Anda di halaman 1dari 7

Pengertian

Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah, teratur, mempunyai
tujuan memenuhi kebutuhan hidup sehat, dan penting untuk kemandirian (Barbara Kozier, 1995).
Mobilisasi setelah operasi yaitu proses aktivitas yang dilakukan setelah operasi dimulai dari
latihan ringan diatas tempat tidur sampai dengan bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar
mandi dan berjalan ke luar kamar (Brunner & Suddarth, 2002)
Tujuan Mobilisasi Post Operasi
Tujuan dari mobilisasi menurut Susan J. Garrison (2004), antara lain :
1. Mempertahankan fungsi tubuh
2. Memperlancar peredaran darah sehingga mempercepat penyembuhan luka
3. Membantu pernafasan menjadi lebih baik
4. Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan atau kelenturan otot
5. Mempertahankan tonus otot
6. Meningkatkan pergerakan sendi
7. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan
8. Meningkatkan massa otot
9. Mengurangi kelemahan
10. Mencegah kontraktur dan kekakuan pada persendian
11. Memperlancar eliminasi urin
12. Mengembalikan aktivitas tertentu sehingga pasien dapat kembali normal dan atau dapat
memenuhi kebutuhan gerak harian.
13. Memberi kesempatan perawat dan pasien untuk berinteraksi atau berkomunikasi
Indikasi
1. Stroke atau penurunan kesadaran
2. Kelemahan otot
3. Fase rehabilitasi fisik
4. Klien dengan tirah baring lama
Kontraindikasi
1. Kelainan sendi atau tulang
2. Nyeri hebat
3. Sendi kaku atau tidak dapat bergerak
4. Trauma baru yang kemungkinan ada fraktur tersembunyi
Cara mobilisasi
1. Mobilitas diatas tempat tidur (miring kanan dan kiri, duduk di atas tempat tidur)

2. Latihan berupa ROM aktif atau pasif


3. Breathing exercise (latihan nafas dalam)
4. Latihan turun dari tempat tidur
5. Pengenalan progam berjalan menggunakan walker.
Prinsip gerakan ROM
a. ROM harus diulang pada tiap gerakan sebanyak 8 kali dan di lakukan sehari minimal 2
kali
b. ROM harus dilakukan perlahan dan hati-hati
c. Bagian – bagian tubuh yang dapat digerakkan meliputi persendian seperti leher, jari,
lengan , siku, tumit, kaki, dan pergelangan kaki
d. ROM dapat dilakukan pada semua bagian persendian atau hanya pada bagian-bagian
yang dicurigai mengalami proses penyakit
Klasifikasi ROM
1. Gerakan ROM Pasif
Latihan ROM yang dilakukan dengan bantuan perawat setiap gerakan. Indikasinya
adalah pasien semi koma dan tidak sadar, pasien usia lanjut dengan mobilisasi terbatas,
pasien tirah baring total, atau pasien dengan paralisis.
Gerakan yang dapat dilakukan meliputi
 Fleksi  Gerakan menekuk persendian
 Ekstensi  yaitu gerakan meluruskan persendian
 Abduksi  gerakan satu anggota tubuh ke arah mendekati aksis tubuh
 Adduksi  gerakan satu anggota tubuh ke arah menjauhi aksis tubuh
 Rotasi  gerakan memuatar melingkari aksis tubuh
 Pronasi  gerakan memutar ke bawah
 Supinasi  gerakan memutar ke atas
 Inversi  gerakan ke dalam
 Eversi  gerakan ke luar
2. Gerakan ROM Aktif
Latihan ROM yang dilakukan sendiri oleh pasien tanpa bantuan perawat dari setiap
gerakan yang dilakukannya. Indikasinya adalah pasien yang dirawat dan mampu untuk
ROM sendiri dan Kooperatif.
Gerakan ROM Pasif dan Aktif
Latihan Pasif Anggota Gerak Atas
a. Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan

b. Fleksi dan Ekstensi Siku

c. Pronasi dan Supinasi Lengan Baw


d. Fleksi dan Ekstensi Bahu

e. Abduksi dan Adduksi Bahu

f. Rotasi bahu

Latihan Pasif Anggota Gerak Bawah


a. Fleksi dan Ekstensi Jari-jari kaki
b. Inversi dan Eversi Kaki

c. Fleksi dan ekstensi Lutut

d. Rotasi Pangkal Paha

e. Abduksi dan Adduksi Pangkal Paha


Latihan ROM Aktif

a. R O

Manfaat
1. Mencegah risiko decubitus
2. Memberi rasa nyaman dan mengurangi rasa nyeri
3. Memperlancar peredaran darah

Anda mungkin juga menyukai