Anda di halaman 1dari 10

Sindrom Psikiatri Komorbid Dengan Retardatasi Mental :

Perbedaan Dalam Keterampilan Kognitif Dan Adaptif

Abstrak

Penelitian ini berfokus pada keterampilan kognitif dan adaptif spesifik dari
pasien yang didiagnosis dengan retardasi mental (MR) dan komorbid patologis,
seperti skizofrenia, gangguan kepribadian dan mood, gangguan perkembangan
pervasif, epilepsi dan ADHD. Sampel terdiri dari 182 subyek, didiagnosis sebagai
MR ringan atau sedang, rentang usia dari 6 tahun 8 bulan hingga 50 tahun 2 bulan,
usia rata-rata 17.1 (standar deviasi 7.9). Semua subjek adalah pasien rawat inap
dalam struktur khusus untuk diagnosis dan pengobatan MR. Instrumen penelitian
adalah Skala Kecerdasan Wechsler (WAIS-R atau WISC-R menurut usia
kronologis subjek) dan Vineland Adaptive Behavior Scale (VABS). Hasil yang
didapatkan mengkonfirmasi bahwa faktor komorbid adalah faktor yang
membedakan antar subjek dengan retardasi mental. Kedua proses verbal
membutuhkan pengingatan kembali memori dan proses visuo-spasial berperan
sebagai fitur pembeda. Kondisi ADHD sangat meningkatkan gangguan
keterampilan kognitif, sementara gangguan perilaku tidak terlalu mengganggu
dalam perkembangan penyakit MR. Pada sampel dewasa, peran sindrom
komorbid pada individu dengan MR sebagai faktor pembeda sangat berkurang
untuk kategori keterampilan kognitif, dan terbatas pada beberapa kemampuan
verbal dasar, lebih banyak pada gangguan mood dan lebih sedikit pada gangguan
skizofrenia. Bidang adaptasi dan sosialisasi, keterampilan motorik dan kehidupan
sehari-hari, lebih banyak mengalami gangguan perkembangan umum daripada
pada penderita skizofrenia komorbid dan gangguan kepribadian dan mood.
Penilaian psikologis yang akurat dari diagnosis ganda berguna dalam mendeteksi
proses spesifik yang mendasar saat membedakan sindrom komorbid dan dalam
merencanakan terapi rehabilitasi yang tepat.

Kata kunci : Kognisi, Pengaturan; Sindrom patologis; Retardasi mental;


