Anda di halaman 1dari 102

Dicetak pada tanggal 2019-09-24

Id Doc: 589c945781944d9611493e58

NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM CERPEN PADA BUKU TEKS


BAHASA INDONESIA WAHANA PENGETAHUAN KELAS VII SMP
TERBITAN KEMENDIKBUD 2013

SKRIPSI

Oleh
ERNAWATI SIMAMORA
NIM A1B110027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
FEBRUARI, 2015
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM VIDEO TALKSHOW MATA NAJWA


EPISODE HABIBIE HARI INI TANGGAL 05 FEBRUARI 2014

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Jambi


untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
Program Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh
ERNAWATI SIMAMORA
NIM A1B110027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
FEBRUARI, 2015
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

 Kenali Kemampuanmu, Kenali Lawanmu, Maka Kamu Akan


Menang, Kuasai Iklim dan Medan Pertempuran, Maka
Kemenanganmu AKan Lengkap.

 Takut Akan Tuhan Adalah Permulaan Pengetahuan.

 Roma 11 : 36, Sebab Segala Sesuatu Dari DIA, dan Oleh


DIA, dan Kepada DIA: Bagi Dialah Kemuliaan Selama-
lamanya.

Dengan Bangga Skripsi ini ku persembahan kepada :


 Jesus Christ yang selalu memberi Nafas Hidup untuk melakukan
setiap rencana yang sudah dirancang Nya untuk ku.
 Bapak (B. Simamora) dan Mama (R. Silaban) yang selalu
setia mendoakan keberhasilan borunya ini.
 Suamiku Jefri Sumbayak yang selalu memberi motifasi dan
semangat dan untuk anakku EL Sumbayak yang selalu menjadi
semangat untukku.
 Untuk ketiga abangku tersayang, Pahrulilan simamora, Jimmy
Simamora, Rindu Simamora yang selalu memberi semangat.
 Untuk adikku Febri Simamora tersayang yang selalu memberi
semangat.
 Untuk semua sahabatku yang telah setia seiring sejalan dalam
meraih cita-cita.
 UNJA almamater ku.

iii
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58

iv
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58

ABSTRAK

Ernawati Simamora, 2014. Nilai-Nilai Pendidikan dalam Cerpen pada Buku


Teks Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan Kelas VII
SMP Terbitan Kemendikbud 2013. Skripsi, Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Seni, FKIP Universitas Jambi,
Pembimbing: (I) Prof. H. Yundi Fitrah, M. Hum, Ph.D. (II)
Dra. Hj. Irma Suryani, M.Pd.

Kata-kata kunci: nilai-nilai pendidikan, cerpen.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan nilai-nilai pendidikan


cerpen yang terdapat dalam buku teks bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan kelas
VII SMP terbitan kemendikbud yang mengacu kepada sembilan aspek-aspek nilai
pendidikan, yaitu: beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis, dan bertanggungjawab.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang
menghasilkan data deskriptif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan didaktis. Sumber data dalam penelitian ini adalah lima cerpen yang
terdapat dalam buku teks bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan kelas VII SMP
terbitan kemendikbud, terdiri dari lima buah cerpen yaitu Kupu-kupu Ibu, Bawang
Merah dan Bawang Putih, Candi Prambanan, Rumah Kecil di Bukit Sunyi, dan
Gerhana. Data dalam penelitian ini berupa kata-kata, kalimat, paragraf, dan wacana
yang berupa narasi ataupun dialog yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti.
Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis menggunakan model alir. Pengecekan
keabsahan data dilakukan dengan teknik Triangulasi, yaitu berupa metode dengan
mengumpulkan data sejenis dari sumber data yang tersedia.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa cerpen pada buku teks bahasa
Indonesia Wahana Pengetahuan kelas VII SMP terbitan kemendikbud terdapat
delapan nilai-nilai pendidikan. Yakni: nilai pendidikan beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa terdapat pada 2 cerpen, nilai pendidikan berakhlak mulia
terdapat pada 3 cerpen, nilai pendidikan sehat terdapat pada 5 cerpen, nilai
pendidikan berilmu terdapat pada 2 cerpen, nilai pendidikan cakap terdapat pada 3
cerpen, nilai pendidikan kreatif terdapat pada 1 cerpen, nilai pendidikan mandiri
terdapat pada 2 cerpen, dan nilai pendidikan bertanggungjawab terdapat pada 2
cerpen. Nilai pendidikan tersebut terungkap secara implisit dan aksplisit dalam
paparan narasi dan dialog.
Kesimpulan dari penelitian dalam cerpen pada buku teks bahasa Indonesia
Wahana Pengetahuan kelas VII SMP terbitan kemendikbud ternyata mengandung

v
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58

nilai-nilai pendidikan yang sangat berarti bagi kehidupan manusia. Nilai-nilai


pendidikan yang terkandung di dalam cerpen tersebut yaitu nilai pendidikan beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, nilai pendidikan berakhlak mulia, nilai
pendidikan sehat, nilai pendidikan berilmu , nilai pendidikan cakap, nilai pendidikan
kreatif, nilai pendidikan mandiri, dan nilai pendidikan bertanggung jawab.
Melalui penelitian ini disarankan kapada pembaca mempergunakan hasil
penelitian ini sebagai bahan masukan dalam meningkatkan wawasan tentang sastra
lisan berupa cerpen berkenaan dengan nilai pendidikan, dan bagi peneliti lain agar
lebih menggali nilai-nilai lain yang terdapat pada cerpen buku teks bahasa Indonesia
Wahana Pengetahuan kelas VII SMP terbitan kemendikbud ini.

vi
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Nilai-Nilai Pendidikan

dalam Cerpen pada Buku Teks Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan Kelas VII

SMP Terbitan Kemendikbud 2013. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa

dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jambi.

Peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak yang bersedia

meluangkan waktunya, penggarapan skripsi ini tidak dapat berjalan lancar. Pada

kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada bapak Prof. H. Yundi

Fitrah, M.Hum., Ph.D. selaku Pembimbing I yang dengan sabar telah membimbing

penulis dari awal hingga akhir selesai penggarapan skripsi ini. Terimakasih juga

kepada ibu Dra. Hj. Irma Suryani, M.Pd selaku Pembimbing II yang dengan

ketulusannya membimbing dan mengarahkan penulis hingga selesainya penggarapan

skripsi ini.

Kepada dewan penguji penulis sampaikan terimakasih, kepada bapak Drs.

Larlen, M.Pd., selaku penguji 1, bapak Drs. Andiopenta Purba, M.Hum. M. Div

selaku penguji 2, dan Bapak. Drs. Imam Suwardi Wibowo, M.Pd. selaku penguji 3

yang telah memberi masukan yang sangat berharga demi kesempurnaan skripsi yang

telah penulis susun. Serta terimakasih pula penulis sampaikan kepada bapak Drs.

Larlen, M. Pd., selaku pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama

duduk di bangku perkulihan. Kepada ibu Dra. Hj. Yusra D., M.Pd. selaku ketua

vii
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58

jurusan PBS dan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Albertus

Sinaga, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

untuk Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

FKIP Unja yang telah membagi ilmunya dengan rasa hormat penulis sampaikan

terima kasih. Begitu pula kesempatan yang diberikan oleh Rektor Universitas Jambi

dan Dekan FKIP Unja kepada penulis untuk mengikuti kuliah di lembaga yang beliau

pimpinan, penulis sampaikan terima kasih.

Selanjutnya, terimakasih penulis sampaikan kepada keluarga tercinta,

khususnya kepada ayah tercinta Basri Simamora, ibunda Romasi Silaban yang telah

memberikan dorongan moril maupun materil selama ini. Penulis juga mengucapkan

terimakasih kepada suami tercinta Jefri Sumbayak yang selalu memberi dorongan dan

semangat.

Penulis menyampaiakan doa semoga bimbingan, arahan, motivasi dan bantuan

yang telah diberikan selama ini menjadi amal ibadah dan mendapat berkah dari

Tuhan Yang Maha Esa. Penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran demi

kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua.

Amin.

Jambi, Februari 2015

Penulis

viii
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. iii
SURAT PERNYATAAN ............................................................................ iv
ABSTRAK .................................................................................................... v
KATAPENGANTAR ................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Cerpen ......................................................................... 7
2.2 Unsur-unsur dalam Cerpen ............................................................ 9
2.3 Pengertian Nilai Pendidikan ......................................................... 13
2.3.1 Nilai .......................................................................................... 13
2.3.2 Aspek-aspek Nilai Pendidikan .................................................. 15
2.3.2.1 Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa .......... 17
2.3.2.2 Berakhlak mulia ..................................................................... 18
2.3.2.3 Sehat ...................................................................................... 18
2.3.2.4 Berilmu ................................................................................... 19
2.3.2.5 Cakap ...................................................................................... 20
2.3.2.6 Kreatif .................................................................................... 20
2.3.2.7 Mandiri .................................................................................. 21
2.3.2.8 Demokratis ............................................................................ 21
2.3.2.9 Bertanggung Jawab ............................................................... 22
2.4 Buku Teks ...................................................................................... 23

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Metode dan Pendekatan Penelitian ................................................ 25
3.2 Data dan Sumber Data ................................................................... 26
3.3 Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 26
3.4 Analisis Data ................................................................................. 27
3.5 Pengecekan Keabsahan Data ......................................................... 28

ix
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian .............................................................................. 29
4.1.1 Analisis Nilai Pendidikan dalam Cerpen
Kupu-kupu Ibu ............................................................................ 29
4.1.1.1 Berakhlak Mulia ...................................................................... 29
4.1.1.2 Sehat ........................................................................................ 31
4.1.1.3 Berilmu .................................................................................... 33
4.1.1.4 Cakap ....................................................................................... 34
4.1.1.5 Mandiri .................................................................................... 35
4.1.2 Analisis Nilai Pendidikan dalam Cerpen Bawang Merah dan
Bawang Putih ............................................................................ 36
4.1.2.1 Berakhlak Mulia....................................................................... 36
4.1.2.2 Sehat ......................................................................................... 37
4.1.2.3 Mandiri ..................................................................................... 38
4.1.2.4 Bertanggung Jawab .................................................................. 38
4.1.3 Analisis Nilai Pendidikan dalam Cerpen Candi Prambanan ...... 39
4.1.3.1 Sehat ......................................................................................... 39
4.1.3.2 Cakap ....................................................................................... 40
4.1.3.3 Kreatif ...................................................................................... 42
4.1.4 Analisis Nilai Pendidikan dalam Cerpen Rumah Kecil di
Bukit Sunyi ................................................................................. 43
4.1.4.1 Beriman dan Bertakwa kepada Tuhan YME ............................ 43
4.1.4.2 Berakhlak Mulia ....................................................................... 44
4.1.4.3 Sehat.......................................................................................... 46
4.1.4.4 Bertanggung Jawab ................................................................... 47
4.1.5 Analisis Nilai Pendidikan dalam Cerpen Gerhana ..................... 48
4.1.5.1 Beriman dan Bertakwa kepada Tuhan YME ........................... 48
4.1.5.2 Sehat ........................................................................................ 48
4.1.5.3 Berilmu .................................................................................... 49
4.1.5.4 Cakap ....................................................................................... 50
4.2 Pembahasan ................................................................................... 51
4.2.1 Beriman dan Bertakwa Kepada Tuhan YME .............................. 51
4.2.2 Berakhlak Mulia .......................................................................... 52
4.2.3 Sehat ............................................................................................ 53
4.2.4 Berilmu ........................................................................................ 55
4.2.5 Cakap ........................................................................................... 56
4.2.6 Kreatif.......................................................................................... 57
4.2.7 Mandiri ........................................................................................ 58
4.2.8 Bertanggung Jawab ..................................................................... 59

x
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58

BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan ........................................................................................ 61
5.2 Saran .............................................................................................. 61

DAFTAR RUJUKAN .................................................................................. 62


LAMPIRAN

xi
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karya sastra merupakan suatu bentuk karya yang sangat indah dan dapat

menyentuh jiwa pembaca karena di dalam karya sastra memuat cerita-cerita yang

mampu membuat hati pembaca ikut larut dan merasakan sesuai dengan perasaan

yang sedang dialami oleh tokoh yang ada dalam cerita. Meskipun sebenarnya

cerita dan peristiwa tersebut tidak pernah terjadi tetapi seakan-akan sedang terjadi

melalui penggambaran cerita tersebut. Cerita-cerita yang ditulis oleh pengarang

baik berupa cerpen, novel, maupun roman, biasanya diambil dari cerita-cerita

yang ada disekitar kehidupan pengarang (Suharianto, 1982: 17 ).

Karya Sastra sebenarnya ditulis dengan maksud untuk menunjukkan nilai-

nilai kehidupan. Setidaknya karya sastra mempersoalkan nilai-nilai yang

dipandang kurang sesuai dengan kebutuhan zaman atau kebutuhan manusia

umumnya. Nilai kehidupan yang ditawarkan dapat berupa nilai keagamaan,

budaya, moral, budi pekerti, pendidikan maupun nilai sosial (Sumardjo, 1986: 3).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa karya sastra merupakan salah satu

wujud dari bentuk penyampaian nilai moral dan budi pekerti yang diamanatkan

pencipta lewat tokoh cerita. Tidak mengherankan jika karya sastra sangat menarik

perhatian pembaca yang menginginkan pengalaman sosial kemasyarakatan,

khususnya mengenai nilai-nilai pendidikan.

Melalui penelitian tentang karya sastra diharapkan dapat menemukan cara

atau tindakan-tindakan nyata yang dapat meningkatkan pembentukan akhlak

generasi muda yang berbudaya, sehingga dapat mewujudkan manusia yang

1
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 2

berilmu, berahlak dan berbudaya tinggi terkait dengan uraian diatas tidaklah

berlebihan jika dikatakan bahwa dari karya sastra seorang bisa belajar tentang

hakikat hidup dan kehidupan, bahkan kehidupan dari pengarang itu sendiri seperti

dikatakan bahwa karya sastra merupakan alat penyampaian kehidupan bahkan

hampir semua corak kehidupan masyarakat tersirat dan bahkan tersurat dalam

sebuah karya sastra.

Salah satu bentuk karya sastra adalah cerpen. Cerpen merupakan kisahan

pendek (kurang dari 10.000 kata), yang memberikan kesan tunggal yang dominan

dan memusatkan pada satu tokoh disuatu situasi (Moeliono, 2008: 201). Cerita

pendek adalah kisahan yang memberi kesan tunggal yang dominan satu tentang

satu tokoh dalam satu latar dan satu situasi dramatika. Cerpen juga harus

memperlihatakan kepaduan sebagai patokan dasarnya (Zaidan, 1996: 50). Cerpen

juga merupakan salah satu bentuk karya sastra yang berbentuk prosa, cerpen

merupakan karya sastra yang menarik dan sederhana. Menceritakan sebuah

konflik secara singkat dan lugas, namun memiliki unsur-unsur sastra yang

menarik.

Cerpen sebagai salah satu karya fiksi pada hakikatnya menawarkan sebuah

dunia yang bersifat model-model kehidupan yang diidealkan, dunia imajiner yang

dibangun melalui berbagai unsur interinsiknya seperti peristiwa, tokoh dan

penokohan, latar yang bersifat imajiner, semua itu bersifat rekaan yang sengaja

dikreasikan oleh pengarang dengan dunia nyata, lengkap dengan peristiwa dan

latar aktualnya sehingga tampak sunguh-sunguh ada dan terjadi.

Pengarang membuat cerpen berdasarkan pengalaman dan pengamatanya

terhadap kehidupan. Namun hal itu dilakukan secara selektif dan dibentuk sesuai
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 3

dengan tujuannya yang sekaligus memasukan unsur hiburan dan penerangan

terhadap pengalaman kehidupan manusia. Salah satu nilai dalam kehidupan

manusia adalah nilai pendidikan.

Nilai mengungkapkan perbuatan apa yang dipuji dan dicela, pandangan

hidup mana yang dianut dan dijauhi, dan hal apa saja yang dijunjung tinggi.

Adapun nilai-nilai pendidikan pada cerpen dalam buku teks Bahasa Indonesia ini,

yaitu: Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokrasi dan bertanggung jawab. Nilai

pendidikan ini sesuai dengan UU No.20 Tahun 2003.

Untuk mewujudkan nilai pendidikan dibutuhkan alat atau metode yang

tepat. Salah satu alat yang dapat diwujudkan nilai pendidikan adalah karya sastra

(cerpen). Di sekolah terdapat materi pembelajaran sastra seperti dongeng, puisi,

cerpen, drama, dan pantun dapat dijadikan alat dalam mewujudkan pendidikan.

Karena sastra bayak memberikan atau mengandung pesan-pesan moral mengenai

nilai baik dan nilai buruk. Karya sastra juga dapat dipakai untuk menggambarkan

apa yang ditangkap sang pengarang tentang kehidupan disekitarnya. Dengan

demikian, penanaman nilai-nilai pendidikan dapat dilakukan secara terus menerus

dan berkesinambungan.

Salah satu materi pelajaran sastra di SMP adalah cerpen. Dalam penelitian

ini penulis sengaja menyajikan cerpen yang ada pada buku teks bahasa Indonesia

Wahana Pendidikan kelas VII SMP terbitan kemendikbud yang di dalamnya

mengandung nilai-nilai pendidikan. Buku ini merupakan buku siswa yang

dipersiapkan pemerintah dalam rangka implementasi kurikulum 2013. Buku siswa

ini disusun dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 4

Pendidikan dan Kebudayaan, dan dipergunakan dalam tahap awal penerapan

kurikulum 2013. Melalui buku ini, diharapkan siswa mampu memproduksi dan

menggunakan teks sesuai dengan tujuan dan fungsi sosialnya. Dalam

pembelajaran bahasa yang berbasiskan teks, bahasa Indonesian diajarkan bukan

sekedar sebagai pengetahuan bahasa, melainkan sebagai teks yang berfungsi

untuk menjadi sumber aktualisasi diri penggunanya pada konteks sosial-budaya

akademis.

Buku teks merupakan sarana penting dan ampuh bagi penyediaan dan

pemenuhan pengalaman tak langsung dalam jumlah yang besar dan terorganisasi

rapi (Tarigan, 1990: 17). Pengungkapan tentang materi pembelajaran sastra

khususnya mengenai cerpen dalam buku teks Bahasa Indonesia Wahana

Pengetahuan kelas VII SMP terbitan kemendikbud yang berkaitan dengan nilai-

nilai pendidikan perlu dikaji secara mendalam. Kandungan nilai-nilai sangat

relevan untuk diteliti dan diungkapkan kembali pada saat ini sebagai pembentuk

karakter peserta didik. Nilai-nilai pendidikan dalam materi pembelajaran sastra

seperti cerpen, dapat memberikan sumbangan dan menjadi tawaran alternatif bagi

upaya perbaikan karakter peserta didik yang saat ini tengan mengalami

kemerosotan moral. Faktor-faktor inilah yangn mendorong peneliti untuk meneliti

ada tidaknya nilai pendidikan dalam cerpen pada buku teks bahasa Indonesia

Wahana Pengetahuan kelas VII SMP terbitan kemendikbud sebagai bahan kajian.

Penelitian terhadap buku teks telah banyak dilakukan. Akan tetapi,

penelitian mengenai nilai pendidikan dalam cerpen pada buku teks bahasa

Indonesia Wahana Pengetahuan kelas VII SMP terbitan kemendikbud belum

pernah diteliti sebelumnya. Sengaja dipilihnya buku teks terbitan kemendikbud


Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 5

karena buku terbitan ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan buku teks

terbitan lain. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk mengkaji

nilai-nilai pendidikan cerpen yang ada di dalam buku teks ini sebagai bahan kajian

dalam penulis skripsi, dan peneliti pun mengambil judul “Nilai-nilai Pendidikan

dalam Cerpen pada Buku Teks Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan Kelas VII

SMP terbitan Kemendikbud 2013”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah nilai-nilai pendidikan apa sajakah yang terdapat dalam

cerpen pada buku teks bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan kelas VII SMP

terbitan kemendikbud?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mendiskripsikan nilai-nilai pendidikan dalam cerpen pada buku teks bahasa

Indonesia Wahana Pengetahuan kelas VII SMP terbitan kemendikbud.

1.4 Manfaat Penelitian

(1) Manfaat Praktis

1. Memberikan pedoman untuk guru dalam mendidik nilai-nilai pendidikan


karakter kepada peserta didiknya.
2. Menjadi salah satu sumber informasi dan pengetahuan tentang nilai-nilai
pendidikan yang terdapat dalam cerita pendek.
3. Menambah pengetahuan mengenai apresiasi karya sastra dan memahami
nilai pendidikan yang terdapat dalam cerita pendek.
4. Menjadi bahan pertimbangan instansi pendidikan dalam memilih dan
menemukan buku teks yang baik dalam pembelajaran siswa.
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 6

5. Menjadi acuan peneliti lain untuk penelitian selanjutnya, khususnya


penelitian yang mengenai nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam cerita
pendek.

(2) Manfaat Teoretis

Menambah pengetahuan terhadap pembaca tentang pemahaman cerpen

khususnya yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan dalam cerpen pada

buku teks bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan kelas VII SMP terbitan

kemendikbud 2013.
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Cerpen

Cerpen adalah cerita rekaan yang memusatkan diri pada satu tokoh dalam

satu situasi pada suatu saat, hingga memberikan kesan tunggal terhadap pertikaian

yang mendasar cerita tersebut (Moeliono, 2008: 158). Menurut Nugroho

Notosusanto (Tarigan, 1984: 176) mengatakan bahwa “cerita pendek adalah cerita

yang panjangnya sekitar 5000 kata atau kira-kira 17 halaman kuarto spasi rangkap

yang terpusat dan lengkap pada dirinya sendiri.

Menurut Marahimin (1999: 112) adalah cerita rekaan pendek, karena

pendeknya biasanya tidak terdapat perkembangan dalam cerita itu,peristiwa

singkat saja. Kepribadian tokoh atau tokoh-tokoh pun tidak berkembang dan tidak

menyaksikan perubahan nasib tokoh-tokoh ini ketika cerita ini berakhir. Dan

ketika konflik yang hanya satu itu terselesaikan, maka kelanjutan kehidupan

tokoh-tokoh dalam cerita itu diketahui.

Menurut Utomo (2009: 16) cerpen merupakan sebuah cerita rekaan yang

lengkap (didalam bahasa Inggris disebut Selfcontained) : tidak ada, tidak perlu ada

dan harus tidak ada tambahan lain dalam cerpen, perkembangan karakteristik

memang tak seleluasa cerpen. Keterbatasan ruang ekspresi dalam cerpen tak

memungkinkan bagi pengarang untuk melukiskan perkembangan karakter dengan

leluasa, dalam cerita yang singkat, pengarang berkemungkinan menampilkan

tokoh yang unik dan memikat pembaca untuk selalu mengikutinya.

7
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 8

Cerpen itu memang pendek, singkat bahkan ada ahli sastra yang

memberinya batasan sebagai “cerita yang habis dibaca dalam sekali duduk”. Di

dalam cerita yang singkat seperti itu, tentu saja tokoh-tokoh yang memegang

peranan tidak banyak jumlahnya, hanya seorang, atau sekitar empat orang paling

banyak. Itupun tidak seluruh kepribadian tokoh atau tokoh-tokoh itu diungkapkan

di dalam cerita, fokus atau pusat perhatian hanya satu. Konflik hanya satu ketika

cerita dimulai, konflik itu sudah hadir disitu, tinggal bagaimana menyelesaikannya

saja (Marahimin, 1999: 113).

Sebuah cerpen pada dasarnya menuntut adanya perwatakan jelas pada tokoh

crita. Sang tokoh merupakan ide sentral dari cerita, cerita bermula dari sang tokoh

dan berakhir pula pada “nasib” yang menimpa sang tokoh itu. Unsur perwatakan

lebih dominan daripada unsur cerita itu sendiri. Membaca sebuah cerpen berarti

kita berusaha memahami manusia, bukan sekedar ingin mengetahui bagaimana

jalan ceritanya. Beda dengan sebuah novel di mana kedudukan perwatakan dan

jalan cerita berada dalam satu keseimbangan, ibarat dua sisi dari satu mata uang

(Semi, 1989: 34).

Berdasarkan pengertian yanng telah diuraikan oleh para ahli, dapat

disimpulkan bahwa cerpen adalah sebuah cerita yang melukiskan tentang perilaku

sesaat manusia, namun merupakan satu kebulatan ide, memusatkan diri pada satu

tokoh dalam satu situasi. Dinamisnya sebuah cerpen mengakibatkan lahir

pengarang-pengarang cerpen. Hasil karya pengarang-pengaranng itu dapat

dijumpai dalam buku bacaan sastra dan media masa. Karya sastra lahir dari

seorang pengarang. Dalam karyanya itu terdapat unsur-unsur pembentuk karya

sastra yang membentuk sebuah struktur dan dituangkan dengan media bahasa.
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 9

2.2 Unsur-unsur dalam Cerpen

Unsur instrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu

sendiri. Unsur-unsur tersebut yang menyebabkan hadir sebagai karya sastra,

unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra.

Unsur instrinsik sebuah cerpen adalah unsur-unsur yang secara langsung turut

serta membangun cerita kepaduan antar berbagai unsur instrinsik yang membuat

sebuah cerpen yang berwujud. Unsur yang dimaksud, untuk menyebutkan

peristiwa, cerita, plot atau alur tokoh, tema, amanat, latar sudut pandang

penceritaan bahasa atau gaya bahasa (Nurgiyantoro, 2000: 23).

Menurut Saad (Noor 2005: 33-34) unsur-unsur intrinsik cerita rekaan (fiksi)

adalah tokoh, latar, alur dan pusat pengisahan, sedangkan menurut MS

Hutagalung, unsur-unsur intrinsik puisi antara lain, musikalitar, korespondensi

dan gaya, sedang unsur-unsur intrinsik drama, menurut Effendi ialah alur dan

konflik yang berwujud dalam gerak dan dialog atau cakapan.

Cerpen adalah salah satu karya sastra yang terbangun oleh unsur-unsur yang

secara garis besar dibagi atas dua bagian, yaitu unsur intrinsik dan unsur

ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun cerita atau

membentuk karya sastra tersebut seperti penokohan atau perwatakan, tema, alur

(plot), gaya bahasa, latar, amanat dan sudut pandang. Unsur ekstrinsik adalah

unsur dari luar suatu cerpen yang mempengaruhi isi karya sastra tersebut misalnya

ekonomi, politik, sosial dan lain-lain. Berikut ini uraian beberapa unsur-unsur

intrinsik yang terdapat dalam cerpen.


Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 10

1. Tema

Tema adalah topik atau pokok pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai

pengarang dengan topiknya. Biasanya kata tema seringkali disamakan dengan

pengertian topik, padahal kedua istilah itu mengandung pengertian yang berbeda.

Topik dalam suatu tulisan atau karangan berarti pokok pembicaraan, sedangkan

tema merupakan tulisan atau karya fiksi (Semi, 1989: 37). Menurut Stanton

(Yundi Fitrah, 2010: 95), tema adalah makna suatu cerita atau karya yang secara

spesifik berhubungan dengan sejumlah besar unsur suatu cerita itu. Makna yang

dinyatakan di sini adalah a point, semacam keseluruhan isi suatu karya sastra.

Tema sebagai makna cerita juga berhubungan dengan sejumlah besar unsur cerita,

juga mempunyai bayak persamaan dengan pandangan tokoh lain.

2. Amanat

Amanat adalah pemecahan persoalan yang diberikan pengarang dalam

karyanya yaitu jalan keluar yang dibuat pengarang untuk tema yang

dikemukakannya (Esten, 1984: 87). Lebih lanjut dikemukakan bahwa amanat

yang disampaikan pengarang harus mampu membuka kemungkinan-kemungkinan

yang baru terhadap apa yang diungkapkan. Untuk mementukan amanat dalam

sebuah karya sastra harus dipertimbangkan apa yang dibahas dalam karya sastra

tersebut. Sebab amanat berkaitan erat dengan gagasan, ide pokok atau pokok-

pokok persoalan. Esten (1984:88) mengatakan bahwa bilamana ide pokok atau

pokok persoalan telah didefinisikan, maka untuk menetapkan amanat sudah

mudah dilakukan. Karena amanat merupakan pemecahan persoalan yang

terkandung di dalam tema.


Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 11

3. Tokoh

Tokoh merupakan salah satu hal yang kehadirannya dalam sebuah fiksi amat

penting dan bahkan menentukan, karena tidak akan mungkin ada suatu karya fiksi

tanpa adanya tokoh yang diceritakan dan tanpa adanya tokoh yang bergerak yang

akhirnya membentuk alur cerita. Tokoh dan perwatakan mestinya merupakan

suatu struktur pula. Ia memiliki fiksi dan mental yang secara bersama-sama

membentuk suatu totalitas perilaku yang bersangkutan. Segala tindakan dan

perilaku merupakan jalinan hubungan yang logis, suatu hubungan yang masuk

akal, walaupun apa yang dikatakan masuk akal itu mempunyai tafsiran yang

relatif (Semi, 1989: 36).

Penokohan adalah pelukisan mengenai tokoh cerita baik keadaan lahirnya

maupun batinnya yang dapat berupa pandangan hidup, sikapnya, kekayaannya,

adat istiadat dan sebagainya (Suharianto, 1982: 31). Sujdiman (1992: 36), watak

tokoh dapat disimpulkan pembaca dari pikiran, cakapan, dan lakuan tokoh yang

disajikan pengarang, bahkan dari penampilan fisiknya serta dari gambaran

lingkungan atau tempat tokoh, cakapan dan lakuan tokoh demikian pula pikiran

tokoh yang dipaparkan oleh pengarang dapat menyiratkan sifat wataknya.

4. Alur

Menurut Semi (1989: 38) alur atau plot adalah struktur rangkaian kejadian

dalam cerita yang disusun sebagai sebuah interelasi fungsional yang sekaligus

menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi. Alur itu merupakan

perpaduan unsur-unsur yang membangun cerita sehingga menjadi kerangka utama

cerita. Dapat disimpulkan bahwa alur merupakan suatu jalur tempat lewatnya
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 12

rentetan peristiwa yang merupakan rangkaian pola tindak-tanduk yang berusaha

memecahkan konflik yang terdapat di dalamnya.

5. Latar

Latar atau seting cerita adalah lingkungan tempat terjadinya peristiwa.

Biasanya latar muncul pada semua bagian atau penggalan cerita, kebayakan

pembaca tidak menghiraukan latar ini, karena lebih terpusat pada jalan ceritanya

(Semi, 1989: 38). Menurut Ketut Ginarsa dkk (1985: 16) latar merupakan tempat

dan waktu terjadinya aksi. Kedudukan latar penting karena ia menentukan pula

aksi tokoh-tokoh. Latar juga menunjukan hubungan tokoh dengan lingkungannya.

Sampai batas tertentu latar menentukan tokoh-tokoh dan melalui tokoh-tokoh

inilah menentukan aksi. Kadang-kadang suasana dipergunakan sebagai latar cerita

atau lingkungan fisik di tempat kejadian berlangsung dapat pula dipakai sebagai

latar cerita.

6. Sudut Pandang

Sudut pandang adalah posisi dan penempatan diri pengarang dalam

ceritanya, dari sudut mana dia melihat peristiwa-peristiwa dalam ceritanya. Pada

hakikatnya sudut pandang merupakan strategi, teknik, siasat yang secara sengaja

dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya. Lebih lanjut

dikemukan bahwa, segala sesuatu yang dikemukakan dalam karya fiksi milik

pengarang pendangan hidup dan tafsirannya terhadap kehidupan. Namun,

kesemuaannya itu dalam karya sastrafiksi disalurkan lewat sudut pandang tokoh,

lewat kacamata tokoh cerita.


Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 13

7. Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah susunan kata yang merupakan ciri khasa seorang

penulis. Susunan kata ini ada yang kolokial (sehari-hari), resmi, singkat, panjang

lebar, berwarna, lencar, sopan, dan kedaerahan. Dapat juga diartikan gaya bahasa

ialah hubungan antara penguasaan bentuk pada satu pihak dengan isi intelektual

dan emosionalyang dimiliki pengarang dan gaya bahasa dapat juga diartikan

sebagai tanggapaan keseluruhan pengarang terhadap pengalamanya yang ia

tuangkan kembali ke dalam bahasa.

2.3 Pengertian Nilai Pendidikan

2.3.1 Nilai

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata nilai berarti sifat-sifat yang

penting atau berguna bagi kemanusiaan (Moeliono, 2008: 615). Sedangkan

menurut Hasan (1995: 114) nilai adalah “sesuatu yang menjadi kriteria apakah

suatu tindakan, pendapat, atau hasil kerja itu bagus/positif atau tidak

bagus/negatif”. Dasar dari nilai adalah agama, tradisi yang berlaku dalam

masyarakat atau negara, dan perjanjian-perjanjian baru yang ditetapkan secara

tertulis maupun tidak.

Nilai adalah sesuatu atau hal yang dapat digunakan sebagai dasar penentu

tingkah laku seseorang, karena sesuatu hal itu menyenagkan (pleasant),

memuaskan (saflying) menarik (interest), berguna (believe). Nilai mengandung

harapan atau sesuatu yang diinginkan oleh manusia. Karena itu nilai bersifat

normative, merupakan keharusan (Dassollen) untuk diwujudkan dalam tingkah

laku dalam kehidupan manusia (Daroeso, 1986: 20).


Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 14

Sementara itu menurut Aminuddin (2002: 156), istilah nilai sebagai

perangkat keyakinan atau perasaan yang memberikan corak khusus kepada pola

pemikiran, perasaan, keterikatan maupun perilaku. Sejalan dengan Amienudin,

Setiadi (2006: 110) mengungkapkan nilai sebagai kegiatan menghubungkan

sesuatu dengan sesuatu yang lain sehingga diperoleh menjadi suatu keputusan

yang menyatakan sesuatu itu berguna atau tidak berguna, benar atau tidak benar,

baik atau buruk, manusiawi atau tidak manusiawi, religius atau tidak religius,

berdasarkan jenis tersebutlah nilai ada.

Menurut Suyitno (1986: 3), sastra dan tata nilai merupakan dua fonemena

sosial yang saling melengkapi dalam hakikat mereka sebagai sesuatu yang

eksistensil. Sastra sebagai produk kehidupan, mengandung nilai-nilai sosial,

filsafat, religi, dan sebagiannya baik yang bertolak dari pengungkapan kembali

mampuan yang menpunyai penyodoran konsep baru. Sastra tidak hanya

memasuki ruang serta nilai-nilai kehidupan personal, tetapi juga nilai-nilai

kehidupan manusia dalam arti total. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

yang dimaksud nilai adalah suatu konsepsi abstrak mengenai baik buruknya

perilaku yang selalu menjadi ukuran dalam proses interaksi sosial masyarakat.

Pendidikan secara praktis tidak terpisahkan dengan nilai-nilai, terutama

proses membina nilai-nilai yang bersifat fundamental,seperti nilai sosial, nilai

ilmiah, nilai moral, dan nilai agama. Syam (1986:143) menyatakan: bahwa proses

pendidikan selain meliputi pembinaan kemampuan-kemampuan untuk

menghadapi perubahan-perubahan sosial untuk berperanan secara kreatif juga

membina sikap hidup kritis terhadap nilai-nilai yang ada dan yang baru ada,
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 15

bahkan membina pola-pola tingkah laku baru yang sesuai dengan asas-asas norma

yang berlaku tetapi dengan pemahaman berpikir yang baru, lebih mendalam.

Realitas pendidikan yang ada cenderung tidak menjadikan manusia

sebagai makhluk yang humanis (memanusiakan manusia). Harus diakui memang

dalam konteks pendidikan banyak komponen yang bersifat kompleks yang

melingkupi di dalam pendidikan itu. Satu hal yang menjadi fundamental adalah

bagaimana manusia menjadi lebih dewasa dan mampu menjalani hidup dalam

kehidupan yang lebih terhormat dengan landasan nilai-nilai dan nurani sehingga

memunculkan karakter manusia seutuhnya. Pendidikan adalah proses pengubahan

sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang, usaha mendewasakan manusia

melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara pembuatan mendidik. Jadi,

untuk membentuk seseorang atau sekelompok orang yang memiliki karakter yang

baik maka harus ada usaha mencapai hal tersebut melalui suatu proses yaitu

pendidikan.

2.3.2 Aspek-aspek Nilai Pendidikan

Dictionary of education menyebutkan bahwa pendidikan adalah proses

dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah

laku lainnya di dalam masyarakat dikmana ia hidup, proses sosial dimana orang

dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya

yang datang dari sekolah) sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami

perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum

(Ihsan, 1995: 4).

Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 16

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian dirinya,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat Bangsa dan Negara. Jadi, dapat disimpullkan, pendidikan

adalah proses sepanjang hayat dan perwujudan pembentukan diri secara utuh

dalam pengembangan segenap potensi dalam rangka pemenuhan semua komitmen

manusia sebagai individu, makhluk sosial dan sebagai makhluk Tuhan. Dalam

pendidikan, secara implicit terjalin hubungan antara dua pihak, yaitu pihak

pendidik dan pihak peserta didik yang didalam hubungan itu berlainan kedudukan

dan peranan setiap pihak, akan tetapi sama dalam hal dayanya yaitu saling

mempengaruhi guna terlaksanannya proses pendidikan (transformasi pendidikan,

nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan yang tertuju kepada tujuan-tujuan yang

diinginkan.

Syam (1986: 140) menyatakan bahwa membahas mengenai nilai-nilai

pendidikan akan jelas melalui rumusan dan uraian tujuan pendidikan, sebab di

dalam rumusan tujuan pendidikan tersimpul semua nilai-nilai pendidikan yang

hendak diwujudkan. Seiring dengan perkembangan yang terus terjadi, tujuan

pendidikan nasional telah beberapa kali mengalami perubahan. Tujuan pendidikan

nasional yang mutakhir adalah UU No. 32 tahun 2003 yang berbunyi “pedidikan

bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggung jawab”.


Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 17

Beranjak dari tujuan pendidikan nasional tersebut, kemudian dalam

penelitian ini dijabarkan lagi menjadi beberapa aspek-aspek nilai pendidikan

secara berurutan, yaitu: (1) beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

(2) berakhlak mulia, (3) sehat, (4) berilmu, (5) cakap, (6) kreatif, (7) mandiri, (8)

demokratis, dan (9) bertanggung jawab.

2.3.2.1 Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

Manusia pada dasarnya hidup di dalam suatu alam yang sakral, penuh

dengan nilai-nilai dan dapat menikmati sakralitas yang ada dan tampak dalam

alam semesta. Hubungan manusia dengan penciptanya terwujud dalam nilai

keimanan. Orang yang memiliki nilai keimanan disebut beriman. Menurut

Moeliono (2008: 425) beriman artinya “ Mempunyai iman (ketetapan hati);

mempunyai keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa”.

Ketakwaan tidak dapat dipisahkan dari keimanan. Keimanan mendasari

ketakwaan seseorang, orang yang memiliki ketakwaan disebut bertakwa.

Bertakwa memiliki pengertian terpeliharanya diri untuk tetap taat melaksanakan

perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya (Moeliono, 2008: 1126). Orang

yang bertakwa akan selalu merasa diawasi dalam setiap garak-geriknya oleh

Tuhan sehingga dalam kehidupannya selalu berusaha untuk melaksanakan

tindakan kepada perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya.

Jika setiap orang di dalam kehidupan ini memiliki ketakwaan dan

keimanan yang tinggi, mengamalkan agamnya dengan baik dan benar, maka

tercapai tujuan hidup manusia, yakni bahagia lahir dan batin. Sebagai manusia

yang beriman dan bertakwa maka harus nemiliki sikap, sebagai berikut: (1)
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 18

menjunjung tinggi kejujuran, kebenaran dan keadilan, (2) melaksanakan perintah

Tuhan, dan (3) menjauhi larangan-Nya (Siagian, 2007).

2.3.2.2 Berakhlak mulia

“Pendidikan adalah sebuah proses transfer of value, value yang dimaksud

adalah nilai-nilai moral, seperti etika, budi pekerti yang luhur, kejujuran, dan

sebagainya” (Rinaldimunir, 2006). Semua nilai-nilai moral ini sering dinamakan

akhlak. Sehingga dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah proses pembentukan

karakter yang berakhlak mulia, yaitu membentuk manusia yang menjunjung tinggi

nilai-nilai moral dalam setiap langkah kehidupannya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:27) “Akhlak adalah budi

pekerti; kelakuan.” Hal itu menandakan bahwa akhlak adalah suatu ilmu yang

menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan

oleh manusia.Nilai-nilai yang dijunjung tinggi aadalah kasih sayang, kebenaran,

kebaikan, kejujuran, amanah, dan tidak menyakiti orang lain.

2.3.2.3 Sehat

Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional

diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup

sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang

optimal. “Sehat dalah baik seluruh badan serta bagian-bagiannya (bebas dari

sakit); waras” (Moeliono, 2008: 1011). UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan

menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial

yang memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara sosial dan

ekonomi.
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 19

Berdasarkan UU No. 23 Tahun 1992 tersebut, sehat mencakup empat

aspek yakni fisik (badan), mental (jiwa), sosial dan ekonomi. (1) sehat fisik

terwujud apabila seseorang tidak merasa sakit dan secara klinis benar-benar tidak

sakit, semua organ tubuh normal atau tidak ada gangguan fungsi tubuh, (2) sehat

mental (jiwa) mencakup tiga hal yakni pikiran, emosional, dan spiritual. Pikiran

yang sehat terlihat dari cara pikir seseorang yang logis, emosional yang sehat

tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosionalnya

misal, takut, sedih atau gembira, spiritual yang baik terlihat dari praktek

keagamaan seseorang, yakni kita bisa melaksanakan apa yang diajarkan dan

menjauhi berbagai larangan, (3) sehat sosial terwujud apabila seseorang mampu

berhungan dengan orang lain secara baik, atau mampu berinteraksi dengan

seseorang atau kelompok lain tanpa melihat SARA, atau bisa terlihat dari sikap

saling toleransi dan menghargai, dan (4) kesehatan dari aspek ekonomi terlihat

dari produktivitas seseorang, dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan

sesuatu yang dapat menyokong hidupnya atau keluarganya secara finansial.

2.3.2.4 Berilmu

Sastrapadja (1978: 214) menuliskan bahwa ilmu adalah pengetahuan atau

kepandaian tentang segala sesuatu baik jenis kebatinan maupun yang berkenaan

dengan alam dan lain sebagainya. Orang yang mempunyai ilmu dan pengetahuan

disebut berilmu ( Moeliono, 2008: 424).

Ilmu merupakan hal yang sangat penting dalam hidup untuk memperoleh

kebahagiaan dan kesuksesan. Adapun ciri-ciri orang berilmu (Gym, 2007), yaitu:

(1) orang yang berilmu mampu mengambil hikmah dari suatu peristiwa, (2)

memperoleh kedamaian dalam hidupnya karena mampu menyikapi setiap masalah


Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 20

secara bijaksana, (3) mampu menggunakannya untuk kebaikan, dan (4) orang

yang berilmu berhasil dan sukses dalam hidupnya.

2.3.2.5 Cakap

Moeliono (2008: 187) menyatakan bahwa cakap berarti kemampuan;

kesanggupan; kepandaian atau kemahiran melakukan sesuatu. Orang disebut

cakap jika orang itu pandai menggunakan daya akal dan pikirannya dengan baik

sehingga pekerjaan yang harus dilakukan dapat berlangsung dengan cepat dan

lancar (Purwanto, 1995: 32-33).

Adapun ciri-ciri orang yang cakap menurut Sukarman (2006), adalah: (1)

memiliki keterampilan, pengetahuan dan sikap yang dibutuhkan oleh lingkungan,

(2) memiliki motivasi dan etos kerja yang tinggi serta dapat menghasilkan karya-

karya yang unggul dan mampu bersaing, dan (3) memiliki kesadaran tentang

pentingnya pendidikan bagi dirinya maupun anggota keluarga.

2.3.2.6 Kreatif

“Kreatif adalah memiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk

menciptakan; bersifat (mengandung) daya cipta” (Moeliono, 2008:599). Orang

yang kreatif merupakan orang yang terus-menerus membuat perubahan dan

perbaikan secara bertahap pada pekerjaan mereka. Salah satu ciri orang yang

kreatif adalah ia mampu memunculkan beragam alternatif darti permasalahan

yang dihadapinya.

Kreatif meliputi tiga hal (Ma`aruf, 2007), yaitu: (1) kreatif merupakan

kemampuan (Ability) yaitu suatu kemampuan untuk membayangkan atau

menemukan suatu hal yang baru, (2) kreatif merupakan sikap (Attitude) yaitu
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 21

kemampuan untuk menerima perubahan dan sesuatu yang baru, (3) kreatif

merupakan sebuah proses (Process).

Sikap kreatif diaktifkan oleh pikiran dan imajinasi. Hal-hal positif

mengarah pada ide-ide dan solusi yang membangun. Kreatif dimulai rasa ingin

tahu dan keterbukaan hal-hal baru dan didasari dengan sikap yang bersemangat

dan keberanian untuk mengambil resiko.

2.3.2.7 Mandiri

“Mandiri adalah keadaan dapat berdiri sendiri; tidak tergantung pada orang

lain” (Moeliono, 2008: 710), sedangkan Kamli (Kaswardi, 1993: 56) menyatakan

bahwa mandiri berarti diperintah oleh dirinya sendiri. Hakekat kemandirian

adalah kemampuan membuat keputusan bagi diri sendiri. Kemandirian juga

berarti kemampuan memperhitungkan semua faktor yang relevan, dalam

menentukan arah tindakan terbaik bagi semua yang berkepentingan.

Menjadi manusia yang mandiri adalah manusia yang akan memiliki harga

diri, mampu menggali dan mengembangkan potensi diri dengan baik sehingga

tidak menjadi beban bagi orang lain. Mandiri adalah sumber percaya diri. Dengan

mandiri seseorang memiliki wibawa dan hidup lebih tenang karena mampu

bertumpu pada kekuatan senadiri. Orang-orang yang mandiri cenderung lebih

tentram dalam menjalani hidup, siap mengarungi hidup dan memiliki mental yang

mantap.

2.3.2.8 Demokratis

Moeliono (2008: 249) menyatakan bahwa demokratis adalah besifat

demokrasi, yaitu gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan

hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara. Dalam
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 22

demokratis antara satu orang dengan lainnya relatif memiliki perlakuan yang

sama. Antara pemimpin dan dipimpin saling mendukung untuk menciptakan

kehidupan bersama.

Adapun ciri orang yang memiliki jiwa demokratis menurut Sukonto (2005:

18), yaitu: (1) memiliki rasa hormat terhadap sesama dalam hidup masyarakat

yang majemuk dan menjaga keharmonisan hubungan antara sesama manusia, (2)

bersikap kritis terhadap kenyataan sosial, budaya, politik serta kritis terhadap

pelaksanaan pemerintahan negara, (3) bersikap terbuka menghargai terhadap hal-

hal baru, (4) memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara bebas dan

rasional.

2.3.2.9 Bertanggung Jawab

Manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang bertanggung jawab.

Disebut demikian karena manusia selain makhluk individual dan makhluk sosial

juga makhluk Tuhan. Manusia mempunyai tuntutan yang besar untuk bertanggung

jawab mengingat ia menentaskan sejumlah peranan dalam konteks sosial,

individual maupun teologis. Moeliono (2008: 1139) menyatakan bahwa

bertanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau

terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan, dan sebagainya).

Sedangkan Mustofa (1999: 132) menyatakan “ tanggung jawab adalah kesadaran

manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak

disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran

akan kewajibannya”.

Masalah tanggung jawab dalam konteks individual berkaitan dengan

konteks teologis. Manusia sebagai makhluk individual artinya harus bertanggung


Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 23

jawab terhadap dirinya. Tanggung jawab manusia terhadap diriya akan lebih kuat

intensitasnya apabila ia memiliki kesadaran yang mendalam. Tanggung jawab

manusia terhadap Tuhan timbul karena manusia sadar akan keyakinannya

terhadap nilai-nilai yang bersumber dari agama. Tanggung jawab dalam konteks

pergaulan manusia adalah keberanian. Orang yang bertanggung jawab adalah

orang yang berani menanggung resiko atas apa yang menjadi tanggung jawabnya.

2.4 Buku Teks

Menurut Bacon (Tarigan, 1990: 11), buku teks adalah buku yang dirancang

untuk penggunaan di kelas, dengan cermat disusun dan disiapkan oleh para pakar

atau para ahli dalam bidang itu dan dilengkapi dengan sarana-sarana pengajaran

yang sesuai dan serasi. Pendapat ini didukung olah Buckingham (Tarigan, 1990:

11) yang menyatakan buku teks adalah sarana belajar yang bisa digunakan di

sekolah-sekolah dan perguruan tinggi untuk menunjang suatu program

pengajaran.

Buku teks bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan Kelas VII SMP terbitan

Kemendikbud adalah salah satu buku pelajaran jenjang pendidikan SMP yang

disusun berdasarka kurikulum tingkat satuan pendidikan. Buku teks pelajaran ini

telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan telah

ditetapkan sebagai buku teks pelajaran yang memenuhi syarat kelayakan untuk

digunakan dalam proses pembelajaran yang menggunakan kurikulum 2013 dan

dilindungi oleh undang-undang. Buku ini merupakan buku siswa yang

dipersiapkan pemerintah dalam rangka implementasi kurikulum 2013. Buku siswa

ini disusun dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan, dan dipergunakan dalam tahap awal penerapan


Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 24

kurikulum 2013. Peneliti mengambil buku teks bahasa Indonesia Wahana

Pengetahuan kelas VII SMP terbitan kemendikbud ini sebagai buku teks yang

akan diteliti. Kontributor naskah adalah Fairul Zabadi, Mu’jizah, Dad Murniah,

Sutejo, Parjopo, Nok Mujiati dan penelaah adalah M. Rapi Tang dan Rustono,

Penyelia Penerbitan adalah Politeknik Negeri Media Kreatif, Jakarta. Buku teks

ini merupakan cetakan pertama ditahun 2013.

Sesuai dengan kurikulum 2013, buku siswa kelas VII ini berisi delapan bab

yang terdiri atas jenis teks lapora hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi,

eksplanasi, dan teks cerita pendek. Di dalam buku ini terdapat beberapa cerpen

sebagai sarana pembelajaran siswa. Dimana cerpen yang terdapat pada buku teks

ini adalah bahan yang akan diteliti oleh penulis.


Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode dan Pendekatan

Metode adalah cara kerja untuk dapat memahami suatu objek. Jadi, metode

menekankan pada cara berfikir untuk memahami objek. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang menghasilkan data deskriptif.

Bogdan dan Taylor (Moleong 2010: 4) mendefinisikan “metode kualitatif sebagai

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata kata tertulis

atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati”. Penelitan deskriptif

merupakan jenis penelitian yang berusaha menggambarkan penelitian apa adanya

tanpa melakukan manipulasi variabel dan tidak menetapkan peristiwa yang akan

terjadi. Tujuan utama penelitian deskriptif adalah menggambarkan secara

sistematis fakta dan karakteristik objek yang diteliti.

Sesuai dengan tujuan penelitian yang mendeskripsikan nilai-nilai

pendidikan dalam cerpen pada buku teks bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan

kelas VII SMP terbitan kemendikbud 2013 maka pendekatan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah pendekatan didaktis. Aminuddin (1987: 47)

menyatakan bahwa “pendekatan didaktis adalah suatu pendekatan yang berusaha

menemukan dan memahami, gagasan, tanggapan evaluative maupun sikap

pengarang terhadap kehidupan. Gagasan, tanggapan maupun sikap itu dalam hal

ini akan mampu terwujud dalam suatu pandangan etis, filosofis, maupun agamis

sehingga akan mengandung nilai-nilai yang mampu memperkaya kehidupan

rohaniah pembaca”.

