Anda di halaman 1dari 4

Sistem Mitigasi Bencana Kebakaran

Fase pra bencana adalah mitigasi. Mitigasi merupakan serangkaian upaya untuk
mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Sedangkan mitigasi untuk
kebakaran, diantaranya :
1. Penyediaan alat pemadam api ringan (APAR) minimal 1 unit/RT (sesuai standar
sarana penanggulangan kebakaran)
2. Menyediakan karung basah atau alat yang dapat memadamkan api
3. Pengaktifan dan pemeliharaan fungsi hidran dari sumber air rumah tangga secara
berkala
4. Pembangunan penampungan air hujan sebagai alternatif prasarana pemadaman

Evakuasi Bencana Kebakaran


Idealnya semua bangunan harusnya memiliki sekurang-kurangnya dua jalan
penyelamat diri pada dua arah yang bertentangan terrhadap setiap kebarakan yang
terjadi pada sembarang tempat dalam bangunan tersebut. Jalur evakkuasi harus di
pelihara dengan baik, tidak terhalang oleh barang-barang dan mudah terlihat.
Jauh maksimuum jalur evakuasi pada umumnya adalah 40m, sekalipun pada
bangunan-bangunan yang berisiko kebakaran kecil atas dasar sifat tahan api maka
jarak tersebut di perbesar menjadi 50m. sebaliknya apabila bahaya perembetan api
sangat cepat, jarak tersebut harus dikurangi, kat menjadi 30 meter atau kurang dari
30 meter.
Peta evakuasi harus di tempatkan di beberapa lokasi pada tiap-tiap fasilitas di
lokasi. Peta harus menunjukkan pintu keluar terdekat, pintu keluar cadangan dan
titik pertemuan. Peta evakuasi menunjukkan lokasi rencana gawat darurat meha
recepsionis, alat pemadam kebakaran, pencuci mata, pancuran air, perlatan
menangani tumpahan bahan kimmia, P3K, dan elemen-elemen penting lainnya. Dan
semua orangyang berada di gedung harus di himbau untuk mengingat rute utama dan
rute cadangan bila jalan keluar utama tertutup.

Peran Perawat dalam Bencana Kebakaran


Perawat memiliki tanggung jawab peran dalam membantu mengatasi ancaman
bencana baik selama tahap preimpact, impact/emergency, dan post impact. Peran
perawat disini bisa dikatakan multiple yaitu sebagai bagian dari penyusun
rencana, pendidik, pemberi asuhan keperawatan bagian dari tim pengkajian kejadian
bencana. Tujuan dari tindakan pertolongan pada bencana ini adalah untuk mencapai
kemungkinan tingkat kesehatan terbaik masyarakat yang terkena bencana
tersebut. Menurut Barbara Santamaria (1995), ada 3 fase dalam terjadinya suatu
bencana yaitu;
1) Fase pre impact
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan perawat dalam masa pra bencana ini, antara
lain:
a. Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan dalam
penanggulangan ancaman bencana untuk setiap fasenya.
b. Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan,
palang merah nasional, maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam
memberikan.
c. Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan kesiapan
masyarakat dalam menghadapi bencana. Pendidikan kesehatan diarahkan kepada :
a) Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut)
b) Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota
keluarga dengan kecurigaan fraktur tulang, perdarahan, dan pertolongan
pertama luka bakar
c) Memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat seperti dinas
kebakaran, RS dan ambulans.
d) Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa (misal
pakaian seperlunya, portable radio, senter, baterai).
e) Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan atau posko-
posko bencana. (ferry makhfudli efendi, 2009)
2) Fase impact
a. Bertindak cepat
b. Do not promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti,
dengan maksud memberikan harapan yang besar pada para korban selamat
c. Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan
d. Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan (coordination and create leadership).
e. Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang terkait dapat mendiskusikan dan
merancang master plan of revitalizing, biasanya untuk jangka waktu 30 bulan
pertama. (ferry makhfudli efendi, 2009)
Pertolongan pertama pada korban bencana dilakukan tepat setelah keadaan
stabil. Setelah bencana mulai stabil, masing-masing bidang tim survey mulai
melakukan pengkajian cepat terhadap kerusakan-kerusakan, begitu juga perawat
sebagai bagian dari tim kesehatan.Perawat harus melakukan pengkajian secara cepat
dengan melakukan triage untuk memutuskan tindakan pertolongan pertama. Ada saat
dimana seleksi pasien untuk penanganan segera (emergency) akan lebih
efektif.Metode dan penjelasan Triage:
a. Merah (paling penting/ prioritas utama)
Keadaan yang mengancam kehidupan sebagian besar pasien mengalami hipoksia,
syok, trauma dada, perdarahan internal, trauma kepala dengan kehilangan
kesadaran, luka bakar derajat I-II.
b. Kuning (penting/ prioritas kedua)
Prioritas kedua meliputi injury dengan efek sistemik namun belum jatuh ke
keadaan syok karena dalam keadaan ini sebenarnya pasien masih dapat bertahan
selama 30-60 menit. Injury tersebut antara lain fraktur tulang multipel, fraktur
terbuka, cedera medulla spinalis, laserasi, luka bakar derajat II.
c. Hijau (prioritas ketiga)
Prioritas ketiga adalah fraktur tertutup, luka bakar minor, minor laserasi, kontusio,
abrasio, dan dislokasi.
d. Hitam (meninggal)
Triage warna hitam adalah korban bencana yang tidak dapat selamat dari bencana,
ditemukan sudah dalam keadaan meninggal.
3) Fase postimpact
a. Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, sosial, dan psikologi
korban.
b. Stres psikologi yang terjadi dapat terus berkembang hingga post-traumatic stres
disorder (PTSD) yang merupakan sindrom dengan tiga kriteria utama. Pertama,
gejala trauma pasti dapat dikenali. Kedua, individu tersebut mengalami gejala
ulang traumanya melalui flashback. Mimpi, ataupun peristiwa-peristiwa yang
memacunya. Ketiga, individu akan menunjukkan gangguan fisik. Selain itu,
individu dengan PTSD dapat mengalami penurunan konsentrasi, perasaan
bersalah, dan gangguan memori.
c. Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja sama
dengan unsur lintas sekor menangani masalah kesehatan masyarakat pasca-gawat
darurat serta mempercepat fase pemulihan (recovery) menuju keadaan sehat dan
aman.

Efendi, Ferry And Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori Dan
Praktik Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai