DAFTAR ISI
Halaman
PERATURAN BUPATI
DAFTAR ISI ..................................................................................... i
DAFTAR TABEL ............................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... I - 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... I - 1
1.2 Landasan Hukum ..................................................................... I - 2
1.3 Hubungan Antar Dokumen ...................................................... I - 4
1.4 Sistematika Penyusunan RKPD ................................................ I - 5
1.5 Maksud dan Tujuan ................................................................. I - 7
BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2016 DAN
CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN . II - 1
2.1 Gambaran Umum Kondisi Daerah ............................................ II - 1
2.2 Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD sampai
Tahun Berjalan dan Realisasi RPJMD ...................................... II - 55
2.3 Permasalahan Pembangunan Daerah ....................................... II - 56
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKOMONI DAERAH DAN
KERANGKA PENDANAAN ..................................................... III - 1
3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah .............................................. III - 1
3.2 Arah Kebijakan Keuangan Daerah ............................................. III - 17
BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH .......... IV - 1
4.1 Tujuan dan Sasaran Pembangunan .......................................... IV - 1
4.2 Prioritas Pembangunan Daerah ................................................ IV - 8
BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATA PRIORITAS DAERAH .. V - 1
BAB VI PENUTUP ............................................................................. VI - 1
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Halaman
BAB I
PENDAHULUAN
17. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008, tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah;
18. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional;
19. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah;
20. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah Daerah;
21. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019;
22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara
Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah;
24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2017 tentang Penyusunan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2018;
25. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2009 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Daerah;
26. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22 Tahun 2010 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat 2009-2029;
27. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 24 Tahun 2010 tentang Perubahan
Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2008 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Provinsi Jawa Barat
Tahun 2005-2025;
28. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2009 Sistem Perencanaan
Pembangunan Daerah;
29. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 25 Tahun 2013 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun
2013-2018;
30. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 79 Tahun 2010 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2009 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah;
31. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 18 Tahun 2017 tentang Rencana Kerja
Pemeritah Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2018;
Gambar 1.1
Hubungan RKPD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya
Pedoman
Dipedomani
RENSTRA KL RENJA KL
PEMERINTAH
Dipedomani Diacu
PUSAT
Dipedomani Dijabarkan
RPJP NAS RPJM NAS RKP
Diserasikan melalui
Diacu Diperhatikan Musrenbang
Dipedomani Dijabarkan
RPJPD RPJMD RKPD
Dipedomani Diacu
PEMERINTAH
DAERAH
Dipedomani
RENSTRA RENJA
SKPD SKPD
BAB I. PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang gambaran umum penyusunan dokumen RKPD Tahun
2018 yang mencakup latar belakang, dasar hukum penyusunan, hubungan
antar dokumen, sistematika dokumen RKPD serta maksud dan tujuan.
BAB II. EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN PENCAPAIAN
KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
Bab ini menguraikan tentang kondisi geografi demografi, pencapaian kinerja
penyelenggaraan pemerintahan, dan permasalahan pembangunan, serta
evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan RKPD Tahun 2016.
1.5.1 Maksud
1.5.2 Tujuan
BAB II
EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2016 DAN
CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
Gambar 2.1
Peta Administratif Wilayah Kabupaten Pangandaran
Tabel 2.1
Kondisi Topografi Kabupaten Pangandaran
Tabel 2.2
Kondisi Kemiringan Lereng Kabupaten Pangandaran
Wilayah dengan kemiringan lereng >40% perlu dijaga karena berpotensi menimbulkan
kebencaaan apabila tidak dikelola dengan baik. Gambaran sebaran topografi dan
kemiringan lereng pada Kabupaten Pangandaran dapat dilihat pada gambar di bawah
ini.
Gambar 2.2
Peta Topografi Kabupaten Pangandaran
Gambar 2.3
Peta Kelas Lereng Kabupaten Pangandaran
Longsoran mudah terjadi pada bukit terjal daya dukung tinggi kompak dan
keras. Peruntukan ruang sebaiknya hutan dan hutan lindung sebagai daerah
resapan air dan sebagian baik untuk perkebunan tanaman keras per
tahunan sebagai penguat tanah yang akan mengurangi gerakan tanah. Jalur
jalan Kalipucang-Pangandaran bertumpu pada batuan yang kurang stabil.
Sumber bahan galian terdiri atas batu belah lempung sebagai bahan bata
merah, tras, dan tanah urug serta batu kapur.
Tanah lapukan umumnya berupa lempung kerikilan yang sangat subur untuk
pertanian lahan kering. Ketebalan umumnya <1 m daya dukung sedang-tinggi.
Badan jalan yang bertumpu pada batuan ini sering terjadi amblesan. Adapun
jenis batuan di Kabupaten Pangandaran dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.3
Jenis Batuan di Kabupaten Pangandara
Peta sebaran geologi di Kabupaten Pangandaran dapat dilihat pada gambar di bawah
ini.
Gambar 2.4
Peta Geologi Kabupaten Pangandaran
Tabel 2.4
DAS di Kabupaten Pangandaran
Akuifer dengan aliran melalui celahan dan ruang antar butir. Akifer dengan
produktivitas air sangat tinggi dengan kedalaman 10 meter terdapat pada
fisiografi perbukitan bergelombang (lereng 15-40%). Komposisi litologi merupakan
vulkan yang terdiri dari breksi gunung berapi, lava dan tufa, batu pasir, pasir
tufaan, batu lanau, batu lempung sisipan lignit dan konglomerat. Akifer ini
terdapat di Kecamatan Pangandaran dan Parigi.
Akuifer dengan aliran melalui celahan, rekahan dan saluran. Akifer ini terdapat
dengan produktivitas sangat besar mencapai 10 ¡V100 liter/detik. Terdapat pada
fisiografi datar bergelombang dengan komposisi litologi alivium terdiri dari
lempung, lanau, pasir dan kerikil. Penyebarannya terdapat di Kecamatan Cijulang
dan Cimerak.
Peta sebaran DAS di Kabupaten Pangandaran dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.5
Peta Hidrologi Kabupaten Pangandaran
Jenis tanah brown forest merupakan jenis tanah mineral yang telah mengalami
perkembangan profil, solum agak tebal, warna agak coklat kekelabuan hingga hitam,
kandungan organik tinggi, tekstur geluh berdebu, struktur remah, konsistensi
gembur dan bersifat licin berminyak (smeary), dan peka terhadap erosi. Tanah ini
berasal dari batuan induk abu atau tuff vulkanik.
Jenis tanah podsol merah kuning merupakan anah mineral yang telah
berkembang, solum (kedalaman) dalam, tekstur lempung hingga berpasir, struktur
gumpal, konsistensi lekat, bersifat agak asam (pH kurang dari 5.5), kesuburan
rendah hingga sedang, dan peka erosi. Tanah tersebar di daerah beriklim basah tanpa
bulan kering,curah hujan lebih dari 2.500 mm/tahun. Luasan jenis tanah di
Kabupaten Pangandaran dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.5
Jenis Tanah di Kabupaten Pangandaran
1 Alluvial 17.130,97
2 Brown Forest 26.609,30
3 Latosol 25.159,75
4 Podsol Merah Kuning 43.237,24
5 Tidak Ada Data 686,10
Grand Total 112.823,37
Sumber: Diolah dari Peta Tanah Pangandaran, 2014
Peta sebaran jenis tanah di Kabupaten Pangandaran dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.
Gambar 2.6
Peta Jenis Tanah Kabupaten Pangandaran
Tabel 2.6
Distribusi Penduduk per Kecamatan di Kabupaten Pangandaran Tahun 2015
Tabel 2.7
Luasan Potensi Gempa di Kabupaten Pangandaran
Tabel 2.8
Luasan Potensi Tsunami di Kabupaten Pangandaran
Tabel 2.9
Luasan Potensi Gerakan Tanah di Kabupaten Pangandaran
Tabel 2.10
Luasan Potensi Bencana Banjir di Kabupaten Pangandara
Gambar 2.7
Peta Kerawanan Gempa Kabupaten Pangandara
Gambar 2.8
Peta Kerawanan Tsunami Kabupaten Pangandaran
Gambar 2.9
Peta Kerawanan Gerakan Tanah Kabupaten Pangandaran
Gambar 2.10
Peta Kerawanan Banjir Kabupaten Pangandaran
Tahun 2015 - 2016. Kendati demikian, perkembangan tersebut belum dapat dijadikan
sebagai indikator dari peningkatan volume produk barang atau jasa di wilayah
Kabupaten Pangandaran, karena pada besaran PDRB yang dihitung atas dasar harga
berlaku masih terkandung nilai inflasi pada Tahun 2016 yang sangat mempengaruhi
harga barang/jasa secara umum.
Untuk menganalisis perkembangan dari volume produk barang/jasa umumnya
digunakan PDRB yang dihitung atas dasar harga konstan. PDRB yang dihitung atas
dasar harga konstan Tahun 2000 di Kabupaten Pangandaran pada tahun 2015 -
2016 juga menunjukkan angka yang meningkat. Pada Tahun 2016 PDRB atas dasar
harga konstan yaitu sebesar Rp. 6,62 Trilyun atau meningkat sebesar Rp. 0,25
Trilyun atau sekitar 4,10 % dari tahun 2015 sebesar Rp. 6,27 Trilyun. Kondisi
tersebut merupakan indikasi quantum (volume) produk barang/jasa secara umum
mengalami peningkatan atau perekonomian Kabupaten Pangandaran secara makro
berkembang positif selama periode dua tahun terakhir.
Tabel 2.11
PDRB Kabupaten Pangandaran berdasarkan
Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2015-2016 (Juta Rupiah)
2015 2016*
Lapangan Usaha
Rp % Rp %
Sektor Primer 2.341.195,20 28,65 2.597.440,90 27,78
Pertanian. Kehutanan. dan
1 2.280.088,30 27,91 2.534.595,10 27,11
Perikanan
2 Pertambangan dan Penggalian 61.106,90 0,74 62.845,80 0,67
Sektor Sekunder 1.097.525,00 13,42 1.234.468,20 13,21
3 Industri Pengolahan 398.348,20 4,87 461.761,60 4,94
4 Pengadaan Listrik dan Gas 5.874,50 0,07 6.347,20 0,07
Pengadaan Air. Pengelolaan
5 908,9 0,01 1.011,50 0,01
Sampah. Limbah dan Daur Ulang
6 Konstruksi 692.393,40 8,47 765.347,90 8,19
Sektor Tersier 4.730.784,00 57,86 5.516.057,70 59,01
Perdagangan Besar dan Eceran;
7 1.671.596,70 20,46 1.936.592,10 20,72
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
8 Transportasi dan Pergudangan 1.004.955,90 12,3 1.272.662,50 13,61
Penyediaan Akomodasi dan Makan
9 666.088,90 8,15 751.465,40 8,04
Minum
10 Informasi dan Komunikasi 117.184,10 1,43 133.117,50 1,42
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 159.186,30 1,94 177.724,40 1,9
12 Real Estate 211.611,30 2,59 230.042,80 2,46
13 Jasa Perusahaan 75.364,30 0,92 85.338,90 0,91
Administrasi Pemerintahan.
14 Pertahanan dan Jaminan Sosial 294.395,40 3,6 321.228,60 3,44
Wajib
15 Jasa Pendidikan 404.033,40 4,94 462.550,40 4,95
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 17.000,40 0,2 19.525,50 0,21
2015 2016*
Lapangan Usaha
Rp % Rp %
17 Jasa lainnya 109.367,30 1,33 125.809,60 1,35
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 8.169.504,00 100 9.347.966,70 100
Sampai dengan tahun 2016, sektor andalan atau sektor yang memberi
sumbangan terbesar didominasi oleh sektor pertanian, Pada tahun 2016 sektor
pertanian memberikan sumbangan nilai tambah mencapai sebesar Rp. 2,53 Trilyun
yang dihitung atas dasar harga berlaku, Apabila dibandingkan dengan PDRB atas
dasar harga berlaku pada tahun 2015 yaitu sebesar Rp. 2,28 Trilyun terjadi
peningkatan sebesar Rp. 254 Milyar atau 11,16%, dan sektor pertanian apabila
dihitung atas dasar harga konstan tahun 2016 terdapat sedikit mengalami
penurunan sebesar Rp. 4,4 Milyar dimana pada tahun 2016 diperoleh sebesar Rp. 1,6
Trilyun.