Komorbiditas
1. Pendahuluan
Komorbiditas dalam retardasi mental (MR) merupakan sebuah teka-teki
yang menarik bagi para peneliti dan profesional. Jika dilihat dari sudut pandang
teoritis, merupakan hal yang sangat relevan untuk mengetahui komorbiditas apa
yang 'ditambahkan' pada gangguan kognitif dasar, atau interaksi apa yang terjadi
antara gangguan perkembangan kognitif dan gangguan perilaku dalam perhatian,
mood, kepribadian, dan proses berpikir. Dalam perspektif praktisi, diagnosis
diferensial dan intervensi saat awal dan akhir yang akurat mungkin berdampak
mendalam pada kualitas proses rehabilitasi.
Komorbiditas antara MR dan patologi psikologis telah banyak
diperdebatkan dalam literatur yang ada (Jacobson, 1990; Fletcher dan Dosen,
1993; Matson dan Barrett, 1993; Berrios, 1994; Rojahn dan Tasse, 1996; Tonge
dan Bouras, 1999). Komorbiditas masih tinggi pada orang dewasa cacat yang
intelek (Moss and Glidden, 2001), anak-anak dan remaja (Gillberg et al., 1986;
Dekker dan Koot, 2003, untuk ulasan, Wallander et al., 2003). Secara keseluruhan,
sistem klasifikasi internasional (mis., ICD-10) dan penelitian lain (Masi, 1998;
Szymanski dan King, 1999; Rush et al., 2004) melaporkan bahwa prevalensi
psikopatologi pada subjek dengan MR hampir 4 kali lebih tinggi daripada yang
ditemukan pada populasi umum. Sekaligus mengkonfirmasi data epidemiologi ini,
ulasan terbaru tentang status kesehatan mental orang dengan MR (Kerker et al.,
2004) menunjukkan bahwa bukti yang tersedia mengungkapkan perkiraan yang
tidak konsisten dari prevalensi sindrom perilaku spesifik.
Hal yang cukup mengejutkan yaitu Cowley et al. (2004) menemukan bahwa
semua psikopatologi dengan insiden yang lebih rendah berhubungan dengan MR
yang lebih parah, adanya epilepsi, dan tinggal bersama keluarga. Mengenai
epilepsi, meskipun tingkat prevalensi patologi ini 30 kali lebih tinggi terjadi pada
MR daripada populasi umum, terdapat beberapa studi mengenai hubungannya
dengan gangguan kognitif dan gangguan adaptasi orang-orang yang cacat mental
(Espie et al., 2003).
Selain itu, sedikit diketahui juga mengenai perilaku yang terjadi bersamaan
dan masalah emosional pada anak-anak dengan MR dan gangguan perhatian dan
hiperaktif (ADHD) (Pearson et al., 2000). Memang terdapat bukti bahwa ADHD
lebih umum terjadi pada populasi ini daripada di antara populasi non MR, dan
tingkat hiperaktivitasnya meningkat seiring dengan tingkat keparahan kecacatan
(Masi, 1998; Seager dan O'Brien, 2003). Handen et al. (1994) menunjukkan
perbedaan yang signifikan pada perilaku di dalam kelas antara kelompok anak-
anak MR dengan dan tanpa ADHD.
Penelitian lain lebih banyak berfokus pada kejadian antara MR dan
gangguan psikopatologis yaitu perhatian untuk gangguan mood, kepribadian, dan
pikiran. Meskipun MR dapat dipandang sebagai faktor perancu diagnosis dan
terapi penyakit kejiwaan, pengetahuan mengenai perkembangan patologi ini
merupakan tantangan untuk memodifikasi perkembangan keluaran dari anak-
anak dengan MR (Sachs et al., 2000). Dampak dari MR pada perkembangan
kepribadian dikonfirmasi oleh kerentanan psikopatologis cacat mental yang tinggi
(Masi, 1998).
Beberapa upaya telah dilakukan untuk menetapkan kriteria diagnostik
objektif untuk gangguan kejiwaan pada orang dengan MR. Gangguan mood atau
skizofrenia, dan berbagai macam gangguan emosi dan perilaku sering terjadi
beriringan dengan MR pada usia yang berbeda (Barrett et al., 1992; Fuller dan
Sabatino, 1998; Masi et al., 1999). Adanya berbagai gangguan afektif telah
dibuktikan pada orang dengan MR (Sovner dan Hurley, 1983), namun, jika
gangguan afektif memang terjadi dalam semua bentuk pada orang dengan MR,
sebagai ganti atas adanya dan derajat manifestasi gangguan intelektual (Girimaji,
2000). Hal yang lebih umum yaitu terdapat hubungan antara keterampilan
bersosialisasi dan gangguan perilaku (Rojahn et al., 2004); Menurut Bielecki dan
Swender (2004) defisit dan kelebihan keterampilan sosial adalah aspek yang
menentukan MR.
Meneliti bukti dan ulasan penelitian terbaru mengenai gangguan
kepribadian pada disabilitas intelektual, Torr (2003) menggarisbawahi bahwa
penelitian terbatas oleh kurangnya metodologis, karena reabilitasnya berkurang
dan validitas alat yang digunakan untuk penilaian juga kurang. Hal ini
mencerminkan kurangnya kejelasan konseptual mengenai konstruksi fundamental
gangguan kepribadian pada disabilitas intelektual.
Terdapat bukti yang bagus bahwa tingkat prevalensi gangguan kejiwaan
dan perilaku meningkat dalam populasi ini namun faktor-faktor yang berkontribusi
pada peningkatan risiko atau faktor protektif belum ditetapkan (Holland, 1999).
Jadi, arah hubungan sebab akibat antara variabel-variabel ini masih belum jelas:
retardasi mental melibatkan kekuatan dan keterbatasan dalam fungsi kognitif
adaptif yang dapat terjadi bersamaan atau mengarah pada gangguan emosi dan
fungsi sosial. Disisi lain, dalam krisis kesehatan mental, penggunaan kemampuan
kognitif yang tidak pantas merupakan komponen utama gangguan kejiwaan. Para
peneliti secara tradisional menekankan masalah prevalensi, namun pendekatan
etiologis tetap harus dipromosikan (Dykens, 2000; Dykens dan Hodapp, 2001).
Dari sudut pandang terapan, standar praktik di perawatan klinis individu
dengan MR sering dinilai rendah pada gangguan kesehatan mental dan fungsi
perilaku (Fuller dan Sabatino, 1998). Meskipun beberapa metode telah dirancang
untuk memperoleh klasifikasi empirik masalah perilaku pada subjek MR (mis.,
Brown et al., 2004) masih ada kecenderungan underdiagnosis gangguan kejiwaan
pada populasi retardasi mental (Rush et al., 2004).
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa kompetensi sosial individu
dengan MR dan komorbid psikopatologi dapat ditingkatkan dengan pelatihan
keterampilan sosial. Namun, untuk merancang pelatihan yang efektif, harus
terlebih dahulu dilakukan penilaian fungsi adaptif dan fungsi sosial yang akurat
(Bielecki dan Swender, 2004). Penilaian gangguan kejiwaan pada orang-orang MR
penting untuk memvalidasi diagnosis ganda dan untuk merencanakan layanan
kesehatan mental yang sesuai (Reiss, 1994). Ketika tanda-tanda gangguan mental
komorbid diidentifikasi pada pasien MR, penilaian diagnostik lebih lanjut akan
memudahkan diagnosis diferensial dan terapi sesuai etiologi yang spesifik
(Weisblatt, 1994).
Di luar kesimpulan bahwa komorbiditas, secara umum, mengurangi kinerja
dan penyesuaian, jika dibandingkan dengan MR 'murni' non komorbid yang sesuai
dengan usia dan tingkat keparahan gangguan kognitif, menarik untuk mencari
perbedaan spesifik dalam kekuatan kognitif dan tantangannya serta keterampilan
adaptif di antara sindrom komorbid mental dengan MR yang berbeda.

