Anda di halaman 1dari 14

DIAGNOSIS

Diagnosis kanker serviks tidaklah sulit apalagi tingkatannya sudah lanjut. Yang menjadi
masalah adalah bagaimana melakukan skrining untuk mencegah kanker serviks, dilakukan
dengan deteksi, eradikasi, dan pengamatan terhadap lesi prakanker serviks. Kemampuan untuk
mendeteksi dini kanker serviks disertai dengan kemampuan dalam penatalaksanaan yang tepat
akan dapat menurunkan angka kematian akibat kanker serviks (Aziz,2006)

a. Keputihan.
Keputihan merupakan gejala yang paling sering ditemukan, berbau busuk akibat infeksi
dan nekrosis jaringan.
b. Pendarahan kontak merupakan 75-80% gejala karsinoma serviks. Perdarahan timbul akibat
terbukanya pembuluh darah, yang makin lama makin sering terjadi diluar senggama.
a. Rasa nyeri, terjadi akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf.
b. Gejala lainnya adalah gejala-gejala yang timbul akibat metastase jauh (Aziz,2006)

Tiga komponen utama yang saling mendukung dalam menegakkan diagnosa kanker
serviks adalah:
1. Sitologi.

Bila dilakukan dengan baik ketelitian melebihi 90%. Tes Pap sangat bermanfaat untuk
mendeteksi lesi secara dini. Sediaan sitologi harus mengandung komponen
ektoserviks dan endoserviks (Rasjidi,2006).
Gambar 5. Pemeriksaan Pap Smear10
Gambar 6. Pemeriksaan Pap Smear untuk Deteksi Dini Kanker Leher Rahim

Papanicolaou test atau Pap smear adalah metode screening ginekologi, dicetuskan oleh
Georgios Papanikolaou, untuk menemukan proses-proses premalignant dan malignant di
ectocervix, dan infeksi dalam endocervix dan endometrium. Pap smear digunakan untuk
mendeteksi kanker rahim yang disebabkan oleh human papillomavirus atau HPV. Pemeriksaan
Pap smear sebaiknya dilakukan pada orang yang telah melakukan hubungan seksual pertama kali
dan pada gadis sekitar usia 25-30 tahun.

Persiapan penderita :
a. Wanita diberi tahu untuk menghindari obat-obatan yang dimasukan dalam vagina
b. Pencucian (irigasi) vagina
c. Koitus dalam waktu 24 jam sebelum pemeriksaan

Peralatan yang dipergunakan dalam pemeriksaan Pap Smear antara lain :


a. Spekulum cocor bebek (Graeve’s)
b. Spatula Ayre
c. Lidi kapas atau cyto brush
d. Gelas objek
e. Alkohol 95 % untuk fiksasi atau semprot fiksatif yang dijual komersial

Cara pemeriksaan Pap Smear adalah sebagai berikut :


a. Lakukan pemeriksaan dengan inspekulo untuk melihat portio.
b. Lakukan pengambilan epitel dengan menggunakan spatula Ayre atau Cyto brush.
c. Buat apusan pada objek glass.
d. Lakukan fiksasi dengan menggunakan alcohol 95%.
e. Amati pada mikroskop adanya keganasan pada epitel.

Pemeriksaan ini dapat dilakukan kapan saja, kecuali sedang haid . Hambatan lain
untuk pelaksanaan pap smear sebagai program skriming adalah teknik yang kurang
praktis oleh karena hanya bisa dikerjakan oleh tenaga-tenaga terlatih, interprestasi hasil
memerlukan waktu yang lebih lama, dan biaya pemeriksaan yang cukup tinggi.
Prosedur pemeriksaan pap smear ini juga sangat panjang dan kompleks. Sediaan
yang telah diambil dan difiksasi tersebut, kemudian diseleksi oleh skriner apakah
memenuhi syarat atau tidak. Setelah itu, dilakukan proses pengecatan oleh tenaga terlatih
dan kemudian dibaca oleh ahli sitologi. Bila hasil pembacaan menunjukkan tanda-tanda
lesi pra kanker atau kanker invasif, barulah kemudian dilakukan pemeriksaan kolposkopi
dan pemeriksaan penunjang lainnya. Dengan prosedur yang kompleks ini mengakibatkan
pemeriksaan menjadi mahal. Selain itu sarana yang digunakan, seperti cytobrush tidak
terlalu tersedia.