Dari sisi penciptaan nilai tambah, kecepatan sektor pertanian dalam
menciptakan nilai tambah sangatlah lambat apabila dibandingkan dengan sektor
lainnya terutama Perdagangan, Hotel dan Restoran, sehingga tidaklah mengherankan
jika wilayah/daerah yang didominasi oleh sektor pertanian cenderung pertumbuhan
ekonominya sangat lamban. Kendati demikian, sektor pertanian merupakan sektor
yang sangat tahan terhadap gejolak moneter yang ada, ini terbukti pada masa krisis,
sektor pertanian merupakan penyanggah perekonomian di Indonesia pada umumnya.
Dari sisi kontribusi nilai tambah terhadap PDRB atas dasar harga berlaku, sektor
pertanian pada tahun 2016 mencapai sebesar 27,11 % sedikit mengalami penurunan
sebesar 27,91 % pada tahun 2015, Tingginya peranan sektor pertanian terhadap
perekonomian Kabupaten Pangandaran banyak disumbang oleh subsektor tanaman
bahan makanan, diikuti oleh sub sektor lainnya, yaitu subsektor perikanan,
peternakan, kehutanan dan perkebunan, Namun apabila ditelaah lebih dalam, pada
tahun 2015 - 2016 kontribusi nilai tambah di sektor pertanian cenderung semakin
menurun, kendati terjadi peningkatan relative lambat. Kondisi tersebut dapat
disebabkan mengingat peningkatan nilai tambah dari sektor lainnya terjadi secara
lebih cepat. Pada sisi lain, saat ini luas lahan pertanian cenderung terus mengalami
penurunan karena peningkatan jumlah penduduk berimplikasi pada peningkatan
kebutuhan lahan untuk pemukiman. Apabila dipahami secara lebih luas kondisi
tersebut telah memberikan suatu sinyalemen positif terhadap hasil pembangunan
karena salah satu indikator kemajuan negara berkembang adalah terjadinya
pergeseran dari struktur ekonomi berbasis pertanian ke sektor lainnya.
Disamping pertanian, sektor yang memiliki kontribusi cukup dominan adalah
sektor Perdagangan Besar dan Eceran, dimana pada tahun 2016 sektor Perdagangan
Besar dan Eceran mampu menciptakan nilai tambah atas dasar harga berlaku
sebesar Rp. 1,93 Trilyun dengan kontribusi sebesar 20,72%, atau diproyeksikan
mengalami peningkatan 15,85 % dari sebesar Rp. 1,67 Trilyun pada tahun 2015
dengan kontribusi sebesar 20,42 % Sementara atas dasar harga konstan, sektor
Perdagangan Besar dan Eceran pada tahun 2016 mencapai nilai Rp. 1,49 Trilyun
atau meningkat 3,63 % dari sebesar Rp. 1,39 Trilyun pada tahun 2015.
Kondisi tersebut merupakan indikasi dari peningkatan volume barang/jasa
yang diperdagangkan di wilayah Kabupaten Pangandaran, Tingginya peranan sektor
perdagangan terhadap perekonomian didominasi oleh sumbangan dari subsektor
perdagangan besar dan eceran yang diikuti peranan subsektor hotel dan restoran,
Pada dasarnya, subsektor Hotel dan Restoran, di Kabupaten Pangandaran memiliki
potensi untuk dikembangkan lebih jauh, karena banyak lokasi pariwisata di
Kabupaten Pangandaran yang dapat dikembangkan untuk skala nasional, atau
bahkan sampai skala internasional. Namun dalam pengembangannya saat ini masih
mengalami beberapa kendala diantaranya adalah keterbatasan sarana infrastruktur
serta masih minimnya dukungan dari investor lokal maupun internasional dalam
menanamkan investasinya di Kabupaten Pangandaran.
Disisi lain, sektor industri yang merupakan sektor andalan di Jawa Barat,
secara umum peranannya masih relatif rendah, dari periode 2015 - 2016 mengalami
kenaikan nilai tetapi besarnya relatif sedikit, Pada tahun 2016 sektor industri atas
dasar harga berlaku memberikan nilai tambah sebesar Rp.461 Milyar dengan
kontribusi sebesar 4,94%, mengalami peningkatan sebesar 15,92% dari tahun 2015
yaitu sebesar Rp.398 Milyar atau sebesar 4,87%, Hal tersebut menunjukkan bahwa
pembentukan nilai tambah dari sektor industri pengolahan secara bertahap akan
mampu merubah struktur ekonomi di Kabupaten Pangandaran.
Tabel 2.12
PDRB Kabupaten Pangandaran
Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2015-2016 (Juta Rupiah)
2015 2016*
Lapangan Usaha
Rp % Rp %
Sektor Primer 1.662.307,96 26,51 1.657.895,86 25,40
Pertanian, Kehutanan, dan
1 1.614.532,02 25,75 1.610.052,53 24,66
Perikanan
2 Pertambangan dan Penggalian 47.775,95 0,76 47.843,32 0,73
Sektor Sekunder 871.436,55 13,89 903.805,09 13,84
3 Industri Pengolahan 301.282,69 4,8 312.323,92 4,78
4 Pengadaan Listrik dan Gas 4.819,20 0,08 4.907,11 0,08
Pengadaan Air, Pengelolaan
5 747,17 0,01 759,05 0,01
Sampah, Limbah dan Daur Ulang
6 Konstruksi 564.587,49 9 585.815,01 8,97
Sektor Tersier 3.737.342,71 59,59 3.966.367,38 60,76
7 Perdagangan Besar dan Eceran; 1.439.969,59 22,96 1.492.256,43 22,86
2015 2016*
Lapangan Usaha
Rp % Rp %
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
8 Transportasi dan Pergudangan 667.608,91 10,65 734.505,42 11,25
Penyediaan Akomodasi dan Makan
9 505.115,00 8,05 531.864,28 8,15
Minum
10 Informasi dan Komunikasi 113.721,64 1,81 127.386,69 1,95
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 126.785,76 2,02 135.606,04 2,08
12 Real Estate 173.091,21 2,76 180.195,79 2,76
13 Jasa Perusahaan 58.536,96 0,93 63.284,42 0,97
Administrasi Pemerintahan,
14 Pertahanan dan Jaminan Sosial 226.776,59 3,62 237.674,07 3,64
Wajib
15 Jasa Pendidikan 309.712,19 4,94 339.781,32 5,20
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 13.966,67 0,22 15.035,38 0,23
17 Jasa lainnya 102.058,19 1,63 108.777,52 1,67
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 6.271.087,22 100 6.528.068,32 100
Sumber: BPS Kabupaten Ciamis 2016
*) Angka Sementara
2) Laju Inflasi
Pertumbuhan ekonomi ditunjukan oleh pertumbuhan PDRB atas dasar harga
konstan, dipakai untuk menilai tingkat keberhasilan pembangunan di suatu daerah,
secara tidak langsung menggambarkan tingkat perubahan produksi yang terjadi
disuatu daerah, Perkembangan perekonomian daerah dapat dilihat pula dari
kemampuan daya beli masyarakat, Kemampuan daya beli masyarakat dipengaruhi
oleh laju inflasi dan pendapatan penduduk, data inflasi Kabupaten Pangandaran
Tahun 2016 berada pada kisaran 4,79 %, mengalami kenaikan jika dibandingkan
dengan Tahun 2015 yang berada di tingkat 3,73 %.
Fluktuasi kenaikan harga komoditas bahan kebutuhan pokok relatif sering
terjadi sepanjang Tahun 2016 terutama kebutuhan bahan makanan pokok. Untuk
melihat inflasi di Kabupaten Pangandaran pada Tahun 2014-2016, dapat terlihat
berdasar pada tabel Data Inflasi Kabupaten Pangandaran di bawah ini :
Tabel 2.13
Nilai Inflasi Tahun 2014 s.d 2016
Data Kabupaten Pangandaran dibandingkan dengan Provinsi Jawa Barat
4) Indeks Gini
Gini Ratio merupakan angka yang digunakan untuk mengukur ketimpangan
pendapatan daerah secara menyeluruh, Pemerataan perekonomian daerah dapat
dilihat dari tingkat pemerataan distribusi pendapatan yang sering diukur dengan
koefisien gini dan persentase kemiskinan. Adapun kriteria kesenjangan/ketimpangan
adalah G < 0,30 berarti ketimpangan rendah, 0,30 ≤ G ≤ 0,50 berarti ketimpangan
sedang dan G > 0,50 berarti ketimpangan tinggi. Data Kabupaten Pangandaran pada
Tahun 2015 sampai dengan Tahun 2016 bahwa koefisien gini Kabupaten
Pangandaran terjadi ketimpangan.
Tabel 2.14
Gini Ratio Data Kabupaten Pangandaran Tahun 2015-2016
Tabel di atas menunjukkan bahwa selama tahun 2015 dan 2016 ketimpangan
pendapatan penduduk Kabupaten Pangandaran menunjukkan ketimpangan sedang,
atau distribusi pendapatan penduduk Kabupaten Pangandaran relatif semakin
merata.
5) Persentase Penduduk di atas Garis Kemiskinan
Sedangkan persentase kemiskinan di Kabupaten Pangandaran selama 2 tahun
terakhir (Tahun 2015-2016) mengalami penurunan. Pada Tahun 2015 jumlah
penduduk miskin adalah sebanyak 32.686 jiwa atau sebesar 8,37 %, pada tahun
2016 jumlah penduduk miskin mengalami penurunan menjadi sebanyak 31.552 jiwa
atau sebesar 7,77 %, atau mengalami penurunan sebanyak 1.134 jiwa.
Tabel 2.15
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Pangandaran dan Komponennya
Tahun 2015 - 2016
rumah tangga saja” bagi seorang wanita. Pandangan seperti ini akan membatasi
kemauan masyarakat terutama masyarakat yang ekonominya kurang mampu dalam
menyekolahkan anaknya. Perlu juga disusun intervensi strategis dalam upaya
menaikkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) ini, melalui kegiatan-kegiatan
penyuluhan pendidikan yang lebih intensif seperti Wajib Belajar Pendidikan Dasar
12 tahun.
Di antara tiga komponen pembentuk Indeks Pembangunan Manusia adalah
komponen peningkatan daya beli masyarakat yang paling berat. Indikator ini sangat
sensitif terhadap kondisi ekonomi makro yang fluktuatif apalagi jika ada kebijakan
kenaikan BBM yang akan menekan daya beli masyarakat. Indikator ini hanya
meningkat 0,06 persen yaitu dari Tahun 2015 sebesar Rp 8.265.000,- menjadi
sebesar Rp 8.270.000,- pada Tahun 2016. Berdasarkan indikator yang membentuk
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tadi terlihat bahwa pelaksanaan pembangunan
di Kabupaten Pangandaran telah dilakukan sesuai dengan pengembangan strategi
pembangunan Provinsi Jawa Barat dengan penekanan pada pertumbuhan ekonomi
yang diiringi dengan peningkatan sumber daya manusianya, Peningkatan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) ini selaras dengan strategi pembangunan nasional.
Perbedaan perubahan kecepatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dalam
suatu periode untuk suatu kabupaten dapat dilihat dari angka “Laju Pertumbuhan”,
Angka tersebut merupakan menunjukan perbandingan yang telah ditempuh dengan
capaian sebelumnya. Semakin tinggi angka Laju Pertumbuhan, semakin cepat
kenaikan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Angka Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) bernilai pada kisaran antara 0 dan 100. Namun demikian angka Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) yang dicapai suatu daerah hampir tidak mungkin
bernilai 100.
Tabel 2.16
Laju Pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Pangandaran
dan Komponennya Tahun 2015 – 2016
Tabel 2.17
Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Kabupaten Pangandaran
Tahun 2014 – 2016
1 SD/MI
1.1. Jumlah murid usia 7-12 thn 34.063 29.515 32.798
Jumlah penduduk kelompok usia
1.2. 42.502 42.726 36.069
7-12 thn
1.3. APS SD/MI 80,14 69,08 90.93
2 SMP/MTs
2.1. Jumlah murid usia 13-15 thn 13.219 10.530 10.599
Jumlah penduduk kelompok usia
2.2. 21.067 21.188 18.528
13-15 thn
2.3. APS SMP/MTs 65,57 49,70 57,21
Tabel di atas menyatakan bahwa pada tahun 2015 APS untuk SD/MI adalah
sebesar 69,08 hal ini menunjukan dari setiap 100 penduduk usia 7-12 tahun
terdapat 69 anak yang bersekolah di SD/MI. Kondisi ini meningkat dibanding Tahun
2016 APS SD/MI menjadi 90,93. Pada jenjang SMP/MTS APS pada Tahun 2015
sebesar 49,70 dan meningkat pada Tahun 2016 sebesar 57,21 artinya bahwa dari
setiap 100 penduduk usia 13-15 tahun terdapat 57 anak yang bersekolah.
