortikultura, perkebunan, peternakan, dan kehutanan.

3. Ketiga industri hilir yang disebut juga agribisnis hilir atau down stream

agribusines, yakni kegiatan industri yang mengolah hasil pertanian

menjadi produk olahan baik produk antara maupun produk akhir.

9
4. Keempat, jasa penunjang agribisnis yakni perdagangan, perbankan,

pendampingan dari petugas ataupun tenaga ahli serta adanyaregulasi

pemerintahan yang mendukung petani. Dan lainnya sangat erat dan

terpadu dalam sistem (Saragih, 2011).

Indonesia sebagai negara agraris dan dalam pembangunan

pertaniaannya tidak mempunyai daya saing yang kompetetif dalam

era globalisasi saat ini karena belum memiliki industri perbenihan yang

mampu mendukung perkembangan agribisnis secara keseluruhan. Dalam

membangun sistem pada umumnya benih yang digunakan petani adalah

benih memiliki kualitas rendah sehingga produksi dan kualitas yang

dihasilkan rendah dan benih impor yang digunakan belum tentu dapat dan

sesuai iklim indonesia. Petani indonesia dalam mengembangkan usahatani

agar menghasilkan produk yang memiliki daya saing yang tinggi, maka

usahanya disesuaikan kondisi iklim dan topografi yang memiliki kekhasan

sebagai daerah tropis, kekhasan ini perlu ditingkatkan mutu dan

produktivitasnya. Kendala yang timbul pada proses kegiatan

pengembangan agribisnis pada umumnya antara lain sumber daya

manusia dan teknologi, karena itu perlu adanya fasilitasi pemerintah

dalam bentuk pendampingan (Saragih, 2011).

2.2.1. Subsistem Hulu

Menurut Departemen Pertanian (2011), subsistem hulu merupakan

kegiatan industri yang menghasilkan barang-barang sebagai modal bagi

kegiatan pertanian yang mencakup kegiatan industri pembibitan

10
tumbuhan dan hewan, industri agrokimia (pupuk, pestisida, obat-obatan),

dan industri agro otomotif (mesin dan peralatan pertanian) serta seluruh

industri-industri pendukungnya.

Subsistem agribisnis hulu (upstream agribusiness) yang merupakan

kegiatan ekonomi yang menyediakan sarana produksi bagi pertanian,

seperti industri dan perdagangan agrokimia (pupuk, pestisida, pengapuran,

kondisioner tanah, serta antibiotik dan hormon), industri agrootomotif

(mesin dan peralatan), dan industri benih/bibit. Subsistem usahatani

(on-farm agribusiness) yang merupakan kegiatan ekonomi yang

menggunakan sarana produksi yang dihasilkan oleh subsistem agribisnis

hulu untuk menghasilkan 10 produk pertanian primer. Termasuk ke dalam

subsistem usahatani ini adalah usaha tanaman pangan, usaha tanaman

hortikultura, usaha tanaman obatobatan, usaha perkebunan, usaha

perikanan, usaha peternakan, dan kehutanan (Imron, 2013).

a. Pupuk

Pupuk adalah suatu bahan yang bersifat organik ataupun anorganik,

bila ditambahkan ke dalam tanah ataupun tanaman dapat menambah unsur

hara serta dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, atau

kesuburan tanah. Pemupukan adalah cara-cara atau metode pemberian

pupuk atau bahan-bahan lain seperti bahan kapur, bahan organik, pasir

ataupun tanah liat ke dalam tanah. Jadi pupuk adalah bahannya sedangkan

pemupukan adalah cara pemberiannya. Pupuk banyak macam dan

jenis-jenisnya serta berbeda pula sifat-sifatnya dan berbeda pula reaksi dan

11
peranannya di dalam tanah dan tanaman. Karena hal-hal tersebut di atas

agar diperoleh hasil pemupukan yang efisien dan tidak merusak akar

tanaman maka perlulah diketahui sifat, macam dan jenis pupuk dan cara

pemberian pupuk yang tepat (Tarigan, 2010).