25
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 26

3.2 Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini berupa, kalimat, paragraf dalam cerita, dan setiap

dialog para tokoh yang mengandung nilai-nilai pendidikan. Sumber data dalam

penelitian ini adalah nilai-nilai pendidikan dalam cerpen pada buku teks bahasa

Indonesia Wahana Pengetahuan kelas VII SMP terbitan kemendikbud 2013. Buku

teks ini merupakan cetakan pertama ditahun 2013. Terdiri dari lima buah cerpen

yaitu Kupu-kupu Ibu, Bawang Merah dan Bawang Putih, Candi Prambanan,

Rumah Kecil di Bukit Sunyi, dan Gerhana. Peneliti mengambil seluruh cerpen

tersebut sebagai objek penelitian.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik studi

pustaka. Penelitian menggunakan studi pustaka yang berkaitan dengan karya

sastra. Hal ini dilakukan karena subjek penelitiannya dengan mengambil beberapa

referensi sebagai acuan. Alasan yang digunakan yaitu buku-buku yang

membicarakan masalah sastra dan ilmu sastra, serta buku-buku dan disiplin ilmu

lainnya yang mendukung masalah untuk diteliti. Adapun metode pengumpulan

data dalam penelitian ini yaitu dengan tahap-tahap sebagai berikut:

1. Peneliti membaca berulang-ulang keseluruhan cerpen dalam buku teks bahasa

Indonesia Wahana Pengetahuan kelas VII SMP terbitan kemendikbud untuk

memahami isinya secara keseluruhan. Teknik ini bertujuan untuk memahami

nilai-nilai pendidikan.

2. Mencatat nama tokoh dan mengetahui perilaku dan watak tokoh, serta

menandai bagian-bagian penting seperti kalimat yang berhubungan dengan

nilai-nilai pendidikan melalui tokoh-tokohnya.


Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 27

3. Setelah data terkumpul kemudian dianalisis dan dilakukan penarikan

kesimpulan sementara mengenai nilai-nilai pendidikan yang ada di dalam

buku teks bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan kelas VII SMP terbitan

kemendikbud.

3.4 Teknik Analisis Data

Menurut Keraf (1981: 24) metode analisis adalah cara untuk membagi-bagi

suatu objek ke dalam komponen-komponenya. Sedangkan komponen itu terdapat

gagasan argumentasi dan proses, menurut Sudjiman (1992: 26) hasil analisis

dalam sebuah karya sastra akan digunakan untuk mengetahui dan memahami

nilai-nilai dalam karya sastra.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis data model alir. Teknik ini menurut Miles dab Huberman (Sugiono,

2007:337) aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction (reduksi data), data

display (penyajian data), conclusion drawing/verification (simpulan). Langkah-

langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Reduksi data, yang meliputi: inventarisasi, identifikasi, seleksi, dan

klasifikasi. Langkah ini peneliti lakukan dengan cara mengidentifikasi semua

cerpen yang terdapat dalam buku teks bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan

kelas VII SMP terbitan kemendikbud. Setelah cerpen diidentifikasi,

selanjutnya dilakukan seleksi dengan tujuan untuk mendapatkan cerpen yang

mengandung analisis stilistika.

2) Penyajian data. Setelah data ditandai, kemudian data disajikan dalam sebuah

tabulasi. Melalui tabulasi tersebut data dianalisis sesuai dengan ruang lingkup

ilmu stilistika, yaitu nilai pendidikan berupa nilai religi, moral, sosial.
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 28

Kemudian untuk mengetahui kebenarannya dosen pembimbing memberikan

tanda ceklis pada setiap data yang mengandung analisis stilistika.

3) Penarikan kesimpulan/verifikasi. Setelah data direduksi data disajikan serta

dianalisis melalui sebuah tabel, barulah data mengenai analisis stilistika yang

meliputi nilai pendidikan cerpen yang terdapat dalam buku teks bahasa

Indonesia Wahana Pengetahuan Kelas VII SMP terbitan Kemendikbud dapat

ditemukan.

3.5 Pengecekan Keabsahan Data

Data pada dalam buku teks bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan Kelas

VII SMP terbitan Kemendikbud 2013 ini tampil apa adanya. Peneliti tidak

melakukan rekayasa sehingga dapat dipertanggung jawabkan. Dalam pemeriksaan

keabsahan data, peneliti menggunakan validitas dengan cara triangulasi.

Moeleong (2010: 178) menyatakan “Triangulasi adalah teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu”. Triangulasi

yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi teori yaitu memanfaatkan

dua teori atau lebih untuk diadu atau dipadu. Digunakannya triangulasi teori

dilakukan dengan menguji kesesuaian atau kecocokan data dari sumber data yaitu

cerpen dengan teori tentang nilai-nilai pendidikan.


Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat

dikemukakan nilai-nilai pendidikan dalam cerpen yang terdapat pada buku teks

bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan kelas VII SMP terbitan kemendikbud

2013. Nilai-nilai pendidikan tersebut yaitu:

1. Nilai Pendidikan “Beriman dan Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa”
2. Nilai Pendidikan “Berakhlak Mulia”
3. Nilai Pendidikan “sehat”
4. Nilai Pendidikan “Berilmu”
5. Nilai Pendidikan “Cakap”
6. Nilai Pendidikan “Kreatif”
7. Nilai Pendidikan “Mandiri”
8. Nilai Pendidikan “Bertanggung Jawab”
4.1.1 Analisis Nilai Pendidikan dalam Cerpen “Kupu-kupu Ibu”
4.1.1.1 Nilai Pendidikan “Berakhlak Mulia”

Akhlak dalah budi pekerti, watak, kesusilaan yang berdasarkan etik dan

moral, yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar

terhadap khaliknya dan terhadap sesama manusia”. Nilai-nilai yang dijunjung

tinggi antara lain adalah kasih sayang, budi pekerti yang luhur, kebenaran,

kebaikan, etika, kejujuran, amanah, dan tidak menyakiti orang lain.

(k.1) Ayah, aku juga tak melihat perempuan itu. Tak ada seorang pun di taman
senja tadi. Aku sudah berkeliling mencarinya. Padahal, aku sudah membeli
sebatang cokelat putih untuk kami nikmati bersama-sama. (hlm: 146)

Kutipan cerpen tersebut mengandung nilai pendidikan berakhlak mulia yaitu

berupa kasih sayang yang ditunjukkan oleh tokoh aku terhadap tokoh perempuan

29
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 30

Terlihat pada sikap tokoh aku yang bersedia berkeliling di taman untuk mencari

perempuan tersebut, dimana dia telah membawa sebatang coklat yang ingin

dinikmati bersama perempuan itu.

(k. 2) Bagimu mungkin tak ada yang mengherankan. Seperti juga dirimu yang
mencintai kupu-kupu. Semua berjalan seperti biasa tanpa ada kejadian
yang berarti. (hlm: 145)

Penggalan cerpen tersebut mengandung nilai pendidikan berakhlak mulia

berupa kasih sayang, yaitu terlihat pada seseorang yang mencintai hewan, yaitu

kupu-kupu. Hal ini menunjukkan bahwa manusia memiliki rasa kasih sayang

tidak hanya terhadap sesama manusia saja, tetapi rasa sayang itu juga bisa

ditunjukkan dan diberikan kepada makhluk lain.

(k. 3) Ning, aku tak ingin orang-orang akan ikut bergunjing tentangmu, hanya
karena kau menemuiku di sini. Aku tak mau orang-orang menjauhimu, bila
mereka tahu kau pernah datang mengunjungiku. Bahkan teman-teman
sekolahmu mungkin tak mau lagi berbicara denganmu. Pulanglah, Ning.
Aku juga harus bergegas pulang. Matahari telah tampak uzur hari ini.
(hlm: 146)

Kutipan cerpen tersebut mengandung nilai pendidikan berakhlak mulia

(kebaikan), yaitu terlihat pada tokoh perempuan yang menunjukkan sikap baiknya

dengan menasehati tokoh ning agar nantinya tidak menjadi gunjingan orang juga,

serta tidak dijauhi oleh teman-temannya karena telah menemuinya.

(k. 4) Dia tak pernah marah padaku. Selalu tersenyum bila aku datang, mencium
keningku setiap kami berpisah di pertigaan dekat taman ketika kami
pulang bersama sehabis senja. Perempuan itu tak pernah mengatakan bila
ia terganggu dengan keberadaanku. (hlm: 147)

Kutipan cerpen tersebut mengandung nilai pendidikan berakhlak mulia,

yaitu ditunjukkan dengan kasih sayang tokoh perempuan terhadap tokoh aku

(ning). Hal ini terlihat pada sikap tokoh perempuan yang tidak pernah marah
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 31

kepada tokoh aku, selalu tersenyum, dan ketika mereka berpisah, perempuan itu

akan selalu mencium kening tokoh aku.

(k. 5) Karena biasanya wajah perempuan itu selalu tampak riang menyambut
kedatanganku. Bila aku berlari menghampirinya, tangannya akan terentang
lebar ingin memelukku. Aku tahu ia selalu menunggu kedatanganku. (hlm:
147)

Penggalan cerpen tersebut mengandung nilai pendidikan berakhlak mulia

kasih sayang. Hal ini terlihat ketika tokoh aku datang menghampirinya,

perempuan itu merentangkan tangannya ingin memeluk tokoh aku sebagai tanda

ungkapan bahwa betapa perempuan itu sangat menyayangi tokoh aku dan selalu

menunggu kedatangannya.

4.1.1.2 Nilai Pendidikan “Sehat”

Nilai pendidikan sehat berdasarkan undang-undang no.23 tahun 1992

dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu sehat fisik, sehat mental, sehat sosial, dan

sehat ekonomi. Pendidikan sehat ditemukan dalam cerpen. Sehat tersebut berupa

sehat mental atau jiwa, dan sehat sosial, yang tampak baik pada kondisi jiwa para

tokoh maupun sosialnya. Kondisi sehat mental tersebut berupa kondisi jiwa yang

dapat mengekspresikan emosionalnya, baik itu persaan sedih, gembira, ataupun

perasaan takut. Sedangkan kondisi sehat sosial tersebut nampak pada interaksi

para tokoh yang dapat bersosialisasi dengan akrab. Berikut ini adalah uraian

tentang nilai pendidikan sehat yang terdapat dalam cerpen.

(k.6) Tapi mereka tak seperti kupu-kupu dalam ceritamu, Ayah. Mereka lebih
cantik. Yang satu berwarna hitam dengan bintik biru bercahaya seperti
mutiara. Yang lain bersayap putih jernih, sebening sepatu kaca Cinderella,
dengan serat tipis kehijauan melintang di tepi sayapnya. Aku takjub. Aku
mengejarnya. Kupu-kupu itu masuk ke dalam taman, dan aku terus saja
mengikutinya. (hlm: 144)
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 32

Kutipan cerpen tersebut mengandung nilai pendidikan sehat mental atau

jiwa. Terlihat dari tokoh aku yang bisa merasakan takjub melihat kupu-kupu yang

cantik dan mengejar kupu-kupu di taman. Hal ini berarti tokoh aku kejiwaannya

atau mentalnya sehat, sehingga dapat merasakan atau mengekspresikan perasaan

yang sedang terjadi dalam dirinya.

(k.7) Oya, dia baik juga. Ia memintaku duduk di sisinya. Menemaninya bermain
dengan kupu-kupu itu. Dia mengajariku membelai sayap kupu-kupu. Kami
bercerita tentang kesukaan kami masing-masing. Dan ternyata, selain
menyenangi kupu-kupu, kami juga sama-sama menyukai es krim rasa
vanila dengan taburan kacang almond, senang buah apel, dan tidur di
antara banyak bantal dan boneka. (hlm: 144)

Penggalan cerpen tersebut mengandung nilai pendidikan berupa sehat

sosial. Terlihat dari kedua tokoh yang dapat bersosialisasi dengan baik, mereka

terlihat akrab, dengan menceritakan tentang kesukaan mereka masing-masing. Hal

ini menunjukkan bahwa ada terdapat interaksi yang terjalin baik diantara

keduanya.

(k.8) Ayah, aku rindu pada kedua kupu-kupu itu. Aku juga ingin bertemu
dengan perempuan itu. Kuharap kau tidak marah bila aku sering
menemuinya. Aku sangat senang bermain dengan mereka. Jauh lebih
menyenangkan dibandingkan bermain lompat tali dengan teman-teman.
(hlm: 147)

Kutipan cerpen tersebut mengandung nilai pendidikan berupa sehat mental

atau jiwa. Terlihat dari tokoh aku yang merasakan kerinduan terhadap perempuan

dan kupu-kupu itu. Dia juga bisa merasakan senang ketika bermain dengan kupu-

kupu, dan bertemu dengan perempuan itu, bahkan kesenangannya melebihi ketika

dia bermain lompat tali bersama teman-temannya. Ekspresi kerinduan dan senang

ini menunjukkan bahwa tokoh aku (Ning) memiliki kesehatan dari mental ataupun

jiwanya.
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 33

(k.9) Kau berbaring di tempat tidur. Menatapku. Menunggu dongeng pengantar


tidur. Ada segaris senyum tipis di wajah kanakmu yang hening. Sehening
namamu, Ning. Aku rindu menceritakannya lagi padamu. Sembari
mengenang masa kecilmu yang penuh cekikik geli atau rengekan manja
yang sering membuatku gemas. (hlm: 145)

Penggalan cerpen tersebut mengandung nilai pendidikan berupa sehat jiwa

atau mental. Terlihat dari tokoh ning yang bisa mengekspresikan perasaan senang.

ditunjukkan dengan bisa tersenyum, cekikikan dan rengekan manja. Tokoh aku

(Ayah) juga dapat mengekspresikan perasaan rindunya yang menandakan bahwa

dia juga sehat pada mental atau jiwanya.

(k.10) Perempuan itu, Ayah. Aku tak mau ia berubah menjadi kupu-kupu hanya
untuk menemaniku. Biar saja kupu-kupu lainnya meninggalkanku, asalkan
perempuan itu tetap ada untukku. Aku tak ingin bermain dengan kupu-
kupu. Aku ingin perempuan itu, Ayah. Hanya perempuan itu. Aku hanya
ingin ibuku. (hlm: 147)

Kutipan cerpen tersebut mengandung nilai pendidikan sehat mental atau

jiwa. Terlihat dari tokoh aku (Ning) yang bisa merasakan sedih karena perempuan

itu telah berubah menjadi kupu-kupu. Dia lebih menginginkan sosok “perempuan”

tersebut dari pada sosok “kupu-kupu” untuk menemaninya. Ekspresi sedih yang

ditunjukkan oleh tokoh aku menandakan bahwa dia memiliki sehat mental atau

jiwa.

4.1.1.3 Nilai Pendidikan “Berilmu”

Ilmu adalah pengetahuan atau kepandaian tentang segala sesuatu baik jenis

kebatinan maupun yang berkenaan dengan alam dan lain sebagainya. Orang yang

mempunyai ilmu dan pengetahuan disebut berilmu. Adapun ciri-ciri orang

berilmu, yaitu: mampu mengambil hikmah dari suatu peristiwa, memperoleh

kedamaian dalam hidupnya karena mampu menyikapi setiap masalah secara

bijaksana, mampu menggunakannya untuk kebaikan, dan berhasil dan sukses


Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 34

dalam hidupnya. Dalam cerpen Kupu-kupu Ibu ditemukan nilai pendidikan

berilmu. Nilai tersbut berupa memiliki pengetahuan atau kepandaian. Berikut ini

adalah uraian mengenai nilai pendidikan berilmu yang terdapat dalam cerpen

Kupu-kupu Ibu.

(k.11) Ayah, senja tadi aku tak melihat kedua kupu-kupu itu di taman. Mungkin
mereka sedang tidur. Mungkin mereka tanpa sadar sudah menanggalkan
sayapnya, menanggalkan ruhnya, menjadi telur-telur cantik yang akan
menetas jadi ulat-ulat cantik warna-warni dan gemuk, dan sebentar lagi
bersemayam dalam kepompong putih yang rapuh lalu menjadi kupu-kupu
baru yang lebih cantik. (hlm: 146)

Kutipan cerpen tersebut mengandung nilai pendidikan berilmu. Terlihat

dari tokoh aku yang mengetahui proses terbentuknya kupu-kupu, dari masih

berupa telur-telur, kemudian menetas menjadi ulat-ulat, dan selanjutnya ulat-ulat

tersebut bersemayam di dalam kepompong, hingga pada akhirnya berubah

menjadi kupu-kupu yang cantik. Hal ini menunjukkan bahwa tokoh aku memiliki

ilmu pengetahuan.

4.1.1.4 Nilai Pendidikan “Cakap”

Cakap berarti kemampuan; kesanggupan; kepandaian atau kemahiran

melakukan sesuatu. Orang disebut cakap jika orang itu pandai menggunakan daya

akal dan pikirannya dengan baik sehingga pekerjaan yang harus dilakukan dapat

berlangsung dengan cepat dan lancar. Adapun ciri-ciri orang yang cakap adalah:

memiliki keterampilan, pengetahuan dan sikap yang dibutuhkan oleh lingkungan,

memiliki motivasi dan etos kerja yang tinggi serta dapat menghasilkan karya-

karya yang unggul dan mampu bersaing, dan memiliki kesadaran tentang

pentingnya pendidikan bagi dirinya maupun anggota keluarga.

Dalam cerpen Kupu-kupu Ibu ditemukan nilai pendidikan cakap. Nilai

tersebut berupa keterampilan atau kemampuan yang dimiliki tokoh dalam


Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 35

melakukan atau sesuatu. Berikut adalah uraian tentang nilai pendidikan cakap

yang terdapat dalam cerpen Kupu-kupu Ibu.

(k.12) Lambat laun orang-orang mulai curiga dengan keberadaannya di taman.


Orang-orang juga heran dengan keberadaan kedua kupu-kupu itu. Banyak
yang menduga bila perempuan itu bisa berbicara dengan kupu-kupu.
Hanya dengan kupu-kupu, Ning. Orang-orang pun mulai menyiarkan
kabar bila perempuan itu memiliki ilmu hitam. (hlm: 145)

Kutipan cerpen tersebut mengandung nilai pendidikan cakap. Terlihat dari

tokoh perempuan itu yang bisa berbicara dengan kupu-kupu dan memiliki ilmu

hitam. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan tersebut memiliki kecakapan

karena kemampuan yang ada pada dirinya. Karena bagaimana mungkin seseorang

dapat berbicara dengan kupu-kupu jika tidak memiliki kemampuan seperti yang

dimiliki oleh perempuan tersebut.

4.1.1.5 Nilai Pendidikan “Mandiri”

Nilai pendidikan mandiri tampak pada kemampuan yang dimiliki oleh

seseorang. dalam cerpen Kupu-kupu Ibu ditemukan nilai pendidikan mandiri.

Nilai tersebut tampak pada kemampuan yang dimiliki oleh para tokoh unutk hidup

sendiri tanpa tergantung pada orang lain. Berikut ini adalah uraian tentang nilai

pendidikan mandiri yang terdapat dalam cerpen Kupu-kupu Ibu.

(k.13) Sedangkan aku sudah terbiasa hidup dalam kesendirian. Setidaknya aku
masih bisa menemukan sedikit keributan di taman ini setiap senja.
Mendengar kepak sayap burung-burung yang pulang ke sarang, riuh
pepohonan menyambut malam yang membawakan selimut tidurnya, bising
binatang malam yang bersiap keluar sarang bila malam tiba. Tonggeret,
kodok, jangkrik. Jujur saja, aku lebih suka sendiri. Aku tak mau
merepotkanmu. Karena suatu saat kau mungkin akan menemui kesulitan
hanya karena keberadaanku. (hlm: 146)

Penggalan Kutipan cerpen tersebut mengandung nilai pendidikan mandiri.

Terlihat dari tokoh aku (perempuan) yang sudah terbiasa hidup sendiri dan tidak

mau merepotkan orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan itu mampu
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 36

hidup sendiri tanpa harus menyusahkan orang lain dan tidak menginginkan orang

lain dalam kesulitan hanya karena dirinya.

4.1.2 Analisis Nilai Pendidikan dalam Cerpen “Bawang Merah dan


Bawang Putih”
4.1.2.1 Nilai Pendidikan “Berakhlak Mulia”

Akhlak adalah budi pekerti, watak, kesusilaan yang berdasarkan etik dan

moral, yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar

terhadap khaliknya dan terhadap sesama manusia”. Nilai-nilai yang dijunjung

tinggi antara lain adalah kasih sayang, budi pekerti yang luhur, kebenaran,

kebaikan, etika, kejujuran, amanah, dan tidak menyakiti orang lain. Berikut ini

adalah uraian tentang nilai pendidikan mandiri yang terdapat dalam cerpen

Bawang Merah dan Bawang Putih.

(k.14) Sejak ibu Bawang Putih meninggal, ibu Bawang Merah kerap berkunjung
ke tempat tinggal Bawang Putih. Dia kerap membawakan mereka
makanan, menolong Bawang Putih membereskan tempat tinggal atau
cuma menemani Bawang Putih serta ayahnya mengobrol. (hlm: 153)

Kutipan cerpen tersebut mengandung nilai pendidikan berakhlak mulia

yaitu berupa kasih sayang yagn ditunjukkan oleh ibu Bawang Merah. Terlihat

pada sikap ibu Bawang Merah, ketika ibu Bawang Putih meninggal, dia bersedia

berkunjung kerumah Bawang Putih, baik dengan membawa makanan, membantu

Bawang Putih ataupun hanya sekedar mengobrol.

(k.15) Suatu hari, ayah Bawang Putih sakit keras dan meninggal dunia.
Tinggallah Bawang Putih bersama ibu dan saudara tirinya. Hari demi hari
Bawang Putih disiksa oleh Bawang Merah dan ibunya. Namun, Bawang
Putih menerima kehidupan itu dengan tabah. (hlm: 153)

Kutipan cerpen tersebut mengandung nilai pendidikan berakhlak mulia,

yaitu berupa sosok Bawang Putih yang selalu tabah menjalani hidupnya yang

keras. Setelah ayahnya meninggal, setiap hari Bawang Putih selalu disiksa oleh
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 37

Bawang Merah dan Ibunya. Tetapi bawang putih menerima kehidupan itu dengan

tabah. Hal ini menunjukkan bahwa Bawang Putih memiliki akhlak yang mulia

dengan berbudi pekerti yang luhur.

(k.16) Setelah selesai, Bawang Putih berpamit kepada sang nenek. Baju itu pun
diserahkan nenek kepada Bawang Putih. Nenek itu juga memberi
bungkusan hadiah untuk Bawang Putih karena telah bekerja membersihkan
rumah nenek. (hlm: 153)

Kutipan cerpen tersebut mengandung nilai pendidikan berakhlak mulia

yang ditunjukkan oleh sang nenek. Terlihat dari sikap sang nenek yang bersedia

mengembalikan baju. Selain itu, sang nenek juga memberikan bingkisan berupa

hadiah kepada Bawang Putih. Sikap baik yang ditunjukkan sang nenek tersebut

mencerminkan seseorang yang berakhlak.

4.1.2.2 Nilai Pendidikan “Sehat”

Nilai pendidikan sehat berdasarkan undang-undang no.23 tahun 1992

dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu sehat fisik, sehat mental, sehat sosial, dan

sehat ekonomi. Pendidikan sehat ditemukan dalam cerpen ini yaitu berupa sehat

mental dan sehat sosial. Kondisi sehat mental tersebut berupa kondisi jiwa yang

dapat mengekspresikan emosionalnya, baik itu persaan sedih, gembira, ataupun

perasaan takut. Sedangkan kondisi sehat sosial tersebut nampak pada interaksi

para tokoh yang dapat bersosialisasi dengan akrab. Berikut ini adalah uraian

tentang nilai pendidikan sehat yang terdapat dalam cerpen Bawang Merah dan

Bawang Putih.

(k.17) Kehidupan bahagia itu tertanggu saat ibu Bawang Putih sakit keras dan
pada akhirnya meninggal dunia. Bawang Putih sangat berduka,
demikianlah juga ayahnya. (hlm: 153)

Kutipan cerpen tersebut mengandung nilai pendidikan sehat mental atau

jiwa. Terlihat dari bawang putih dan ayahnya yang sangat berduka ketika ibu
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 38

bawang putih meninggal. Hal ini menunjukkan bahwa Bawang Putih dan ayahnya

sehat secara mental atau jiwanya karena ketika mereka kehilangan seseorang yang

mereka cintai, mereka dapat merasakan kesedihan.

4.1.2.3 Nilai Pendidikan “Mandiri”

Nilai pendidikan mandiri tampak pada kemampuan yang dimiliki oleh

seseorang. Dalam cerpen Kupu-kupu Ibu ditemukan nilai pendidikan mandiri.

Nilai tersebut tampak pada kemampuan yang dimiliki oleh para tokoh untuk hidup

tanpa bergantung pada orang lain. Berikut ini adalah uraian tentang nilai

pendidikan mandiri yang terdapat dalam cerpen Bawang Merah dan Bawang

Putih.

(k.18) Bawang Putih pun segera membantu nenek membersihkan rumah. Nenek
itu terkesan dengan ketekunan Bawang Putih melakukan tugasnya
membersihkan rumah. (hlm: 153)

Kutipan cerpen tersebut mengandung nilai pendidikan mandiri. Terlihat

dari sikap bawang putih yang tekun melakukan pekerjaannya. Dari sikap bawang

putih tersebut, menunjukkan bahwa dia sudah terbiasa melakukan pekerjaan

rumah sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa bawang putih adalah seorang anak

yang mandiri.

4.1.2.4 Nilai Pendidikan “Bertanggung Jawab”

Nilai pendidikan bertanggung jawab tercermin pada sikap seeseorang.

Salam (2007:47) menyatakan bahwa tanggung jawab didukung oleh tiga unsur

yaitu: (1) kesadaran, yaitu tahu, kenal, mengerti dapat memperhitungkan arti,

guna sampai kepada soal akibat dari suatu perbuatan atau perjuangan yang

dihadapi, seseorang baru dapat diminta tanggung jawab bila ia sadar tentang apa

yang diperbuatnya, (2) kecintaan, yaitu suka, ,menimbulkan kepatuhan, kerelaan


Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 39

dan kesedian berkorban, (3) keberanian, yaitu tidak bersifat ragu-ragu dan takut

terhadap segala macam rintangan yang timbul kemudian sebagai konsekuensi dari

tindak perbuatan. Berikut ini adalah uraian tentang nilai pendidikan bertanggung

jawab cerpen Bawang Merah dan Bawang Putih.

(k.19) Suatu hari, Bawang Putih mencuci baju ibu dan saudaranya di sungai. Ada
satu baju yang terhanyut, Bawang Putih pun mengejar baju itu. Sampailah
dia disebuah rumah yang dihuni seorang nenek yang berada di tepi sungai.
Nenek itu menyimpan baju Bawang Putih yang hanyut. Dia mau
menyerahkan baju itu jika Bawang Putih mau membantunya
membersihkan rumah. Bawang Putih pun segera membantu nenek
membersihkan rumah. (hlm: 153)

Penggalan cerpen tersebut mengandung nilai pendidikan bertanggung

jawab. Terlihat dari sikap Bawang Putih yang berusaha untuk mendapatkan

kembali baju yang hanyut itu, mulai dari mengejar baju itu, hingga bersedia

membantu membersihkan rumah seorang nenek yang menemukan baju tersebut

demi mendapatkan baju itu kembali. Hal ini menunjukkan sikap rasa tanggung

jawab Bawang Putih, walaupun sebenarnya baju yang hanyut itu bukan miliknya.

4.1.3 Analisis Nilai Pendidikan dalam Cerpen “Candi Prambanan”


4.1.3.1 Nilai Pendidikan “Sehat”

Nilai pendidikan sehat berdasarkan undang-undang no.23 tahun 1992

dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu sehat fisik, sehat mental, sehat sosial, dan

sehat ekonomi. Pendidikan sehat ditemukan dalam cerpen. Sehat tersebut berupa

sehat mental atau jiwa yang tampak pada kondisi jiwa para tokoh. Kondisi

tersebut berupa kondisi jiwa yang dapat mengekspresikan emosionalnya, baik itu

persaan sedih, gembira, ataupun perasaan takut. Berikut ini adalah uraian tentang

nilai pendidikan sehat yang terdapat dalam cerpen Candi Prambanan.

(k.20) Bagaimanapun juga, dia akan memperistrinya. Roro Jonggrang takut


menolak pinangan itu. (hlm: 161)
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 40

Penggalan cerpen tersebut mengandung nilai pendidikan sehat mental atau

jiwa. Terlihat dari rasa takut Roro jonggrang untuk menolak pinangan dari

Bandung Bondowoso. Hal ini menunjukkan bahwa Roro Jonggrang dapat

mengekspresikan emosionalnya yaitu perasaan takut dalam dirinya sebagai tanda

bahwa dia sehat mental atau jiwanya.

(k.21) Keesokan harinya waktu Bandung Bondowoso mengetahui bahwa


usahanya gagal, bukan main marahnya. Di mengutuk para gadis disekitar
prambanan tidak akan ada orang yang maumemperistri mereka sampai
mereka menjadi perawan tua. Sedangkan Roro Jonggrang sendiri dikutuk
menjadi arca. (hlm: 162)

Penggalan cerpen tersebut mengandung nilai pendidikan sehat mental atau

jiwa. Terlihat pada kemarahan Bandung Bondowoso. Hal ini menunjukkan bahwa

Bandung Bondowoso dapat mengekspresikan emosionalnya dengan perasaan

marah yang luar biasa tersebut, bahkan sampai mengeluarkan kutukan kepada

para gadis-gadis dan Roro Jonggrang.

4.1.3.2 Nilai Pendidikan “Cakap”

Nilai pendidikan cakap tercermin dari kemampuan yang dimiliki oleh

seseorang. Sukarman (2007) menyatakan bahwa manusia bisa dikatakan cakap

apabila: (1) memiliki keterampilan, (2) memiliki motivasi dan etos kerja yang

tinggi serta dapat menghasilkan karya-karya yang unggul dan mempu bersaing,

dan (3) memiliki kesadaran tentang pentingnya pendidikan bagi dirinya maupun

anggota keluarganya. Berikut adalah uraian tentang nilai pendidikan cakap yang

terdapat dalam cerpen Candi Prambanan.

(k.22) Kemenangan Raja Pengging itu disebabkan oleh bantuan orang kuat yang
bernama Bondowoso yang juga terkenal sebagai Bandung Bondowoso
karena dia mempunyai senjata sakti yang bernama Bandung. (hlm: 161)
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 41

Kutipan cerpen tersebut mengandung nilai pendidikan cakap. Terlihat pada

sosok Bandung Bondowoso sebagai orang yang kuat dan sakti. Kekuatan dan

kesaktian dari Bandung Bondowoso ini menunjukkan bahwa dia memiliki

keterampilan atau keahlian yang lebih atau tidak dimiliki oleh orang lain.

(k.23) Namun demikian, dia tidak akan menerimanya begitu saja. Dia mau kawin
dengan Bandung Bondowoso asalkan syarat-syaratnya dipenuhi. Syaratnya
ialah supaya dia dibuatkan seribu candi dan dua sumur yang dalam.
Semuanya harus selesai dalam waktu semalam. Bandung Bondowoso
menyanggupinya meskipun agak keberatan. (hlm: 161)

Kutipan cerpen tersebut mengandung nilai pendidikan cakap. Karena tidak

ingin menerima begitu saja pinangan dari Bandung Bondowoso, Roro Jonggrang

kemudian mengajukan syarat-syarat kepada Bondowoso, tentu saja dengan

harapan nantinya Bandung Bondowoso tidak dapat memenuhi syarat-syarat yang

dimintanya itu. Dengan begitu dia tidak akan jadi dipinang oleh Bondowoso. Hal

ini menunjukkan bahwa sosok Roro Jonggrang memiliki kepandaian

menggunakan akal pikirannya untuk bersiasat untuk menolak secara halus

pinangan dari Bandung Bondowoso. Karena dia berpikir tidak mungkin

persyaratan yang diajukannya itu dapat dipenuhi dalam waktu semalam.

(k.24) Bandung Bondowoso menyanggupinya, meskipun agak keberatan. Dia


minta bantuan ayahnya sendiri, orang sakti yang mempunyai bala tentara
roh-roh halus. Pada hari yang ditentukan, Bandung Bondowoso beserta
pengikutnya dan roh-roh halus mulai membangun candi yang besar
jumlanya itu. (hlm: 161)

Kutipan cerpen tersebut mengandung nilai pendidikan cakap. Pertama, hal

ini ditunjukkan oleh kecerdikan Bondowoso. Karena merasa syarat itu terlalu

berat dan dia sudah menyanggupinya, maka dia meminta bantuan ayahnya yang

sakti dan mempunyai bala tentara roh-roh halus. Dia berharap dengan

menggunakan roh-roh halus itu maka pekerjaan nya akan dapat diselesaikan tepat
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 42

waktu. Kedua, Terlihat pada sosok ayah dari Bandung Bondowoso sebagai orang

yang sakti. Kesaktian ayah dari Bandung Bondowoso ini menunjukkan bahwa dia

memiliki kemampuan atau keterampilan yang lebih atau tidak dimiliki oleh orang

lain. Dia memiliki kemahiran untuk melakukan sesuatu dengan menggunakan

kesaktiannya.

(k.25) Pada hari yang ditentukan, Bandung Bondowoso beserta pengikutnya dan
roh-roh halus mulai menbangun candi yang besar jumlanya itu.
Sangatlah mengherankan cara kecepatan mereka bekerja. Sesudah pukul
empat, hanya tinggal lima buah candi yang harus disiapkan. Disamping itu
sumurnya pun sudah hampir selesai. (hlm: 161)

Kutipan cerpen tersebut mengandung nilai pendidikan cakap. Hal ini

ditunjukkan oleh para roh-roh halus tersebut. Dengan kemampuannya, mereka

dapat bekerja dengan sangat cepat. Ini menunjukkan bahwa roh-roh halus tersebut

memiliki kemampuan atau keterampilan yang luar biasa hebat yang tidak dimiliki

oleh orang lain, bahkan oleh Bandung Bondowoso sendiri.

4.1.3.3 Nilai Pendidikan “Kreatif”

“Kreatif adalah memiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk

menciptakan; bersifat (mengandung) daya cipta). Orang yang kreatif merupakan

orang yang terus-menerus membuat perubahan dan perbaikan secara bertahap

pada pekerjaan mereka. Salah satu ciri orang yang kreatif adalah ia mampu

memunculkan beragam alternatif darti permasalahan yang dihadapinya. Dalam

cerpen Candi Prambanan ditemukan nilai pendidikan kreatif. Berikut ini adalah

uraian tentang nilai pendidikan kreatif dalam cerpen Candi Prambanan.

(k.26) Sesudah pukul empat, hanya tinggal lima buah candi yang harus disiapkan.
Disamping itu sumurnya pun sudah hampir selesai. Apa yang harus
diperbuat? Segera gadis-gadis dibangunkan dan disuruh menumbuk padi di
lesung serta menaburkan bungan yang harum baunya. Mendengar bunyi
lesung dan dan mencium bau bunga-bungaan yang harum, roh halus
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 43

menghentikan pekerjaan mereka karena mengira hari sudah siang. (hlm:


161)

Penggalan cerpen tersebut mengandung nilai pendidikan kreatif. Terlihat

pada sikap kreatif yang dimiliki oleh sosok Roro Jonggrang. Karena syarat-syarat

yang diajukannya sudah hampir selesai dikerjakan, dia mencari akal untuk

menghentikannya, yaitu dengan cara menyuruh gadis-gadis menumbuk padi di

lesung dan menaburkan bunga yang harum baunya. Terbukti hal itu ampuh untuk

menghentikan pekerjaan para roh-roh halus itu karena mengira hari sudah siang,

dan pekerjaan itupun akhirnya tidak selesai sesuai dengan permintaan yang

diajukan oleh Roro Jonggrang.

4.1.4 Analisis Nilai Pendidikan dalam Cerpen “Rumah Kecil di Bukit Sunyi”
4.1.4.1 Nilai Pendidikan “Beriman dan Bertakwa Kepada Tuhan Yang
Maha Esa”
Hubungan manusia dengan penciptanya terwujud dalam nilai keimanan.

Orang yang memiliki nilai keimanan disebut beriman. Sebagai manusia yang

beriman dan bertakwa maka harus nemiliki sikap; menjunjung tinggi kejujuran,

kebenaran dan keadilan, melaksanakan perintah Tuhan, dan menjauhi larangan-

Nya. Berikut ini adalah uraian tentang nilai pendidikan sehat yang terdapat dalam

cerpen Rumah Kecil di Bukit Sunyi.

(k.27) Pak kerto tertunduk bisu. Inilah jawaban atas teka-teki tanaman itu, ya, dua
tahun lebih baru terjawab sekarang. Pipi keriput lelaki tua itu basah oleh
air mata. Rumah kecil di atas bukit semakin jauh ditinggalkan. Tuhan, jerit
pak Kerto lirih. (hlm: 195)

Penggalan cerpen tersebut mengandung nilai pendidikan beriman kepada

Tuhan Yang Maha Esa. Terlihat dari tokoh pak Kerto , dimana setelah terungkap

teka-teki dari tanaman yang selama ini ditanamnya, dirawatnya, kemudian

dipanen ternyata adalah ganja, tananman yang dilarang oleh negara. Terdapat
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 44

ketidakpercayaan dan penyesalan yang dalam di benak pak Kerto. Dalam

kesedihan itu Pak Kerto ingat kepada Tuhan dengan memanggil namanya.

4.1.4.2 Nilai Pendidikan “Berakhlak Mulia”

Akhlak dalah budi pekerti, watak, kesusilaan yang berdasarkan etik dan

moral, yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar

terhadap khaliknya dan terhadap sesama manusia”. Nilai-nilai yang dijunjung

tinggi antara lain adalah kasih sayang, budi pekerti yang luhur, kebenaran,

kebaikan, etika, kejujuran, amanah, dan tidak menyakiti orang lain. Berikut ini

adalah uraian tentang nilai pendidikan sehat yang terdapat dalam cerpen Rumah

Kecil di Bukit Sunyi.

(k.28) Tiba-tiba pintu terbuka dan laki-laki dengan perut gendut muncul
“Ooo….juragan. Silakan gan”, sambut pak Kerto sambil membungkuk.
Dengan tergesa dibersihkannya bangku bambu yang sudah reyot itu. (hlm:
194)

Kutipan cerpen tersebut mengandung nilai pendidikan berakhlak mulia

yang ditunjukkan oleh Pak Kerto. Hal ini terlihat bagaimana pak Kerto sangat

menjaga etika ketika berhadapan dengan juragannya yang mempekerjakannya

dengan bersikap sangat sopan, tutur bicara yang lembut dan gerak badan yang

selalu menunjukkan rasa hormat.

(k.29) Dan ia hanya tunduk pada segala perintah juragannya lalu mendapatkan
upah. Ya, hanya itu saja yang pak Kerto lakukan. Sementara pak Kerto
sendiri dilarang bergaul dengan orang-orang di sekitar perbukitan. Itu
Perintah juragan dan harus dipatuhi. (hlm: 194)

Kutipan cerpen tersebut mengandung nilai pendidikan berakhlak mulia

yang ditunjukkan oleh sikap Pak Kerto yang selalu mematuhi perintah dari

juragannya. Hal ini menunjukkan bahwa pak kerto memiliki sifat yang berbudi
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 45

pekerti luhur, karena sebagai seorang pekerja dari sang juragan dia merasa wajib

untuk mematuhi perintahnya.

(k.30) “ bagus-bagus panenan kali ini, Kerto”, lanjut juragan itu sambil menepuk
punggung pak Kerto. Hati pak Kerto bahagia telah membuat juragan senang.
Ia akan mendapat tambahan upah. Watak juragan memang begitu, kalau
sedang senang ia tak segan-segan memberi tambahan upah. (hlm: 194)

Kutipan cerpen tersebut mengandung nilai pendidikan berakhlak mulia yang

ditunjukkan oleh sang juragan. Hal ini terlihat pada perlakuan sang Juragan yang

selalu bersikap baik kepada pak Kerto dengan selalu memberikan tambahan upah

ketika pekerjaan yang dilakukan oleh pak Kerto hasilnya memuaskan.

(k.31) Sepeninggal juragan, pak Kerto berbaring sambil berselimut sarung. Ia tak
dapat tidur. Pikirannya menerawang jauh. Pak Kerto ingin membelikan
kain kebaya buat istrinya dan dua sandal plastik buat kedua anaknya.
Hatinya bahagia sekali karena sebentar lagi ia akan pulang untuk melepas
kerinduan pada istri dan kedua anaknya. (hlm: 194)

Kutipan cerpen tersebut mengandung nilai pendidikan berakhlak mulia.

Hal ini terlihat pada sikap pak Kerto yang masih selalu mengingat keluarganya

yang berada di kampung, jauh darinya sekarang. Dia pun akan sangat bahagia,

karena tidak lama lagi dia akan pulang, dan akan segera bertemu dengan istri dan

kedua anaknya. Hal ini menunjukkan bahwa pak Kerto sangat mencintai

keluarganya yang ada dikampung.

(k.32) “Apa salah saya, pak?” tanya pak Kerto terputus-putus.


“Bapak telah menanam dan menyimpan pohon ganja. Pemerintah
melarang menanam pohon itu”, jawab polisi itu tegas.
“Tapi saya hanya disuruh juragan. Saya hanya melaksanakan perintah
juragan, pak”, kata pak Kerto tertunduk.
“Saya mengerti dan memahami keadaan bapak. Juragan bapak sekarang
ada di tahanan polisi”. (hlm: 195)

Kutipan cerpen tersebut mengandung nilai pendidikan berakhlak mulia,

yang ditunjukkan oleh sikap patuh Pak Kerto yang selalu mematuhi perintah dari

juragannya walaupun dia tidak mengerti jika apa yang disuruh oleh juragannya
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 46

itu terlarang. Hal baik juga ditunjukkan oleh polisi yang akan berusaha untuk

menegakkan hukum, dengan menindak pihak-pihak yang melakukan hal yang

melanggar hukum. Karena menanam ganja dilarang oleh negara.

4.1.4.3 Nilai Pendidikan “Sehat”

Nilai pendidikan sehat berdasarkan undang-undang no.23 tahun 1992

dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu sehat fisik, sehat mental, sehat sosial, dan

sehat ekonomi. Pendidikan sehat ditemukan dalam cerpen. Sehat tersebut berupa

sehat mental atau jiwa yang tampak pada kondisi jiwa para tokoh. Kondisi

tersebut berupa kondisi jiwa yang dapat mengekspresikan emosionalnya, baik itu

persaan sedih, gembira, ataupun perasaan takut. Berikut ini adalah uraian tentang

nilai pendidikan sehat yang terdapat dalam cerpen Rumah Kecil di Bukit Sunyi.

(k.33) Sang juragan segera mendekati tumpukan karung. Sesaat, dibukanya salah
satu karung dan diambilnya sehelai daun yang ada di dalamnya, kemudian
sehelai daun itu diciumnya. “ahhh, luar biasa!” teriaknya kegirangan. “
bagus-bagus panenan kali ini, Kerto”, lanjut juragan itu sambil menepuk
punggung pak Kerto. Hati pak Kerto bahagia telah membuat juragan
senang. (hlm: 194)

Penggalan cerpen tersebut mengandung nilai pendidikan sehat jiwa atau

mental dan sehat fisik. Sehat mental terlihat dari tokoh Juragan yang bisa

mengekspresikan kegirangannya dengan berteriak karena hasil panenya kali ini

bagus, dan pak Kerto yang bisa merasakan bahagia karena hasil pekerjannya telah

membuat juragannya senang. Sehat fisik dapat kita lihat dari diri pak Kerto.

Dengan melakukan pekerjaan dan menghasilkan dengan memuaskan seperti yang

telah dilakukan oleh pak Kerto, tentu hal ini hanya bisa dilakukan dengan keadaan

fisik yang baik dan sehat sehingga pekerjaan yang akan dikerjakan dapat

berlangsung maksimal.
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 47

4.1.4.4 Nilai Pendidikan “Bertanggung Jawab”

Nilai pendidikan bertanggung jawab tercermin pada sikap seeseorang.

Salam (2007:47) menyatakan bahwa tanggung jawab didukung oleh tiga unsur

yaitu: (1) kesadaran, yaitu tahu, kenal, mengerti dapat memperhitungkan arti,

guna sampai kepada soal akibat dari suatu perbuatan atau perjuangan yang

dihadapi, seseorang baru dapat diminta tanggung jawab bila ia sadar tentang apa

yang diperbuatnya, (2) kecintaan, yaitu suka, menimbulkan kepatuhan, kerelaan

dan kesedian berkorban, (3) keberanian, yaitu tidak bersifat ragu-ragu dan takut

terhadap segala macam rintangan yang timbul kemudian sebagai konsekuensi dari

tindak perbuatan.

Dalam cerpen Rumah Kecil di Bukit Sunyi ditemukan nilai pendidikan

bertanggung jawab, nilai tersebut tampak pada sikap yang dilakukan oleh tokoh

yaitu pak Kerto berupa kesadaran tentang tanggung jawab terhadap sesuatu yagn

telah diperbuat. Berikut ini adalah uraian tentang nilai pendidikan bertanggung

jawab dalam cerpen Rumah Kecil di Bukit Sunyi.

(k.34) “Maaf, bapak saya tangkap”, kata polisi sambil mendekat dan memborgol
kedua tangan pak Kerto.
“Apa salah saya, pak?” tanya pak Kerto terputus-putus.
“Bapak telah menanam dan menyimpan pohon ganja. Pemerintah
melarang menanam pohon itu”, jawab polisi itu tegas.
“Tapi saya hanya disuruh juragan. Saya hanya melaksanakan perintah
juragan, pak”, kata pak Kerto tertunduk.
“Saya mengerti dan memahami keadaan bapak. Juragan bapak sekarang
ada di tahanan polisi”. (hlm: 195)

Penggalan cerpen tersebut mengandung nilai pendidikan bertanggung

jawab. Pertama ditunjukkan oleh pak Kerto yang harus ditangkap oleh pihak

berwajib sebagai pertanggungjawabannya, walaupun hal itu di luar ketidaktahuan

atas apa yang telah dia kerjakan karena semua itu adalah atas perintah Juragannya.
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 48

Kedua, Juragan yang telah ditahan polisi. Dia harus mempertanggungjawabkan

atas apa yang telah dia perbuat karena telah melakukan perbuatan yang dilarang

negara dan tentu saja telah melibatkan orang lain (Pak Kerto) yang tidak

mengetahui tentang hal tersebut.

4.1.5 Analisis Nilai Pendidikan dalam Cerpen “Gerhana”


4.1.5.1 “Beriman dan Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa”

Hubungan manusia dengan penciptanya terwujud dalam nilai keimanan.

Orang yang memiliki nilai keimanan disebut beriman. Sebagai manusia yang

beriman dan bertakwa maka harus nemiliki sikap; menjunjung tinggi kejujuran,

kebenaran dan keadilan, melaksanakan perintah Tuhan, dan menjauhi larangan-

Nya. Berikut ini adalah uraian tentang nilai pendidikan sehat yang terdapat dalam

cerpen Gerhana.

(k.35) Tapi, tiada seorang pun merasa perlu untuk menanyakan sebab-sebab
kematian Sali, karena mati adalah untuk setiap makhluk yang hidup. (hlm:
226)

Penggalan cerpen tersebut mengandung nilai pendidikan beriman kepada

Tuhan Yang Maha Esa. Pada kutipan cerpen tersebut bisa diambil pengertian

bahwa semua makhluk hidup pada akhirnya akan mati, dan waktu kematian itu

sendiri tergantung pada kehendak Tuhan. Jadi, tidak seorang makhluk pun dapat

mengelak dari kematian jika Tuhan sudah menghendakinya.

4.1.5.2 Nilai Pendidikan “Sehat”

Nilai pendidikan sehat berdasarkan undang-undang no.23 tahun 1992

dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu sehat fisik, sehat mental, sehat sosial, dan

sehat ekonomi. Pendidikan sehat ditemukan dalam cerpen. Sehat tersebut berupa

sehat mental atau jiwa yang tampak pada kondisi jiwa para tokoh. Kondisi

tersebut berupa kondisi jiwa yang dapat mengekspresikan emosionalnya, baik itu
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 49

persaan sedih, gembira, ataupun perasaan takut. Berikut ini adalah uraian tentang

nilai pendidikan sehat yang terdapat dalam cerpen Gerhana.

(k.36) Seorang tetangga dari sebelah rumahnya datang diam-diam dan berdiri
disampingnya, ikut menyaksikan musibah ini.
“Tengok,” kata Sali. “Tengoklah ini ada bekas bacokan.” Lalu dirabanya
bagian itu. “Jadi telah dibacok dengan parang….”. (hlm: 220)

Kutipan cerpen tersebut mengandung nilai pendidikan sosial. Terlihat dari

sikap sitetangga yang ikut menyaksikan musibah yang menimpa Sali dengan

menghampirinya dan menjalin interaksi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagai

makhluk sosial harus ada kepedulian terhadap sesama, apalagi terhadap tetangga

sendiri.

(k.37) “Kutanam dulu bijinya disini,“ kata Sali seraya mengais tanah dibawahnya
dengan ujung jari kakinya, “kupupuk dan kusiram dua kali sehari, pagi dan
sore ketika kuncupnya mulai nyemi, hampir aku berjingkrak-jingkrak
menari lantaran besar hatiku.” Kembali diusapnya batang pepaya itu. Tiba-
tiba matanya berkaca-kaca dan suaranya menjadi keruh, “Aku seperti
bapaknya yang mengasuhnya sejak ia masih bayi hingga sebesar ini,” ia
tersekat sesaat, lalu tambahnya, “Sekarang beginilah keadaannya,
ditebang, dibacok, digorok, dan dirobohkan dengan tak semena-mena….”
Tercenung si tetangga mendengar kisah mengharukan itu. Berkali-kali ia
mau campur bicara, tapi setiap kali di urungkannya, akhirnya berkatalah
ia, “Sedih juga jadinya mendengar ceritamu. (hlm: 220)

Kutipan cerpen tersebut mengandung nilai pendidikan sehat jiwa atau

mental. Terlihat dari eksperi Sali yang menunjukkan rasa sedih dan prihatin

karena pepaya yang ia tanam sendiri, merawatnya dengan baik, tetapi kemudian

telah tumbang. Hal itu juga ditunjukkan oleh sitetangga yang merasa sedih

mendengar cerita Sali yang menunjukkan sikap toleransi dan peduli terhadap

keadaan Sali.

4.1.5.3 Nilai Pendidikan “Berilmu”

Ilmu adalah pengetahuan atau kepandaian tentang segala sesuatu baik

jenis kebatinan maupun yang berkenaan dengan alam dan lain sebagainya. Orang
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 50

yang mempunyai ilmu dan pengetahuan disebut berilmu. Adapun ciri-ciri orang

berilmu, yaitu: mampu mengambil hikmah dari suatu peristiwa, memperoleh

kedamaian dalam hidupnya karena mampu menyikapi setiap masalah secara

bijaksana, mampu menggunakannya untuk kebaikan, dan berhasil dan sukses

dalam hidupnya. Dalam cerpen Gerhana ditemukan nilai pendidikan berilmu,

seperti yang diuraikan berikut.

(k.38) Masih ingatkah kau pada peristiwa Dulah dan Bidin tempo hari? Nah,
betapa menyedihkan kesudahannya….”
Karena dilihatnya Sali diam saja, Pak Lurah melanjutkan, “Apakah
soalnya? Dua kilo beras. Seorang kehilangan nyawanya dan yang lain
meringkuk dalam penjara. Gara-gara sejumput beras. Yang satu bilang
sudah dikembalikan beras yang dipinjamnya. Yang lain bilang belum, lalu
selusin iblis menyerupai mereka. Cekcok kian menjadi-jadi dan akhirnya
baerkesudahan dengan penumpahan darah. Kini kau datang dengan
persoalan pohon pepayamu. Tak ada bedanya antara sebatang pohon
dengan dua kilo beras, sama-sama bisa berlarut-larut dan berkesudahan
menyedihkan. Sebaiknya kau pulang saja, ambillah beberapa benih pepaya
dan tanamlah di pekaranganmu. Tiada beberapa lama tentu akan kau miliki
lagi pohon-pohon pepaya. Habis perkara,” kata Pak Lurah akhirnya. (hlm:
223)

Penggalan cerpen tersebut mengandung nilai pendidikan berilmu. Terlihat

dari sikap pak Lurah yang bersifat bijaksana dengan mengambil contoh kejadian

tempo lalu yang berakhir tidak baik. Dia menyampaikan kepada Sali agar tidak

terulang hal serupa, tentu dengan mengambil himkah dari kejadian lalu tersebut.