Tabel 2.18
Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Kabupaten Pangandaran
Tahun 2014 – 2016
1 SD/MI
1.1. Jumlah gedung sekolah 348 350 349
Jumlah penduduk kelompok
1.2. 42.502 42.726 36.069
usia 7-12 tahun
1.3. Rasio 1/122 1/122 1/103
2 SMP/MTs
2.1. Jumlah gedung sekolah 72 76 76
Jumlah penduduk kelompok
2.2. 21.067 21.188 18.528
usia 13-15 tahun
2.3. Rasio 1/292 1/278 1/243
Sumber: Disdikpora Kabupaten Pangandaran
Berdasarkan data di atas terlihat bahwa pada Tahun 2015 rasio ketersediaan
gedung sekolah SD/MI terhadap penduduk usia sekolah SD/MI adalah 122, artinya
bahwa dalam setiap 1 gedung SD/MI dapat menampung 122 anak. Pada Tahun 2016
mengalami penurunan yaitu di angka 103. Rasio gedung sekolah SMP/MTs terhadap
penduduk usia sekolah SMP/MTS pada Tahun 2015 adalah sebanyak 278 artinya
satu gedung sekolah dapat menampung sejumlah 278 anak. Tahun 2016 mengalami
penurunan pula menjadi 243 artinya satu gedung sekolah dapat menampung
sejumlah 243 anak karena jumlah penduduk rentang 13-15 tahun juga menurun.
C. Rasio Guru/Murid
Hasil analisis rasio jumlah guru/murid Kabupaten Pangandaran disajikan
dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 2.19
Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar
Kabupaten Pangandaran Tahun 2014-2016
1 SD/MI
1.1. Jumlah Guru (orang) 2.917 3.486 3.547
Berdasarkan tabel di atas maka dapat dinyatakan bahwa pada Tahun 2015
rasio guru/murid jenjang SD/MI adalah sebesar 11 artinya setiap satu guru dibebani
murid sejumlah 11 anak, sedangkan pada tahun 2016 tidak mengalami perubahan
yaitu 11 anak per satu orang guru. Untuk jenjang pendidikan SMP/MTs pada Tahun
2015 rasio guru/murid sebesar 12 dan pada Tahun 2016 tidak mengalami perubahan
yaitu 12 anak per satu orang guru.
Kendala yang dihadapi adalah dimensi jalan yang relatif kecil, serta banyaknya ruas
jalan yang berkondisi rusak, diantaranya beberapa ruas jalan alternatif antara
Kecamatan dan beberapa ruas jalan dikawasan perbatasan,
Kabupaten Pangandaran dilalui oleh ruas jalan Nasional, jalan Provinsi dan
jalan Kabupaten, ruas jalan Nasional yang ada di Kabupaten Pangandaran melewati
Kecamatan Cimerak, Cijulang, Parigi, Pangandaran, Kalipucang dan Padaherang,
Ruas-ruas jalan tersebut berfungsi ganda, yaitu sebagai jalan antar provinsi (regional)
sekaligus sebagai jalan utama antar Kecamatan (lokal), Prasarana irigasi berdasarkan
pengelolaannya terbagi dalam beberapa jenis, diantaranya :
a. Irigasi Teknis seluas 4,855 Ha;
b. Iriggasi ½ Teknis seluas 1,172,20 Ha;
c. Irigasi sederhana/Desa PU seluas 1,063 Ha;
d. Irigasi sederhana/ Desa Non PU seluas 2,095 Ha;
e. Tadah hujan seluas 6,615,90 Ha;
f. Lebak seluas 606,90, Ha
Tabel 2.21
Capaian Indikator Pekerjaan Umum di Kabupaten Pangandaran
Tahun 2016
No Indikator 2016
b. Penataan Ruang
Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas Wilayah ber HPL/HGB RTH pada
Tahun 2014 sebesar 0,163% sama dengan pencapaian pada Tahun 2013, Disamping
ruang terbuka hijau yang 0,163% tersebut, di Kabupaten Pangandaran banyak
tanaman, baik tanaman perkebunan maupun tanaman hutan, sehingga Pangandaran
tetap hijau, Ada beberapa lokasi yang merupakan lahan kritis, namun secara
bertahap terus dilakukan penanganan/penghijauan. Seiring dengan visi misi Kepala
Daerah Ruang terbuka hijau semakin ditingkatkan terutama di daerah kawasan
wisata.
Tabel 2.22
Capaian Indikator Perumahan di Kabupaten Pangandaran
Tahun 2015-2016
sosial politik maka dilakukan pembinaan dan monitoring yang terkait dengan
kegiatan politik daerah, Pencapaian upaya yang telah dilakukan tersebut seperti
tabel:
Tabel 2.23
Capaian Indikator Ketentraman dan Ketertiban Umum serta Perlindungan Masyarakat
di Kabupaten Pangandaran Tahun 2014 – 2016
Tabel 2.26
Capaian Indikator Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Kabupaten Pangandaran Tahun 2014-2016
Penyelesaian pengaduan
3 perlindungan perempuan dan 0 Kasus 0 Kasus 1 Kasus
anak dari tindakan kekerasa
Sumber: DKBP3A Kab Pangandaran
Tabel 2.27
Capaian Indikator Ketahanan Pangan di Kabupaten Pangandaran
Tahun 2014-2015
Tabel 2.28
Capaian Indikator Lingkungan Hidup di Kabupaten Pangandaran
Tahun 2014-2016
Tabel 2.29
Capaian Indikator Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pangandaran
Tahun 2014-2016
Tabel 2.30
Capaian Indikator Pemberdayaan Masyarakat Desa
di Kabupaten Pangandaran Tahun 2014-2016
Tahun Tahun Tahun
No Indikator
2014 2015 2016
Rata-rata jumlah kelompok binaan Data Tidak Data Tidak Data Tidak
1
PKK Tersedia Tersedia Tersedia
2 Jumlah LSM 27 27 27
3 Posyandu aktif 516 516 520
Sumber : Data Utama Kab. Pangandaran
angka kelahiran dapat diturunkan. Selain itu keikutsertaan keluarga Pra Sejahtera
dalam kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) dengan
belajar berusaha memperoleh tambahan penghasilan melalui ekonomi produktif di
wilayah masing-masing. Perkembangan capaian indikator Keluarga Berencana dan
Keluarga Sejahtera seperti terlihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.31
Capaian Indikator Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
di Kabupaten Pangandaran Tahun 2014-2016
Tahun Tahun Tahun
No Indikator
2014 2015 2016
1 Rata-rata jumlah jiwa per keluarga 3,01 2,3 2,3
2 Cakupan peserta KB aktif 59.938 56.947 60.498
Keluarga Pra Sejahtera dan 58.536 31.111 38.606
3 Keluarga Sejahtera 1
4 Peserta KB Pria 998 997 1.198
5 Pasangan Usia Subur (PUS) 84.703 77.738 80.262
% Peserta KB Aktif dengan PUS
70,76 77,16 92,71
6 (Prevalensi)
Usaha Peningkatan Pendapatan
Keluarga Sejahtera 50 (1986) 60 (2068) 60 (1895)
7 (UPPKS)(Jumlah Anggota)
Sumber:DKBP3A Kab. Pangandaran
Tabel 2.34
Capaian Indikator Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah
Di Kabupaten Pangandaran Tahun 2014-2015
Tabel 2.35
Capaian Indikator Penanaman Modal di Kabupaten Pangandaran
Tahun 2014-2016
Tabel 2.36
Capaian Indikator Kepemudaan dan Olahraga
Di Kabupaten Pangandaran Tahun 2014-2016
Tabel 2.38
Capaian Indikator Kelautan dan Perikanan
di Kabupaten Pangandaran Tahun 2014-2016
1. Obyek dan Daya Tarik Wisata Budaya diantaranya: objek wisata yaitu Batu
kalde yang bertempat di Cagar Alam Pangandaran, Gua Panggung berada di
obyek wisata Cagar Alam Pangandaran dan Sembah Agung di Desa Batukaras
Kecamatan Cijulang dan Kampung Badud di Desa Margacinta Kecamatan
Cijulang;
2. Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam sebanyak 10 objek wisata yaitu, Pantai
Karang Nini, Pantai Lembah Putri, Pantai Karapyak, Pantai Palatar Agung,
Pantai Pangandaran, Pantai Karang Tirta, Pantai Batu Hiu, Pantai Batu Karas,
Pantai Madasari dan Keusik Luhur;
3. Obyek dan Daya Tarik Wisata Minat Khusus diantanya adalah objek wisata
sungai Citumang, Karang Nini, Gua Donan, Wisata Cukang Taneuh/Green
Canyon, Wisata Ciwayang, Santirah, Gua Lanang, Curug Jambe dan Cagar
Alam Pananjung, Wonder Hill Jojogan dan Pepedan Hill.
Untuk meningkatkan daya tarik wisata, maka diagendakan berbagai even
kepariwisataan seperti Nyuguh, Hajat Bumi Selamintuna, Proses Seni Peresmian DOB
Pangandaran, Upacara Adat, Gelar Budaya Tatar , Pentas Wayang Golek, Kreatifitas
Seni, Upacara Adat Merlawu, Pentas Seni Hiburan Hari Raya, Hajat Laut, Ronggeng
Gunung dan Kontes Burung Berkicau.
Untuk menunjang kepariwisataan, di Kabupaten Pangandaran cukup tersedia
sarana akomodasi atau penginapan yang tersebar sejak memasuki kota Pangandaran.
Pada Tahun 2015 di Kabupaten Pangandaran terdapat 206 hotel, diantaranya Hotel
berbintang ada 2 buah, Homestay 0 buah, Melati sebanyak 0 buah, Villa sebanyak
116 buah dan Youth Hotel sebanyak 84 buah.
Sebagai penarik minat wisatawan, di Kabupaten Pangandaran terdapat cukup
banyak obyek wisata, diantaranya terdapat 28 buah situs peninggalan sejarah dan
kepurbakalaan serta patilasan peninggalan sejarah yang tersebar di beberapa
kecamatan. Selain itu juga terdapat beberapa jenis hiburan yang tersedia dari
berbagai perkumpulan atau organisasi kesenian.