Pupuk dapat digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan

pupuk anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa

makhluk hidup yang diolah melalui proses pembusukan (dekomposisi) oleh

bakteri pengurai, misalnya pupuk kompos dan pupuk kandang. Pupuk

kompos berasal dari sisa-sisa tanaman, dan pupuk kandang berasal dari

kotoran ternak. Pupuk organik mempunyai komposisi kandungan unsur

hara yang lengkap, tetapi jumlah tiap jenis unsur hara tersebut rendah tetapi

kandungan bahan organik di dalamnya sangatlah tinggi. Sedangkan pupuk

anorganik adalah jenis pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan cara meramu

berbagai bahan kimia sehingga memiliki kandungan

persentase yang tinggi. Contoh pupuk anorganik adalah urea,

TSP dan Gandasil (Tarigan, 2010).

b. Pestisida

Menurut peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973 (Sitepu, 2012),

pestisida adalah semua zat kimia atau bahan lain serta jasad renik dan virus

yang dipergunakan untuk :

 Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit

yang merusak tanaman atau hasil-hasil pertanian.

 Memberantas rerumputan.

12
 Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman atau bagian-

bagian tanaman, tidak termasuk pupuk.

 Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan

 peliharaan dan ternak.

 Memberantas dan mencegah hama-hama air.

 Memberikan atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik

dalam rumah tangga, bangunan dan alat-alat pengangkutan,

memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat

menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu

dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah dan air.

Pestisida yang digunakan di bidang pertanian secara spesifik sering

disebut produk perlindungan tanaman (crop protection products) untuk

membedakannya dari produk-produk yang digunakan dibidang lain.

Pengelolaan pestisida adalah kegiatan meliputi pembuatan, pengangkutan,

penyimpanan, peragaan, penggunaan dan pembuangan atau pemusnahan

pestisida. Selain efektifitasnya yang tinggi, pestisida banyak menimbulkan

efek negatif yang merugikan. Dalam pengendalian pestisida sebaiknya

pengguna mengetahui sifat kimia dan sifat fisik pestisida, biologi dan

ekologi organisme pengganggu tanaman (Sitepu, 2012).

c. Benih Padi

Dalam budidaya tanaman padi, pembenihan merupakan salah

satu faktor pokok yang harus diperhatikan, karena faktor tersebut

sangat menentukan besarya produksi. Benih padi adalah gabah yang

13
dihasilkan dengan cara dan tujuan khusus untuk disemaikan

menjadi pertanaman. Kualitas benih itu sendiri akan ditentukan dalam

kegiatan proses perkembangan dan kemasakan benih, panen dan

perontokan, pembersihan, pengeringan, penyimpanan benih sampai pada

fase pertumbuhan di persemaian (Ariguna, 2015).

d. Alat dan Mesin Pengolahan Hasil Pertanian

Alat mesin pertanian ialah susunan dari alat-alat yang kompleks

yang saling terkait dan mempunyain sistem transmisi (perubah gerak),

serta mempunyai tujuan tertentu di bidang pertanian dan untuk

mengoperasikannya diperlukan masukan tenaga. Alat mesin pertanian

bertujuan untuk mengerjakan pekerjaan yang ada hubungannya dengan

pertanian, seperti alat mesin pengolahan tanah, alat mesin pengairan, alat

mesin pemberantas hama, dan sebagainya (Ginting, 2010).

2.2.2 Subsistem On-Farm

Subsistem usahatani (on-farm agribusiness) yang merupakan

kegiatan ekonomi yang menggunakan sarana produksi yang dihasilkan

oleh subsistem agribisnis hulu untuk menghasilkan produk pertanian

primer. Termasuk ke dalam subsistem usahatani ini adalah usaha tanaman

pangan, usaha tanaman hortikultura, usaha tanaman obat-obatan, usaha

perkebunan, usaha perikanan, usaha peternakan, dan kehutanan.

14
a. Pengelolaan lahan

Menurut Kyuma dalam Imron (2013), tanah sawah (paddy soil)

adalah tanah yang digunakan atau berpotensi digunakan untuk

menanam padi sawah. Dalam definisi ini tanah sawah mencakup semua

tanah yang terdapat dalam zona iklim dengan rezim temperatur yang sesuai

untuk menanam padi paling tidak sebanyak satu kali dalam satu tahun.