4.1.5.4 Nilai Pendidikan “Cakap”

Cakap berarti kemampuan; kesanggupan; kepandaian atau kemahiran

melakukan sesuatu. Orang disebut cakap jika orang itu pandai menggunakan daya

akal dan pikirannya dengan baik sehingga pekerjaan yang harus dilakukan dapat

berlangsung dengan cepat dan lancar. Adapun ciri-ciri orang yang cakap adalah:

memiliki keterampilan, pengetahuan dan sikap yang dibutuhkan oleh lingkungan,

memiliki motivasi dan etos kerja yang tinggi serta dapat menghasilkan karya-
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 51

karya yang unggul dan mampu bersaing, dan memiliki kesadaran tentang

pentingnya pendidikan bagi dirinya maupun anggota keluarga. Berikut ini adalah

uraian tentang nilai pendidikan sehat yang terdapat dalam cerpen Gerhana.

(k.39) “Itu benar, tapi jangan melebih-lebihkan. Ingat, yang harus diutamakan
ialah kerukunan kampung. Soal kecil yang terlalu dibesar-besarkan bisa
mengakibatkan kericuhan dalam kampung. Setiap soal mesti diselesaikan
dengan sebaik-baiknya. Tidak boleh mein seruduk. Lebih-lebih engkau.
Kabarnya kau berpenyakit darah tinggi. Suatu penyakit yang jelek sekali,
mudah membuat orang jadi penasaran. (hlm: 223)

Kutipan cerpen tersebut mengandung nilai pendidikan cakap. Terlihat dari

sikap pak Lurah yang berusaha memberikan nasehat kepada warganya agar tidak

terlalu melebih-lebihkan suatu perkara supaya tidak memicu keributan yang lain.

Dia juga menganjurkan suatu masalah harus diselesaikan dengan jalan baik-baik

dan hati-hati.

4.1 Pembahasan

Setelah menemukan nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam cerpen

yang terdapat dalam buku teks bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan kelas VII

SMP terbitan kemendikbud yang terdiri dari, beriman dan bertakwa kepada Tuhan

yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

bertanggung jawab, berikut akan diuraikan satu persatu.

4.2.1 Beriman dan Bertakwa Kepada Tuhan yang Maha Esa

Manusia pada dasarnya hidup di dalam suatu alam yang sakral, penuh

dengan nilai-nilai dan dapat menikmati sakralitas yang ada dan tampak dalam

alam semesta. Sebagai manusia yang beriman dan bertakwa maka harus nemiliki

sikap, sebagai berikut: (1) menjunjung tinggi kejujuran, kebenaran dan keadilan,

(2) melaksanakan perintah Tuhan, dan (3) menjauhi larangan-Nya (Siagian,

2007).
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 52

Dalam cerpen yang terdapat dalam buku teks bahasa Indonesia Wahana

Pengetahuan kelas VII SMP terbitan kemendikbud terdapat nilai pendidikan

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Nilai tersebut pertama

terdapat dalam cerpen Rumah Kecil di Bukit Sunyi yang ditunjukkan oleh tokoh

pak Kerto, dimana dalam kesedihan dan penyesalan yang dirasakannya, ia ingat

kepada Tuhan dengan memanggil nama-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa sosok

pak Kerto masih mengenal atau meyakini adanya Tuhan. Selanjutnya nilai ini juga

terdapat pada cerpen Gerhana, dimana dari kutipan cerpen tersebut dikatakan

bahwa setiap makhluk hidup akan mati, dan tentu saja sebagai maklhuk yang

beriman kita haruh percaya bahwa kematian itu tidak perlu dipertanyakan karena

itu mutlak menjadi kekuasaan dan keputusan Tuhan.

4.2.2 Berakhlak Mulia

Berakhlak mulia adalah sifat manusia yang menjujung tinggi nilai-nilai

moral dalam setiap langkah hidupnya, seperti etika, budi pekerti yang luhur, dan

kejujuran. Berahklat mulia juga merangkum sifat-sifat seperti kasih sayang,

kebenaran, kebaikan, amanah, dan tidak menyakiti orang lain (Poerbakawatja,

1981: 1). Nilai pendidikan berakhlak mulia dalam cerpen yang terdapat dalam

buku teks bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan kelas VII SMP terbitan

kemendikbud, ditandai dengan adanya sikap tokoh yang sabar, menyayangi,

beretika, patuh, berbudi luhur, menepati janji dan baik hati.

Sifat kasih sayang ditunjukkan oleh tokoh Ning dan Perempuan dalam

cerpen Kupu-kupu Ibu. Ning sangat menyayangi tokoh perempuan itu dan juga

dua ekor kupu-kupu. Tokoh perempuan juga sangat sayang kepada Ning,
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 53

ditunjukkan dengan perlakuan sosok Perempuan tersebut terhadap Ning yang

selalu dengan kelembutan.

Sifat sabar terlihat pada tokoh Bawang Putih dalam cerpen Bawang

Merah dan Bawang Putih. Walaupun hidupnya selalu diperlakukan kasar oleh ibu

dan saudara tirinya, serta diperlakukan pembantu, dia tetap tabah dan sabar

menjalani kehidupannya. Sifat menepati janji ditunjukkan oleh sang nenek dalam

cerpen Bawang Merah dan Bawang Putih. Sesuai janji sang nenek, ketika Bawang

Putih seselai melakukan pekerjaannya membersihkan rumah sang nenek, dia

mengembalikan baju Bawang Putih yang hanyut tersebut, ternyata nenek itu juga

sangat berbaik hati dengan memberikan hadiah berupa bingkisan kepada Bawang

Putih yang isinya adalah emas.

Sifat patuh dapat dilihat pada sosok pak Kerto dalam cerpen Rumah

Kecil di Bukit Sunyi. Pak Kerto selalu mematuhi perintah dari juragannya. Sifat

beretika juga ditunjukkan oleh pak Kerto, dimana ketika dia berhadapan dan

berbicara dengan juragannya, dia selalu menunjukkan sikap hormat dan sopan,

dengan selalu membungkukkan badannya dan saat berbicara selalu dengan tutur

kata yang lembut dan sopan.

4.2.3 Sehat

Sehat hakikatnya adalah suatu kondisi dalam keadaan yang baik. Baik

disini secara fisik dan juga mental. Berdasarkan undang-undang no.23 tahun 1992

dapat dilihat dari aspek kesehatan fisik, mental sosial, dan ekonomi. Nilai

pendidikan sehat dalam cerpen yang terdapat dalam buku teks bahasa Indonesia

Wahana Pengetahuan kelas VII SMP terbitan kemendikbud tersebut adalah sehat

fisik, mental, dan sehat sosial. Sehat fisik atau jasmani ditandai dengan keadaan
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 54

fisik yang baik dan sehat sehingga dapat melakukan pekerjaan dengan baik. Nilai

pendidikan sehat fisik tersebut berupa rajin bekerja, hal ini ditandai dengan tokoh

pak Kerto dalam cerpen Rumah Kecil di Bukit Sunyi yang bekerja dengan

sungguh-sungguh sehingga hasil yang diperoleh sangat baik dan memuaskan.

Sehat mental atau jiwa ditandai dengan keadaan seseorang yang dapat

mengekspresikan rasa emosionalnya, baik itu merasa gembira, sedih, ataupun

perasaan takut. Tokoh Ning pada cerpen Kupu-kupu Ibu yang bisa

mengekspresikan perasaan yang ada dalam dirinya, mulai dari merasa takjub

melihat kupu-kupu yang cantik, merasa senang ketika bermain bersama kupu-

kupu dan sosok perempuan, serta merasakan kesedihan ketika tidak bertemu

dengan sosok perempuan yang baru dia kenal itu. Pada cerpen Bawang Merah dan

Bawang Putih juga terdapat nilai sehat yang dapat dilihat pada sosok Bawang

Merah dan ayahnya. Mereka sangat berduka ketika ibu bawang putih meninggal.

Hal ini menunjukkan bahwa Bawang Putih dan ayahnya sehat secara mental atau

jiwanya karena ketika mereka kehilangan seseorang yang mereka cintai, mereka

dapat merasakan kesedihan. Pada cerpen lain yakni Candi Prambanan nilai ini

ditunjukkan oleh sosok Roro Jonggrang dan Bondowoso. Roro Jonggrang takut

menolak pinangan Bondowoso. Sementara Bondowoso sangat marah ketika

mengetahui usahanya membangun seribu candi gagal karena ulah dari Roro

Jonggrang. Kemudian pada cerpen Rumah Kecil di Bukit Sunyi nilai sehat mental

ditunjukkan oleh sosok Juragan yang begitu kegirangan karena hasil panen yang

didapat sangat bagus. Terakhir nilai ini terdapat pada Sosok Sali dalam cerpen

Gerhana. Sali sangat sedih melihat pohon pepaya kesayangannya telah tumbang

karena ditebang yang dia tidak tau oleh siapa.


Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 55

Sehat sosial ditunjukkan dengan kemampuan seseorang untuk menjalin

interaksi yang baik terhadap orang lain. Hal ini terdapat dalam cerpen Kupu-kupu

Ibu dan Gerhana. Dalam cerpen Kupu-kupu Ibu ditunjukkan oleh tokoh Ning dan

Perempuan, dimana diantara keduanya terjalin interaksi yang baik sehingga

terwujud suatu bentuk komunikasi yang akrab. Mereka dapat saling bercerita

tentang hobi dan kesukaan mereka masing-masing. Pada cerpen Gerhana, adanya

suatu bentuk kepedulian terhadap sesama ditunjukkan oleh sosok tetangga Sali.

Ketika melihat Sali yang sedang meradang karena pepaya nya tumbang, dia

datang menghampiri Sali dan bertanya tentang apa yang sedang terjadi. Dia pun

ikut merasa prihatin terdahap keadaan yang sedang dihadapi Sali.

4.2.4 Berilmu

Berilmu adalah mempunyai ilmu dan pengetahuan dengan ciri-ciri

sebagai berikut: (1) orang yang berilmu mampu mengambil hikmah dari suatu

peristiwa, (2) memperoleh kedamaian dalam hidupnya karena mampu menyikapi

setiap masalah secara bijaksana, (3) mampu menggunakannya untuk kebaikan,

dan (4) orang yang berilmu berhasil dan sukses dalam hidupnya (Gym, 2007).

Dalam cerpen yang terdapat dalam buku teks bahasa Indonesia Wahana

Pengetahuan kelas VII SMP terbitan kemendikbud terdapat nilai pendidikan

berilmu. Hal ini ditandai dengan mampu mengambil hikmah dari suatu peristiwa,

memiliki pengetahuan atau kepandaian.

Nilai tersebut berupa memiliki pengalaman yang luas, hal itu tergambar

pada tokoh Pak Lurah dalam cerpen Gerhana yang bersifat bijaksana dengan

mengambil contoh kejadian tempo lalu yang berakhir tidak baik sebagai bahan

pembelajaran. Disini pak Lurah berusaha menyampaikan kepada warganya agar


Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 56

dapat mengambil hikmah dari suatu peristiwa, dengan harapan agar warganya

tidak akan mengalami hal yang tidak baik seperti yang terjadi pada masa lampau.

Dalam cerpen Kupu-kupu Ibu juga terdapat nilai pendidikan berilmu, hal

ini ditunjukkan oleh tokoh aku (Ning). Pada cerpen ini tokoh Ning secara tidak

langsung menjelaskan kepada pembaca bagaimana proses terbentuknya kupu-

kupu, yaitu dimulai dari masih berupa telur-telur, kemudian menetas menjadi

ulat-ulat, dan selanjutnya ulat-ulat tersebut bersemayam di dalam kepompong,

hingga pada akhirnya berubah menjadi kupu-kupu yang cantik. Hal ini

menunjukkan bahwa tokoh Ning memiliki pengetahuan ataupun kepandaian.

4.2.5 Cakap

Cakap berarti kemampuan, kesanggupan, kepandaian atau kemahiran

melakukan sesuatu. Orang disebut cakap jika orang itu pandai menggunakan daya

akal dan pikirannya dengan baik. Ciri-ciri orang yang cakap, adalah: (1) memiliki

keterampilan, pengetahuan dan sikap yang dibutuhkan oleh lingkungan, (2)

memiliki motivasi dan etos kerja yang tinggi serta dapat menghasilkan karya-

karya yang unggul dan mampu bersaing, dan (3) memiliki kesadaran tentang

pentingnya pendidikan (Sukarman, 2006). Dalam cerpen yang terdapat dalam

buku teks bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan kelas VII SMP terbitan

kemendikbud nilai pendidikan cakap ditandai dengan memiliki kepandaian

menggunakan daya akal dan pikirannya dengan baik sehingga pekerjaan yang

harus dilakukan dapat berlangsung dengan cepat dan lancar dan memiliki

pengetahuan dan sikap yang dibutuhkan oleh lingkungan.

Nilai cakap ditunjukkan oleh sosok Roro Jonggrang dalam cerpen Candi

Prambanan. Karena ingin menolak secara halus pinangan Bondowoso, dia


Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 57

mengajukan syarat yang sangat berat dengan harapan Bondowoso tidak dapat

menyanggupinya sehingga dia tidak jadi dipersunting. Nilai cakap juga

ditunjukkan oleh sosok Bondowoso yaitu berupa keahlian dan kecerdikan yang

dimilikinya. Bondowoso adalah orang yang sakti. Terbukti karena berkat

bantuannya raja Pengging dapat memenangkan peperangan. Tetapi betapapun

saktinya dia, untuk memenuhi syarat dari Roro Jonggrang yakni membangun

seribu candi dalam waktu satu malam sangatlah berat. Tetapi Bondowoso tidak

menyerah begitu. Karena merasa tidak mungkin menyelesaikan pekerjaan itu

sendiri, dia meminta bantuan para Jin untuk menyelesaikan pekerjaannya. Selain

itu nilai cakap juga ditunjukkan oleh Jin itu sendiri. Mereka bisa bekerja dengan

sangat cepat, belum genap semalam saja seribu candi sudah hampir selesai mereka

kerjakan. Hal ini menunjukkan para Jin memiliki kemampuan lebih yang tidak

bisa dilakukan oleh manusia bahkan oleh orang sakti sekalipun seperti Bandung

Bondowoso.

Dalam cerpen Gerhana juga terdapat nilai pendidikan cakap yang

ditunjukkan oleh sosok pak Lurah. Terlihat dari sikap pak Lurah yang memiliki

pengetahuan dalam membantu warganya untuk menyelesaikan permasalahan yang

terj adi. Pak lurah mengatakan kepada warganya agar tidak terlalu melebih-

lebihkan suatu perkara supaya tidak memicu keributan yang lain. Dia juga

menganjurkan suatu masalah harus diselesaikan dengan jalan baik-baik dan hati-

hati. Sikap yang dimiliki oleh sosok pak Lurah ini tentu sangat dibutuhkan oleh

lingkungan dan masyarakat.


Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 58

4.2.6 Kreatif

Nilai pendidikan kreatif ditandai dengan kemampuan yang dimiliki

seseorang untuk menciptakan sesuatu. Kreatif meliputi tiga hal, yaitu: (1) kreatif

merupakan kemampuan (Ability) yaitu suatu kemampuan untuk membayangkan

atau menemukan suatu hal yang baru, (2) kreatif merupakan sikap (Attitude) yaitu

kemampuan untuk menerima perubahan dan sesuatu yang baru, (3) kreatif

merupakan sebuah proses (Ma`aruf, 2007). Dalam cerpen yang terdapat dalam

buku teks bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan kelas VII SMP terbitan

kemendikbud ditemukan nilai pendidikan kreatif. Nilai tersebut berupa

kemampuan menciptakan sesuatu berdasarkan intelegensi, dan kemampuan

terbaik untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

Hal tersebut tergambar pada tokoh Roro Jonggrang dalam cerpen Candi

Prambanan, dari awal dia memang tidak ingin dipinang oleh Bandung

Bondowoso, jadi saat mengetahui bahwa persyaratan yang diajukan kepada

Bondowoso sudah hampir selesai, dia mencari akal agar pekerjaan itu dapat

dihentikan, yaitu dengan menyuruh para gadis untuk menumbuk padi pada alu dan

menaburkan bungan-bungaan yang harum baunya, sehingga para roh-roh halus

yang sedang bekerja membangun seribu candi langsung menghentikan aktivitas

mereka karena mengira hari sudah pagi dan waktu mereka sudah habis, dan

syarat yang diajukan Roro Jonggrang tidak dapat diselesaikan tepat pada waktu

yang ditentukan, dan dia pun dapat terbebas dari pinangan Bondowoso.

4.2.7 Mandiri

Nilai pendidikan mandiri dapat terlihat dari dalam diri dan kemampuan

seseorang. Kemandirian bukan berarti bahwa manusia dapat hidup sendiri dan
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 59

bebas melakukan segala sesuatu tanpa memperhatikan sekitarnya. Kamli

(Kaswardi, 1993: 56) menyatakan bahwa mandiri berarti diperintah oleh dirinya

sendiri. Hakekat kemandirian adalah kemampuan membuat keputusan bagi diri

sendiri. Kemandirian juga berarti kemampuan memperhitungkan semua faktor

yang relevan, dalam menentukan arah tindakan terbaik bagi semua yang

berkepentingan.

Dalam cerpen yang terdapat pada buku teks bahasa Indonesia Wahana

Pengetahuan kelas VII SMP terbitan kemendikbud ditemukan nilai pendidikan

mandiri. Nilai tersebut tampak pada kemampuan tokoh untuk tidak menyusahkan

orang lain dalam menjalani hidup. Hal tersebut tergambar dari tokoh perempuan

pada cerpen Kupu-kupu Ibu. Dia tidak mau hidup dengan menyusahkan orang

lain, dia juga tidak ingin karena dirinya orang lain akan mengalami masalah dan

kesulitan.

Sikap mandiri juga tergambar pada sosok Bawang Putih pada cerpen

Bawang Merah dan Bawang Putih. Dia sudah terbiasa mengerjakan pekerjaan

rumah sendiri, seperti memasak, mencuci, membersihkan rumah, dan lain-lain.

Terlebih setelah ibunya meninggal dunia, dia benar-benar harus mengerjakan

semua pekerjaan rumah sendiri. Ditambah lagi setelah dia memiliki ibu tiri dan

saudara tiri yang sangat jahat. Semua beban pekerjaan bertambah kepadanya.

Tetapi Bawang Putih tetap menyelesaikan pekerjaannya dengan ikhlas.

4.2.8 Bertanggung Jawab

Nilai pendidikan bertanggung jawab tercermin pada sikap seseorang.

Bertanggung jawab hakikatnya adalah memiliki kesadaran, kecintaan, dan

keberanian. Mustofa (1999: 132) menyatakan “ tanggung jawab adalah kesadaran


Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58 60

manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak

disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran

akan kewajibannya”.

Dalam cerpen yang terdapat pada buku teks bahasa Indonesia Wahana

Pengetahuan kelas VII SMP terbitan kemendikbud ditemukan nilai pendidikan

bertanggung jawab. Nilai pendidikan tersebut tampak pada sikap yang dilakukan

para tokoh yaitu berupa berani mempertanggungjawabkan atas apa yang telah

diperbuat, dan bersedia berkorban. Tokoh pak Kerto dan Juragan dalam cerpen

Rumah Kecil di Bukit Sunyi harus menerima kenyataan ditangkap polisi untuk

mempertanggung jawabkan atas apa yang telah mereka lakukan. Pekerjaan yang

mereka lakukan melanggar hukum dan dilarang oleh negara. Sebagai konsekuensi

dari perbuatannya, maka mereka harus bertanggungjawab di hadapan hukum.

Sikap bersedia berkorban terlihat pada tokoh Bawang Putih pada cerpen

Bawang Merah dan Bawang Putih. Dia bersedia mencari baju yang hanyut sampai

dapat walaupun baju tersebut bukanlah baju miliknya, tetapi milik saudara tirinya

yang bersikap jahat kepadanya. Bawang Putih tidak bisa begitu saja mendapatkan

baju itu kembali, karena baju tersebut telah ditemukan oleh seorang nenek saat

terhanyut di sungai. Maka untuk mendapatkan baju itu kembali, Bawang Putih

harus terlebih dahulu membantu nenek tersebut membersihkan rumahnya. Sebagai

imbalannya baju tersebut akan dikembalikan kepada Bawang Putih. Selain itu

semua pekerjaan rumah yang harus dia pikul, selalu dikerjakan dengan penuh

tanggung jawab.
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa cerpen pada

buku teks bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan kelas VII SMP terbitan

kemendikbud ternyata mengandung nilai-nilai pendidikan yang sangat berarti bagi

kehidupan manusia. Nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalam cerpen

tersebut yaitu Nilai pendidikan beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, Nilai pendidikan berakhlak mulia, Nilai pendidikan sehat, Nilai pendidikan

berilmu, Nilai pendidikan cakap, Nilai pendidikan kreatif, Nilai pendidikan

mandiri, dan Nilai pendidikan bertanggungjawab.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka penulis memberikan beberapa saran yang

dapat menjadi bahan masukan yang bermanfaat bagi pihak-pihak terkait yaitu

sebagai berikut.

1) Bagi para pembaca khususnya mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa

dan Satra Indonesia disarankan mempergunakan hasil penelitian ini sebagai

bahan masukan dalam meningkatkan wawasan tentang sastra lisan berupa

cerpen berkenaan dengan nilai pendidikan.

2) Untuk peneliti selanjutnya disarankan agar lebih menggali nilai-nilai lain yang

terdapat dalam cerpen pada kuku keks kahasa Indonesia Wahana Pengetahuan

kelas VII SMP terbitan kemendikbud 2013.

61
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58

DAFTAR RUJUKAN

Aminuddin. 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru.


, 1990. Sekitar Masalah Sastra. Malang: Asih Asah Asuh.
Ayuni, S. 2013, Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel Surat Kecil untuk Tuhan
karya Agnes Danovar. Skripsi tidak diterbitkan. Jambi: FKIP UNJA.
Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan/Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013.
Daroesa, Bambang. 1986. Dasar dan konsep Pendidikan Moral Pancasila.
Semarang: Aneka Ilmu.
Esten, Mursal. 1984.Sastra Indonesia dan Tradisi Sub Kultur. Bandung: Angkasa.
Fitrah, Yundi. 2010. Jepang Memanfaatkan Sastra. Yogyakarta: Kaliwangi
Offset.
Ginarsa, Ketut, dkk. 1985. Struktur Novel dan Cerpen Sastra Bali Modren.
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Gym. A.A. 2007. Kelebihan orang berilmu, (Online), (http://www.wikipidia.com,
diakses 20 Agustus 2014).
Hasan, Hamid. 1995. Pendidikan Ilmu Sosial. Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik Depdikbud. Jakarta: Jl. Pintu
Satu Senayan.
Ihsan.F.H.1995. Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Kaswardi, EM.K. (Ed).1993. Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000. Jakarta:
Gramedia Widia Sarana Indonesia.
Keraf, Gorys. 1981. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia.
Ma’aruf, F. 2007. Menjadi orang kreatif, (Online), (http://www.wikipidia.com,
diakses 20 Agustus 2014).
Marahimin, Ismail. 1999. Menulis Secara Populer. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.
Moeliono, M.A. (Eds). 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Moleong, L.J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Mustofa. A. 1999. Ilmu Budaya Dasar. Bandung: Pustaka Setia.
Noor, Redyanto. 2005. Pengantar Pengkajian Sastra. Semarang: Fasindo.

62
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58

Nurgiyantoro, Burhan. 2000. Teori Pengkajian Fiksi Yogyakarta: Gajah Mada.


Purwanto, N.1995. Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis. Bandung: Remaja
Rosdakarya Bandung.
Rinaldimunir. 2006. Esensi dari pendidikan adalah akhlak yang mulia, (Online),
(http://www.wordpress.com, diakses 20 Agustus 2014).
Sastrapadja, M. 1978. Kamus Istilah Pendidikan dan Umum. Surabaya: Usaha
Nasional.
Semi,Aftar. 1989. Kritik Sastra. Bandung: Angkasa Raya.
Setiadi, 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana.
Siagian, E. dkk. 2007. Kebebasan beragama, (Online), (http://www.beriman.com,
diakses 20 Agustus 2014).
Sudjiman, P. 1992. Memahami Cerita Rekaan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Suharianto, S. 1982. Dasar-Dasar Teori Sastra. Surakarta: Widya Duta.
Sukarman, 2007. Pasemon Life Skills Teknisi Komputer dan Ponsel, (Online),
(http://www.cakap.com, diakses 20 Agustus 2014).
Sukonto. 2005.Panduan Belajar SMA kelas 3. Primagama: Jambi.
Sumardjo dan Saini, KM. 1986. Apresiasi Kesastraan. Jakarta: Gramedia.
Suyitno. 1986. Sastra, Tata Nilai, Eksegensis. Yogyakarta: Anindita.
Syam, M.N. 1986. Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan
Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional.
Tarigan, H. G. 1984. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.
Tarigan, H. G. 1990. Telaah Buku Teks Bahasa. Bandung: Angkasa.
Utomo, Prasetyo. 2009. Penulisan Kreatif Populer. Semarang: IKIP PGRI
Semarang.
Zaidan. 1996. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Balai Pustaka.

63
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58

LAMPIRAN I

Tabel Hasil Analisis Data


Jenis Nilai
Kutipan Analisis Data
Pendidikan
(k.1) Ayah, aku juga tak melihat perempuan itu. Nilai Kutipan cerpen tersebut mengandung
Tak ada seorang pun di taman senja tadi. Aku Pendidikan nilai pendidikan berakhlak mulia yaitu
sudah berkeliling mencarinya. Padahal, aku Berakhlak berupa kasih sayang yang ditunjukkan
sudah membeli sebatang cokelat putih untuk Mulia oleh tokoh aku terhadap tokoh
kami nikmati bersama-sama. (hlm: 146) perempuan. Terlihat pada sikap tokoh
aku yang bersedia berkeliling di taman
untuk mencari perempuan tersebut,
dimana dia telah membawa sebatang
coklat yang ingin dinikmati bersama
perempuan itu.
(k.2) Bagimu mungkin tak ada yang Nilai Penggalan cerpen tersebut mengandung
mengherankan. Seperti juga dirimu yang Pendidikan nilai pendidikan berakhlak mulia
mencintai kupu-kupu. Semua berjalan seperti Berakhlak berupa kasih sayang, yaitu terlihat pada
biasa tanpa ada kejadian yang berarti. (hlm: Mulia seseorang yang mencintai hewan, yaitu
145) kupu-kupu. Hal ini menunjukkan
bahwa manusia memiliki rasa kasih
sayang tidak hanya terhadap sesama
manusia saja, tetapi juga bisa
ditunjukkan dan diberikan kepada
makhluk lain.
(k.3) Ning, aku tak ingin orang-orang akan ikut Nilai Kutipan cerpen tersebut mengandung
bergunjing tentangmu, hanya karena kau Pendidikan nilai pendidikan berakhlak mulia
menemuiku di sini. Aku tak mau orang-orang Berakhlak (kebaikan), yaitu terlihat pada tokoh
menjauhimu, bila mereka tahu kau pernah Mulia perempuan yang menunjukkan sikap
datang mengunjungiku. Bahkan teman-teman baiknya dengan menasehati tokoh ning
sekolahmu mungkin tak mau lagi berbicara agar nantinya tidak menjadi gunjingan
denganmu. Pulanglah, Ning. Aku juga harus orang juga, serta tidak dijauhi oleh
bergegas pulang. Matahari telah tampak uzur teman-temannya karena telah
hari ini. (hlm: 146) menemuinya.
(k.4) Dia tak pernah marah padaku. Selalu Nilai Kutipan cerpen tersebut mengandung
tersenyum bila aku datang, mencium keningku Pendidikan nilai pendidikan berakhlak mulia, yaitu
setiap kami berpisah di pertigaan dekat taman Berakhlak ditun jukkan dengan kasih sayang
ketika kami pulang bersama sehabis senja. Mulia tokoh perempuan terhadap tokoh aku.
Perempuan itu tak pernah mengatakan bila ia Hal ini terlihat pada sikap tokoh
terganggu dengan keberadaanku. (hlm: 147) perempuan yang tidak pernah marah
kepada tokoh aku, selalu tersenyum,
dan ketika mereka berpisah, perempuan
itu akan selalu mencium kening tokoh
aku.
(k.5) Karena biasanya wajah perempuan itu Nilai Penggalan cerpen tersebut mengandung
selalu tampak riang menyambut kedatanganku. Pendidikan nilai pendidikan berakhlak mulia kasih
Bila aku berlari menghampirinya, tangannya Berakhlak sayang. Hal ini terlihat ketika tokoh
akan terentang lebar ingin memelukku. Aku Mulia aku datang mengham pirinya,
tahu ia selalu menunggu kedatanganku. (hlm: perempuan itu merentangkan tangan
147) nya ingin memeluk tokoh aku sebagai
tanda ungkapan bahwa betapa
perempuan itu sangat menyayangi
tokoh aku dan selalu menunggu
kedatangannya.
(k.6) Tapi mereka tak seperti kupu-kupu dalam Nilai Kutipan cerpen tersebut mengandung
ceritamu, Ayah. Mereka lebih cantik. Yang satu Pendidikan nilai pendidikan sehat mental atau jiwa.
berwarna hitam dengan bintik biru bercahaya Sehat Terlihat dari tokoh aku yang bisa

64
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58

seperti mutiara. Yang lain bersayap putih jernih, merasakan takjub melihat kupu-kupu
sebening sepatu kaca Cinderella, dengan serat yang cantik. Hal ini berarti tokoh aku
tipis kehijau an melintang di tepi sayapnya. Aku mentalnya sehat, sehingga dapat
takjub. Aku mengejarnya. Kupu-kupu itu masuk merasakan atau mengekspresikan
ke dalam taman, dan aku terus saja perasaan yang sedang terjadi dalam
mengikutinya. (hlm: 144) dirinya.

(k.7) Oya, dia baik juga. Ia memintaku duduk di Nilai Penggalan cerpen tersebut mengandung
sisinya. Menemaninya bermain dengan kupu- Pendidikan nilai pendidikan berupa sehat sosial.
kupu itu. Dia mengajariku membelai sayap Sehat Terlihat dari kedua tokoh yang dapat
kupu-kupu. Kami bercerita tentang kesukaan bersosialisasi dengan baik, mereka
kami masing-masing. Dan ternyata, selain terlihat akrab, dengan menceritakan
menyenangi kupu-kupu, kami juga sama-sama tentang kesukaan mereka masing-
menyukai es krim rasa vanila dengan taburan masing. Hal ini menunjukkan bahwa
kacang almond, senang buah apel, dan tidur di ada terdapat interaksi yang terjalin baik
antara banyak bantal dan boneka. (hlm: 144) diantara keduanya.
(k.8) Ayah, aku rindu pada kedua kupu-kupu Nilai Kutipan cerpen tersebut mengandung
itu. Aku juga ingin bertemu dengan perempuan Pendidikan nilai pendidikan berupa sehat mental
itu. Kuharap kau tidak marah bila aku sering Sehat atau jiwa. Terlihat dari tokoh aku yang
menemuinya. Aku sangat senang bermain merasakan kerinduan terhadap
dengan mereka. Jauh lebih menyenangkan perempuan dan kupu-kupu itu. Dia
dibandingkan bermain lompat tali dengan juga bisa merasakan senang ketika
teman-teman. (hlm: 147) bermain dengan kupu-kupu, dan
bertemu dengan perempuan itu, bahkan
kesenangannya melebihi ketika dia
bermain lompat tali bersama teman-
temannya. Ekspresi kerinduan dan
senang ini menunjukkan bahwa tokoh
aku (Ning) memiliki kesehatan mental
ataupun jiwanya.
(k.9) Kau berbaring di tempat tidur. Menatapku. Nilai Penggalan cerpen tersebut mengandung
Menunggu dongeng pengantar tidur. Ada Pendidikan nilai pendidikan berupa sehat jiwa atau
segaris senyum tipis di wajah kanakmu yang Sehat mental. Terlihat dari tokoh ning yang
hening. Sehening namamu, Ning. Aku rindu bisa mengekspresikan perasaan senang.
menceritakannya lagi padamu. Sembari ditunjukkan dengan bisa tersenyum,
mengenang masa kecilmu yang penuh cekikik cekikikan dan rengekan manja. Tokoh
geli atau rengekan manja yang sering aku (Ayah) juga dapat mengeks
membuatku gemas. (hlm: 145) presikan perasaan rindunya yang
menandakan bahwa dia juga sehat pada
mental atau jiwanya.
(k.10) Perempuan itu, Ayah. Aku tak mau ia Nilai Kutipan cerpen tersebut mengandung
berubah menjadi kupu-kupu hanya untuk Pendidikan nilai pendidikan sehat mental atau jiwa.
menemaniku. Biar saja kupu-kupu lainnya Sehat Terlihat dari tokoh aku (Ning) yang
meninggalkanku, asalkan perempuan itu tetap bisa merasakan sedih karena
ada untukku. Aku tak ingin bermain dengan perempuan itu telah berubah menjadi
kupu-kupu. Aku ingin perempuan itu, Ayah. kupu-kupu. Dia lebih menginginkan
Hanya perempuan itu. Aku hanya ingin ibuku. sosok “perempuan” tersebut dari pada
(hlm: 147) sosok “kupu-kupu” untuk mene
maninya. Ekspresi sedih yang ditun
jukkan oleh tokoh aku menandakan bah
wa dia memiliki sehat mental atau jiwa.
(k.11) Ayah, senja tadi aku tak melihat kedua Nilai Kutipan cerpen tersebut mengandung
kupu-kupu itu di taman. Mungkin mereka Pendidikan nilai pendidikan berilmu. Terlihat dari
sedang tidur. Mungkin mereka tanpa sadar Berilmu tokoh aku yang mengetahui proses
sudah menanggalkan sayapnya, menanggal kan terbentuknya kupu-kupu, dari masih
ruhnya, menjadi telur-telur cantik yang akan berupa telur-telur, kemudian menetas
menetas jadi ulat-ulat cantik warna-warni dan menjadi ulat-ulat, dan selanjutnya ulat-
gemuk, dan sebentar lagi bersema yam dalam ulat tersebut bersemayam di dalam

65
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58

kepompong putih yang rapuh lalu menjadi kepompong, hingga pada akhirnya
kupu-kupu baru yang lebih cantik.(hlm: 146) berubah menjadi kupu-kupu yang
cantik. Hal ini menunjukkan bahwa
tokoh aku memiliki ilmu pengetahuan.
(k.12) Lambat laun orang-orang mulai curiga Nilai Kutipan cerpen tersebut mengandung
dengan keberadaannya di taman. Orang-orang Pendidikan nilai pendidikan cakap. Terlihat dari
juga heran dengan keberadaan kedua kupu-kupu Cakap tokoh perempuan itu yang bisa
itu. Banyak yang menduga bila perempuan itu berbicara dengan kupu-kupu dan
bisa berbicara dengan kupu-kupu. Hanya memiliki ilmu hitam. Hal ini
dengan kupu-kupu, Ning. Orang-orang pun menunjukkan bahwa perempuan
mulai menyiarkan kabar bila perempuan itu tersebut memiliki kecakapan karena
memiliki ilmu hitam. (hlm: 145) kemampuan yang ada pada dirinya.
Karena bagaimana mungkin seseorang
dapat berbicara dengan kupu-kupu jika
tidak memiliki kemampuan seperti
yang dimiliki oleh perempuan tersebut.
(k.13) Sedangkan aku sudah terbiasa hidup Nilai Penggalan Kutipan cerpen tersebut
dalam kesendirian. Setidaknya aku masih bisa Pendidikan mengandung nilai pendidikan mandiri.
menemukan sedikit keributan di taman ini setiap Mandiri Terlihat dari tokoh aku (perempuan)
senja. Mendengar kepak sayap burung-burung yang sudah terbiasa hidup sendiri dan
yang pulang ke sarang, riuh pepohonan tidak mau merepotkan orang lain. Hal
menyambut malam yang membawakan selimut ini menunjukkan bahwa perempuan itu
tidurnya, bising binatang malam yang bersiap mampu hidup sendiri tanpa harus
keluar sarang bila malam tiba. Tonggeret, menyusahkan orang lain dan tidak
kodok, jangkrik. Jujur saja, aku lebih suka menginginkan orang lain dalam
sendiri. Aku tak mau merepotkanmu. Karena kesulitan hanya karena dirinya.
suatu saat kau mungkin akan menemui kesulitan
hanya karena keberadaan ku. (hlm: 146)
(k.14) Sejak ibu Bawang Putih meninggal, ibu Nilai Kutipan cerpen tersebut mengandung
Bawang Merah kerap berkunjung ke tempat Pendidikan nilai pendidikan berakhlak mulia yaitu
tinggal Bawang Putih. Dia kerap membawakan Berakhlak berupa kasih sayang yagn ditunjukkan
mereka makanan, menolong Bawang Putih Mulia oleh ibu Bawang Merah. Terlihat pada
membereskan tempat tinggal atau cuma sikap ibu Bawang Merah, ketika ibu
menemani Bawang Putih serta ayahnya Bawang Putih meninggal, dia bersedia
mengobrol. (hlm: 153) berkunjung kerumah Bawang Putih,
baik dengan membawa makanan,
membantu Bawang Putih ataupun
hanya sekedar mengobrol.
(k.15) Suatu hari, ayah Bawang Putih sakit Nilai Kutipan cerpen tersebut mengandung
keras dan meninggal dunia. Tinggallah Bawang Pendidikan nilai pendidikan berakhlak mulia, yaitu
Putih bersama ibu dan saudara tirinya. Hari Berakhlak berupa sosok Bawang Putih yang selalu
demi hari Bawang Putih disiksa oleh Bawang Mulia tabah menjalani hidupnya yang keras.
Merah dan ibunya. Namun, Bawang Putih Setelah ayahnya meninggal, setiap hari
menerima kehidupan itu dengan tabah. (hlm: dia selalu disiksa oleh Ibu dan saudara
153) tirinya. Tetapi bawang putih menerima
kehidupan itu dengan tabah. Hal ini
menunjukkan bahwa Bawang Putih
memiliki akhlak yang mulia dengan
berbudi pekerti yang luhur.
(k.16) Setelah selesai, Bawang Putih berpamit Nilai Kutipan cerpen tersebut mengandung
kepada sang nenek. Baju itu pun diserahkan Pendidikan nilai pendidikan berakhlak mulia yang
nenek kepada Bawang Putih. Nenek itu juga Berakhlak ditunjukkan oleh sang nenek. Terlihat
memberi bungkusan hadiah untuk Bawang Putih Mulia dari sikap sang nenek yang bersedia
karena telah bekerja membersihkan rumah mengembalikan baju. Nenek itu juga
nenek. (hlm: 153) memberikan bingkisan berupa hadiah
kepada Bawang Putih. Sikap baik yang
ditunjukkan sang nenek tersebut men
cerminkan seseorang yang berakhlak.

66
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58

(k.17) Kehidupan bahagia itu tertanggu saat ibu Nilai Kutipan cerpen tersebut mengandung
Bawang Putih sakit keras dan pada akhirnya Pendidikan nilai pendidikan sehat mental atau jiwa.
meninggal dunia. Bawang Putih sangat berduka, Sehat Terlihat dari bawang putih dan ayahnya
demikianlah juga ayahnya. (hlm: 153) yang sangat berduka ketika ibu bawang
putih meninggal. Hal ini menunjukkan
bahwa mereka sehat secara mental atau
jiwanya karena ketika mereka kehi
langan seseorang yang mereka cintai,
mereka dapat merasakan kesedihan.
(k.18) Bawang Putih pun segera membantu Nilai Kutipan cerpen tersebut mengandung
nenek membersihkan rumah. Nenek itu terkesan Pendidikan nilai pendidikan mandiri. Terlihat dari
dengan ketekunan Bawang Putih melakukan Mandiri sikap bawang putih yang tekun
tugasnya membersihkan rumah. (hlm: 153) melakukan pekerjaannya. Dari sikap
bawang putih tersebut, menunjukkan
bahwa dia sudah terbiasa melakukan
pekerjaan rumah sendiri. Hal ini
menunjukkan bahwa bawang putih
adalah seorang anak yang mandiri.
(k.19) Suatu hari, Bawang Putih mencuci baju Nilai Penggalan cerpen tersebut mengandung
ibu dan saudaranya di sungai. Ada satu baju Pendidikan nilai pendidikan bertanggung jawab.
yang terhanyut, Bawang Putih pun mengejar Bertanggung Terlihat dari sikap Bawang Putih yang
baju itu. Sampailah dia disebuah rumah yang Jawab berusaha untuk mendapatkan kembali
dihuni seorang nenek yang berada di tepi baju yang hanyut itu, mulai dari
sungai. Nenek itu menyimpan baju Bawang mengejar baju itu, hingga bersedia
Putih yang hanyut. Dia mau menyerahkan baju membantu membersihkan rumah
itu jika Bawang Putih mau membantunya seorang nenek yang menemukan baju
membersihkan rumah. Bawang Putih pun segera tersebut demi mendapatkan baju itu
membantu nenek membersihkan rumah. (hlm: kembali. Hal ini menunjukkan sikap
153) rasa tanggung jawab Bawang Putih,
walaupun sebenarnya baju yang hanyut
itu bukan miliknya.
(k.20) Bagaimanapun juga, dia akan Nilai Penggalan cerpen tersebut mengandung
memperistrinya. Roro Jonggrang takut menolak Pendidikan nilai pendidikan sehat mental atau jiwa.
pinangan itu. (hlm: 161) Sehat Terlihat dari rasa takut Roro jonggrang
untuk menolak pinangan dari Bandung
Bondowoso. Hal ini menunjukkan
bahwa Roro Jonggrang dapat
mengekspresikan emosionalnya yaitu
perasaan takut dalam dirinya sebagai
tanda bahwa dia sehat mental atau
jiwanya.
(k.21) Keesokan harinya waktu Bandung Nilai Penggalan cerpen tersebut mengandung
Bondowoso mengetahui bahwa usahanya gagal, Pendidikan nilai pendidikan sehat mental atau jiwa.
bukan main marahnya. Di mengutuk para gadis Sehat Terlihat pada kemarahan Bandung
disekitar prambanan tidak akan ada orang yang Bondowoso. Hal ini menunjukkan
maumemperistri mereka sampai mereka bahwa Bandung Bondowoso dapat
menjadi perawan tua. Sedangkan Roro mengekspresikan emosionalnya dengan
Jonggrang sendiri dikutuk menjadi arca. (hlm: perasaan marah yang luar biasa
162) tersebut, bahkan sampai mengeluarkan
kutukan kepada para gadis-gadis dan
Roro Jonggrang.
(k.22) Kemenangan Raja Pengging itu Nilai Kutipan cerpen tersebut mengandung
disebabkan oleh bantuan orang kuat yang Pendidikan nilai pendidikan cakap. Terlihat pada
bernama Bondowoso yang juga terkenal sebagai Cakap sosok Bandung Bondowoso sebagai
Bandung Bondowoso karena dia mempunyai orang yang kuat dan sakti. Kekuatan
senjata sakti yang bernama Bandung. (hlm: 161) dan kesaktian dari Bandung
Bondowoso ini menunjukkan bahwa
dia memiliki keterampilan atau

67
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58

keahlian yang lebih atau tidak dimiliki


oleh orang lain.
(k.23) Namun demikian, dia tidak akan Nilai Kutipan cerpen tersebut mengandung
menerimanya begitu saja. Dia mau kawin Pendidikan nilai pendidikan cakap. Karena tidak
dengan Bandung Bondowoso asalkan syarat- Cakap ingin menerima begitu saja pinangan
syaratnya dipenuhi. Syaratnya ialah supaya dia dari Bandung Bondowoso, Roro
dibuatkan seribu candi dan dua sumur yang Jonggrang kemudian mengajukan
dalam. Semuanya harus selesai dalam waktu syarat-syarat kepada Bondowoso, tentu
semalam. Bondowoso menyanggupinya saja dengan harapan nantinya Bandung
meskipun agak keberatan. (hlm: 161) Bondowoso tidak dapat memenuhi
syarat-syarat yang dimintanya itu.
Dengan begitu dia tidak akan jadi
dipinang oleh Bondowoso. Hal ini
menunjukkan bahwa sosok Roro
Jonggrang memiliki kepandaian
menggunakan akal pikirannya untuk
bersiasat untuk menolak secara halus
pinangan dari Bandung Bondowoso.
Karena dia berpikir tidak mungkin
persyaratan yang diajukannya itu dapat
dipenuhi dalam waktu semalam.
(k.24) Bandung Bondowoso menyanggupi nya, Nilai Kutipan cerpen tersebut mengandung
meskipun agak keberatan. Dia minta bantuan Pendidikan nilai pendidikan cakap. Pertama, hal ini
ayahnya sendiri, orang sakti yang mempunyai Cakap ditun jukkan oleh kecerdikan
bala tentara roh-roh halus. Pada hari yang Bondowoso. Karena merasa syarat itu
ditentukan, Bandung Bondowoso beserta terlalu berat, maka dia meminta
pengikutnya dan roh-roh halus mulai bantuan ayahnya yang sakti dan
membangun candi yang besar jumlanya itu. mempunyai bala tentara roh-roh halus.
(hlm: 161) Dia berharap dengan menggunakan
roh-roh halus itu maka pekerjaan nya
akan dapat diselesaikan tepat waktu.
Kedua, Terlihat pada sosok ayah dari
Bondowoso sebagai orang yang sakti.
Kesaktian ayah dari Bondowoso ini
menunjukkan bahwa dia memiliki
kemampuan atau keterampilan yang
lebih atau tidak dimiliki oleh orang
lain. Dia memiliki kemahiran untuk
melakukan sesuatu dengan
menggunakan kesaktiannya.
(k.25) Pada hari yang ditentukan, Bandung Nilai Kutipan cerpen tersebut mengandung
Bondowoso beserta pengikut nya dan roh-roh Pendidikan nilai pendidikan cakap. Hal ini
halus mulai menba ngun candi yang besar Cakap ditunjukkan oleh para roh-roh halus
jumlanya itu. tersebut. Dengan kemampuannya,
Sangatlah mengherankan cara kecepatan mereka mereka dapat bekerja dengan sangat
bekerja. Sesudah pukul empat, hanya tinggal cepat. Ini menunjukkan bahwa roh-roh
lima buah candi yang harus disiapkan. halus tersebut memiliki kemampuan
Disamping itu sumurnya pun sudah hampir atau keterampilan yang luar biasa hebat
selesai. (hlm: 161) yang tidak dimiliki oleh orang lain,
bahkan oleh Bandung Bondowoso
sendiri.
(k.26) Sesudah pukul empat, hanya tinggal lima Nilai Penggalan cerpen tersebut mengandung
buah candi yang harus disiapkan. Disamping itu Pendidikan nilai pendidikan kreatif. Terlihat pada
sumurnya pun sudah hampir selesai. Apa yang Kreatif sikap kreatif yang dimiliki oleh sosok
harus diperbuat? Segera gadis-gadis Roro Jonggrang. Karena syarat-syarat
dibangunkan dan disuruh menumbuk padi di yang diajukannya sudah hampir selesai
lesung serta menaburkan bungan yang harum dikerjakan, dia mencari akal untuk
baunya. Mendengar bunyi lesung dan dan menghentikannya, yaitu dengan cara

68
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58

mencium bau bunga-bungaan yang harum, roh menyuruh gadis-gadis menumbuk padi
halus menghentikan pekerjaan mereka karena di lesung dan menaburkan bunga yang
mengira hari sudah siang. (hlm: 161) harum baunya. Terbukti hal itu ampuh
untuk menghentikan pekerjaan para
roh-roh halus itu karena mengira hari
sudah siang, dan pekerjaan itupun
akhirnya tidak selesai sesuai dengan
waktu yang ditentukan.
(k.27) Pak kerto tertunduk bisu. Inilah jawaban Nilai Penggalan cerpen tersebut mengandung
atas teka-teki tanaman itu, ya, dua tahun lebih Pendidikan nilai pendidikan beriman kepada Tuhan
baru terjawab sekarang. Pipi keriput lelaki tua Beriman YME. Terlihat pada pak Kerto. Setelah
itu basah oleh air mata. Rumah kecil di atas dan terungkap teka-teki dari tanaman yang
bukit semakin jauh ditinggalkan. Tuhan, jerit Bertakwa selama ini ditanamnya ternyata adalah
pak Kerto lirih. (hlm: 195) kepada ganja, yang dilarang oleh negara. Ter
Tuhan dapat ketidakpercayaan dan penyesalan
YME yang dalam dibenaknya. Dalam
kesedihan itu Pak Kerto ingat kepada
Tuhan dengan memanggil namanya.
(k.28) Tiba-tiba pintu terbuka dan laki-laki Nilai Kutipan cerpen tersebut mengandung
dengan perut gendut muncul “Ooo….juragan. Pendidikan nilai pendidikan berakhlak mulia yang
Silakan gan”, sambut pak Kerto sambil Berakhlak ditunjukkan oleh Pak Kerto. Terlihat
membungkuk. Dengan tergesa dibersihkannya Mulia bagaimana pak Kerto sangat menjaga
bangku bambu yang sudah reyot itu. (hlm: 194) etika ketika berhadapan dengan
juragannya yang mempekerjakannya
dengan bersikap sangat sopan, tutur
bicara yang lembut dan gerak badan
yang selalu menunjukkan rasa hormat.
(k.29) Dan ia hanya tunduk pada segala perintah Nilai Kutipan cerpen tersebut mengandung
juragannya lalu mendapatkan upah. Ya, hanya Pendidikan nilai pendidikan berakhlak mulia yang
itu saja yang pak Kerto lakukan. Sementara pak Berakhlak ditunjukkan oleh sikap Pak Kerto yang
Kerto sendiri dilarang bergaul dengan orang- Mulia selalu mematuhi perintah juragannya.
orang di sekitar perbukitan. Itu Perintah juragan Hal ini menunjukkan bahwa pak kerto
dan harus dipatuhi. (hlm: 194) memiliki sifat yang berbudi pekerti
luhur, karena sebagai seorang pekerja
dari sang juragan dia merasa wajib
untuk mematuhi perintahnya.
(k.30) “ bagus-bagus panenan kali ini, Kerto”, Nilai Kutipan cerpen tersebut mengandung
lanjut juragan itu sambil menepuk punggung Pendidikan nilai pendidikan berakhlak mulia yang
pak Kerto. Hati pak Kerto bahagia telah Berakhlak ditunjukkan oleh sang juragan. Hal ini
membuat juragan senang. Ia akan mendapat Mulia terlihat pada perlakuan sang Juragan
tambahan upah. Watak juragan memang begitu, yang selalu bersikap baik kepada pak
kalau sedang senang ia tak segan-segan Kerto dengan selalu memberikan
memberi tambahan upah. (hlm: 194) tambahan upah ketika pekerjaan yang
dilakukan oleh pak Kerto hasilnya
memuaskan.
(k.31) Sepeninggal juragan, pak Kerto berbaring Nilai Kutipan cerpen tersebut mengandung
sambil berselimut sarung. Ia tak dapat tidur. Pendidikan nilai pendidikan berakhlak mulia. Hal
Pikirannya menerawang jauh. Pak Kerto ingin Berakhlak ini terlihat pada sikap pak Kerto yang
membelikan kain kebaya buat istrinya dan dua Mulia masih selalu mengingat keluarganya
sandal plastik buat kedua anaknya. Hatinya yang berada di kampung, jauh darinya
bahagia sekali karena sebentar lagi ia akan sekarang. Dia pun akan sangat bahagia,
pulang untuk melepas kerinduan pada istri dan karena tidak lama lagi dia akan pulang,
kedua anaknya. (hlm: 194) dan akan segera bertemu dengan istri
dan kedua anaknya. Hal ini menunjuk
kan bahwa pak Kerto sangat mencintai
keluarganya yang ada dikampung.
(k.32) “Apa salah saya, pak?” tanya pak Kerto Nilai Kutipan cerpen tersebut mengandung
terputus-putus. Pendidikan nilai pendidikan berakhlak mulia, yang