2. Metode
2.1. Sampel
Sampel terdiri dari n = 184 subjek, 103 laki - laki (56%) dan 81 perempuan
(44%), didiagnosis MR ringan (n = 124, 67,4%) atau MR sedang (n = 60, 32,6%).
Rentang usia adalah 6 tahun 8 bulan hingga 50 tahun 2 bulan, usia rata-rata 17.1
(standar deviasi 7.9).
Patologi yang terjadi secara bersamaan adalah skizofrenia, gangguan
kepribadian, gangguan mood, gangguan perkembangan pervasif (PDD), epilepsi
dan defisit perhatian dan gangguan hiperaktif (ADHD). Diagnosis MR dan
komorbidi patologi ditentukan oleh tim termasuk psikiater dan psikolog, sesuai
dengan kriteria DSM-IV-R (APA, 2000).
Tabel 1 menunjukkan komposisi patologis subkelompok dan
perbandingan tingkat kecerdasan umum yang tidak berbeda secara signifikan
antara subkelompok.
Subjek berasal dari keluarga dengan status sosial menengah ke bawah,
semua pasien rawat inap dalam struktur khusus untuk diagnosis dan perawatan
MR. Mereka dirawat di kelas sekolah khusus dan kegiatan kerja rehabilitasi di
dalam struktur yang sama.
Desain penelitian dimasukkan dalam prosedur penilaian rutin yang
dilakukan untuk diagnosis, oleh karena itu sebelumnya harus memperoleh
persetujuan dari peserta dan / atau keluarga mereka. Prosedur ini disetujui oleh
Komite Etik dari Lembaga Penelitian Ilmiah untuk Diagnosis dan Terapi Oasi
(Troina), di mana sampel dikumpulkan.

2.2. Instrumen
Instrumen penelitian ini adalah WAIS-R (Wechsler skala kecerdasan
orang dewasa - revised, Wechsler, 1981) atau WISC-R (Skala Kecerdasan
Wechsler untuk anak-anak - revised, Wechsler, 1974), dipilih sesuai dengan
kronologis usia subjek berdasarkan batas usia dari 16 yang diusulkan oleh
Wechsler, dan VABS (Vineland Skala Perilaku Adaptif - formulir survei, Sparrow et
al., 1984). Uji dilakukan oleh psikolog yang berkualifikasi, dengan pengalaman
praktek menilai orang-orang MR selama beberapa tahun. Hanya protokol lengkap
yang dipertimbangkan untuk penelitian, yaitu, tanpa nilai yang hilang di subtes apa
pun. Sehingga, untuk setiap uji, subjek yang termasuk dalam kelompok yang
dibagi menurut patologi komorbid mungkin berbeda. Untuk memastikan
komparabilitas dari subkelompok ini, sebelumnya diuji atas tidak adanya
perbedaan signifikan dalam tingkat usia. Nilai-F untuk perbandingan tidak
signifikan: untuk sampel WISC-R F [3,95,98] = 1,33 (p = 0,27), untuk sampel
WAIS-R F [3,104,107] = 1,18 (p = 0,32), untuk sampel VABS F [5,157,162] = 1,58
(p = 0,17).
Tabel 1. Komposisi sampel dan tingkat kecerdasan umum pada subkelompok
Sindrom komorbiditas dengan MR Tingkat IQ umum
N M (SD)
Epilepsi 72 58.34 (13.88)
ADHD 25 55.09 (13.24)
Skizofrenia 15 63.73 (11.34)
Gangguan kepribadian 63.22 (14.11)
Gangguan mood 56.32 (14.46)
Gangguan perkembangan pervasif 55.09 (13.24)

Tabel 2. Perbedaan dalam subtes WISC-R antara rerata subkelompok dengan MR dan
patologi komorbid (usia 6-16, n = 99)

Sub tes Sindrom Komorbid dengan MR


Epilepsi ADHD Gangguan Gangguan ANOVA
n = 45 n = 25 Kepribadian Mood d.f
M (SD) M(SD) n = 17 n = 12 (3,95,98)
M (SD) M (SD) F
Informasi 7.91 (4.26) 5.17 (3.24) 9.12 (5.25) 7.58 (3.48) 3.64*
Komprehensi 9.24 (6.40) 6.13 (4.65) 8.71 (8.15) 6.36 (5.01) 1.71
Aritmatika 5.55 (3.69) 4.25 (3.05) 7.59 (3.91) 5.83 (3.66) 2.96*
Persamaan 7.60 (4.49) 5.70 (3.70) 8.12 (5.75) 6.82 (4.29) 1.28
Rentang 5.03 (3.33) 3.89 (3.25) 7.38 (2.90) 6.44 (3.81) 4.34**
Angka
Kosa Kata 21.19 (10.87) 16.43 (8.50) 19.07 (6.84) 17.82 (9.17) 1.45
Penyelesaian 13.07 (11.22) 10.44 (4.55) 14.19 (6.16) 11.08 (4.66) 0.88
Gambar
Penyusunan 7.57 (8.14) 5.92 (6.47) 11.33 (9.67) 7.82 (7.64) 1.58
Gambar
Merakit 11.48 (7.25) 10.33 (6.25) 12.33 (7.15) 10.42 (6.01) 0.36
Objek
Desain Blok 10.43 (9.49) 6.88 (7.25) 14.13 (8.98) 8.25 (6.33) 2.63*
Memahami 18.12 (12.59) 15.33 (10.04) 24.36 (13.59) 15.25 (11.43) 2.19
Kode
Labirin 10.35 (9.93) 9.22 (6.48) 16.00 (8.99) 6.33 (6.22) 3.43*
Tes post-hoc Bonferroni yang signifikan (p <0,05): Informasi: gangguan kepribadian>
ADHD (t = 3,04). Aritmatika: gangguan kepribadian> ADHD (t = 2.97). Rentang digit:
gangguan kepribadian> ADHD (t = 3.04). Desain blok: gangguan kepribadian> ADHD (t =
2.70). Labirin: kepribadian gangguan> gangguan suasana hati (t = 2,97).
* p <0,05.
** p <.01.

2.3. Analisis data


Untuk mendeteksi signifikansi perbedaan antar kelompok, dilakukan
analisis varian dengan perbandingan post-hoc Bonferroni menggunakan
perangkat lunak Systat 10.2.

3. Hasil
Analisis varian menunjukkan perbedaan dalam subkelompok subjek MR
dengan patologi yang terjadi bersamaan.
Pada tes WISC-R yang cocok untuk usia 6-16, ditemukan perbedaan
signifikan pada subtes informasi, aritmatika, rentang angka, desain blok dan labirin
(Tabel 2). Perbandingan post-hoc menunjukkan bahwa pada tiga subtes yang
pertama, bagian dari skala verbal, kelompok MR dengan gangguan kepribadian
memiliki skor rerata tertinggi, sedangkan skor terendah ditemukan pada kelompok
ADHD. Selain itu pada desain blok dan labirin skor yang tertinggi rata-rata dicatat
untuk gangguan kepribadian, tetapi skor rata-rata terendah diperoleh oleh
gangguan mood kelompok.
Pada tes WAIS-R untuk subjek yang lebih tua dari informasi 16 (Tabel 3),
komprehensi dan persamaan merupakan subtes satu - satunya di mana
perbedaan antar sindrom secara statistik signifikan, subjek MR skizofrenia
memiliki skor rata-rata tertinggi, gangguan mood dan epilepsi paling rendah.

Tabel 3. Perbedaan dalam subtes WAIS-R antar subkelompok dengan MR dan patologi
komorbid (usia 17-50, n = 108)

Sub tes Sindrom Komorbid dengan MR


Epilepsi ADHD Gangguan Gangguan ANOVA d.f
n = 51 n = 11 Kepribadian Mood (3,95,98)
M (SD) M(SD) n = 30 n = 16 F
M (SD) M (SD)
Informasi 4.84 (3.34) 11.73 (5.62) 4.50 (3.42) 3.81 (2.46) 13.84***
Komprehensi 5.96 (3.76) 9.27 (4.29) 6.10 (2.87) 5.50 (3.39) 3.04*
Aritmatika 3.39 (2.11) 3.91 (2.39) 3.23 (1.83) 3.06 (2.46) 0.39
Persamaan 5.67 (3.91) 8.73 (3.98) 6.40 (4.23) 4.69 (3.22) 2.60*
Rentang 5.71 (2.84)) 6.91 (2.34 6.13 (2.23) 5.63 (3.07) 0.73
Angka
Kosa Kata 14.02 (8.89) 18.64 (8.38) 13.53 11.50 (8.25) 1.38
(10.10)
Simbol 15.71 14.18 16.03 12.19 0.50
Angka (11.38) (10.60) (11.43) (10.57)
Penyelesaian 5.96 (3.73) 7.27 (4.31) 5.33 (3.94) 5.19 (4.17) 0.82
Gambar
Desain Blok 10.56 (9.24) 11.64 (9.20) 11.10 (9.69) 9.69 (11.10) 0.11
Penyusunan 7.34 (5.46) 9.18 (4.92) 6.69 (4.48) 7.63 (6.29) 0.61
Gambar
Merakit 10.06 (7.97) 11.18 (7.01) 11.10 (7.61) 12.00 (9.09) 0.29
Objek
Tes post-hoc Bonferroni yang signifikan (p <0,05): Informasi: skizofrenia> epilepsi (t =
5,85), gangguan kepribadian (t = 5,85), gangguan mood (t = 5.71). Komprehensi :
skizofrenia> epilepsi (t = 2.81), gangguan mood (t = 2.72). \ Persamaan : skizofrenia>
gangguan mood (t = 2.63).
* p <0,05.
** p <.01.
*** p <.001.