Pengelolaan tanah merupakan upaya untuk menjaga atau memelihara

lapisan tanah atas (top soil layer) yang tebalnya tidak lebih dari satu jengkal

tangan (±35 cm) agar tetap dalam keadaan baik serta tidak terangkut

ke lain tempat.

Menurut Asryad (Sayekti, 2010), pengelolaan tanah meliputi

kegiatan penyusunan rencana penggunaan tanah, konservasi tanah,

pengolahan tanah dan pemupukan, dan dimulai di lapangan dengan

pembukaan lahan, semak atau rumput-rumput lain. Pengelolaan tanah

sawah adalah segala pekerjaan pengolahan tanah, praktik penanaman,

pemakaian pupuk dan kapur pada tanah yang dibatasi oleh pematang dan

diairi dengan pengairan secara teknis ataupun pada sawah tadah hujan.

Dalam melakukan tahap-tahap pengelolaan tanah sawah, perlu

dipehatikan :

1. Penyusunan rencana penggunaan tanah

Dalam setiap usaha penyiapan dan penggunaan tanah, maka perlu

diketahui tujuan akhir dari penggunaan lahan atau tanah tersebut. Tujuan

penggunaan lahan kemudian hari tidak lepas dari pengelolaan tanah.

15
Lahan yang akan dibuka diketahui, maka dapat dilakukan perencanaan tata

ruang dan tata letak lahan. Menurut Arsyad (Sayekti, 2010),

ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan sebelum perencanaan tata

ruang dan tata lahan dilakukan, yaitu :

 Memilih dengan seksama jenis usaha dan area lahan usaha tani.

 Memilih dengan seksama lahan usaha tani yang drainasenya lebih

baik.

 Mengkaji dan menimbang produktivitas setempat.

 Meneliti apakah tanah sesuai dengan jenis usaha tani yang akan

dijalankan.

 Kepastian akan tersedianya air untuk pengairan.

 Penelitian kembali tentang kondisi iklim

2. Perencanaan pembukaan lahan sawah

Pengolahan tanah merupakan tindakan mekanik terhadap tanah yang

ditujukan untuk menyiapkan tempat persemaian (seed bed), memberantas

gulma, memperbaiki kondisi tanah untuk penetrasi akar, infiltrasi air dan

pengedaran udara (aerasi), dan menyiapkan tanah untuk irigasi

permukaan. Pelaksanaan pengolahan tanah pada prinsipnya adalah

tindakan pembalikan, pemotongan, penghancuran dan perataan tanah.

Tanah yang semula padat diubah menjadi remah dan gembur, sehingga

sesuai bagi perkecambahan benih dan perkembangan akar tanaman. Bagi

lahan basah (sawah) sasaran yang ingin dicapai adalah lumpur yang halus,

yang sesuai bagi perkecambahan benih dan perkembangan akar tanaman.

16
Pada pengolahan tanah sawah, dilakukan juga perbaikan dan pengaturan

pematang sawah serta selokan. Pematang (galengan) sawah diupayakan

agar tetap baik untuk mempermudah pengaturan irigasi sehingga tidak

boros air dan mempermudah perawatan tanaman. Tanah sawah diolah

dalam keadaan jenuh air, dengan cara “bajak-garu-bajak-garu” sampai

halus, hingga menyebabkan struktur tanah menjadi hancur dan cocok bagi

tanaman padi. Penggenangan sedalam 5 cm sampai 10 cm dalam jangka

waktu 4 bulan sanpai 5 bulan menyebabkan terjadinya kondisi reduksi

dalam waktu tersebut. Oleh karena itu apabila tanah sawah dikeringkan

untuk ditanami palawija, maka tanah harus diolah kembali.