69
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58

“Bapak telah menanam dan menyimpan pohon Berakhlak ditunjukkan oleh sikap patuh Pak Kerto
ganja. Pemerintah melarang menanam pohon Mulia yang selalu mematuhi perintah dari
itu”, jawab polisi itu tegas. juragannya walaupun dia tidak
“Tapi saya hanya disuruh juragan. Saya hanya mengerti jika apa yang disuruh oleh
melaksanakan perintah juragan, pak”, kata pak juragannya itu terlarang. Hal baik juga
Kerto tertunduk. ditunjukkan oleh aparat kepolisian
“Saya mengerti dan memahami keadaan bapak. yang berusaha untuk menegakkan
Juragan bapak sekarang ada di tahanan polisi”. hukum, dengan menindak pihak-pihak
(hlm: 195) yang melakukan hal yang melanggar
hukum. Karena menanam ganja
dilarang oleh negara.
(k.33)Sang juragan segera mendekati tumpukan Nilai Penggalan cerpen tersebut mengan
karung. Sesaat, dibukanya salah satu karung dan Pendidikan dung nilai pendidikan sehat jiwa atau
diambilnya sehelai daun yang ada di dalamnya, Sehat mental dan sehat fisik. Sehat mental
kemudian sehelai daun itu diciumnya. “ahhh, terlihat dari tokoh Juragan yang bisa
luar biasa!” teriaknya kegirangan. “ bagus- mengekspre sikan kegirangannya deng
bagus panenan kali ini, Kerto”, lanjut juragan an berteriak karena hasil panenya kali
itu sambil menepuk punggung pak Kerto. Hati ini bagus, dan pak Kerto yang bisa
pak Kerto bahagia telah membuat juragan merasakan bahagia karena hasil
senang. (hlm: 194) pekerjannya telah membuat juragannya
senang. Sehat fisik dapat kita lihat dari
diri pak Kerto. Dengan melakukan
pekerjaan dan menghasilkan dengan
memuaskan seperti yang telah
dilakukan oleh pak Kerto, tentu hal ini
hanya bisa dilakukan dengan keadaan
fisik yang baik dan sehat sehingga
pekerjaan yang akan dikerjakan dapat
berlangsung maksimal.
(k.34) “Maaf, bapak saya tangkap”, kata polisi Nilai Penggalan cerpen tersebut mengan
sambil mendekat dan memborgol kedua tangan Pendidikan dung nilai pendidikan bertanggung
pak Kerto. Bertanggung jawab. Pertama ditunjukkan oleh pak
“Apa salah saya, pak?” tanya pak Kerto Jawab Kerto yang harus ditangkap oleh pihak
terputus-putus. berwajib sebagai pertanggungjawaban
“Bapak telah menanam dan menyimpan pohon nya, walaupun hal itu di luar
ganja. Pemerintah melarang menanam pohon ketidaktahuan atas apa yang telah dia
itu”, jawab polisi itu tegas. kerjakan karena semua itu adalah atas
“Tapi saya hanya disuruh juragan. Saya hanya perintah Juragannya. Kedua, Juragan
melaksanakan perintah juragan, pak”, kata pak yang telah ditahan polisi. Dia harus
Kerto tertunduk. mempertanggungjawabkan atas apa
“Saya mengerti dan memahami keadaan bapak. yang telah dia perbuat karena telah
Juragan bapak seka rang ada di tahanan polisi”. melakukan perbuatan yang dilarang
(hlm: 195) negara dan tentu saja telah melibatkan
orang lain (Pak Kerto) yang tidak
mengetahui tentang hal tersebut.
(k.35) Tapi, tiada seorang pun merasa perlu Nilai Penggalan cerpen tersebut mengan
untuk menanyakan sebab-sebab kematian Sali, Pendidikan dung nilai pendidikan beriman kepada
karena mati adalah untuk setiap makhluk yang Beriman Tuhan Yang Maha Esa. Semua makh
hidup. (hlm: 226) dan luk hidup pada akhirnya akan mati, dan
Bertakwa kematian itu sendiri tergantung pada
kepada kehendak Tuhan. Jadi, tidak seorang
Tuhan makhluk pun dapat mengelak dari
YME kematian jika Tuhan sudah
menghendakinya.
(k.36) Seorang tetangga dari sebelah rumahnya Nilai Kutipan cerpen tersebut mengandung
datang diam-diam dan berdiri disampingnya, Pendidikan nilai pendidikan sosial. Terlihat dari
ikut menyaksikan musibah ini. Sehat sikap sitetangga yang ikut menyaksi
“Tengok,” kata Sali. “Tengoklah ini ada bekas kan musibah yang menimpa Sali

70
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58

bacokan.” Lalu dirabanya bagian itu. “Jadi telah dengan menghampirinya dan menjalin
dibacok dengan parang….”. (hlm: 220) interaksi. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagai makhluk sosial harus ada
kepedulian terhadap sesama, apalagi
terhadap tetangga sendiri.
(k.37) “Kutanam dulu bijinya disini,“ kata Sali Nilai Kutipan cerpen tersebut mengandung
seraya mengais tanah dibawahnya dengan ujung Pendidikan nilai pendidikan sehat jiwa atau mental.
jari kakinya, “kupupuk dan kusiram dua kali Sehat Terlihat dari eksperi Sali yang
sehari, pagi dan sore ketika kuncupnya mulai menunjukkan rasa sedih dan prihatin
nyemi, hampir aku berjingkrak-jingkrak menari karena pepaya yang ia tanam sendiri,
lantaran besar hatiku.” Kembali diusapnya merawatnya dengan baik, tetapi
batang pepaya itu. Tiba-tiba matanya berkaca- kemudian telah tumbang. Hal itu juga
kaca dan suaranya menjadi keruh, “Aku seperti ditunjukkan oleh sitetangga yang
bapaknya yang mengasuhnya sejak ia masih merasa sedih mendengar cerita Sali
bayi hingga sebesar ini,” ia tersekat sesaat, lalu yang menunjukkan sikap toleransi dan
tambahnya, “Sekarang beginilah keadaannya, peduli terhadap keadaan Sali.
ditebang, dibacok, digorok, dan dirobohkan
dengan tak semena-mena….”
Tercenung si tetangga mendengar kisah
mengharukan itu. Berkali-kali ia mau campur
bicara, tapi setiap kali di urungkannya, akhirnya
berkatalah ia, “Sedih juga jadinya mendengar
ceritamu. (hlm: 220)
(k.38)Masih ingatkah kau pada peristiwa Dulah Nilai Penggalan cerpen tersebut mengandung
dan Bidin tempo hari? Nah, betapa Pendidikan nilai pendidikan berilmu. Terlihat dari
menyedihkan kesudahan nya….” Berilmu sikap pak Lurah yang bersifat bijaksana
“Apakah soalnya? Dua kilo beras. Seorang dengan mengambil contoh kejadian
kehilangan nyawanya dan yang lain meringkuk tempo lalu yang berakhir tidak baik.
dalam penjara. Gara-gara sejumput beras. Yang Dia menyampaikan kepada Sali agar
satu bilang sudah dikembalikan beras yang tidak terulang hal serupa, tentu dengan
dipinjamnya. Yang lain bilang belum, lalu mengambil himkah dari kejadian lalu
selusin iblis menyerupai mereka. Cekcok kian tersebut.
menjadi-jadi dan akhirnya baerkesudahan
dengan penumpahan darah. Kini kau datang
dengan persoalan pohon pepayamu. Tak ada
bedanya antara sebatang pohon dengan dua kilo
beras, sama-sama bisa berlarut-larut dan
berkesudahan menyedihkan. Sebaiknya kau
pulang saja, ambillah beberapa benih pepaya
dan tanamlah di pekaranganmu. Tiada beberapa
lama tentu akan kau miliki lagi pohon-pohon
pepaya. Habis perkara,” kata Pak Lurah
akhirnya. (hlm: 223)
(k.39) “Itu benar, tapi jangan melebih- Nilai Kutipan cerpen tersebut mengandung
lebihkan. Ingat, yang harus di utamakan ialah Pendidikan nilai pendidikan cakap. Terlihat dari
kerukunan kam pung. Soal kecil yang terlalu di Cakap sikap pak Lurah yang berusaha
besar-besarkan bisa mengakibat kan kericuhan memberikan nasehat kepada warganya
dalam kampung. Setiap soal mesti diselesaikan agar tidak terlalu melebih-lebihkan
dengan sebaik-baiknya. Tidak boleh mein suatu perkara supaya tidak memicu
seruduk. Lebih-lebih engkau. Kabarnya kau keributan yang lain. Dia juga
berpenyakit darah tinggi. Suatu pen yakit yang menganjurkan suatu masalah harus
jelek sekali, mudah mem buat orang jadi diselesaikan dengan jalan baik-baik
penasaran. (hlm: 223) dan hati-hati.

71
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58

LAMPIRAN II

Kumpulan Cerpen Yang Dianalisis

Cerpen 1:

Kupu-kupu ibu

Gambar Kupu-kupu

AKU melihatnya. Aku melihat perempuan yang pernah kau ceritakan. Sepulang sekolah
tadi, di dekat taman, aku melihat sepasang kupu-kupu berputar saling melingkar. Tapi
mereka tak seperti kupu-kupu dalam ceritamu, Ayah. Mereka lebih cantik. Yang satu
berwarna hitam dengan bintik biru bercahaya seperti mutiara. Yang lain bersayap putih
jernih, sebening sepatu kaca Cinderella, dengan serat tipis kehijauan melintang di tepi
sayapnya.
Aku takjub. Aku mengejarnya. Kupu-kupu itu masuk ke dalam taman, dan aku
terus saja mengikutinya. Dan ternyata kedua kupu-kupu itu menghampiri seorang
perempuan yang duduk di bangku yang agak terpisah dari bangku-bangku taman
lainnya. Kupu-kupu itu asyik berputar-putar di atas kepala perempuan itu.
Aku tersadar. Itu perempuan yang Ayah ceritakan. Sebelum aku sempat
membalikkan badan untuk meninggalkan taman itu, ia berbicara padaku. Aku tak
menyangka. Tidak, Ayah. Ia tidak bisu seperti yang kau bilang. Dan katamu ia seorang
yang menyeramkan, hingga aku membayangkan perempuan itu sebagai nenek penyihir.
Ayah, perempuan itu sangat cantik. Sama cantiknya dengan kedua kupu-kupu itu. Oya,
dia baik juga. Ia memintaku duduk di sisinya. Menemaninya bermain dengan kupu-kupu
itu. Dia mengajariku membelai sayap kupu-kupu. Kami bercerita tentang kesukaan kami

72
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58

masing-masing. Dan ternyata, selain menyenangi kupu-kupu, kami juga sama-sama


menyukai es krim rasa vanila dengan taburan kacang almond, senang buah apel, dan
tidur di antara banyak bantal dan boneka.

***
Kau ingat ceritaku, Ning? Tentang dua ekor kupu-kupu dan seorang perempuan
yang jatuh cinta pada mereka? Ah, kurasa kau sudah lupa. Ketika pertama kali
kuceritakan ini, kau masih kecil, belum juga TK. Bahkan aku masih ingat, kau memakai
terusan jingga dengan hiasan pita merah melingkar di pinggang, bergambar kelinci putih
yang mengedipkan matanya di bagian depan. Baju kesukaanmu saat itu. Kau berbaring
di tempat tidur. Menatapku. Menunggu dongeng pengantar tidur. Ada segaris senyum
tipis di wajah kanakmu yang hening. Sehening namamu, Ning.
Aku rindu menceritakannya lagi padamu. Sembari mengenang masa kecilmu yang
penuh cekikik geli atau rengekan manja yang sering membuatku gemas. Anggap saja
masa kecilmu tak sanggup mengingat dongeng itu. Dan sekarang, aku akan
mengingatkannya kembali untukmu, Ning.
Setiap senja, Ning, di taman dekat sekolah, selalu ada seorang perempuan yang
duduk di sudut taman. Ketika langit mulai berwarna jingga, ia hadir di taman itu dan
selalu menunggu kedatangan dua ekor kupu-kupu cantik. Ya, keduanya cantik. Yang
seekor bersayap hijau dengan serat-serat kecokelatan pada garis guratannya. Kira-kira
seperti daging buah avokad yang matang. Dan yang seekor lagi bersayap biru, dengan
sedikit bintik-bintik putih. Ya, mirip dengan motif tas tangan ibu di potret keluarga yang
ada di ruang tamu. Tak ada yang tahu tentang apa yang dilakukannya bersama kedua
kupu-kupu itu setiap senja. Lalu setelah langit kehilangan garis jingga terakhir, kedua
kupu-kupu itu pun meninggalkan taman, sebelum malam membuat mata mereka jadi
buta. Perempuan itu pun pergi. Berjalan gontai, dengan tundukan kepala yang dalam.
Seolah ia ingin sekali melupakan seluruh hari yang pernah dijalaninya.
Orang-orang di sekitar sini tak ada yang mengenalnya. Tak ada yang tahu
namanya. Tak ada yang mengerti ia berasal dari keluarga yang mana. Bahkan tak ada
yang pernah berbicara dengannya. Walau hanya sekadar perbincangan basa-basi tanpa
perkenalan. Orang-orang tak tahu di mana rumahnya. Kemudian setiap senja berakhir,
ketika orang-orang mulai sibuk dengan menu makan malam dengan keluarganya
masing-masing, perempuan itu seakan-akan menghilang. Tak ada jejak yang bisa
menunjukkan keberadaannya.
Bagimu mungkin tak ada yang mengherankan. Seperti juga dirimu yang mencintai
kupu-kupu. Semua berjalan seperti biasa tanpa ada kejadian yang berarti. Sampai
kemudian tersiar kabar bila perempuan itu bisu. Karena sempat di suatu pengujung
senja, saat perempuan itu meninggalkan taman, seseorang tak sengaja melihatnya lalu
menyapanya. Tapi perempuan itu cuma mengangguk tersenyum, tanpa bicara apa-apa.
Lambat laun orang-orang mulai curiga dengan keberadaannya di taman. Orang-
orang juga heran dengan keberadaan kedua kupu-kupu itu. Banyak yang menduga bila
perempuan itu bisa berbicara dengan kupu-kupu. Hanya dengan kupu-kupu, Ning.
Orang-orang pun mulai menyiarkan kabar bila perempuan itu memiliki ilmu hitam. Sejak

73
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58

itu pula orang-orang mulai menjauhinya. Tak ada yang mau datang ke taman dekat
sekolah setiap senja. Orang-orang takut akan bertemu dengan perempuan itu bila
datang ke sana. Itulah sebabnya, taman dekat sekolah selalu sunyi sebelum senja
datang, sebelum langit mengguratkan cahaya jingga di tubuhnya.
Ning, ini bukanlah dongeng seperti yang biasanya kuceritakan sebelum kau tidur.
Bukan cerita serupa Putri Rapunzel, Cinderella, Putri dan Biji Kapri, Tiga Babi Kecil, atau
cerita Serigala yang Jahat. Tapi ini benar-benar ada. Perempuan itu betul-betul datang
setiap senja ke taman dekat sekolah. Ayah sengaja menceritakan ini agar kau tak datang
ke taman ketika kau pulang sekolah saat senja.
***
Ning, mengapa kau kemari lagi? Segeralah pulang. Ayahmu akan curiga bila kau
selalu pulang terlambat dari sekolah. Kau pun pasti telah mendengar dari orang-orang
tentangku. Aku memang kesepian. Gunjingan orang-orang membuatku disingkirkan.
Tapi, janganlah kau terlampau sering datang menemuiku. Apalagi bila hanya ingin
bermain dengan kupu-kupu yang sering menemaniku. Atau sekadar ingin membawakan
aku es krim atau buah apel. Kau bisa bermain dengan kupu-kupu lain yang mungkin lebih
cantik dari kedua kupu-kupu di taman ini. Kau juga bisa makan es krim dengan ayahmu.
Sedangkan aku sudah terbiasa hidup dalam kesendirian. Setidaknya aku masih bisa
menemukan sedikit keributan di taman ini setiap senja. Mendengar kepak sayap burung-
burung yang pulang ke sarang, riuh pepohonan menyambut malam yang membawakan
selimut tidurnya, bising binatang malam yang bersiap keluar sarang bila malam tiba.
Tonggeret, kodok, jangkrik. Jujur saja, aku lebih suka sendiri. Aku tak mau
merepotkanmu. Karena suatu saat kau mungkin akan menemui kesulitan hanya karena
keberadaanku.
Aku yakin, Ning, suatu saat kau akan menemukan kupu-kupu yang kau sukai. Yang
akan selalu menemanimu. Meski ia harus mengalami kelahiran berulang kali sebagai
kupu-kupu, untuk menemanimu. Ning, aku tak ingin orang-orang akan ikut bergunjing
tentangmu, hanya karena kau menemuiku di sini. Aku tak mau orang-orang
menjauhimu, bila mereka tahu kau pernah datang mengunjungiku. Bahkan teman-
teman sekolahmu mungkin tak mau lagi berbicara denganmu. Pulanglah, Ning. Aku juga
harus bergegas pulang. Matahari telah tampak uzur hari ini. Sudah tiba waktunya bagi
kedua kupu-kupu ini untuk tidur.

***
Ayah, senja tadi aku tak melihat kedua kupu-kupu itu di taman. Mungkin mereka
sedang tidur. Mungkin mereka tanpa sadar sudah menanggalkan sayapnya,
menanggalkan ruhnya, menjadi telur-telur cantik yang akan menetas jadi ulat-ulat cantik
warna-warni dan gemuk, dan sebentar lagi bersemayam dalam kepompong putih yang
rapuh lalu menjadi kupu-kupu baru yang lebih cantik.
Ayah, aku juga tak melihat perempuan itu. Tak ada seorang pun di taman senja
tadi. Aku sudah berkeliling mencarinya. Padahal, aku sudah membeli sebatang cokelat
putih untuk kami nikmati bersama-sama. Ayah, apa perempuan itu marah padaku? Apa
perempuan itu kesal karena aku sering mengunjunginya? Apa kunjunganku membuat

74
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58

perempuan itu terganggu? Kalau ia memang marah, aku tak mengerti sebabnya. Dia tak
pernah marah padaku. Selalu tersenyum bila aku datang, mencium keningku setiap kami
berpisah di pertigaan dekat taman ketika kami pulang bersama sehabis senja.
Perempuan itu tak pernah mengatakan bila ia terganggu dengan keberadaanku.
Memang perempuan itu pernah melarangku untuk datang menemuinya.
Perempuan itu mengatakan bila ia lebih suka sendiri. Tapi aku tak percaya padanya. Aku
yakin bila ia tak mau menemuiku karena sebab lain. Karena biasanya wajah perempuan
itu selalu tampak riang menyambut kedatanganku. Bila aku berlari menghampirinya,
tangannya akan terentang lebar ingin memelukku. Aku tahu ia selalu menunggu
kedatanganku.
Ayah, aku rindu pada kedua kupu-kupu itu. Aku juga ingin bertemu dengan
perempuan itu. Kuharap kau tidak marah bila aku sering menemuinya. Aku sangat
senang bermain dengan mereka. Jauh lebih menyenangkan dibandingkan bermain
lompat tali dengan teman-teman. Ayah, apa kau betul-betul tak mengenal perempuan
itu? Apa kau benar-benar tak tahu di mana ia tinggal? Kumohon, antarkan aku ke sana.
***
Ning, lihatlah halaman rumah kita, penuh dengan kupu-kupu mungil warna-warni
yang cantik. Sayap mereka berkilauan. Tapi ada tiga kupu-kupu yang lebih besar.
Lihatlah, yang dua ekor itu seperti yang kau temui di taman bukan? Dan yang paling
besar adalah kupu-kupu yang tercantik dari seluruh kupu-kupu itu. Aku pun baru kali ini
melihat kupu-kupu seindah itu, Ning. Warna ungu dan hijau di sayapnya berpadu sangat
serasi. Caranya mengepakkan sayap dengan pelan dan lembut. Sangat anggun, seperti
ibumu.
Lihat, matamu sampai berkaca-kaca melihatnya. Kau senang bukan, sekarang kau
memiliki banyak sekali kupu-kupu yang indah. Kau rindu pada kupu-kupu, kan?
Bermainlah bersama mereka, Ning. Aku yakin mereka pun akan senang bermain
denganmu.
***
Tidak. Aku tak ingin bermain bersama mereka. Lihatlah kupu-kupu yang paling
besar itu. Kupu-kupu itu memang yang paling cantik. Tapi, warnanya persis sama dengan
warna gaun perempuan itu ketika terakhir kali aku menemuinya. Perempuan itu, Ayah.
Aku tak mau ia berubah menjadi kupu-kupu hanya untuk menemaniku. Biar saja kupu-
kupu lainnya meninggalkanku, asalkan perempuan itu tetap ada untukku. Aku tak ingin
bermain dengan kupu-kupu. Aku ingin perempuan itu, Ayah. Hanya perempuan itu. Aku
hanya ingin ibuku.
Yogyakarta, 2006
***
sumber buku 20 cerpen terbaik 2008. Tahun 2008. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Karya
Komang Ira Puspitaningsih. Dia lahir di Denpasar, 31 Mei 1986. Beberapa karyanya terkumpul
dalam sejumlah antologi bersama, antara lain: Ning (Sanggar Purbakaraka, 2002), Para Penari
(Lingkaran Komunikasi Malang, 2002), Lampung Kenangan (Dewan Kesenian Lampung, 2002).

75
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58

Cerpen 2:

Bawang Merah Bawang Putih

1 Pada zaman dahulu, di sebuah desa tinggal sebuah keluarga yang bahagia. Ia
mempunyai anak yang cantik bernama Bawang Putih. Kehidupan bahagia itu
terganggu saat ibu Bawang Putih sakit keras dan pada akhirnya meninggal dunia.
Bawang Putih sangat berduka, demikianlah juga ayahnya. Sekarang Bawang Putih
hanya tinggal berdua dengan ayahnya.
2 Di desa itu, hiduplah seorang janda yang mempunyai anak bernama Bawang Merah.
Sejak ibu Bawang Putih meninggal, ibu Bawang Merah kerap berkunjung ke tempat
tinggal. Dia kerap membawakan makanan, menolong Bawang Putih membereskan
tempat tinggal atau Cuma menemani Bawang Putih serta ayahnya mengobrol.
Akhirnya, sang janda menikah dengan ayah Bawang Putih. Kehidupan Bawang
Putih tidak sepi lagi. Dia mendapat ibu baru sekaligus saudara perempuan, yaitu
Bawang Merah. Pada awalnya sang ibu tiri dan saudara tiri itu amat baik pada
Bawang Putih, tetapi lama-kelamaan karakter asli mereka mulai terlihat. Mereka
sering memarahi Bawang Putih serta memberinya pekerjaan berat bila ayah mereka
pergi berdagang. Sudah pasti sang ayah tidak mengetahuinya karena Bawang Putih
putih tidak pernah mengadukan tingkah ibu dan saudara tirinya itu.
3 Suatu hari, ayah Bawang Putih sakit keras dan kemudian meninggal. Tinggallah
Bawang Putih bersama ibu dan saudara tirinya. Hari demi hari Bawang Putih disiksa
oleh Bawang Merah dan ibunya. Namun, Bawang Putih menerima kehidupan itu
dengan tabah. Suatu hari, Bawang Putih mencuci baju Ibu dan Saudaranya di sungai.
Ada satu baju yang terhanyut, Bawang Putih pun mengejar baju itu. Sampailah dia di
sebuah rumah yang dihuni seorang nenek yang berada di tepi sungai. Nenek itu
menyimpan baju Bawang Putih yang hanyut. Dia mau menyerahkan baju itu jika
Bawang Putih mau membantunya membersihkan rumah. Bawang Putih pun segera
membantu nenek membersihkan rumah. Nenek itu terkesan dengan ketekunan
Bawang Putih melakukan tugasnya membersihkan rumah. Setelah selesai, Bawang
Putih berpamit kepada sang nenek. Baju itu pun diserahkan nenek kepada Bawang
Putih. Nenek itu juga memberikan bungkusan hadiah untuk Bawang Putih karena
telah bekerja membersihkan rumah nenek. Bungkusan itu tidak boleh dibuka jika
belum sampai rumah. Dengan bergegas, nenek kembali ke rumah. Sesampainya di
rumah dia ceritakan pengalamannya dan dibukanya bungkusan yang diberikan
nenek. Ternyata di dalam bungkusan itu terdapat emas yang berkilauan banyak
sekali. Bawagnt Merah merasa iri akan keberuntungan Bawang Putih.
4 Keesokan harinya, karena rasa iri hati yang sangat, Bawang Merah melakukan hal
yang sama dengan peristiwa yang dialami Bawang Putih. Dia menghanyutkan
bajunya di sungai dan mengikutinya sampai ia berada di depan rumah nenek.
Bawang Merah betanya apakah nenek melihat baju hanyut di sungai. Nenek pun
menjawab bahwa baju itu dia simpan, baju itu akan diberikan kepada Bawang Merah
asal Bawang Merah mau membantu membersihkan rumah. Bawagn Merah menolak
membersihkan rumah dan tetap meminta baju itu. Sang nenek memberikan baju dan

76
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58

sebuah bungkusan yang bentunya sama dengan bungkusan yang diberikan kepada
Bawang Putih. Dengan berlari riang Bawang Merah kembali ke rumah dan ingin
segera membuka bungkusan dari nenek. Setelah sampai di rumah, Bawang Merah
berteriak memanggil ibunya. Ibu dan anak itu segera membuka bungkusan. Namun
di dalamnya bungkusan itu bukan emas berkilau, tetapi ular yang mengejar ibu tiri
dan Bawang Merah yang berlari pergi dari rumah Bawang Putih, pergi dari desa
tempat Bawang Putih tinggal.