Tabel 2.39
Capaian Indikator Pariwisata di Kabupaten Pangandaran
Tahun 2013-2015
sasaran yang ingin dicapai adalah adanya usaha di sektor hulu usahatani on farm,
dan hilir off farm (agroindustri) dan usaha penunjang lainnya, peningkatan
pertumbuhan PDRB sektor pertanian, peningkatan eksport produk pertanian segar
maupun olahan, peningkatan kapasitas dan posisi tawar petani, penguatan
kelembagaan petani, peningkatan akses petani terhadap sumberdaya produktif dan
peningkatan pendapatan petani nilai tambah.
b) Komoditi Peternakan
Kabupaten Pangandaran juga memiliki potensi pengembangan komoditas
peternakan, yaitu di antaranya : Sapi, Kerbau, Kuda, Domba, kambing serta Unggas
berupa Ayam Buras, Ayam Ras Petelur, Ayam Ras Pedaging dan Itik, Salah satu
ternak unggulan di Kabupaten Pangandaran yang paling berpotensi untuk
dikembangkan antara lain adalah Kambing (16.507 ekor), Ayam Buras (751.974
ekor), Ayam Pedaging (239.419 ekor) dan ayam petelur (137.521 ekor), Berikut
diuraikan data jumlah ternak berdasarkan kelas jenis ternak di masing-masing
Kecamatan di Kabupaten Pangandaran :
Tabel 2.40
Potensi Bidang Peternakan di Kabupaten Pangandaran Tahun 2013-2016
Tahun
No Populasi (Ekor)
2013 2014 2015 2016
1 Sapi Potong 20.058 25.490 26.763 15.376
3 Kuda 91 106 101 151
5 Kerbau 1.763 1.259 1.288 1.018
6 Domba 61.802 80.970 83.804 35.585
7 Kambing 37.809 10.029 10.269 16.507
9 Ayam Buras 1.449.741 1.153.223 1.176.298 751.974
10 Ayam petelur 79.350 70.594 73.276 137.521
11 Ayam Pedaging 96.462 56.088 59.060 239.419
12 Itik 52.282 15.324 16.121 52.745
No Produksi Daging (Kg) 2013 2014 2015 2016
1 Daging Sapi Lokal 825.652 560.682 531.074 516.052
2 Daging Kerbau 25.475 21.618 22.450 2.116
3 Daging Domba 208.532 172.825 119.641 118.855
4 Daging Kambing 140.266 9.472 6.525 14.152
5 Daging Ayam Buras 1.614.937 2.067.536 1.088.887 772.230
6 Daging Ayam petelur 7.421 37.788 673.524 128.068
7 Daging Ayam Pedaging 511.126 270.227 284.551 1.883.270
8 Daging Itik 88.186 9.598 10.097 41.183
No Produksi Telur (Kg) 2013 2014 2015 2016
1 Telur ayam Buras 3.379.492 707.259 721.405 461.174
2 Telur Ayam Petelur 2.227.033 648.882 673.524 1.264.039
3 Telur itik 2.380.081 100.192 105.403 344.861
Sumber : Dinas KPK Kab, Pangandaran Tahun 2016
Produksi ikan di laut tergantung kepada kondisi alam dan cuaca sehingga
produksi ikan mengalami siklus musiman bukan hanya disebabkan kemampuan
nelayan untuk melaut (faktor gangguan cuaca seperti badai) tetapi juga kondisi
keberadaan ikan di laut menyebabkan panen ikan meningkat pada bulan-bulan
tertentu, Berdasarkan data di table, produksi ikan laut terbesar terjadi pada triwulan
ke 4 (bulan oktober, Nopember dan Desember).
Penyediaan sarana dan prasarana perikanan terutama perikanan tangkap hasil
laut yang berada di Kabupaten Pangandarn meliputi :
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Bojongsalawe berada di Kecamatan Parigi,
TPI Pangandaran berada di Kecamatan Pangandaran
TPI Batukaras berada di Kecamatan Cijulang
TPI Madasari berada di Kecamatan Cimerak
TPI Muaragatah berada di Kecamatan Cimerak
TPI Bagolo berada di Kecamatan Kalipucang
TPI Ciawitali berada di Kecamatan Kalipucang
TPI Majingklak berada di Kecamatan Kalipucang
TPI Nusawiru berada di Kecamatan Cijulang
TPI Legokjawa berada di Kecamatan Cimerak
Hatchery Skala Rumah Tangga (HSRT) dan Unit Pembenihan Rakyat (UPR) milik
masyarakat,
Pangkalan Pendaratan Ikan ( PPI) Cikidang berada di Kecamatan Pangandaran
PPI Bojongsalawe berada di Kecamatan Parigi,
Kabupaten Pangandaran memiliki sumber air (mata air) yang merupakan milik
Pememerintah Daerah yaitu :
1. Mata air Kalisodong yang bertempat di Desa Selasari Kecamatan Parigi dengan
debit air dengan debit air rata-rata 105,0 C/detik.
2. Mata air Guha hawu yang bertempat di Desa Selasari Kecamatan Parigi dengan
debit air rata-rata 7,5 C/detik.
3. Mata air Madasari yang bertempat di Desa Masawah Kecamatan Cimerak dengan
ddebit air rata-rat 7,5 C/detik.
4. Mata air Cijumleng yang bertempat di Desa Cikalong Kecamatan Sidamulih
dengan debit air rata-rata 32,5 C/detik.
Pemanfaatan potensi air baku tersebut pada saat ini masih terbatas hanya
untuk air bersih. Disamping itu, potensi Sumber Daya Air yang ada di Kabupaten
Pangandaran dapat pula dimanfaatkkan untuk kegiatan lain seperti, air irigasi dan
pariwisata.
Tabel 2.41
Capaian Indikator Perdagangan di Kabupaten Pangandaran
Tahun 2014-2016
Kontribusi sektor
1 Perdagangan terhadap PDRB
21,15 20,46 20,72
adhb (%)
Peranan sektor industri yang merupakan sektor andalan di Jawa Barat, secara
umum selama periode 2015 - 2016 memiliki pertumbuhan yang relatif stabil
walaupun kontribusinya terhadap PDRB Kabupaten Pangandaran pada Tahun 2016,
sektor industri memberikan kontribusi terhadap PDRB atas dasar harga berlaku
sebesar 4,94% meningkat dibandingkan Tahun 2015 sebesar 4,88%. Industri
makanan adalah industri yang paling banyak didapati 7.725 buah walaupun masih
sekelas industri kecil dan menengah yang bergerak dibidang makanan tersebut.
Industri tersebut telah menarik tenaga kerja sebanyak 17.399 orang. Adapun industri
kedua yang bergerak adalah dibidang industri barang kayu, terdapat 135 industri
kecil, menengah dan besar yang bergerak disektor industri barang kayu. Tumbuhnya
industri kayu ini sedikit berkaitan dengan keberadaan Kabupaten Pangandaran
sebagai salah satu destinasi wisata di Provinsi Jawa barat. Industri tersebut
bertumbuh dengan menghasilkan cindera mata khas dari Kabupaten Pangandaran
yang biasa dijadikan kenangan-kenangan oleh pengunjung wisatawan. Industri ini
berhasil mempekerjakan sebanyak 421 orang, selain dua industri diatas terdapat juga
beberapa industri lain yang ada di Kabupaten Pangandaran, berikut adalah tabel
jumlah perusahaan dan tenaga kerja industri di Kabupaten pangandaran.
Komoditi – komoditi hasil industri/kerajinan yang diekspor diantaranya
adalah: Kayu olahan, hasil laut (ikan dan udang) , Tepung kelapa, sabut kelapa,
kerajinan/aksesoris dari bambu dan kerajinan kayu (meubelair, interior, aksesoris).
Perdagangan merupakan penggerak ekonomi kedua setelah pertanian di
Kabupaten Pangandaran. Berdasarkan data dari Dinas Tenaga Kerja Industri dan
Transmigrasi Kabupaten Pangandaran jumlah perusahaan perdagangan menurut
status permodalannya ada sebanyak 375 perusahaan yang terdiri dari 6 Perusahaan
Menengah (PM) dan 369 Perusahaan Kecil (PK).
Perusahaan dagang kategori kecil pada Tahun 2016 paling banyak terdapat di
Kecamatan Pangandaran sebanyak 89 perusahaan, untuk urutan kedua terbanyak
terdapat di Kecamatan parigi sebanyak 80 perusahaan.
Jumlah Kios/Los dan pedagang pasar pemda/ dikuasai pemerintah pada
Tahun 2016 sebanyak 3.181 Unit, adapun kios yang paling banyak terdapat di Pasar
wisata Pangandaran sebanyak 837 dan jumlah pedagang paling banyak trerdapat di
pasar Mangunjaya sebanyak 781 orang. Dari jumlah keseluruhan pedagang di
Kabupaten Pangandaran Tahun 2016 sebanyak 3.215 orang.
Tabel 2.42
Capaian Indikator Perindustrian di Kabupaten Pangandaran
Tahun 2014-2016
Tabel 2.43
Capaian Penunjang Pemerintahan Administrasi Pemerintahan
di Kabupaten Pangandaran
Tahun 2014-2016
6 Penegakan PERDA 52 - 3
7 Cakupan Patroli petugas Satpol PP 108 - -
Tingkat Penyelesaian pelanggaran K3 (ketertiban,
8 72% - -
ketentraman, keindahan)
9 Petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) 1803 1856 1856
10 Cakupan pelayanan bencana kebakaran 1,44% - -
Tabel 2.44
Capaian Indikator Perencanaan Pembangunan di Kabupaten Pangandaran
Tahun 2016
No Indikator 2016
Untuk menganalisis gambaran umum kondisi daerah pada aspek daya saing daerah,
terlebih dahulu disusun tabel capaian indikator setiap variable yang terdiri dari:
Tabel 2.46
Nilai Tukar Petani (NTP) Tahun 2014 s.d 2016 Kabupaten Pangandaran
Berikut ini disajikan beberapa hasil analisis dari beberapa indikator pada fokus
fasilitas wilayah/infrastruktur sebagai berikut:
a). Sarana Perekonomian
Jumlah Restoran di Kabupaten Pangandaran mengalami penurunan, pada
Tahun 2014 terdapat 47 buah dan meningkat pada Tahun 2015 sebanyak 0 buah,
Sedangkan untuk hotel juga sama, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table
berikut ini :
Tabel 2.47
Jumlah Restoran dan Hotel di Kabupaten Pangandaran
Tahun 2014-2015
Tabel 2.48
Rasio Ketergantungan Tahun 2015 - 2016 di Kabupaten Pangandaran
Tabel 2.49
Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke atas menurut pendidikan tertinggi yang
ditamatkan di Kabupaten Pangandaran Tahun 2014-2015
2.2. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD sampai Tahun Berjalan
dan Realisasi RPJMD
gejala semakin meningkat. Hal ini antara lain disebabkan oleh kondisi sosial ekonomi
masyarakat khususnya masyarakat sekitar kawasan hutan yang kurang menunjang.
Masyarakat desa kawasan hutan pada umumnya masih dihadapkan pada
masalah rendahnya akses terhadap layanan pendidikan, kesehatan dan ekonomi.
Sedangkan hutan rakyat areanya semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya
minat masyarakat untuk menanam kayu-kayuan. Sementara itu laju penebangan
pohon juga semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya permintaan kayu untuk
keperluan industri maupun bahan bangunan.
Usaha tani lahan kering khususnya di daerah berlereng menimbulkan resiko
terjadinya erosi dan longsor. Kegiatan usaha tani tersebut saat ini masih belum
sepenuhnya memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air, sehingga
tingkat erosi dan sedimentasi masih relatif tinggi. Hal ini berkaitan dengan kurangnya
pengetahuan dan kesadaran petani, pemilikan lahan yang sempit, kultur masyarakat,
serta belum lengkapnya peraturan yang mendukung upaya konservasi.
Dalam Tiga tahun terakhir ini, gejala krisis air khususnya di musim kemarau
dirasakan semakin meningkat, baik jumlahnya maupun kualitasnya. Sumber-sumber
mata air sebagian telah hilang atau debitnya sangat kurang pada musim kemarau
sebagai akibat kerusakan daerah tangkapan airnya. Kualitas kadar air juga
cenderung semakin menurun akibat pencemaran dari limbah domestik (sampah,
limbah dari rumah tangga) dan limbah industri.
Tingkat pengelolaan sampah yang belum optimal didukung oleh kondisi
prasarana persampahan yang masih kurang dan sarana prasarana persampahan
yang ada kondisinya sebagian besar rusak, sehingga timbunan sampah sebanyak
572,30 m3/harianya terangkut sebanyak 64 m3/hari (11,18%).
Tempat proses akhir sampah yang digunakan untuk melayani pembuangan
sampah kondisinya sudah melebihi daya tampung dan sudah melewati umur teknis.
Selain itu, sistem pembuangan sampah yang terjadi masih bersifat “Pembuangan
Terbuka”/Open Dumping, sementara amanat undang-undang nomor 18 Tahun 2008
tentang pengelolaan sampah, mensyaratkan bahwa TPA harus menggunakan sistem
Sanitary Landfill.
Dalam hal pengolahan sampah, pemerintah daerah telah berupaya secara
bertahap melakukan pengolahan sampah sebelum masuk ke TPA, tetapi dikarenakan
pemahaman masyarakat yang belum optimal serta keterbatasan sumber daya
manusia yang mempunyai keahlian dalam pengelolaan sampah secara terpadu, maka
upaya tersebut belum optimal dapat diimplementasikan. Namun demikian upaya-
upaya menuju ke arah pengelolaan sampah terpadu sudah mulai ditata sedemikian
rupa, baik oleh Pemerintah Kabupaten Pangandaran, yaitu oleh Dinas Lingkungan
Hidup dan Kebersihan.