Pengolahan tanah bertujuan untuk mengubah keadaan tanah yang

akan digunakan dengan alat tertentu sehingga memperoleh susunan tanah

(struktur tanah) yang dikehendaki oleh tanaman. Pengolahan tanah sawah

pada padi tadah hujan diantaranya dengan pembersihan, pencangkulan,

pembajakan dan penggaruan.

a. Persemaian

Persemaian untuk satu hektar padi sawah diperlukan 25-40 kg benih

tergantung pada jenis padinya. Lahan persemaian dipersiapkan 50 hari

sebelum semai. Luas persemaian kira-kira 1/20 dari areal sawah yang akan

ditanami. Lahan persemaian dibajak dan digaru kemudian dibuat bedengan

sepanjang 500-600 cm, lebar 120 cm dan tinggi 20 cm. Sebelum

penyemaian, taburi pupuk urea dan SP-36 masing-masing 10 g m-2. Benih

disemai dengan kerapatan 75 g m-2. Membuat persemaian merupakan

17
langkah awal bertanam padi tadah hujan. Pembuatan persemaian

memerlukan suatu persiapan yang sebaik-baiknya, sebab benih

dipersemaian akan menentukan pertumbuhan padi tadah hujan, oleh

karena itu persemaian harus benar-benar mendapat perhatian, agar

harapan untuk mendapatkan bibit padi yang sehat dan subur dapat tercapai

(Dinas Pertanian Hulu Sungai Selatan, 2014).

b. Penanaman

Bibit ditanam dalam larikan dengan jarak tanam 20 x 20 cm, 25 x 25

cm, 22 x 22 cm atau 30 x 20 cm tergantung pada varitas padi, kesuburan

tanah dan musim. Padi dengan jumlah anakan yang banyak memerlukan

jarak tanam yang lebih lebar. Pada tanah subur jarak tanam lebih lebar.

Jarak tanam di daerah pegunungan lebih rapat karena bibit tumbuh lebih

lambat 2-3 batang bibit ditanam pada kedalaman 3-4 cm.

c. Pemeliharaan

Pemeliharaan yang dilakukan pada tanaman padi sawah meliputi

penyulaman, penyiangan, pengairan dan pemupukan.

d. Pemupukan

Pemupukan bertujuan untuk mencukupi kebutuhan makanan yang

berperan sangat penting bagi tanaman baik dalam proses pertumbuhan

atau produksi, pupuk yang sering digunakan oleh petani adalah pupuk alam

(organik), pupuk buatan (anorganik).

18
e. Panen

Padi perlu dipanen pada saat yang tepat untuk mencegah

kemungkinan mendapatkan gabah berkualitas rendah yang masih banyak

mengandung butir hijau dan butir kapur. Padi siap panen 95 % butir sudah

menguning (33-36 hari setelah berbunga), bagian bawah malai masih

terdapat sedikit gabah hijau, kadar air gabah 21-26 %, butir hijau rendah.

Lahan sawah tadah hujan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

 Pengairan tergantung pada turunnya air hujan;

 Kandungan unsur hara rendah maka tingkat kesuburan tanah juga

rendah;

 Bahan organik relative rendah dan sulit dipertahankan dalam jangka

panjang;

 Produktivitas rendah (3,0 - 3,5 ton -1 hektar) (Dinas Pertanian Hulu

Sungai Selatan, 2014).

2.2.3 Subsistem Hilir

Subsistem agribisnis hilir (down-stream agribusiness)(off-farm),

berupa kegiatan ekonomi yang mengolah produk pertanian primer menjadi

produk olahan, baik produk antara maupun produk akhir, beserta kegiatan

perdagangan di pasar domestik maupun di pasar internasional. Kegiatan

ekonomi yang termasuk dalam subsistem agibisnis hilir ini antara lain

adalah industri pengolahan makanan, industri pengolahan

19
minuman, industri pengolahan serat (kayu, kulit, karet, sutera, jerami),

industri jasa boga, industri farmasi dan bahan kecantikan, dan lain-lain

beserta kegiatan perdagangannya.

Dalam subsistem ini terdapat rangkaian kegiatan mulai dari

pengumpulan produk usahatani, pengolahan, penyimpanan dan distribusi.