Table of Pap’s Smear Classes (Previous System and Bethesda System)


Pap Classes Description Bethesda 2001
I Normal Normal and variants
II Reactive Changes Reactive Changes
Atypia ASC, ASG
Koilocytosis Low Grade SIL
III CIN I Mild dysplasia Low Grade SIL
III CIN II Moderate dysplasia High Grade SIL
III CIN III Severe dysplasia High grade SIL
IV Ca in situ High grade SIL
V Invasive Microinvasion

Gambaran grading berdasarkan tes Pap’s Smear

New Bethesda System Clasification


a. Low-grade squamous lntraepithelial lesion (low-grade SIL)
1. Cellular changes associated with HPV
2. Mild (slight) dysplasia/CIN 1
b. High-grade squamous intraepithelial lesion (high-grade SIL)"
1. Moderate dysplasia/CIN II
2. Severe dysplasia/CIN III
3. carcinoma in situ/CIN III
c. Atypical Squamous Cells (ASC)
1. Unspecified (ASC-US)-includes uspecified and favor benign/inflammation
2. Cannot exclude HSIL (ASC-H)
d. Atypical Glandular Cells of Uncertian Significance (AGC) AGC is broken down into
favoring endocervical, endometrial, or not otherwise specified origin or endocervical
adenocarcinoma in situ (AIS)
1. Unspecified (AGC-US)
2. Atypical glandular cells, favor neoplastic (AGC-H)
( Kumar, 2002 ).

CIN (Cervical Intra-epithellia neoplasma)

Pertumbuhan sel abnormal pada permukaan serviks. Dikategorikan dari nomor 1


sampai 3 untuk menggambarkan sel abnormal dan jumlah jaringan serviks yang terlibat

Serviks uteri dilapisi oleh epitel columner simpleks disertai dengan kelenjar
serviks yang akan mengeluarkan sekresi sejalan dengan siklus menstruasi. Pada bagian
atas bawah serviks uteri dan bagian atas vagina dilapisi oleh epitel skuamos kompleks
non keratin, daerah perbatasan ini dinamakan squamo-columnar junction (Kumar, 2002).

Gambar serviks normal

Pada dysplasia serviks terdapat pertumbuhan sel yang kurang terorganisasi. Pada
CIN 1 (mild dysplasia) hanya beberapa sel yang abnormal. Sedangkan pada CIN II,
moderate dysplasia, sel abnormal sekitar setengah dari ketebalan serviks
Gambar CIN II

Karsinoma in situ atau severe dysplasia (CIN III) seluruh sel mengalami kelainan, tetapi
sel abnormal tidak melewati membrane basalis. Apabila keadaan ini tidak diperbaiki akan
mengalami perubahan menjadi karsinoma yang invasive

Gambar CIN III


Gambar Invasive Cancer

Screening Displasia Serviks


Umumnya ditemukan sel abnormal pada pemeriksaan Pap Smear. Lalu untuk
memastikan penyebab dysplasia atau daerah abnormal dapat digunakan kolposkop

2. .Kolposkopi.

Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkop, yaitu suatu


alat seperti mikroskop bertenaga rendah dengan sumber cahaya di dalamnya.
Pemeriksaan kolposkopi merupakan pemeriksaan standar bila ditemukan pap smear yang
abnormal. Pemeriksaan dengan kolposkopi, merupakan pemeriksaan dengan pembesaran,
melihat kelainan epitel serviks, pembuluh darah setelah pemberian asam asetat.
Pemeriksaan kolposkopi tidak hanya terbatas pada serviks, tetapi pemeriksaan meliputi
vulva dan vagina. Tujuan pemeriksaan kolposkopi bukan untuk membuat diagnosa
histologik, tetapi untuk menentukan kapan dan dimana biopsi harus dilakukan (Rhmat,
2001).
Gambar 7. Colposcopy Untuk Mengambil Jaringan yang Abnormal

a. Kegunaan : pemeriksaan kolposkopi bukan untuk membuat diagnosis histologik


tetapi menentukan kapan dan di mana biopsi harus dilakukan.
b. Indikasi : uji skrining positif. Misalnya sitologi HPV atau IVA positif
c. Penilaian : kolposkopi menilai perubahan pola epitel dan vaskular serviks yang
mencerminkan perubahan biokimia dan perubahan metabolik yang terjadi di
jaringan serviks
d. Karateristik temuannya adalah perubahan epitel acethowhite pada serviks setelah
pulasan asam asetat.

Diagnosis kolposkopi neoplasia serviks,dengan gambaran :


a. Intensitas white epitel
b. Batas jelas dan tebalnya permukaan
c. Vaskularisasi
d. Perubahan setelah aplikasi yodium

Prosedur pemeriksaan :
a. Pasien dalam posisi litotomi
b. Peralatan ditempatkan di meja instrument di samping kanan tempat tidur
c. Pemeriksaan dalam
d. Inspeksi vulva dan perianal
e. Memasanng speculum
f. Observasi secara klinis dan secara kolpokopi
g. Tes asam asetat
h. Identifikasi daerah transformasi
i. Batas dalam dan batas luar lesi
j. Kuretase endoserviks jika diperlukan
k. Tentukan daerah yang dibiopsi, bisopsi dan prosedur biopsy
l. Hemostasis
m. Mencatat penemuan kolpokopi

3. Biopsi

Biopsi dilakukan di daerah abnormal di bagian yang telah dilakukan kolposkopi.


Jika kanalis servikalis sulit dinilai, sampel diambil secara konisasi (Thomas,2002).

Gambar 8. Biopsi Kerucut pada Serviks (Leher Rahim)


IVA Test

Pemeriksaan IVA diperkenalkan Hinselman 1925.Organisasi Kesehatan Dunia


(WHO) meneliti IVA di India, Muangthai, dan Zimbabwe. Ternyata efektivitasnya tidak
lebih rendah dari pada tes Pap.
IVA adalah pemeriksaan skrining kanker serviks dengan carain speksi visual pada
serviks dengan aplikasi asamasetat (IVA). Dengan metode inspeksi visual yang lebih
mudah, lebih sederhana, lebih mampu laksana, maka skrining dapat dilakukan dengan
cakupan lebih luas, diharapkan temuan kanker serviks dini akan bias lebih banyak.
Metodeskrining IVA mempunyai kelebihan, diantaranya..
a. Mudah, praktis dan sangat mampu laksana.
b. Butuh bahan dan alat yang sederhana dan murah
c. Sensivitas dan spesifikasitas cukup tinggi
d. Dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bukan dokter ginekologi, dapat
dilakukan oleh bidan di setiap tempat pemeriksaan kesehatan ibu atau dilakukan
oleh semua tenaga medis terlatih
e. Alat-alat yang dibutuhkan dan Teknik pemeriksaan sangat sederhana.
f. Metode skrining IVA sesuai untuk pusat pelayanan sederhana (Rasjidi,2008).

