Oleh :
Kelompok 1
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
tepat waktu. Selain itu penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada
dosen pembimbing kami yang telah memberikan tugas dan membimbing kami.
Adapun tujuan penulis membuat makalah ini untuk memenuhi tugas mata
kuliah ASKEP GADAR III
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Maka
penulis berharap kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Semoga
makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
hiperemesis ini terjadi hanya di awal kehamilan tidak berdampak terlalu
serius, tapi jika sepanjang kehamilan si ibu menderita hiperemesis
gravidarum, maka kemungkinan bayinya mengalami BBLR, IUGR,
Premtur hingga menjadi abortus (Wiknjosastro, 2005).
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Mual dan muntah yang terjadi pada kehamilan hingga usia 16
minggu. Pada keadaan muntah-muntah yang berat, dapat terjadi
dehidrasi, gangguan asam- basa dan elektrolit dan ketosis; keadaan ini
disebut hiperemesis gravidarum. (Kementerian kesehatan RI, 2013)
Hiperemesis gravidarum adalah mual berlangsung terus menerus
dan muntah sering, cepat mengalami dehidrasi dan asidoketotik.
(Llwellyn, 2011)
Hiperemesis gravidarum adalah mual yang berlebihan, sehingga
mengganggu pekerjaan sehari-hari dan keadaan umum menjadi buruk.
Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering ditemui
pada kehamilan trimester I, kurang lebih 6 minggu setelah haid
terakhir selama 10 minggu. Sekitar 60-80% multigravida mengalami
mual muntah, namun gejala ini terjadi berat hanya pada 1 diantara
1000 kehamilan. (Mitayani,2009)
Hiperemesis gravidarum adalah bertambahnya emesis yang dapat
mengakibatkan gangguan kehidupannya sehari-hari. Hiperemesia
gravidarum yang berlangsung lama (umumnya antara minggu 6-12)
dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin. (Manuaba,
2007)
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan selama
masa hamil. Muntah yang membahaykan ini dibedakan dari morning
sicknes normal yang umum dialami wanita hamil karena intensitasnya
melebihi muntah normal dan berlangsung selama trimester pertama
kehamilan. (Varney, 2007)
3
2.2 Tanda dan Gejala
Beberapa tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada pasien
hyperemesis gravidarum :
1. Amenore yang disertai muntah hebat, pekerjaan sehari-hari terganggu
2. Fungsi vital : nadi meningkat 100 x per menit, tekanan darah menurun
pada keadaan berat, subfebril dan gangguan kesadaran (apatis-coma)
3. Fisik : dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan menurun,
pada vaginal toucher uterus besar sesuai besarnya kehamilan,
konsistensi lunak, pada pemeriksaan inspekulo serviks berwarna biru
(lividae)
4. Pemeriksaan USG : untuk mengetahui kondisi kesehatan kehamilan
juga untuk mengetahui kemungkinan adanya kehamilan kembar
ataupun kehamilan molahidatidosa
5. Laboratorium : kenaikan relatif hemoglobin dan hematokrit, benda
keton, dan proteinuria
6. Pada keluhan hiperemesis yang berat dan berulang perlu dipikirkan
untuk konsultasi psikologi
4
2.3 Pathway
Mual muntah
Lidah kering
MK : Defisit Nutrisi
5
2.4 Patofisiologi
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen
yang biasa terjadi pada trimester I. bila perasaan terjadi terus-menerus
dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai
untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna,
terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam hidroksida
butirik dan aseton darah. Muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga caira
ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun.
Selain itu dehidrasai menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah
ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan
oksigen ke jaringan berkuang pula tertimbunnya zat metabolik yang
toksik. Disamping dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit.
Disamping dehidraasi dan gangguan keseimbangan elektrolit, dapat terjadi
robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (sindroma mollary-
weiss), dengan akibat perdarahan gastrointestinal (Fadlun dkk).