Diolah dari berbagai sumber berjudul Bawang Putih yang Sabar karya Ali Muakhir,
Penerbit Little Serambi, Jakarta, Tahun 2006

77
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58

Cerpen 3:

Gambar Candi Prambanan

Candi Prambanan

1 Konon, tersebutlah seorang raja bernamaPrabu Baka. Beliau bertakhta di Prambanan.


Raja ini seorang raksasa yang menakutakan dan besar kekuasaannya. Meskipun
demikian, kalu sudah takdir, diakalahjuga dengan Raja Pengging. Prabu Baka
meninggal di medan perang. Kemenangan Raja Pengging itu disebabkan oleh
bentuan orang kuat yang bernama Bondowoso yang juga terkenal sebagai Bandung
Bondowoso karena dia mempunayai senjata sakti yang bernama Bandung. Dengan
persetujuan Raja Pengging, Bandung Bondowoso menempati Istana Prambanan. Di
sini dia terpesona oleh kecantikan Roro Jonggrang, putri bekas lawannya.
2 Bagaimanapun juga dia akan memperistrinya. Roro Jonggrang takut menolak
pinangan itu. Namun demikian, dia tidak akan menerimanya begitu saja. Dia mau
kawin dengan Bandung Bondowoso asalkan syarat-syaratnya dipenuhi. Syaratnya
ialah supaya dia dibuatkan seribu candi dan dua sumur yang dalam. Semuanya harus
selesai dalam waktu semalam. Bandung Bondowoso menyanggupinya, meskipun
agak keberatan. Dia minta bantuan ayahnya sendiri, orang sakti yang mempunyai
bala tentara roh-roh halus. Pada hari yang ditentukan, Bandung Bondowoso beserta
pengikutnya dan roh-roh halus mulai membangun candi yang besar jumlahnya itu.
3 Sangtlah memngherankan cara dan kecepatan mekerka bekerja. Sesudah pukul empat
pagi hanya tinggal lima buah candi yang harus disiapkan. Disamping itu sumurnya
pun sudah hampir selesai. Apa yang harus diperbuat? Segera gadis-gadis
dibangunkan dan disuruh menumbuk padi di lesung seta menaburkan bunga yang
harum baunya. Mendengar bunyi lesung dan mencium bau bunga-bungaan yang
harum, roh-roh halus menghentikan pekerjaan mereka karena mereka kira hari sudah
siang.

78
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58

4 Pembuatan candi kurang satu, tetapi apa hendak dikata, roh halus berhenti
mengerjakan tugasnya dan tanpa bentuan mereka tidak mungkin Bandung
Bondowoso menyelesaikannya. Keesokan harinya waktu Bandung Bondowoso
mengetehui usahanya gagal, bukan main marahnya. Dia mengutuk para gadis di
sekitar prambanan tidak ada orang yang mau memperistri mereka samp[ai mereka
menjadi perawan tua. Sedangkan Roro Jonggrang sendiri dikutuk menjadi arca. Arca
tersebut terdapat dalam ruang candi besar yang sampai sekarang dinamia candi Roro
Jonggrang. Candi-candi yang ada di dekatnya disebut Candi Sewu yang artinya
seribu.

Diolah dari sumber Rangkuman Cerita Rakyat Indonesia karya irwan Rouf dan Shenia
Ananda, Penerbit Anak Kita.

79
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58

Cerpen 4:

Rumah kecil di bukit sunyi

Di atas bangku bambu yang reyot, pak Kerto meluruskan kedua kakinya. Beberapa saat
kemudian, ia beranjak dari bangku dan melangkah ke bilik belakang yang hanya dibatasi
oleh anyaman daun rumbia. Diambilnya beberapa potong ubi dari panci dan
diletakannya di atas selembar daun pisang. Ia kembali ke depan dan menikmati ubi
rebus sambil meminum kopi.
Tiba-tiba pintu terbuka dan laki-laki dengan perut gendut muncul. “Ooo….juragan.
Silakan gan”, sambut pak Kerto sambil membungkuk. Dengan tergesa dibersihkannya
bangku bambu yang sudah reyot itu. “Bagaimana? Apakah semuanya sudah beres?”
tanya sang juragan.
“Sebagian sudah saya panen, gan. Dan yang belum sisa ladang sebelah kanan
parit. Silakan juragan periksa hasil panenan itu”.
“Dimana kau letakan, Kerto?”
“Ada di samping rumah, gan. Semuanya berjumlah enam karung terigu. Bagus-
bagus hasil panenan kali ini”, kata pak Kerto.
Kedua orang itu melangkah ke samping rumah. Sang juragan segera mendekati
tumpukan karung. Sesaat, dibukanya salah satu karung dan diambilnya sehelai daun
yang ada di dalamnya, kemudian sehelai daun itu diciumnya. “Ahhh, luar biasa!”
teriaknya kegirangan. “Bagus…bagus sekali panenan kali ini, Kerto”, lanjut juragan itu
sambil menepuk-nepuk punggung pak Kerto. Hati pak Kerto bahagia karena bisa
membuat juragan senang. Ia nanti akan mendapat tambahan upah. Watak juragan
memang begitu, kalau sedang senang ia tak segan-segan memberinya tambahan upah.
“Enam karung ini disimpan yang baik dan jangan sampai kena hujan. Dua hari lagi
aku akan kembali ke sini mengambil semua hasil panenan”, ucap juragan sambil
meninggalkan Pak Kerto.
Sepeninggal juragan, Pak Kerto berbaring berselimut sarung. Ia tak dapat tidur.
Pikirannya menerawang jauh. Pak Kerto ingin membelikan kain kebaya buat istrinya dan
dua sandal buat kedua anaknya. Hatinya bahagia karena sebentar lagi ia akan pulang
untuk melepas kerinduan pada istri dan kedua anaknya. Pikirannya tertuju pada pohon-
pohon kecil di ladang sebelah kanan parit yang besok harus dipanen. Ia tak habis
berpikir, untuk apa juragan menyuruh menanam pohon-pohon itu. Ia tak tahu nama
pohon yang bentuknya hampir mirip tanaman cabai. Pak Kerto hanya tunduk dan patuh
pada perintah juragan. Patuh adalah taat (pada perintah, aturan, dsb) dan berdisiplin. Ia
merawat tanaman dengan baik. Ia tidak bergaul dengan orang-orang di sekitarnya.
Saat Pak Kerto hampir lelap, terdengar suara orang mengetuk pintu. Pak Kerto
berpikir sang juragan datang lagi. Dengan langkah tergesa Pak Kerto menuju ke pintu.

80
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58

“Sebentar gan, sebentar…”, kata pak Kerto sambil membuka palang pintu.
“Biasanya kan langsung masuk, gan”, lanjutnya sambil menguak daun pintu.
Pak Kerto merasa seluruh aliran darahnya terhenti ketika di depannya berdiri
empat orang polisi dengan senjata di tangan.
“Jangan bergerak!”, gertak salah seorang polisi. Ketiga polisi lainnya langsung
masuk rumah kecil itu. Pak Kerto berdiri kaku, mematung, tidak tahu apa yang terjadi.
“Maaf, bapak saya tangkap”, kata polisi sambil mendekat dan memborgol kedua
tangan pak Kerto.
“Apa salah saya, pak?” tanya pak Kerto terputus-putus.
“Bapak telah menanam dan menyimpan pohon ganja, pemerintah melarang
menanam pohon itu”, jawab polisi itu tegas.
“Tapi saya hanya disuruh juragan. Saya hanya melaksanakan perintah juragan,
pak”, kata pak Kerto tertunduk.
“Saya mengerti dan memahami keadaan bapak. Juragan bapak sekarang ada di
tahanan polisi”.
Polisi itu menyuruh pak Kerto berjalan menuruni lereng perbukitan. Sedang ketiga
polisi lainnya memanggul beberapa karung terigu yang berisi daun ganja dengan dibantu
beberapa peladang yang kebetulan berada di sekitar perbukitan itu. Pak Kerto tertunduk
bisu. Inilah jawaban atas teka-teki tanaman itu, Ya, dua tahun lebih baru terjawab
sekarang. Pipi keriput lelaki tua itu basah oleh air mata. Rumah kecil di atas bukit
semakin jauh ditinggalkan. Tuhan, jerit pak Kerto lirih.

Purbalingga, 1982

Diolah dari sumber Tri Astoto Kodarie: http://triastoto.wordpress.com/cerpen/

81
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58

Cerpen 5:

GERHANA
Karya Muhammad Ali

Buah pepaya memang manis rasanya. Yang ranum pun sedap kalau dibikin rujak.
Adalagi keistimewaan pohon papaya, ia tumbuh dan berbuah di segala musim, baik di
musim hujan maupun di musim kemarau. Jadi, tak ada alasan bagi siapapun di muka
bumi ini untuk memusuhi pohon dan buah papaya.
Itulah maka Sali tidak mengerti dan hampir tak dapat menahan hati ketika
diketahuinya pada suatu pagi pohon papaya satu-satunya yang tumbuh dipekarangan
rumahnya dalam keadaan roboh membelintang di tanah. Beberapa buah pepaya yang
sudah ranum dilihatnya tertimpa batang yang gemuk itu hingga lumat berlepotan serupa
tempurung kepala bayi-bayi yang remuk ditimpa penggadah raksasa.
Serasa Sali diapungkan kelangit, linglung tak tau apa yang mesti dibuatnya.
Perutnya berbunyi-bunyi, kedua belah matanya terus berkedip-kedip. Jari-jarinya
menggeletar ketika membarut-barut batang pepaya yang tumbang itu. Getahnya yang
meleleh menetes-netes, dimatanya persis darah segar kental, mengingatkannya pada
cerita-cerita penyembelihan yang mengerikan.
Seorang tetangga dari sebelah rumahnya datang diam-diam dan berdiri disampingnya,
ikut menyaksikan musibah ini.
“Tengok,” kata Sali. “Tengoklah ini ada bekas bacokan.” Lalu dirabanya bagian
itu. “Jadi telah dibacok dengan parang….”
“Siapa yang melakukannya?” tanya tetangga.
“Mana kutahu? Kalau saja aku tahu siapa dia yang bertangan usil itu,” kata Sali
sambil meremas-remas tangannya, “Sekarang akan kau saksikan pameran dari kepingan
tangan jahil itu. Akan kulunyah-lunyah sampai lembut berantakan tangan biadab itu.”
“Aneh, apa maksudnya berbuat seperti itu? Apa latar belakangnya?” kata tetangga
pula.
“Kutanam dulu bijinya disini,“ kata Sali seraya mengais tanah dibawahnya dengan
ujung jari kakinya, “kupupuk dan kusiram dua kali sehari, pagi dan sore ketika
kuncupnya mulai nyemi, hampir aku berjingkrak-jingkrak menari lantaran besar hatiku.”
Kembali diusapnya batang pepaya itu. Tiba-tiba matanya berkaca-kaca dan suaranya
menjadi keruh, “Aku seperti bapaknya yang mengasuhnya sejak ia masih bayi hingga

82
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58

sebesar ini,” ia tersekat sesaat, lalu tambahnya, “Sekarang beginilah keadaannya,


ditebang, dibacok, digorok, dan dirobohkan dengan tak semena-mena….”
Tercenung si tetangga mendengar kisah mengharukan itu. Berkali-kali ia mau
campur bicara, tapi setiap kali di urungkannya, akhirnya berkatalah ia, “Sedih juga
jadinya mendengar ceritamu. Tapi seperti kau melebih-lebihkannya. Aku jadi teringat
pada yang sudah mendahului kita….”
“Siapa melarang apabila ia kutimang bagai anak kandung?” tanya Sali tiba-tiba.
“Bagiku dia tidak berbeda dengan seorang anak yang sungguh-sungguh, Tiadakah ia
punya nyawa juga seperti kita?”
Kepala tetangga terangguk-angguk. Tiadalah ia berusaha buat membuka mulut.
“Menebangnya serupa ini,” kata Sali, “sama dengan membunuh satu nyawa.
Tidakkah demikian?”
Kembali tetangga terangguk-angguk.
“Apakah dosanya, apakah salahnya maka ia ditebang, dirobohkan? Disegala musim
dipersembahkannya kepada kita buahnya yang manis segar. Mengapa ia dimusuhi,
dibenci, dibacok dengan parang seperti ini?”
“Benar juga kata Sali,” kata tetangga, “boleh dibilang ini pelanggaran, pelanggaran
atas hak orang. Bisa dituntut, sebab setiap pelanggaran mestilah dapat hukuman yang
setimpal. Sebaiknya hal ini kau laporkan kepada Pak Lurah.”
“Tentu ini mesti dilaporkan. Bukan saja kepada Pak Lurah, kalau perlu bahkan
kepada pembesar yang paling gede.”
“Pembesar ku kira tak sudi mengurusi soal-soal sepele seperti ini…” sela tetangga.
“Mereka cuma mengurusi perkara-perkara besar saja. Urusan seperti ini tentulah tidak
menarik minat mereka.”
“Apa? Sepele?” dengus Sali. “Kini ditebangnya pohon pepaya, besok rumah ku
akan dirobohkannya dan lusa seluruh kampung akan dibakarnya. Nah, apakah ini bukan
perkara besar?”
Kembali tetangga terangguk-angguk.
“Benar juga itu, sebaiknya kau lapor dulu pada Pak Lurah. Pagi-pagi tentulah ia
ada dirumahnya….”
Sebentar Sali berpikir, kemudian cepat melangkah meninggalkan halamannya. Di
luar pagar ia tertegun sejenak, ingat ia belum sarapan, tapi segera melangkah kembali,
hampir berlari-lari menuju ke tempat Pak Lurah.
Di kelurahan Sali disambut Pak Lurah.

83
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58

“Sepagi ini kau datang. Ada apa? Kemalingan?” tanya Pak Lurah.
Setelah mengatur napasnya, Sali menjawab. “Pak Lurah, semalam kan tak ada
angin ribut?”
“Ya….”
“Tak ada gempa bumi?”
“Benar….”
“Tapi, sungguh mengherankan….”
“Apa yang mengherankan?”
“Pohon pepayaku….”
“Mengapa pohon pepayamu?”
“Tumbang.”
“Tentu ada yang merobohkannya.”
“Tak syak lagi. Ada bekas bacokan pada batangnya.”
“Bacokan? Hem, siapa yang melakukannya?”
“Nah, inilah baru soalnya. Siapa yang berbuat tidaklah ku ketahui, tapi mestilah ia
orang yang berulat di hatinya.”
“Kau punya seteru?” tanya Pak Lurah, “atau pernah cekcok sama tetangga kanan-
kiri?”
“Setahuku, aku tak punya seorang seteru pun di muka bumi ini. Menyinggung-
nyinggung tidak pula jadi kegemaranku. Seandainya ada yang merasa tersinggung oleh
kata-kataku, masih banyak jalan yang patut ditempuhnya buat membalas sakit hatinya
padaku. Umpamanya melempari rumahku dengan batu atau pergilah ke dukun untuk
meletuskan perutku. Mengapa mesti pohon pepaya yang tak berdosa di robohkannya?”
“Hem,” pak Lurah lalu memilin-milin kumisnya yang galak itu, kemudian ujarnya,
“Boleh jadi ada sebabnya maka ia tak suka sama pohon-pohon pepaya….”
“Aneh, tapi mengapa?”
“Ya begitulah, mungkin hatinya pernah terluka hingga dendam mencekam dalam
hatinya.”
“Mustahil!”
“Kenapa mustahil? Misalkan pohon itu telah membangkitkan kenangan kepada
hal-hal pahit yang pernah dialaminya.”
“Bagaimana mungkin….”
“Mudah saja. Umpamanya dulu ia pernah mencuri buah pepaya dan tertangkap
basah. Si empunya tentulah menghajarnya sampai babak belur. Atau umpamakan dialah
si empunya pohon pepaya yang lebat buahnya, tapi selalu di dapati buahnya hilang dicuri

84
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58

orang hingga tak sempat di nikmatinya buah itu meski barang sebuahpun. Tidaklah cukup
alasan baginya untuk merobohkan setiap pohon pepaya yang dilihatnya?”
Lama Sali terdiam. Sebenarnya ia kecewa mendengar ocehan Pak Lurah yang
baginya mau mengada-ada itu. Tapi, ia mendapat jalan lagi. Katanya, “Kalau ada seorang
bocah pernah mengencinginya, adakah pantas kalau ia lalu mencekek mampus setiap
bocah yang dijumpainya di jalan-jalan?”
Rupanya Pak Lurah merasa tersinggung oleh bantahan Sali. Pak Lurah mendehem
beberapa kali seolah-olah ada yang mengganjal di tenggorokannya. Kemudian ujarnya,
“Mana boleh bocah kau samakan dengan pohon pepaya?”
“Kan pohon punya nyawa juga, Pak?”
“Uh, sebatang pohon pepaya tak lebih berharga dari sepincuk nasi rames dan kau
mau berlagak seolah-olah kehilangan anak kandung kesayanganmu?”
Sali mengerti bahwa Pak Lurah mulai meradang, kentara dari kedua belah matanya
mulai memerah. Pikirnya, lebih baik mengalah, ia berkata merendah, “Pak, pohon pepaya
di pekaranganku telah dirobohkan dengan tak semena-mena. Tidaklah sepatutnya hal itu
ku laporkan?”
“Itu benar, tapi jangan melebih-lebihkan. Ingat, yang harus diutamakan ialah
kerukunan kampung. Soal kecil yang terlalu dibesar-besarkan bisa mengakibatkan
kericuhan dalam kampung. Setiap soal mesti diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Tidak
boleh mein seruduk. Lebih-lebih engkau. Kabarnya kau berpenyakit darah tinggi. Suatu
penyakit yang jelek sekali, mudah membuat orang jadi penasaran. Masih ingatkah kau
pada peristiwa Dulah dan Bidin tempo hari? Nah, betapa menyedihkan kesudahannya….”
Karena dilihatnya Sali diam saja, Pak Lurah melanjutkan, “Apakah soalnya? Dua
kilo beras. Seorang kehilangan nyawanya dan yang lain meringkuk dalam penjara. Gara-
gara sejumput beras. Yang satu bilang sudah dikembalikan beras yang dipinjamnya. Yang
lain bilang belum, lalu selusin iblis menyerupai mereka. Cekcok kian menjadi-jadi dan
akhirnya baerkesudahan dengan penumpahan darah. Kini kau datang dengan persoalan
pohon pepayamu. Tak ada bedanya antara sebatang pohon dengan dua kilo beras, sama-
sama bisa berlarut-larut dan berkesudahan menyedihkan. Sebaiknya kau pulang saja,
ambillah beberapa benih pepaya dan tanamlah di pekaranganmu. Tiada beberapa lama
tentu akan kau miliki lagi pohon-pohon pepaya. Habis perkara,” kata Pak Lurah akhirnya.
Sali terbungkam. Cerita Pak Lurah memang benar, sebab dilihatnya sendiri ketika
si Bidin diseret ke kelurahan dan Si Dulah diangkut dengan tandu ke rumah sakit. Tapi,
ada keragu-raguan timbul dihati kecilnya: Benarkah mereka berkelahi sekedar hanya

85
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58

karena memperebutkan dua kilo beras? Mustahil. Tentulah ada hal-hal lain yang lebih
musykil dari itu.
Tiba-tiba urat diwajahnya pada menegang hingga wajah Sali kemerah-merahan.
Pikirnya kemudian: Mengapa pula soalku lantas dihubung-hubungkan dengan segala
yang bukan-bukan? Kerukunan kampung. Kesejahteraan kampung. Beras berdarah.
Darah tinggi segala. Mengapa semua itu dibawa-bawa? Tidakkah sepantasnya ia datang
melapor kalau pohonnya ditebang orang?
Tapi, apabila terpandang olehnya wajah Pak Lurah yang kerut-merut dan kumisnya
yang galak membelintang di bawah hidungnya, sepatah kata pun tak terucapkan olehnya.
Diam-diam Sali menuruni jenjang kelurahan menuju jalan raya.
Akan mengalahkah dia dan ngosel kembali ke rumahnya? Tidak, sekali-kali
tidaklah ia akan menyerah begitu saja. Dia ingin tahu, masihkah ada peraturan, sekurang-
kurangnya maksud-maksud baik yang serupa itu didesanya ini yang mau melindungi hak-
hak orang. Kalau dari Pak Lurah sudah tak bisa diperolehnya apa yang diinginkannya,
maka tahulah ia kemana sekarang langkahnya mesti diarahkan: Pak Camat. Begitulah Sali
lalu mempercepat langkah menuju kecamatan.
Di kantor kecamatan Sali diterima oleh beberapa juru tulis muda, karena Pak
Camat kebetulan tidak ada di tempat. Ada-ada saja ulah tingkah anak-anak muda itu.
Salah seorang diantara mereka, setelah mendengar laporan Sali, berkata, “Wah, urusan
Bapak ini benar-benar bukan perkara kecil. Ini sungguh-sungguh satu perkara yang bukan
main besarnya. Harus segera disusun satu tim khusus untuk menyelidikinya, mengadakan
penelitian dari segala segi dan penjuru. Kami kira Pak Camat tentu tidak akan mampu
menyelesaikannya. Jadi, sebaiknya Bapak pergi saja menghadap kepada Jaksa Agung di
Ibu Kota....”
“Ah, jangan ke sana,” ujar juru tulis yang lain, “Jaksa Agung pun tak akan sanggup
mengurusnya….”
“Habis mau ke mana Bapak ini mesti menggotong batang pepayanya yang besar
itu?”
“Langsung ke PBB….”
“Alangkah geger dunia akan dibikinnya….”
Akhirnya Sali mengerti, bahwa olok-olok anak-anak muda itu tentu tak boleh
diteruskan. Siapa tahu akan menaikkan darahnya. Jadi, segera ditinggalkannya juru tulis-
juru tulis muda yang iseng itu.
Di tengah jalan yang berbatu-batu, terasa oleh Sali bebannya bertambah berat
meski tiada sibawanya batang pepaya itu.

86
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58

Dengan sebelah kaki dapat digulingkannya batang pepaya itu kedalam selokan,
itupun nanti akan dilakukannya. Mengapa kini malah jadi bertambah ruwet soalnya?
Tapi, bagaimanapun, soal ini bukanlah mesti mendapatkan penyelesaian?
Terpikir pula untuk melaporkannya kepada bapak polisi desa dan kebetulan jalan
yang sedang ditempuhnya sedang menuju kesana pula. Meski banyak rasa pantang di
hatinya untuk menghadap bapak polisi, namun sekali ini dipaksanya jua langkahnya ke
kantor polisi desa.
Hampir ditariknya surut kaki dari ambang pintu kantor itu ketika tiba-tiba
pandangan Sali terbentur pada tanda-tanda rumit, paku-paku, selempang, dan sabuk dari
kulit berbingkai keemasan, sarung pistol, vantopel, dan segala macam tetek bengek yang
serba membingungkan merubungi tubuh orang yang disebut bapak polisi itu. Tapi,
ternyata, tiadalah mungkin ia kembali surut, karena tiba-tiba terdengar suara melenguh
dari belakang meja.
“Hai! Ada orang yang mengintip di situ?”
Seketika Sali tergagap, lalu dengan suara terputus-putus diceritakan Sali apa
maksud kedatangannya. Sekonyong-konyong bapak polisi tersentak bagai disengat lebah
lubang pantatnya. Bibirnya menyungging jelek, sebelah matanya dipicingkannya rapat-
rapat dan yang sebelahnya lagi dibelalakkannya lebar-lebar. Secara itulah dia menetap
tamunya sesaat lamanya. Sali menggigil. Melemas serasa tubuhnya, seolah-olah bulat
bulat tersedot oleh pandangan yang ganjil itu. Sekejap kemudian ruangan kecil itu pun
berubah jadi medan hiruk-pikuk.
“Bangsat! Kurang ajar! Bajingan! Sambar geledek lu! Kiramu aku pokrol
bambumukah? Ini adalah tempat paling sopan di muka bumi. Dan sekali-kali bukan
tempat untuk mengadukan hal yang bukan-bukan. Yoh, lekas angkat kakimu dari tempat
ini. Nyah, nyahlah kau selekasnya dari sini sebelum kutembak mati….”
Pelan-pelan Sali mengingsut pantatnya dari bangku panjang yang didudukinya, lalu
merayap diam-diam ke pintu. Terasa napasnya sesak pengap bagai dicekik lehernya.
Celananya basah.
Entah bagaimana jalannya, tahu-tahu Sali sudah tiba kembali dipagar
pekarangannya dan di sini sekonyong-konyong robohlah ia tak sadarkan diri. Masih juga
ia tak sadar ketika kemudian keluarganya memindahkan badannya dari pekarangan dan
membaringkannya ke atas bale-bale di kamarnya.
Tidak juga ia mau siuman ketika beberapa dukun kampung telah didatangkan,
ketika mantera-mantera dibacakan dan ketika air penawar diguyurkan ke ubun-ubun dan
dibasuhkan ke serata wajahnya.

87
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58

Sesekali terdegar keluhannya, kering dan gerah. Sudah itu sepi. Dadanya diam dan
rata. Menjelang tengah malam para tetangga dikejutkan oleh suara pekikan Istri Sali yang
melolong mencabik kesenyapan malam. Tentu mereka pada tergugah dan sama takjub
bertanya-tanya.
“Ada apa? Ada yang terjadi dirumah Sali?”
Istri Sali menangkupkan kepalanya ke pinggiran bale-bale.
Punggungnya berguncang-guncang menahan kepiluan yang menghujam ke dalam
dadanya.
Kini di hadapannya, di atas bale-bale. Itu terbujurlah mayat suaminya: Sali. Orang
mulai menyibukkan diri, masuk keluar pintu kamar. Tapi, tiada seorang pun merasa perlu
untuk menanyakan sebab-sebab kematian Sali, karena mati adalah untuk setiap makhluk
yang hidup. Mungkin mereka sudah menduga, atau mereka-reka di kepala dan seperti
halnya mereka, istri Sali pun menduga, mereka-reka pula di kepala, berkata dia mesti
terbata-bata di sela sedu-sedannya.
“Pohon celaka itulah gara-gara semua ini. Beginilah jadinya. Akulah yang
menebang semalam, karena anak-anak sering memanjatinya….”.

88
Dicetak pada tanggal 2019-09-24
Id Doc: 589c945781944d9611493e58

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Ernawati Simamora dilahirkan di Jambi, pada

tanggal 25 Maret 1991. Anak kelima dari tujuh

bersaudara, pasangan Bapak Basri Simamora dan Ibu

Romasi Silaban. Ia menyelesaikan pendidikan Sekolah

Dasar pada tahun 2004 di SD Negeri 180 Merlung,

Tungkal Ulu. Menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama

pada tahun 2007 di SMP Negeri 14 Kota Jambi, kemudian melanjutkan ke SMK

Yadika Jambi dan tamat pada tahun 2010.

Pada tahun 2010 juga ia melanjutkan ke Universitas Jambi, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Ia mengambil jurusan Pndidikan Bahasa

dan Seni (PBS), Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Penulis

melaksanakan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 16 Kota

Jambi dan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KUKERTA) di Desa Senaung,

Kabupaten Muaro Jambi. Penulis mempertahankan skripsi ini di depan Dewan

Penguji pada tanggal 12 februari 2015.

89

Anda mungkin juga menyukai