Kondisi prasarana pengelolaan limbah domestik sampai dengan saat ini masih
kurang memadai bahwa Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) sebanyak 2 unit
(Bojong mengger dan Purbahayu) yang masih aktif digunakan, Selain itu, kondisi
sarana truk tinja yang tersedia sebanyak 2 unit juga dalam kondisi rusak, Walaupun
demikian, layanan yang tersedia masih belum dioptimalkan penggunaannya oleh
masyarakat mengingat sosialisasi yang masih kurang kepada masyarakat mengenai
keberadaan layanan untuk penyedotan limbah tinja. Cakupan pelayanan air limbah
domestik masih sedikit terlayani, sehingga banyak yang masih menggunakan
kolam/kebun/sungai/lubang tanah/lainnya sebagai tempat pembuangan tinja.
Sumberdaya tambang/bahan galian belum dikelola dan dimanfaatkan dengan
optimal. Pada umumnya pemanfaatan bahan tambang/galian merupakan usaha-
usaha rakyat baik perorangan, maupun kelompok/badan hukum, tetapi pada
umumnya belum memiliki izin dan cenderung merusak lingkungan. Bahan-bahan
tambang/galian yang sangat potensial antara lain meliputi ; gambut, pasir, pasir besi,
kalsit, pospat, batu kapur. Permasalahan yang dihadapi adalah kurangnya
ketersediaan data potensi tambang/galian sehingga menjadi salah satu kendala
rendahnya minat investasi dibidang tersebut.
Pantai Kabupaten Pangandaran yang selain memiliki potensi antara lain
pariwisata dan hasil laut (ikan dan udang) juga memiliki ancaman bencana yang
perlu diwaspadai. Gelombang laut yang cukup besar mengakibatkan terjadinya abrasi
di beberapa wilayah. Bencana tsunami serta peningkatan aktivitas di pantai
mengakibatkan rusaknya hutan pantai, hutan mangrove, terumbu karang, serta
penggunaan sempa dan pantai yang kurang sesuai dengan peruntukannya.
Kekeringan, banjir, tanah longsor, pencemaran lingkungan, sampah
merupakan kejadian yang rutin terjadi di Kabupaten Pangandaran. Sedangkan gempa
bumi dan angin ribut merupakan bencana alam yang dapat terjadi insidentil.
Berdasarkan kondisi tersebut maka pengendalian bencana alam yang bersifat rutin
harus diantisipasi secara sinergis dan tuntas. Penanganan pengelolaan bencana
difokuskan pada sistem kelola penanganan bencana dengan sasaran berkurangnya
resiko kejadian bencana di Kabupaten Pangandaran, tertanganinya bencana/wabah
secara cepat dan akurat, dan meningkatnya pemahaman dan kesiapan masyarakat
dalam menghadapi bencana.
BAB III
RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN DAERAH
dan Perikanan (24,66%); Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor (22,86%); Transportasi dan Pergudangan (11,25%); Konstruksi (8,97%); dan
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum (8,15%). Berdasarkan data selama tiga
tahun terakhir, sektor-sektor ini yang masih akan berpengaruh besar terhadap Laju
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Pangandaran.
Diagram 3.1
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Pangandaran Tahun 2014 - 2018
Laju Pertumbuhan (%)
6.00
4.98
5.00 4.17
4.00 4.19 4.11
3.00 4.10
2.00
1.00
0.00
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Tahun
Berdasarkan data historis dari Tahun 2014 sampai Tahun 2016 serta
memperhatikan berbagai fenomena global maupun nasional serta regional,
perekonomian Pangandaran pada Tahun 2017 dipoyeksikan mengalami pertumbuhan
yang positif yaitu sebesar 4,17%.
Berdasarkan laporan perekonomian yang bersumber dari Bank Indonesia
bahwa kondisi ekonomi pada tahun 2016 mengalami perbaikan di berbagai wilayah
terutama ditopang oleh permintaan domestik, konsumsi rumah tangga yang tetap
kuat dan peningkatan ekspor pada akhir tahun 2016 yang membaik. Hal tersebut
dapat dijadikan peluang bagi sektor ekonomi di Kabupaten Pangandaran di tahun
2017 untuk lebih meningkatkan kualitas produk dan memperluas pasar. Sehingga
untuk menghadapi dunia usaha yang kompetitif, maka sinergitas antara pelaku
usaha, pemerintah daerah, pemerintah pusat, serta instansi terkait perlu terus
ditingkatkan. Permasalahan yang menghambat daya saing produk harus segera
dibenahi seperti perbaikan infrastruktur, penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi, penyederhanaan proses perizinan, meningkatkan berbagai aktivitas
promosi produksi dan investasi di Kabupaten Pangandaran.
Arah kebijakan untuk meningkatkan daya saing, menyelaraskan pertumbuhan
ekonomi, menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran memiliki peluang cukup
besar untuk dipecahkan. Peluang tersebut berasal dari RPJMD Provinsi Jawa Barat
dan Kabupaten Pangandaran sendiri. Pelaksanaan RPJMD Provinsi Jawa Barat
berpotensi untuk meredam masalah tersebut. Pertama, pembangunan sarana dan
Bila dilihat dari kontribusinya, pada tahun 2015 dan 2016 perekonomian
Kabupaten Pangandaran masih ditopang oleh sektor Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan dan sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor. Kedua sektor tersebut menyumbang konstribusi lebih dari 40% dari total
kontribusi PDRB Kabupaten Pangandaran.
Prospek perekonomian Kabupaten Pangandaran pada tahun 2017 diharapkan
akan terjadi perbaikan, hal ini antara lain semakin menguatnya volume APBD
Kabupaten Pangandaran mendorong peningkatan kualitas infrastruktur yang
8. Peningkatan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (KUMKM) dan Daya
Saing Industri;
9. Peningkatan stabilitas ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;
10. Peningkatan cadangan pangan daerah, ketersediaan informasi, harga, dan akses
pangan, pengawasan dan pembinaan keamanan pangan, serta penanganan
daerah rawan pangan;
11. Percepatan pembangunan pusat pemerintahan;
12. Penanganan kemiskinan dan masalah sosial lainnya;
13. Peningkatan penataan ruang daerah;
14. Peningkatan kesadaran politik dan hukum.
dunia 2016 semakin turun yakni dari 2% pada 2015 menjadi hanya 1%, yang
kemudian semakin menurunkan kinerja ekspor banyak negara di dunia.
Permasalahan kedua berkenaan dengan masih rendahnya harga komoditas
dunia, setidaknya sampai dengan triwulan III 2016. Harga komoditas baik energi
maupun nonenergihingga triwulan III 2016 masih rendah dipengaruhi permintaan
yang lemah serta pasokan yang besar. Dari komoditas energi, harga minyak dunia
masih belum kuat,meskipun telah melewati level terendah pada Januari 2016. Harga
minyak jenis Minas sampai dengan triwulan III 2016 rata-rata mencapai 38,8 dolar
AS per barel, sebelum pada triwulan IV 2016 naik kembali menjadi 47,6 dolar AS per
barel. Dari komoditas non-energi, berbagai harga komoditas juga tetap rendah,
termasuk harga komoditas ekspor Indonesia seperti batubara, kelapa sawit, dan
tembaga. Harga komposit komoditas utama ekspornon migas Indonesia pada
semester I 2016 juga masih tercatat rendah, sebelum kemudian meningkat signifikan
pada triwulan IV 2016.
Permasalahan ketiga tentang masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan
global. Ketidakpastian tersebut terindikasi dari indeks VIX yang naik, terutama pada
triwulan I 2016 dan triwulan IV 2016 (Tabel 1). Ketidakpastian di pasar keuangan
global juga menguat karena pengaruh rencana kenaikan Fed Funds Rate (FFR) oleh
bank sentral AS. Kondisi tersebut kemudian mengubah pola aliran modal di pasar
keuangan global yang kemudian memicu penguatan dolar dan memberikan tekanan
kepada mata uang banyak negara, termasuk Indonesia. Perkembangan tersebut
tergambar dari rata-rata indeks DXY yang meningkat pada triwulan I 2016 dan
triwulan IV 2016 sejalan dengan penguatan dolar AS. Pemulihan ekonomi dunia
semakin lambat dan ketidakpastian pasar keuangan dunia tetap tinggi karena saat
bersamaan terjadi transisi politik di beberapa negara utama dunia. Pada akhir
semester I 2016, hasil referendum Inggris yang memutuskan keluar dari Uni Eropa
(Brexit), sempat memicu ketidakpastian karena berbeda dengan ekspektasi pelaku
pasar. Ketidakpastian juga naik saat menyikapi hasil pemilihan Presiden AS yang
juga di luar perkiraan pelaku pasar. Pelaku pasar membaca berbagai rencana
kebijakan Presiden AS terpilih Donald Trump akan rentan mengganggu proses
pemulihan ekonomi global. Rencana kebijakan AS tersebut antara lain kebijakan
fiskal yang lebih ekspansif di tengah beban utang pemerintah yang besar, rencana
kebijakan perdagangan internasional yang lebih protektif, dan beberapa kebijakan di
bidang imigrasi.
Perekonomian global yang belum membaik pada gilirannya memberikan
tantangan bagi perekonomian Indonesia. Kondisi global yang belum menguntungkan
berisiko mengganggu proses pemulihan ekonomi Indonesia pada 2016. Risiko
tersebut bila terus berlanjut tidak hanya dapat menghambat perbaikan pertumbuhan
ekonomi, tetapi juga memberikan tekanan kepada stabilitas ekonomi dan stabilitas
sistem keuangan.
Perekonomian nasional pada triwulan I 2017 tumbuh 5,01%, lebih tinggi
dibandingkan triwulan IV 2016 yang tumbuh 4,94%. Peningkatan pertumbuhan
ekonomi ditopang oleh kenaikan pertumbuhan di Jawa dan Kalimantan, sementara
Sumatera dan Kawasan Timur Indonesia (KTI) tumbuh lebih rendah dibanding
triwulan sebelumnya. Pada triwulan I 2017, perekonomian Kalimantan mengalami
perbaikan dibandingkan kondisi dua tahun terakhir. Pertumbuhan ekonomi Jawa
didukung oleh membaiknya investasi dan konsumsi pemerintah, serta konsumsi
rumah tangga yang masih kuat. Perlambatan ekonomi Sumatera disebabkan oleh
kinerja investasi yang lebih rendah, sementara ekspor luar negeri dan konsumsi
rumah tangga masih meningkat. Di KTI, perlambatan ekonomi disebabkan oleh
tekanan kinerja ekspor luar negeri di Balnusra dan Sulampua, sedangkan kinerja
ekspor Kalimantan membaik. Asesmen terhadap sejumlah indikator ekonomi terkini
di berbagai daerah mengindikasikan perekonomian pada triwulan II 2017 akan
tumbuh lebih baik terutama di Sumatera dan KTI. Pertumbuhan ditopang oleh
meningkatnya konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah serta ekspor luar
negeri. Peningkatan konsumsi rumah tangga didukung oleh naiknya permintaan
sepanjang Ramadhan dan perayaan HBKN Idul Fitri. Sementara itu, konsumsi
pemerintah meningkat seiring realisasi APBD yang mulai terakselerasi. Dari sisi
eksternal, kinerja ekspor diprakirakan meningkat khususnya di KTI, sedangkan di
Sumatera dan Jawa sedikit tertekan. Perkembangan inflasi di berbagai daerah secara
agregat pada triwulan I 2017 tercatat meningkat. Inflasi triwulan I 2017 didorong
inflasi administered prices antara lain biaya perpanjangan STNK, tarif listrik, dan
BBM non subsidi. Selain itu, volatile foods khususnya komoditas cabai rawit juga
turut menyumbang tekanan inflasi akibat penurunan produksi. Memasuki triwulan II
2017, tekanan inflasi cenderung meningkat di seluruh wilayah. Pada April 2017,
seluruh provinsi mencatatkan kenaikan tekanan inflasi (yoy) dibanding akhir triwulan
I 2017. Selain tarif listrik, inflasi juga disumbang oleh tarif angkutan udara. Realisasi
inflasi tertinggi year on year hingga April 2017 terjadi di Sumatera (4,81%), kemudian
diikuti KTI (4,24%), dan Jawa (3,95%). Perekonomian pada triwulan III 2017
diperkirakan tumbuh tertahan terutama karena melambatnya ekonomi Jawa dan KTI.
Kondisi ini disumbang oleh melambatnya konsumsi rumah tangga pasca perayaan
hari besar keagamaan serta ekspor luar negeri seiring belum kuatnya permintaan dari
negara mitra dagang dan harga komoditas ekspor yang diperkirakan mengalami
sedikit penurunan.
Secara keseluruhan tahun 2017, perekonomian daerah diperkirakan tumbuh
di kisaran 5,0%-5,4%, lebih tinggi dibanding 2016. Peningkatan optimisme
konsumen, pembangunan infrastruktur pemerintah yang terus berlangsung serta
perbaikan investasi swasta dan ekspor luar negeri merupakan sumber pertumbuhan
ekonomi di 2017. Sementara itu, inflasi pada 2017 diperkirakan masih berada dalam
kisaran sasaran inflasi nasional 4±1%, meski lebih tinggi dari 2016.
Dalam RKP 2018, pertumbuhan ekonomi nasional diproyeksikan tumbuh pada
kisaran 5,4% - 6,1%. Sedangkan untuk tingkat inflasi rata-rata mencapai angka
3,5±1%. Asumsi ekonomi makro 2018 disusun dengan asumsi terjadi perbaikan pada
pertumbuhan ekonomi dan volume perdagangan dunia. Harga minyak dunia yang
lebih tinggi dapat berdampak positif terhadap penerimaa, namun dapat berdampak
juga pada kenaikan inflasi. Untuk mendukung hal tersebut, pemerintah akan
meningkatkan peranan terhadap 3 sektor prioritas yaitu industri pengolahan,
pertanian dan pariwisata. Dari sisi pengeluaran konsumsi dan investasi harus
menjadi pendorong pertumbuhan. Konsumsi pemerintah akan relatif terbatas seiring
ruang fiskal yang sempit, dan prioritas pada alokasi belanja modal. Selain itu pada
tahun 2018 pemerintah menargetkan tingkat kemiskinan pada kisaran 9-10% dan
tingkat pengangguran terbuka 5,3-5,5%.
(yoy).Disisi lain, tekanan inflasi diperkirakan sedikit meningkat pada tahun 2017
dibanding tahun 2016, namun masih berada dalam kisaran sasaran inflasi tahun
2017 sebesar 4%±1%. Secara umum, perkembangan inflasi Jawa Barat menunjukkan
tren penurunan sejak tahun 2013 dan mencapai titik terendahnya pada tahun 2015
seiring dengan perlambatan ekonomi dan rendahnya harga komoditas global.
Untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2018 sebesar
5,4 - 6,1 persen, maka pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat diharapkan dapat
tumbuh sebesar 5,46 - 5,75 persen, dengan tingkat kemiskinan 8,32 persen dan
tingkat pengangguran 7,70 persen. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat
didukung oleh sektor Pengolahan, sektor Perdagangan Besar & Eceran, dan sektor
Pertanian, Kehutanan & Perikanan dengan kontribusi total sebesar 66,95 persen.
Pemerintah daerah perlu menjaga pertumbuhan keempat sektor tersebut agar dapat
mendukung pertumbuhan ekonomi Jawa Barat.
Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi nasional dan regional,
kondisi perkonomian Kabupaten Pangandaran pada tahun 2018 diproyeksikan
tumbuh sebesar 4,11%. Bila dilihat dari kontribusinya, perekonomian Kabupaten
Pangandaran masih ditopang oleh sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; dan
sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor dalam
pembentukan PDRB secara keseluruhan. Proyeksi PDRB Atas Dasar Harga Konstan
tahun 2017 dan 2018 dapat dilihat secara rinci dalam tabel berikut ini.
Tabel 3.2
Proyeksi PDRB Atas Dasar Harga Konstan
Kabupaten Pangandaran Tahun 2017 dan 2018
Realisasi Proyeksi
Indikator
2015 2016 2017 **) 2018 **)
IPM 65,62 65,90 66,14 66,43
a. Indeks pendidikan 56,84 57,52 58,07 58,70
• HLS (tahun) 11,99 12,20 12,36 12,42
• RLS (tahun) 7,06 7,09 7,12 7,26
b. Indeks Kesehatan 77,29 77,34 77,35 77,46
• AHH (tahun) 70,24 70,27 70,28 70,35
c. Indeks Daya Beli 64,31 64,33 64,40 64,47
• PPP (ribu Rp.) 8.265 8.270,4 8.289,6 8.308,8
inflasi yang mencapai kurang dari 10% per tahun. Pada masa ini inflasi masih wajar
dan belum mengganggu perekonomian secara menyeluruh, bahkan inflasi tahap ini
diyakini mampu mendorong peningkatan pendapatan nasional. Dilihat dari jenis
barang, inflasi yang berat berada pada perumahan, air, listrik, gas, bahan bakar,
bahan makanan, sandang dan kesehatan, sedangkan barang dan jasa lainnya
termasuk ke dalam kategori ringan.
Inflasi dapat diantisipasi dari sisi penawaran, dimana penawaran tersebut
bersumber dari kegiatan produksi dan distribusi. Peningkatan produksi bahan
makanan secara lokal sekurang-kurangnya memiliki potensi untuk mengantisipasi
tingginya inflasi yang bersumber dari kelompok bahan makanan. Dan alternatif
lainnya adalah terciptanya efisiensi jalur distribusi barang sedemikian rupa hingga
mata rantai pemasarannya tidak menimbulkan kenaikan harga yang begitu berat.
Tabel 3.5
Inflasi Kabupaten Pangandaran
Tahun 2015 dan 2016 serta Proyeksi Tahun 2017 dan 2018
Dari tabel di atas terlihat bahwa laju inflasi dari tahun 2015 sampai dengan
tahun 2018 mengalami penurunan meskipun tidak signifikan, dimana angka inflasi
tertinggi terjadi pada tahun 2015 sebesar 4,79% dan angka inflasi terendah
diproyeksikan terjadi pada tahun 2018 sebesar 3,35%. Arah kebijakan ekonomi
daerah Kabupaten Pangandaran diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat terutama pada sektor primer Kabupaten Pangandaran.
Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah, APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah
dalam masa 1 (satu) tahun anggaran yang terdiri atas pendapatan daerah, belanja
daerah dan pembiayaan daerah (penerimaan dan pengeluaran pembiayaan daerah).
Secara umum komponen Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ini dapat
dikategorikan ke dalam 2 jenis, yaitu (1) penerimaan daerah terdiri dari pendapatan
daerah yang merupakan perkiraan terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk
setiap sumber pendapatan dan penerimaan pembiayaan daerah yang merupakan
semua penerimaan yang harus dibayar kembali baik pada tahun anggaran
bersangkutan maupun pada tahun anggaran berikutnya; dan (2) pengeluaran daerah
yang terdiri dari belanja daerah yang merupakan perkiraan beban pengeluaran
daerah yang dialokasikan secara adil dan merata agar relatif dapat dinikmati oleh
seluruh kelompok masyarakat khususnya dalam memberikan pelayanan umum dan
pengeluaran pembiayaan daerah adalah pengeluaran yang akan diterima kembali
pada tahun anggaran terkait maupun pada tahun berikutnya.
Perencanaan Pembangunan Daerah di era globalisasi dunia sekarang ini
memotivasi setiap Pemerintah Daerah untuk dapat menggali dan mencari peluang
Penerimaan Pendapatan
Daerah seoptimal mungkin. Optimalisasi Penerimaan Daerah yang berasal dari Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah merupakan sumber utama dalam membangun daerah.
Penerimaan Pendapatan yang optimal dengan pengelolaan secara profesional dalam
suatu daerah pada akhirnya dapat mempercepat pembangunan daerah.
Sumber penerimaan daerah terdiri atas 1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang
terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan dan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah; 2) Dana Perimbangan yang
meliputi Dana bagi hasil pajak dan bagi hasil bukan pajak, Dana Alokasi Umum, dan
Dana Alokasi Khusus; 3) Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah meliputi Dana
Hibah, Dana Darurat, Dana Bagi Hasil Pajak dan bukan pajak dari propinsi
Pemerintah daerah lainnya, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus, dan Dana
Bantuan Keuangan dari Provinsi. Pembiayaan bersumber dari Sisa Lebih-Perhitungan
Anggaran (SILPA), Penerimaan Pinjaman Daerah, Dana Cadangan Daerah (DCD), dan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan. Selain dana dari penerimaan
daerah tersebut, daerah menerima dana yang bersumber dari Pemerintah Pusat
berupa dana tugas pembantuan, dana tersebut sesuai dengan kebijakan Pemerintah
Pusat yang diperuntukan bagi kepentingan pelaksanaan pembangunan di Kabupaten
Pangandaran.
Tabel 3.6
Realisasi dan Proyeksi Pendapatan Daerah, Belanja Daerah dan Pembiayaan Daerah Kabupaten Pangandaran Tahun 2016 - 2018
1.3.1 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah 36.815.590.316 36.801.568.157 36.801.568.157
Daerah Lainnya
1.3.2 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah 64.873.384.925 218.335.964.000 284.955.990.843
Daerah Lainnya
1.3.3 Alokasi Dana Desa dari APBN 61.677.411.000 78.242.441.000 78.242.441.000
3 PEMBIAYAAN
3.1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 123.386.866.374 101.000.000.000 40.000.000.000
3.1.1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran 123.386.866.374 101.000.000.000 40.000.000.000
Sebelumnya
3.2 PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 0 0 0
3.2.2 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 0 0 0
Pajak Reklame, Pajak Parkir, Pajak Penerangan Jalan, dan Pajak Mineral bukan
logam juga ditambah dengan Pajak Air Tanah yang merupakan pelimpahan dari
Provinsi;
3. Pengembangan koordinasi secara sinergis di bidang pendapatan daerah dengan
instansi vertikal dalam penyelenggaraan pemungutan;
4. Peningkatan dan penggalian potensi sumber-sumber pendapatan lain, melalui
upaya Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan Daerah meliputi sosialisasi,
pembinaan, koordinasi, pengawasan dan evaluasi.
merupakan potensi dana yang dapat dialokasikan untuk pagu indikatif bagi belanja
langsung setiap SKPD.
Kebijakan belanja didasarkan pada Peraturan Perundang-undangan yaitu
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 31 Tahun 2016 tentang Pedoman
Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2017.
Berdasarkan Permendagri tersebut bahwa kebijakan belanja daerah didasari atas
hasil sinkronisasi capaian sasaran dan target kinerja antara program dan kegiatan
yang telah ditetapkan dalam RKPD Tahun 2018 dengan RKP Tahun 2018 dan
memperhatikan prioritas pembangunan daerah dan kemampuan keuangan daerah.
Dengan asumsi tersebut apabila dibandingkan dengan kemampuan keuangan daerah,
maka perkiraan belanja daerah Kabupaten Pangandaran tahun 2018 diprioritaskan
untuk memenuhi belanja urusan-urusan wajib dan urusan-urusan pilihan, akan
tetapi tidak dapat memenuhi seluruh program dan kegiatan yang telah ditetapkan
dalam RKPD.
Belanja tidak langsung untuk belanja hibah, belanja sosial, dan belanja
bantuan kepada provinsi dan kabupaten/kota/pemerintah desa, serta belanja tidak
terduga disesuaikan dan diperhitungkan berdasarkan ketersediaan dana dan
kebutuhan belanja langsung. Belanja Daerah disusun dengan pendekatan anggaran
berbasis kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang
direncanakan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan
anggaran serta menjamin efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran kedalam
program/kegiatan untuk memenuhi target capaian kinerja yang telah ditetapkan.
Rencana kebijakan belanja daerah tahun 2018 diupayakan dengan pengaturan
pola pembelanjaan yang proporsional, efisien dan efektif. Upaya-upaya tersebut
antara lain adalah:
1. Penggunaan indeks relevansi anggaran dalam penentuan anggaran belanja
dengan memperhatikan belanja tidak langsung dan belanja langsung. Penentuan
prioritas belanja langsung dihitung berdasarkan fungsi sesuai dengan visi dan
misi di dalam RPJMD Kabupaten Pangandaran Tahun 2016-2021, serta anggaran
belanja yang direncanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sebagai
pengguna anggaran.
2. Pengalokasian belanja tidak langsung tahun 2018 difokuskan untuk memenuhi
belanja yang bersifat wajib seperti belanja pegawai termasuk untuk antisipasi
kenaikan gaji pegawai dan tunjangan bagi PNS serta belanja hibah dan bantuan
keuangan untuk mendukung program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh SKPD
sehingga berjalan secara efektif dan efisien dalam memfasilitasi aktivitas
pembangunan secara optimal.