2.5 Klasifikasi
Menurut Manuaba (2007) adapun gejala dan tanda sesuai
hyperemesis gravidarum tingkatannya, yaitu;
1. Hiperemesis gravidarum tingkat pertama:
a. Muntah berlangsung terus
b. Nafsu makan berkurang
c. Berat badan menurun
d. Kulit dehidrasi-tonusnya lemah
e. Nyeri di daerah epigastrium
f. Tekanandarah turun dan nadi meningkat
g. Lidah kering
h. Mata tampak cekung
2. Hiperemesis gravidarum tingkat kedua:
a. Penderita tampak lebih lemah
b. Gejala dehidrasi makin tampak mata cekung, turgor
kulit makin kurang, lidah kering dan kotor
c. Tekanan darah turun, nadi meningkat
6
d. Berat badan makin menurun
e. Mata icterus
f. Gejala hemokonsentrasi makin tampak: urine
berkurang, badan aseton dalam urine meningkat
g. Terjadinya gangguan buang air besar
h. Mulai tampak gejala gangguan kesadaran, menjadi
apatis
i. Napas berbau aseton
3. Hiperemesis gravidarum tingkat ketiga:
a. Muntah berkurang
b. Keadaan umum wanita hamil makin menurun:
tekanan darah turun, nadi meningkat, dan suhu naik
disertai keadaan dehidrasi makin jelas
c. Gangguan faal hati terjadi dengan manifestasi icterus
d. Gangguan kesadaran dalam bentuk: somnolen sampai
koma dengan komplikasi susunan saraf pusat
(ensefalopati Wernicke), nistagmus-perubahan arah
bola mata, diplopia-gambar tampak ganda, perubahan
mental.
7
2.7 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi akibat hiperemesis gravidarum alntara lain:
a) Komplikasi ringan:
Kehilangan berat badan, dehodrasi, asidosis dari
kekurangan gizi, alkalosis, hipokalemia, kelemahan otot,
kelainan elektrokardiografik, tetani, dan gagguan psikologis.
b) Komplikasi yang mengancam kehidupan:
Rupture oesophageal berkaitan dengan muntah yang berat,
encephalophaty wernicke’s, mielinolisis pusat pontine, retinal
haemorage, kerusakan ginjal, pneumomediastinum secara
spontan, keterlambatan pertumbuhan didalam kandungan, dan
kematian janin.
(Arif,2000 : 121)
Pemeriksaan diagnostic:
1. Laboratorium
darah : hb, haemotokrit, golongan darah, kadar estriol
urin : kemungkinan ditemui protein, aceton dan kadar estriol yang
berkurang, reduksi. Pada pemeriksaan hiperemesis gravidarum
grade I yang dilakukan : elektrolit darah dan urinalisis. Pada
hiperemesis gravidarum urin terdapat aseton
2. USG : untuk mengetahui keadaan janin hidup, intrauterine, tunggal,
cairan amnion berkurang, derajat kematangan plasenta
8
3. Pemeriksaan cardiotokografi (CTG) : untuk mengetahui DJJ yang
abnormal
4. Pemeriksaan Amnioskopi : untuk mengetahui air ketuban
berkurang, bercampur mekonium dan mengandung sel-sel
5. Pemeriksan sitosol vaginal : untuk mengetahui adanya tanda-tanda
post-ter
2.9 Tatalaksana
Penatalaksanaan pada pasien dengan hyperemesis gravidarum
berupa :
1. Atasi dehidrasi dan ketosis
2. Berikan infus Dextrose 10% + B kompleks IV
3. Lanjutkan dengan infus yang mempunyai komposisi kalori dan
elektrolit yang memadai seperti : KaEN Mg 3, Trifuchsin
4. Atasi defisit asam amino
5. Atasi defisit elektrolit
6. Balance cairan ketat hingga tidak dijumpai ketosis dan defisit elektrolit
7. Berikan obat anti muntah : metochlorprapamid, largatcil anti HT3
8. Berikan support psikologis
9. Jika dijumpai keadaan patologis : atasi
10. Jika kehamilan patologis (misal : Mola Hidatidosa), lakukan evakuasi
11. Nutrisi per oral diberikan bertahap dan jenis yang diberikan sesuai apa
yang dikehendaki pasien dengan porsi sedikit tapi sering dan baru
ditingkatkan bila pasien sudah merasa lebih baik
12. Perhatikan pemasangan kateter infus untuk sering diberikan salep
heparin karena cairan infus yang diberikan relatif pekat
13. Infus dilepas bila kondisi pasien benar-benar telah segar dan dapat
makan dengan porsi wajar dan obat peroral telah diberikan beberapa
saat sebelum infus dilepaskan.
9
2.10 Algoritma Tata Laksana Hiperemesis Gravidarum
Penatalaksanaan utama hiperemesis gravidarum adalah rehidrasi
dan penghentian makanan peroral. Pemberian antiemetik dan vitamin
secara intravena dapat dipertimbangkan sebagai terapi tambahan.