Syarat ikut IVA TEST :


a. Sudah pernah melakukan hubungan seksual
b. Tidak sedang dating bulan/haid
c. Tidak sedang hamil
d. 24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual

Pelaksanaan skrining IVA


Untuk melaksanakan skrining dengan metode IVA, dibutuhkan tempat dan alat
sebagai berikut:
a. Ruangan tertutup, karena pasien diperiksa dengan posisilitotomi.
b. Meja/tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada pada posisilitotomi.
c. Terdapat sumber cahaya untuk melihat servik.
d. Spekulum vagina
e. Asamasetat (3-5%)
f. Swab-lidi berkapas
g. Sarung tangan

Teknik IVA
Dengan speculum melihat serviks yang dipulas dengan asamasetat 3-5%. Pada
lesipra kanker akan menampilkan warna bercak putih yang disebut aceto white
epithelium Dengan tampilnya porsio dan bercak putih dapat disimpulkan bahwa tes
IVA positif, sebagai tindak lanjut dapat dilakukan biopsi. Andaikata penemuan tes
IVA positif, maka di beberapa Negara dapat langsung dilakukan terapi dengan
cryosergury. Hal ini tentu mengandung kelemahan-kelemahan dalam menyingkirkan
lesi invasif (Rsjidi,2008).

Kategori pemeriksaan IVA


a. IVA negative = Serviks normal.
b. IVA radang = Serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan jinak lainnya
(polipserviks).
c. IVA positif = ditemukan bercakputih (aceto white epithelium). Kelompok kini yang
menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks dengan metode IVA karena temuan
ini mengarah pada diagnosis Serviks-prakanker (displasia ringan-sedang-berat atau
kanker serviks in situ).
d. IVA- Kanker serviks Pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan temuan stadium
kanker serviks, masih akan bermanfaat bagi penurunan kematian akibat kanker
serviks bila ditemukan masih pada stadium invasive dini (Rasjidi, 2008).

Diagnosa banding dari karsinoma serviks, yaitu:

1. Kanker Endometrium
Etiologi : Obesitas, rangsangan estrogen yang terus menerus, menopause yang
terlambat, nulipara, siklus anovulasi.
Gejala : Nyeri perut, perdarahan pervaginam, uterus membesar, massa pada
adneksa, indurasi parametrium, nodul pada cavum douglas.
Pemeriksaan : Biopsi endometrium, CT scan, USG (Terlihat adanya lesi hiperekoik
didalam cavum uteri)
Penatalaksanaan : histerektomi, radioterapi, kemoterapi.

2. Kanker Sarkoma Uteri


Etiologi : Riwayat radiasi, tamoxifen.
Gejala : Perdarahan pascamenopause, nyeri pelvik, ke luar jaringan nekrotik
dari kanalis servikalis, pembesaran uterus.
Pemeriksaan : Biopsi endometrium, polip pada canalis servikalis.
Penatalaksanaan : Histerektomi, kemoterapi.

3. Polip Serviks
Gejala : Leukorea sulit di sembuhkan, perdarahan setelah menopause,
perdarahan setelah hubungan seksual.
Pemeriksaan : Labia mayora,labia minora,klitoris, meatus uretra terdapat
pembengkakan ulkus keluaran dan nodul, palpasi nyeri tekan dan nadul
pada dinding vagina

4. Erosi portio
Gejala : Mayoritas tanpa gejala,perdarahan vagina abnormal (perdarahan setelah
hubungan seksual, perdarahan disertai mucus jernih kekuningan dapat
berbau jika terkena infeksi).
Pemeriksaan : Portio teraba tidak rata.
DAFTAR PUSTAKA

1. Aziz, M.farid .2006. Buku Acuan ONKOLOGI GINEKOLOGI . Edisi 4 Cetakan


1.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo (BP-SP)

2. Aziz,M.F.,Saifuddin,A.B.,2006,Onkologi Ginekologi,edisi 1,Jakarta,Yayasan Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
3. Rasjidi Imam,2008,Manual Prakanker Serviks,edisi1,Sagung Seto;45-54
4. Thomas,R.,2002, Buku Saku Ilmu Kandungan,Jakarta,Hipokrates;201-204.
5. Rahmat,Y,2001, Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker Servik.

6. Kumar, Robins.2002. Ovarium dalam Buku Ajar Patologi II Edisi 4. Jakarta: EGC..

Anda mungkin juga menyukai