Mengenai perilaku adaptif, semua bidang VABS (Tabel 4) menunjukkan


perbedaan yang signifikan antara kelompok dengan patologi komorbid dengan
MR. Perbandingan post-hoc memverifikasi bahwa dalam semua variabel orang
dengan retardasi mental dengan gangguan perkembangan pervasif memiliki skor
rata-rata terendah, epilepsi secara signifikan lebih rendah dalam sosialisasi dan
keterampilan motorik. Skor rata-rata yang lebih tinggi secara signifikan ditemukan
pada subjek retardasi mental dengan skizofrenia (dalam bidang komunikasi dan
keterampilan motorik), dan gangguan mood (keterampilan hidup sehari-hari dan
sosialisasi).

Tabel 4. Perbedaan dalam area VABS antara sarana subkelompok dengan MR dan
patologi penyerta (semua usia, n = 163)

Area Sindrom Komorbid dengan MR


Adaptasi Epilepsi ADHD Skizofrenia PDD Gangguan Gangguan ANOVA d.f
n = 72 n = 21 n = 15 n = 24 Kepribadian Mood (5,157,162)
M (SD) M(SD) M (SD) M(SD) n = 13 n = 18 F
M (SD) M (SD)
Komunikasi 53.82 55.33 77.73 18.92 73.62 72.88 13.76***
(31.93) (19.93) (25.76) (9.78) (29.28) (24.90)
Kemampuan 68.03 68.10 96.80 35.96 92.00 114.88 20.12***
Hidup (33.43) (17.43) (30.31) (18.71) (33.51) (17.58)
Sehari – hari
Sosialisasi 45.31 50.43 59.47 18.17 62.17 71.25 13.23***
(26.17) (17.66) (26.22) (10.61) (30.94) (21.23)
Kemampuan 44.13 46.95 59.62 34.54 58.20 58.75 11.44***
Motorik (15.85) (13.56) (11.20) (11.33) (12.10) (10.08)
Tes post-hoc Bonferroni yang signifikan (p <0,05): Komunikasi: skizofrenia (t = 7,79),
gangguan kepribadian (t = 5,93), gangguan mood (t = 6,46), ADHD (t = 5,50) epilepsi (t =
5,23)> PDD. Keterampilan hidup sehari-hari: gangguan mood> PDD (t = 8,98), epilepsi (t
= 6,30), ADHD (t = 5,17), skizofrenia > PDD (t = 6.56), epilepsi (t = 3.59), ADHD (t = 3.01),
gangguan kepribadian (t = 5.85), epilepsi (t = 4.82), ADHD (t = 3.82)> PDD. Sosialisasi:
gangguan mood (t = 7.27), gangguan kepribadian (t = 5.93), skizofrenia (t = 5.36), ADHD
(t = 4.61) epilepsi (t = 4.91)> PDD, gangguan mood> epilepsi (t = 4,21). Keterampilan
motorik : skizofrenia (t = 5,70), gangguan mood (t = 5,05), gangguan kepribadian (t = 5,00),
ADHD (t = 3.02)> PDD, gangguan mood (t = 4.03), skizofrenia (t = 3.97), gangguan
kepribadian (t = 3.39)> epilepsi.
*** p <.001.