Penatalaksanaan farmakologi emesis gravidarum dapat juga diterapkan
pada kasus hiperemesis gravidarum.
1. Tata Laksana Awal
Pasien hiperemesis gravidarum harus dirawat inap di rumah
sakit dan dilakukan rehidrasi dengan cairan natrium klorida atau
ringer laktat, penghentian pemberian makanan per oral selama 24-
48 jam, serta pemberian antiemetik jika dibutuhkan. Penambahan
glukosa, multivitamin, magnesium, pyridoxine, atau tiamin perlu
dipertimbangkan.Cairan dekstrosa dapat menghentikan pemecahan
lemak. Untuk pasien dengan defisiensi vitamin, tiamin 100 mg
diberikan sebelum pemberian cairan dekstrosa. Penatalaksanaan
dilanjutkan sampai pasien dapat mentoleransi cairan per oral dan
didapatkan perbaikan hasil laboratorium.
2. Pengaturan Diet
Untuk pasien hiperemesis gravidarum tingkat III, diberikan
diet hiperemesis I. Makanan yang diberikan berupa roti kering dan
buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2
jam setelah makan. Diet hiperemesis kurang mengandung zat gizi,
kecuali vitamin C, sehingga diberikan hanya selama beberapa hari.
Jika rasa mual dan muntah berkurang, pasien diberikan diet
hiperemesis II. Pemberian dilakukan secara bertahap untuk
makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan
bersama makanan. Diet hiperemesis II rendah dalam semua zat
gizi, kecuali vitamin A dan D. Diet hiperemesis III diberikan
kepada penderita dengan hiperemesis ringan. Pemberian minuman
dapat diberikan bersama makanan. Diet ini cukup dalam semua zat
gizi, kecuali kalsium.
10
3. Terapi Alternatif
Terapi alternatif seperti akupunktur dan jahe telah diteliti
untuk penatalaksanaan mual dan muntah dalam kehamilan. Akar
jahe (Zingiber officinale Roscoe) adalah salah satu pilihan
nonfarmakologik dengan efek yang cukup baik. Bahan aktifnya,
gingerol, dapat menghambat pertumbuhan seluruh galur H. pylori,
terutama galur Cytotoxin associated gene (Cag) A+ yang sering
menyebabkan infeksi. Empat randomized trials menunjukkan
bahwa ekstrak jahe lebih efektif daripada plasebo dan
efektivitasnya sama dengan vitamin B6. Efek samping berupa
refluks gastroesofageal dilaporkan pada beberapa penelitian, tetapi
tidak ditemukan efek samping signifikan terhadap keluaran
kehamilan. Dosisnya adalah 250 mg kapsul akar jahe bubuk per
oral, empat kali sehari. Terapi akupunktur untuk meredakan gejala
mual dan muntah masih menjadi kontroversi. Penggunaan
acupressure pada titik akupuntur Neiguan P6 di pergelangan lengan
menunjukkan hasil yang tidak konsisten dan penelitiannya masih
terbatas karena kurangnya uji yang tersamar. Dalam sebuah studi
yang besar didapatkan tidak terdapat efek yang menguntungkan
dari penggunaan acupressure, 4 namun The Systematic Cochrane
Review mendukung penggunaan stimulasi akupunktur P6 pada
pasien tanpa profilaksis antiemetik. Stimulasi ini dapat mengurangi
risiko mual. Terapi stimulasi saraf tingkat rendah pada aspek volar
pergelangan tangan juga dapat menurunkan mual dan muntah serta
merangsang kenaikan berat badan
4. Penatalaksanaan pada Kasus Refrakter
Jika muntah terus berlangsung (persisten) pada tata laksana
yang maksimal, kita harus kembali ke proses diagnosis dan
mencari adanya penyebab lain seperti gastroenteritis, kolesistitis,
pankreatitis, hepatitis, ulkus peptikum, pielonefritis dan
perlemakan hati. Nutrisi enteral harus dipikirkan jika terdapat
muntah yang berkepanjangan, namun harus diingat bahwa total
11
parenteral nutrition (TPN) selama kehamilan meningkatkan risiko
sepsis dan steatohepatitis, terutama akibat penggunaan emulsi
lipid. Oleh karena itu, TPN sebaiknya hanya diberikan pada pasien
dengan penurunan berat badan signifikan (>5% berat badan) yang
tidak respon dengan antiemetik dan tidak dapat ditatalaksana
dengan nutrisi enteral
5. Evaluasi Keberhasilan Terapi Tujuan terapi
Emesis atau hiperemesis gravidarum adalah untuk
mencegah komplikasi seperti ketonuria, dehidrasi, hipokalemia dan
penurunan berat badan lebih dari 3 kg atau 5% berat badan.1 Jika
sudah terjadi komplikasi, perlu dilakukan tata laksana terhadap
komplikasi tersebut. Penilaian keberhasilan terapi dilakukan secara
klinis dan laboratoris. Secara klinis, keberhasilan terapi dapat
dinilai dari penurunan frekuensi mual dan muntah, frekuensi dan
intensitas mual, serta perbaikan tanda-tanda vital dan dehidrasi.