3. Pengalokasian belanja langsung (pembangunan) Kabupaten Pangandaran dalam
Perubahan tahun 2018 diarahkan untuk membiayai program dan kegiatan
BAB IV
PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH
Tabel 4.1.
Hubungan Misi, Tujuan dan Sasaran Pembangunan
- Meningkatnya kegiatan
ekonomi produktif
masyarakat desa
- Penguatan partisipasi
masyarakat dalam
pemerintahan dan
pembangunan
2. Mewujudkan - Meningkatnya
Pengelolaan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup
berkelanjutan dan - Kabupaten
Penanggulangan Pangandaran Bersih
bencana yang handal dan Hijau
6. Meningkatkan - Meningkatnya
perlindungan dan pemberda-yaan
kesejah-teraan social masyarakat untuk
penanggulangan
kemiskinan
3. Membangun - Meningkatnya
Perekonomian yang kesempa-tan kerja dan
Berkeadilan perlindu-ngan tenaga
kerja
- Meningkatkan rata-rata
pendapatan masyarakat
Selain mengacu kepada 9 (Sembilan) aspek Nawa Cita dan 10 (Sepuluh) Prioritas
Nasional Tahun 2018 di atas, terdapat beberapa Kebijakan Pemerintah khususnya
yang berkaitan dengan Kebijakan Pendanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Tahun
2018. Kebijakan Dana Alokasi Khusus (DAK) Tahun 2018 menjadi salah satu acuan
juga di dalam penyusunan RKPD Tahun 2018, dikarenakan terdapat beberapa
program ataupun kegiatan yang direncanakan didanai oleh APBN melalui Dana
Alokasi Khusus (DAK).
Beberapa arah kebijakan Dana Alokasi Khusus (DAK) sebagaimana tertuang
dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2018, sebagai berikut :
Tema RKP Tahun 2018 adalah “Memacu Investasi Dan Memantapkan
Pembangunan Infrastruktur Untuk Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Yang
Berkualitas”.
Isu strategis pembangunan daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 yaitu:
A. Isu strategis pada aspek kesejahteraan masyarakat, meliputi:
1) Ketahanan pangan;
2) Kemiskinan dan penyandang masalah kesejahteraan sosial;
3) Pengangguran; dan
4) Ketahanan keluarga.
B. Isu strategis pada aspek pelayanan umum, meliputi:
1) Pemerataan, perluasan akses dan mutu pendidikan;
2) Peningkatan kualitas, akses dan sistim pelayanan kesehatan;
3) Infrastruktur strategis, infrasturktur desa dan perdesaan.
C. Isu strategis pada aspek daya saing daerah, meliputi:
1) Aksesibiltas, kualitas, daya saing, pengawasan dan perlindungan
ketenagakerjaan;
2) Pengembangan Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah (KUMKM);
3) Prestasi pemuda dalam lingkup nasional dan internasional;
4) Pemilihan Kepala Daerah 2018;
5) Akuntabilitas kinerja aparatur;
6) Pengembangan destinasi wisata, pusat seni dan budaya serta gelanggang
olahraga;
7) Lingkungan hidup dan penataan ruang.
Sejalan dengan kondisi di tingkat nasional dan kondisi Jawa Barat, maka isu
strategis Kabupaten Pangandaran Tahun 2018 yaitu:
1) Rendahnya Kualitas dan Kapasitas Infrastruktur Wilayah (Perkotaan dan
Perdesaan);
2) Belum Memadainya Prasarana Kesehatan serta Fasilitasnya;
3) Masih Rendahnya Daya Beli Masyarakat;
4) Belum Terbangunnya Gedung Perkantoran Pemerintahan Daerah yang
Permanen;
5) Masih Rendahnya Kinerja Sektor Pariwisata, Pertanian, Perkebunan
Rakyat serta Perikanan Laut;
6) Masih Rendahnya Kinerja Manajemen Penanganan Sampah dan Limbah
(Sanitasi Lingkungan);
7) Belum Tertib dan Tertatanya Kawasan Wisata;
8) Masih Minimnya Pengembangan Pemanfaatan TIK untuk Mewujudkan
Pangandaran Kabupaten Cerdas;
9) Minimnya Kuantitas dan Kualitas SDM Aparatur;
10) Belum Optimalnya Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Hidup;
Prioritas pembangunan daerah dalam Rancangan Awal RKPD Tahun 2018 juga
disusun dengan memperhatikan hasil evaluasi, isu strategis, rancangan kerangka
ekonomi daerah dan kerangka pendanaan serta berbagai permasalahan dan
tantangan di berbagai bidang juga mempertimbangkan aspirasi masyarakat yang
berkembang dalam Musrenbang RKPD.
Hasil yang ingin dicapai pada tahun 2018 dijadikan sebagai target Indikator
Makro untuk tahun 2018, yaitu:
1. Indeks pembangunan manusia (IPM) target sebesar 66,43
2. Indeks pendidikan target sebesar 58,70
3. Angka Rata-rata lama sekolah target sebesar (Tahun) 7,26
4. Angka Harapan Lama Sekola (Tahun) 12,42
5. Indeks kesehatan target sebesar 77,46
6. Angka Harapan Hidup (Tahun) target sebesar 70,35
7. Indeks daya beli target sebesar 64,47
8. Daya Beli Masyarakat/Purchasing Power Parity (Rp) target sebesar 8.308.800
9. Angka Kematian Bayi (orang/1000) target sebesar 30,00
10. Laju Pertumbuhan Penduduk (%) target sebesar 0,57
11. Kemiskinan (%) target sebesar 7,91
a. URUSAN PILIHAN
1. Urusan Kelautan dan Perikanan
Program pemberdayaan masyarakat dalam pengawasan dan
pengendalian sumberdaya kelautan
Tabel 4.2
Penjelasan Program dan Indikator Kinerja
Pembangunan Daerah Tahun 2018
Kelulusan UN siswa
% 100% Disdikpora
kelas 6 SD/MI
Kelulusan UN siswa
% 100% Disdikpora
kelas 3 SMP/MTs
Angka Partisipasi Kasar
3 Program Pendidikan Menengah (APK) Pendi dikan % Disdikpora
80
Menengah
Angka Partisipasi
% Disdikpora
Sekolah 95
Rasio ketersediaan
sekolah terhadap % Disdikpora
-
penduduk usia sekolah
Rasio guru terhadap
% 1:28 Disdikpora
murid
Rasio guru terhadap
murid per kelas rata- % 1:28 Disdikpora
rata
Penduduk yang
berusia>15 Tahun
% 100% Disdikpora
melek huruf (tidak buta
aksara)
Kelulusan UN siswa
% 92,37% Disdikpora
kelas 3 SMA/SMK/MA
Diterapkannya Nilai-
nilai Keunggulan Lokal
lembaga 85,00% Disdikpora
pada Pendidikan
Menengah
Indeks memperoleh
layanan Pendidikan
4 Program Pangandaran MADANI persen 100 Disdikpora
Menengah (APK,APM) :
100%
Angka Harapan Lama
tahun 12 Disdikpora
Sekolah (AHLS)
Angka Partisipasi Kasar
5 Program pendidikan non formal (APK) Pendidikan Non lembaga 1 Disdikpora
Formal
Paket A :
Fasilitasi
15, paket B
penyelenggaraan Paket lembaga Disdikpora
: 15, Paket
A, Paket B dan Paket C
C : 15
Akreditasi lembaga
kursus dan lembaga 9 Disdikpora
keterampilan
Fasilitasi Pembinaan
dan Pengembangan lembaga 32 Disdikpora
pendidikan non formal
Program Pengembangan
Cakupan Pelaksanaan
7 Pendidikan Agama Islam Untuk % 100 Disdikpora
AMS
Semua Anak Didik
Program Pengadaan,
Peningkatan dan Perbaikan
2 Sarana dan Prasarana Jumlah yang dibangun : DINKES
-
Puskesmas,Pustu dan
Jaringannya
Jumlah Kunjungan
Org DINKES
Pasien RSU 150.000
Program Pengembangan
13 Akses Jamban % DINKES
Lingkungan Sehat
Cakupan Pertolongan
Persalinan oleh Tenaga
Kesehatan yang % DINKES
90
memiliki kopetensi
kebidanan ( SPM )
Cakupan Pelayanan
% DINKES
Nifas (SPM) 100
Cakupan Neonatus
Dengan Komplikasi % DINKES
73
yang ditangani
Cakupan Kunjungan
% DINKES
bayi 100
Kunjungan Neonatus
(bayi umur 0hari-28 % DINKES
99
hari) SPM
tersedianya jembatan
% Disputarkim
yang baik 20
terperliharanya
% Disputarkim
jembatan dengan baik 19
Tertanganinya jalan dan
Program tanggap darurat Jalan
24 jembatan akibat % Disputarkim
dan Jembatan 15
bencana
tersedianya gedung
Program peningkatan sarana
25 workshop dan unit Disputarkim
dan prasarana kebinamargaan 9
laboratorium
Jumlah alat berat yang
unit Disputarkim
baik 5
jumlah alat uji
% Disputarkim
laboratorium 3
Tersedianya Jaringan
DI Disputarkim
Irigasi 40
Tersedianya rancangan
dok Disputarkim
perda irigasi -
Cakupan penyediaan
Program penyediaan dan
27 dan pengolahan air % Disputarkim
pengolahan air baku 100
baku
Program pengembangan,
Tersedianya wilayah
pengelolaan dan konversi
28 resapan dan tangkapan Lokasi Disputarkim
sungai, danau dan sumber daya -
air
air lainnya
Prosentase tingkat
Program pengembangan kinerja
pelayanan air minum
29 pengelolaan air minum dan air % Disputarkim
dan air limbah dengan
limbah
sistem terpusat
30 Program pengendalian banjir Panjang TPT terbangun m Disputarkim
13.950
Panjang Jalan yang
Program pengembangan wilayah baik di kawasan
31 km Disputarkim
strategis dan cepat tumbuh strategis dan cepat 3
tumbuh
Rasio infrastruktur
Program pembangunan
32 perdesaan dalam % Disputarkim
infrastruktur perdesaan 55
kondisi baik
Program Pembang unan sistem Sistem informasi/ data
33 infor masi/ data base jalan dan base jalan dan dok Disputarkim
-
jembatan jembatan
Program Perencanaan Tata Jumlah rencana Tata
34 dokumen BAPPEDA
Ruang ruang 2
Jumlah rencana Tata
dokumen Disputarkim
ruang -
Tersedianya arahan dan
35 Program Pemanfaatan Ruang kesesuaian Dok BAPPEDA
1
pemanfaatan ruang
Rasio tempat
% Disputarkim
pemakaman umum 2
Program pemeliharaan
Terevaluasinya Kegiatan
42 kantrantibmas dan pencegahan Dokumen Satpol PP
SatpolPP 1
tindak kriminal
Terpeliharanya
Keamanan dan Event Satpol PP
5
Ketertiban
Terjalinnya Kerjasama
Pengembangan Event Satpol PP
1
Kemampuan Aparat
Teramankannya
Perjalanan Pejabat Bulan Satpol PP
12
Daerah
Tersosialisasikannya
Pemeliharaan Event Satpol PP
3
Trantibum
Terlaksananya
Pengamanan Pelantikan Event Satpol PP
-
Kepala Daerah
Program pemeliharaan
Menurunnya Jumlah
43 kantrantibmas dan pencegahan % KESBANGPOL
Kasus Kriminalitas 79
tindak kriminal
Program kemitraan
45 pengembangan wawasan Jumlah kerjasama Kelompok KESBANGPOL
600
kebangsaan
Program pemberdayaan
Terbentuknya Anggota
46 masyarakat untuk menjaga orang Satpol PP
Linmas 4.234
ketertiban dan keamanan
Program peningkatan
47 pemberantasan penyakit Menurunnya jumlah : Satpol PP
100
masyarakat (pekat)
Jumlah masyarakat
Program pendidikan politik yang mengikuti
48 % KESBANGPOL
masyarakat seminar/lokakarya/dis 75
kusi forum politik
Jumlah masyarakat
yang berpartisipasi % KESBANGPOL
85
dalam pemilu
Program pencegahan dini dan
Menurunnya jumlah
49 penanggulangan korban Orang DPKPB
korban bencana
bencana alam
Jumlah kelompok
masyarakat siaga Kelompok DPKPB
bencana
Program Peningkatan dan
Terlayaninya korban
50 Penguatan Kapasitas Orang DPKPB
bencana
Kelembagaan
VI Urusan Sosial
Dinkes/Polpp/
Tersedianya sarana
DPMTSP
Pembinaan Lingkungan Sosial pelayanan kesehatan
63 Unit Koperasi
(DBHCHT) akibat dampak 6
UMKM dan
konsumsi rokok
Perdagangan
Dinkes/Polpp/
Tersedianya
DPMTSP
pembangunan jalan
m Koperasi
saluran air limbah 700
UMKM dan
sanitasi dan air bersih
Perdagangan
Menurunnya jumlah
Program Peningkatan Kualitas DisnakerinTra
64 pengangguran angkatan Orang
dan Produktivitas Tenaga Kerja 265 ns
kerja produktiv
Program Perlindungan
Jumlah kasus yang DisnakerinTra
66 Pengembangan Lembaga Kasus
diselesaikan 97 ns
Ketenagakerjaan
Urusan Pemberdayaan
II Perempuan dan Perlindungan
Anak
Setda_Pemerin
Jumlah sertifikat tanah Sertifikat
27 tahan
Tingkat penurunan
Program Pengendalian
pencemaran dan
77 Pencemaran dan Perusakan % 68 DLHK
perusakan linkungan (
Lingkungan Hidup
Udara, air, dan Tanah)
Urusan Adminstrasi
VI Kependudukan dan Catatan
Sipil
Jumlah Dokumen
Program Penataan Administrasi
87 Kependudukan dan Buah DISDUKCAPIL
Kependudukan 198.110
Pencatatan Sipil
Jumlah Penerbitan e-
Buah DISDUKCAPIL
KTP 52.879
Jumlah Penerbitan Akta
Buah DISDUKCAPIL
Kelahiran 57.215
Program Pengembangan
89 jumlah BUMDes BUMDES Dinsos PMD
Lembaga Ekonomi Perdesaan 25
Program peningkatan
Jumlah pengguna
99 penanggulangan narkoba, PMS % Dinas KBP3A
narkoba dan PMS 45
termasuk HIV/ AIDS
IX Urusan Perhubungan
Program pembangunan rasio jumlah prasarana
Dinas
103 prasarana dan fasilitas dan fasilitas %
50 Perhubungan
perhubungan perhubungan
Program Rehabilitasi dan rasio prasarana dan
Dinas
104 Pemeliharaan Prasarana dan fasilitas LLAJ dalam %
35 Perhubungan
Fasilitas LLAJ kondisi baik
Dinas
Jumlah titik kemacetan Lokasi
- Perhubungan
Program kerjasama
terjalinnya kerjasama
105 penyebarluasan informasi % DISKOMINFO
dengan mass media 1
dengan mass media
Program Pengembangan
Tersusunnya RIP E-
106 Komunikasi, Informasi dan paket DISKOMINFO
Government -
Media Massa
Program Optimalisasi
Jumlah SKPD yang
109 Pemanfaatan Teknologi % DISKOMINFO
menerapkan TIK 100
Informasi dan Komunikasi
Dinas PMTSP
Program Peningkatan Kualitas Jumlah Koperasi yang
123 koperasi Koperasi
Kelembagaan Koperasi Sehat 5
UMKM
Dinas PMTSP
Program Peningkatan Promosi Tingkat realisasi
124 Jumlah Koperasi
dan Kerjasama Investasi kerjasama 3
UMKM
Dinas PMTSP
Jumlah Inves tasi skala
Jumlah Koperasi
Nasional 45
UMKM
Dinas PMTSP
jumlah investasi UMKM Jumlah Koperasi
650
UMKM
Dinas PMTSP
Serapan Tenaga Kerja Jumlah Koperasi
2.500
UMKM
Dinas PMTSP
Nilai investasi UMKM Juta Rupiah Koperasi
110.000
UMKM
Cakupan kesia pan
Program Penyiapan potensi Dinas PMTSP
Potensi sumber daya,
126 sumberdaya, sarana dan % Koperasi
sarana dan prasarana 30
prasarana daerah UMKM
daerah
Program Peningkatan dan Dinas PMTSP
127 Pengembangan Penyelenggaraan Dokumen Perizinan Jumlah Koperasi
3.500
Pelayanan Perizinan Terpadu UMKM
Dinas
Peningkatan SDM Orang 5744 Perpustakaan
dan Kearsipan
Dinas
Tersedianya Bahan
Buku 9282 Perpustakaan
Bacaan
dan Kearsipan
Dinas
Meningkatnya kualitas
Unit 60 Perpustakaan
perpustakaan
dan Kearsipan
Dinas
Program peningkatan kualitas Cakupan layanan
142 % Perpustakaan
pelayanan informasi informasi kearsipan -
dan Kearsipan
C Urusan Pilihan
I Kelautan dan Perikanan
Program pemberdayaan
Terjaganya Kelestarian
masyarakat dalam pengawasan
143 Kawasan Sumberdaya Kawasan Dinas KPKP
dan pengendalian sumberdaya 9
Kelautan
kelautan
Program optimalisasi
Meningkatnya
148 pengelolaan dan pemasaran - Dinas KPKP
Pendapatan -
produksi perikanan
Program pengembangan
Tingkat pemanfaatan
151 kawasan budidaya laut, air Dinas KPKP
budidaya
payau dan air tawar
Rata-rata Pengeluaran
wisatawan (tourism Rp Disparbud
expenditure)
Program Pengembangan
156 jumlah kerjasama dokumen Disparbud
Kemitraan
III Pertanian
Dinas
Padi Ton
235.096 Pertanian
Dinas
Jagung Ton
511 Pertanian
Dinas
Kedelai Ton
5.865 Pertanian
Program Pencegahan dan
Terkendalinya Penyakit Dinas
160 Penanggulangan Penyakit
Menular Pada Ternak Pertanian
Ternak
Dinas
Sapi ekor
250 Pertanian
Dinas
Kambing ekor
450 Pertanian
Dinas
Domba ekor
800 Pertanian
Dinas
Unggas ekor
500 Pertanian
Program pemberdayaan Meningkatnya
Dinas
161 penyuluh Kompetensi Penyuluh Orang
488 Pertanian
pertanian/perkebunan lapangan Pertanian
Program peningkatan produksi Meningkatnya produksi Dinas
162 ekor
hasil peternakan peternakan 1.595.990 Pertanian
Program peningkatan
Meningkatnya Dinas
163 pemasaran hasil produksi ekor
Transaksi Jual Beli 128.868 Pertanian
peternakan
Dinas
Sapi
5.037 Pertanian
Dinas
Kambing
3.201 Pertanian
Dinas
Domba
30.487 Pertanian
Dinas
Unggas
90.143 Pertanian
Dinas
Kelapa Butir 136.800.00
Pertanian
0
Dinas
Karet ton
415 Pertanian
Dinas
Cengkeh ton
94 Pertanian
Dinas
Pala ton
11 Pertanian
Dinas
Tembakau ton
36 Pertanian
Dinas
Kakao ton
648 Pertanian
Dinas
Kopi ton
404 Pertanian
Dinas PMTSP
Program Peningkatan dan Meningkatnya nilai
170 US$ Koperasi
Pengembangan Ekspor ekspor 2
UMKM
Dinas PMTSP
Program Pembinaan pedagang Terelokasikannya
171 lokasi Koperasi
kaki lima dan asongan Pedagang kaki Lima 3
UMKM
Dinas PMTSP
Ditetapkannya Perda
dokumen Perda Koperasi
Retribusi PKL
UMKM
Dinas PMTSP
Program Peningkatan dan Jumlah Pasar yang
172 pasar Koperasi
Pengembangan Pasar dibangun
UMKM
VI Urusan Perindustrian
Tersedianya Dokumen
Program Pembakuan Nama Setda_Pemerin
184 Pembakuan nama dan % 1
Rupa bumi dan Batas Daerah tahan
batas daerah
Terselenggaranya
Program pembinaan dan
perencanaan anggaran Setda_Pemban
186 fasilitasi pengelolaan keuangan Paket
secara benar dan tepat 128 gunan
kabupaten/ kota
waktu
Program optimalisasi Termanfaatkannya DPPKAD/
187 Website
pemanfaatan teknologi informasi Teknologi Informasi - Setda_Humas
terpeliharanya data
laporan Setda_Humas
informasi 12
tersampaikannya
jenis Setda_Humas
informasi 2
Optimalnya Forum
Laporan Setda_Humas
Koordinasi Kehumasan 12
Tersedianya peralatan
Unit Setda_Humas
komunikasi 2
jumlah kewenangan
Program peningkatan peran
193 yang dilimpahkan dari % Kecamatan
Kecamatan
SKPD ke kecamatan
II Urusan Pengawasan
Tersusunnya review
Program peningkatan dan
laporan keuangan 20
196 Pengembangan pengelolaan dokumen Inspektorat
SKPD dan Review LK 101
keuangan daerah
kabupaten
Program Mengintensifkan
Terwadahinya
198 Penanganan Pengaduan % Inspektorat
pengaduan masyarakat
Masyarakat
Program Peningkatan
Profesionalisme Tenaga Jumlah tenaga
201 orang Inspektorat
Pemeriksa dan Aparatur fungsional auditor 13
Pengawasan
tersedianya dokumen
Program perencanaan
208 perencanaan dokumen BAPPEDA
pembangunan daerah 7
pembangunan daerah
Jumlah dokumen
Program Perencanaan perencanaan
209 dokumen BAPPEDA
Pembangunan Ekonomi pembangunan bidang 6
ekonomi
Cakupan kinerja
Program perencanaan sosial
210 perencanaan sosial % BAPPEDA
budaya 100
budaya
Program perencanaan Cakupan kinerja
211 prasarana wilayah dan sumber perencanaan wilayah % BAPPEDA
100
daya alam dan sumber daya alam
Cakupan kinerja
Program perencanaan
perencanaan
212 pembangunan daerah rawan % BAPPEDA
pembangunan daerah 100
bencana
rawan bencana
IV Urusan Keuangan
Tersajinya Pelaporan
Dokumen BPKD
Keuangan 2
Meningkatnya
Pendapatan Asli Daerah % BPKD
85
Sektor Pajak Daerah
Jumlah PBB-P2 dan
% BPKD
BPHTB 45
V Urusan Kepegawaian
Persentase peningkatan
Program Pembinaan dan
215 dan pengembangan % BKPSDM
Pengembangan Aparatur -
sumberdaya aparatur
Cakupan peningkatan
Program Peningkatan Kapasitas
216 kapasitas sumber daya % BKPSDM
Sumber Daya Aparatur
aparatur
BAB V
RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH
Status kegiatan pada RKPD ini masih bersifat sementara/tentative dan dapat
mengalami perbaikan sejalan dengan perkembangan proses perencanaan, kondisi
pembangunan dan kebijakan Pemerintah Kabupaten Pangandaran. Berbagai
permasalahan pembangunan di Kabupaten Pangandaran yang begitu kompleks
tentunya tidak mungkin dapat diatasi dengan hanya mengandalkan sumber
pendanaan APBD Kabupaten Pangandaran yang sangat terbatas. Kabupaten
Pangandaran tetapi juga diarahkan melalui APBN, APBD Provinsi Jawa Barat, pihak
swasta maupun swadaya masyarakat.
Program prioritas yang rencananya akan dibiayai pada tahun 2018 disusun
dengan mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 13 Tahun 2006
sebagai mana telah diubah kedua kali dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
21 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Jumlah alokasi anggaran untuk usulan program dan kegiatan prioritas adalah
sebesar Rp.4.331.728.437.856,- yang terdiri dari usulan yang didanai dari sumber
APBD Kabupaten sebesar Rp.2.097.005.946.421,-, APBD Provinsi sebesar
Rp.1.081.457.478.000,-, APBN sebesar Rp.1.153.265.013.435,-, dan sumber
lainnya sebesar Rp.-, yang direncanakan untuk membiayai 24 urusan wajib, 8
urusan pilihan, 5 urusan penunjang serta belanja non urusan SKPD. Adapun jumlah
anggaran untuk urusan wajib sebesar Rp.3.650.332.428.854,-, urusan pilihan
sebesar Rp.530.346.188.297,- dan urusan penunjang sebesar
Rp.151.049.820.705,-.
BAB VI
PENUTUP