Sebagian dari produk yang dihasilkan dari usaha tani didistribusikan

langsung ke konsumen didalam atau diluar negeri. Sebagian lainnya

mengalami proses pengolahan lebih dahulu kemudian didistribusikan

ke konsumen. Pelaku kegiatan dalam subsistem ini ialah pengumpul

produk, pengolah, pedagang, penyalur ke konsumen, pengalengan dan

lain-lain. Industri yang mengolah produk usahatani disebut agroindustri hilir

(downstream). Peranannya sangat amat penting bila ditempatkan

di daerah pedesaan karena dapat menjadi motor penggerak roda

perekonomian di pedesaan, dengan cara menyerap atau menciptakan

lapangan-lapangan kerja sehingga dapat meningkatkan jumlah tingkat

pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pedesaan (Firdaus, 2010).

2.3 Manajemen Agribisnis

Pengembangan ekonomi yang semakin kompleks dan kompetitif

dalamera globalisasi ini mendorong perubahan orientasi pembangunan

sektor pertanian dari orientasi produksi ke arah pendapatan. Oleh

karena itu, pendekatan pembangunan pertanian Indonesia telah berubah

20
pendekatan usahatani ke agribisnis. Sistem agribisnis tidak sama dengan

sektorr pertanian, di mana sistem agribisnis jauh lebih luas daripada sektor

pertanian yang dikenal selama ini (Saragih, 2011).

Manajemen agribisnis menurut Widiati (2013), kemampuan mengelola

dalam implementasi bisnis pada semua subsistem agribisnis. Beberapa hal

yang membedakan manajemen agribisnis pertanian dari manajemen

lainnya adalah sebagai berikut:

1. Keanekaragaman jenis bisnis yang sangat besar pada sektor

pertanian, mulai dari sektor perikanan, peternakan, kehutanan seperti

penyuplai bahan baku, pemrosesan, pergudangan, transportasi,

lembaga keuangan dan aktivitas lainnya dalam sistem agribisnis.

2. Cara pembentukan agribisnis dimulai dari sekeliling usahatani.

Hamper semua agribisnis terkait erat dengan usahatani baik secara

langsung maupun tidak langsung.

3. Ukuran agribisnis sangat bervariasi, mulai dari perusahaan besar

sampai pada organiasi yang dikelola dalamskala kecil seperti keluarga

atau bahkan satuorang saja.

4. Pada agribisnis pertanian, khususnya produksi pada subsistem

budidaya banyak produsen dan pembeli sehingga pasar bersaing

relatif sempurna mengikuti jumlah suplai dan permintaannya.

5. Agribisnis pertanian mampu menghasilkan produk-produk yang relatif

mudah masuk dipasaran.

21
2.4 Lembaga Penunjang Sistem Agribisnis

Agribisnis merupakan suatu model yang mencakup sistem dari

kegiatan pra dan budidaya, panen, pasca panen dan pemasaran serta

sektor penunjangnya sebagai suatu sistem yang saling terintegrasi kuat

satu dan lainnya serta sulit dipisahkan. Agribisnis mencakup tiga hal, yaitu

agribisnis hulu, on farmagribisnis, dan agribisnis hilir. Agribisnis hulu adalah

industri-industri yang menghasilkan sarana produksi (input) pertanian,

seperti industri agrokimia, industri agrootomotif dan industri pembibitan.

On-farm agribisnis adalah pertanian tanaman pangan, tanaman

hortikultura, tanaman obat-obatan, perkebunan, peternakan, perikanan laut

dan air tawar serta kehutanan. Industri hilir pertanian atau disebut juga

agribisnis hilir adalah kegiatan industri yang mengolah hasil

pertanian menjadi produk-produk olahan, baik produk antara

maupun produk akhir (Saragih, 2010).

Agroindustri adalah bagian dari agribisnis hilir. Agroindustri terkait

langsung dengan on-farm agribisnis karena agroindustri merupakan industri

yang mengolah produk primer sektor pertanian menjadi barang setengah

jadi ataupun barang konsumsi. Sektor pertanian primer dipengaruhi

industri, 15 perdagangan dan distribusi input produksi, sehingga

mempengaruhi pula perkembangan agroindustri. Kegiatan

agroindustri dipengaruhi oleh lembaga dan infrastruktur pendukung, baik itu

kegiatan dalam lembaga perbankan, penyuluhan, penelitian dan

22
pengembangan, lingkungan bisnis dan kebijakan pemerintah.