Parameter laboratorium yang perlu dinilai adalah perbaikan
keseimbangan asam-basa dan elektrolit.
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian Primer
1. Airway
-
2. Breathing
Distress pernafasan : pernafasan cuping hidung,takipnea/bradipnea,
retraksi
Kesulitan bernafas : diaforesis, sianosis
3. Circulation
Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, mata cekung dan
ikterik, takikardi, pusing,hipotensi
12
4. Disabillty ;mengetahui kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status
umum dan neurologi dengan memeriksa atau cek kesadaran, reaksi
pupil.
Pengkajian Sekunder
a. Data Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Pada riwayat kesehatan sekarang terdapat keluhan yang dirasakan
oleh ibu sesuai dengan gejala-gejala pada hiperemesis gravidarum,
yaitu : mual dan muntah yang terus menerus, merasa lemah dan
kelelahan, merasa haus dan terasa asam di mulut, serta konstipasi
dan demam. Selanjutnya dapat juga ditemukan berat badan yang
menurun. Turgor kulit yang buruk dan gangguan elektrolit.
Terjadinya oliguria, takikardia, mata cekung, dan ikterus.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan ibu pernah mengalami hiperemesis gravidarum
sebelumnya
Kemungkinan ibu pernah mengalami penyakit yang
berhubungan dengan saluran pencernaan yang menyebabkan
mual muntah.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Kemungkinan adanya riwayat kehamilan ganda pada keluarga.
b. Data Fisik biologis
Data yang dapat ditemukan pada ibu dengan hiperemesis gravidarum
adalah mamae yang membengkak, hiperpigmentasi pada areola
mamae, terdapat kloasma garvidarum, mukosa membran dan bibir
kering, turgor kulit buruk, mata cekung dan sedikit ikterik, ibu tampak
pucat dan lemah, takikardi, hipotensi, serta pusing dan kehilangan
kesadaran.
13
c. Riwayat Menstruasi
Kemungkinan menarkhe usia 12-14 tahun
Siklus 28-30 hari
Lamanya 5-7 hari.
Banyaknya 2-3 kali ganti duk/hari.
Kemungkinan ada keluhan waktu haid seperti nyeri, sakit
kepala, dan muntah.
d. Riwayat perkawinan
Kemungkinan terjadi pada perkawian usia muda.
e. Riwayat kehamilan dan persalinan.
Hamil muda : ibu pusing, mual dan muntah, serta tidak ada
nafsu makan.
Hamil tua : pemeriksaan umum terhadap ibu mengenai
kenaikan berat badan, tekanan darah, dan tingkat kesadaran.
f. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan umum: kulit dan membrane mukosa sering tampak
kering dan turgor menurun. Pasien dapat menjadi kurus. Vomitus yang
iritatif dapat membuat erosi pada bibir dan wajah; lidah tampak merah,
kering dan pecah-pecah. Faring kering dan merah, dan pernapaan
berbau busuk dengan bau seperti buah-buahan yang khas untuk
ketoasidosis. Takikardia dan hipotensi dapat menunjukkan dehidrasi
hipovolemia.