Oleh karena itu,untuk menggerakkan dan mengembangkan agroindustri

harus mengacu kepada keseluruhan sistem (Saragih, 2010).

Menurut Saragih (2010) keberadaan kelembagaan pendukung

pengembangan agribisnis nasional sangat penting untuk menciptakan

agribisnis di Indonesia yang tangguh dan kompetitif. Lembaga-lembaga

pendukung tersebut sangat menentukan dalam upaya untuk menjamin

terciptanya suatu integrasi sistem agribisnis dalam mewujudkan

tujuan pengembangan agribisnis. Beberapa lembaga pendukung

pengembangan agribisnis adalah:

2.4.1. Pemerintah

Lembaga pemerintah yang berada dari tingkat pusat sampai pada

tingkat daerah, memiliki wewenang, regulasi dan juga peraturan dalam

menciptakan lingkungan agribinis yang kompetitif dan adil (Maskur, 2013)

2.4.2. Lembaga pembiayaan

Lembaga pembiayaan memegang peranan yang sangat penting

dalam penyediaan modal investasi dan modal kerja, mulai dari sektor hulu

sampai hilir. Penataan lembaga ini segera dilakukan, terutama dalam

membuka akses yang seluas-luasnya bagi pelaku agribisnis kecil dan

menengah yang tidak memilki aset yang cukup untuk digunkan guna

memperoleh pembiayaan usaha (Maskur, 2013)

23
2.4.3. Lembaga pemasaran dan disitribusi

Peranan lembaga ini sebagai ujung tombak dalam mencapai

keberhasilan pengembangan agribinis, karena fungsinya yang

berperan sebagai fasilitator yang menghubungkan antara defisit unit

(konsumen pengguna yang membutuhkan produk) dan surplus unit

(produsen yang menghasilkan produk) (Maskur, 2013).

2.4.4. Koperasi

Peranan lembaga ini dapat dilihat dari fungsinya sebagai penyalur

input-input dan hasil pertanian. Pada perkembangannya di Indonesia KUD

atau Koperasi Unit Desa terhambat karena KUD dibentuk hanya untuk

memenuhi keinginan pemerintah, modal terbatas, pengurus dan pegawai

KUD kurang profesional (Maskur, 2013).

2.4.5. Lembaga penyuluhan

Keberhasilan Indonesia berswasembada beras selama kurun waktu

10 tahun (1983-1992) merupakan hasil dari kerja keras lembaga ini yang

konsisiten memperkenalkan berbagai program, seperti Bimas, Inmas,

Insus, dan Supra Insus. Peranan lembaga ini akhir-akhir ini menurun

sehingga perlu penataan dan upaya pemberdayaan kembali dengan

deskripsi yang terbaik. Peranannanya bukan hanya lagi sebagai

penyuluh penuh, melainkan lebih kepada fasilitator dan konsultan

untuk pertanian rakyat (Maskur, 2013).

24
2.4.6. Lembaga Riset Agribinis

Lembaga ini jauh ketinggalan jika dibandingkan dengan negara lain

yang dahulunya berkiblat ke Indonesia. Semua lembaga riset yang terkait

dengan agribinis harus diperdayakan dan menjadikan ujung tombak

untuk menghasilkan komoditas-komoditas yang unggul dan memiliki daya

saing yang tinggi (Maskur, 2013).

2.4.7. Lembaga penjamin dan penanggungan resiko.

Resiko dalam agribisnis tergolong besar, namun hampir semuanya

dapat diatasi dengan teknologi dan manajemen yang handal. Instrumen

heading dalam bursa komoditas juga perlu dikembangkan guna

memberikan sarana penjaminan bebagai resiko dalam agribisnis dan

industri pengolahannya (Maskur, 2013).

25

Anda mungkin juga menyukai