- Pemeriksaan abdomen: temuan ini biasanya normal, meskipun rasa
sakit dihepar dapat ditemukan
- Pemeriksaan pelvis: uterus lunak dan membesarkan sesuai dengan
umur gestasi.
g. Data psikologi
Riwayat psikologi sangat penting dikaji agar dapat diketahui keadaan
jiwa ibu sehubungan dengan perilaku terhadap kehamilan. Keadaan
jiwa ibu yang labil, mudah marah, cemas, takut akan kegagalan
persalinan, mudah menangis, sedih, serta kekecewaan dapat
memperberat mual muntah. Pola pertahanan diri (koping) yang
14
digunakan ibu bergantung pada pengalamannya terhadap kehamilan
serta dukungan dari keluarga dan perawat.
h. Data sosial ekonomi
Hiperemesis gravidarum bisa terjadi pada semua golongan ekonomi,
namun pada umumnya terjadi pada tingkat ekonomi menengah
kebawah. Hal ini diperkirakan dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan
yang dimiliki.
i. Data penunjang
Data penunjang didapat dari hasil laboratorium, yaitu pemeriksaan
darah dan urine. Pemeriksaan darah yaitu nilai hemaglobin dan
hematokrit yang meningkat menunjukan hemokonsentrasi yang
berkaitan dengan dehidrasi. Pemeriksaan urinalis yaitu urine yang
sedikit dan konsentrasi yang tinggi akibat dehidrasi, juga terdapatnya
aseton di dalam urine.
B. Diagnosa keperawatan
1. Hypovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan kehamilan.
15
C. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA STANDAR LUARAN STANDAR INTERVENSI
KEPERAWATAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN INDONESIA
INDONESIA (SLKI) (SIKI)
1 Hypovolemia Setelah diberikan asuhan Management hipovolemia
keperawatan selama …..x…. jam 1. Periksa tanda dan gejala
diharapkan masalah kekurangan hipovolemia (mis frekuensi
volume cairan dapat teratasi nadi meningkat, nadi teraba
dengan kriteria hasil : lemah, tekanan darah
Status Cairan menurun, tekanan nadi
1. Kekuatan nadi dalam menyempit, turgor kulit
batas normal menurun, membran mukosa
2. Frekuensi nadi normal kering, volume urine menurun
3. Tekanan darah normal , hematokrit meningkat, haus ,
4. Turgor kulit normal lemah)
Keseimbangan asam basa 2. Monitor intake dan output
1. Istirahat yang cukup cairan
2. Tingkat kesadaran baik 3. Hitung kebutuhan cairan
3. Mual berkurang 4. Berikan asupan cairan oral
5. Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
6. Anjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak
7. Kolabirasi pemberian cairan
IV isotonis (mis RL, NaCl)
8. Kolabirasi pemberian cairan
IV hipotonis ( mis glukosa
2,5%, NaCl 0,4%)
16
kebutuhan pasien tercukupi nutrisi
dengan kriteria hasil :
2. Identifikasi alergi
dan intoleransi
Status Nutrisi
makanan
17
diprogramkan
D. Implementasi Keperawatan
Dilakukan berdasarkan intervensi yang sudah ditetapkan.
E. Evaluasi
Menurut Poer. (2012), proses evaluasi dibagi menjadi 2 tahap yaitu:
a. Evaluasi Formatif (Merefleksikan observasi perawat dan analisis terhadap
klien terhadap respon langsung pada intervensi keperawatan)
b. Evaluasi Sumatif (Merefleksikan rekapitulasi dan sinopsis analisis
mengenai status kesehatan klien terhadap waktu)
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan
sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum ibu hamil pun
akan menjadi buruk. Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi
kehamilan usia muda pada umur kehamilan trimester satu sampai dengan
memasuki trimester ke dua, begitu hebat dimana segala apa yang dimakan
dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum ibu
yang sedang hamil dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun,
dehidrasi, terdapat aseton dalam urine, bukan karena penyakit seperti
Appendisitis, Pielitis dan sebagainya namun karena adanya ketidak
normalan ibu dalam menjalani kehamilan ini.
Oleh karena itu pada ibu hamil yang sedang mengalami mual munta pada
kehamilannya jangan dianggap biasa, karena mual muntah yang berlebihan
pada saat ibu hamil akan mengakibatkan keadaan ibu menjadi lemah dan
perkembangan janin terganggu.
3.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam
mengenali mual muntah pada ibu hamil yang berlebihan dan dapat
mengganggu kesehatan ibu dan perkembangan janin.
2. Petugas Kesehatan
Diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan
dengan disertainya makalah mengenai hiperemesis gravidarum ini mampu
memberikan referensi yang berguna untuk meningkatkan penanganan dan
pengetahuan bagi petugas medis untuk merawat ibu hamil yang
mengalami mual muntah berlebihan
19
DAFTAR PUSTAKA
20