4. Diskusi
Diketahui bahwa ADHD, penyakit organik seperti epilepsi, dan patologi
psikiatrik lainnya seperti psikotik dan gangguan mood dan gangguan
perkembangan pervasig, sering terjadi bersamaan dengan MR, sehingga
penentuan diagnosis banding merupakan prioritas utama untuk dilakukan (Fuller
dan Sabatino, 1998; Wallander et al., 2003). Penelitian kami bertujuan untuk
menemukan beberapa pola spesifik dari keterampilan adaptif yang dapat
membedakan sindrom komorbid dengan MR.
Pada domain kognitif, yang diukur dengan subtes skala kecerdasan yang
sesuai usia subjek, komorbiditas merupakan faktor pembeda diantara subjek
keterbelakangan mental.

Pada usia perkembangan, kedua tes verbal membutuhkan pengambilan


memori (informasi, aritmatika, rentang angka) dan tes visuo-spasial (desain blok
dan labirin) yang terlibat sebagai fitur pembeda. ADHD sangat merusak kinerja
kognitif, sementara gangguan perilaku mood dan pikiran kurang merusak kinerja
pada tes intelektual.

Pada sampel dewasa, peran pembeda sindrom komorbid berkurang untuk


keterampilan kognitif, dan terbatas pada beberapa subtes WAIS-R, misal ,
informasi, komprehensi dan persamaan. Kemampuan dasar verbal pada individu
MR ini lebih banyak mengalami gangguan pada gangguan mood (mis., depresi),
dan berkurang pada gangguan skizofrenia.

Pada semua usia, pembelajaran dan pengambilan budaya pengetahuan,


yang diukur dengan subtes informasi, tampaknya memiliki kapasitas yang lebih
mampu untuk membedakan antara berbagai jenis patologi pada RM. Gangguan
mood adalah komorbid yang lebih merusak kemampuan kognitif pada usia yang
lebih muda maupun lebih tua, mungkin karena kurangnya motivasi dan minat pada
kinerja yang diminta. Pada usia lebih dini, gangguan perhatian juga mengganggu
proses kognitif, menunda waktu reaksi dan mengurangi kinerja atensi.

Komorbiditas skizofrenik dan gangguan kepribadian dan mood kurang


mengganggu kemampuan adaptasi dan sosialisasi, keterampilan motorik dan
kehidupan sehari-hari, walaupun aspek-aspek ini paling terganggu, seperti yang
sudah diprediksi pada gangguan perkembangan pervasif. Skor adaptasi dari
Subjek ADHD dan MR epilepsi bersifat sedang diantara kondisi ekstrem ini.

Apa itu skizofrenia, dampak gangguan kepribadian dan mood bukan


merupakan keterampilan adaptif dasar namun keterampilan tersebut memerlukan
penilaian dan keamanan di masyarakat.

Kesimpulannya, kita harus menggarisbawahi interaksi antara hasil


penilaian kognitif dan psikopatologis serta langkah-langkah rehabilitasinya.

Tujuan umum dari perawatan pasien MR dengan sindrom komorbid adalah


untuk meningkatkan fungsi kognitif dan keterampilan komunikasinya, untuk
memfasilitasi kolaborasi antara pelatih dan guru sehingga dapat menstimulasi
integrasi pasien MR di sekolah dan masyarakat, serta meningkatkan
keseimbangan kognitif, emosional dan relasional mereka. Selain itu juga untuk
merencanakan program rehabilitasi yang lebih akurat dan terapi yang tepat serta
penilaian psikologis diagnosis ganda harus merujuk pada komponen dasar
tertentu yang membedakan sindrom komorbid (Weisblatt, 1994).

Untuk tujuan tersebut dan untuk membantu dokter dalam kehidupan


sehari-hari mereka bekerja maka Akademi Psikiatri Anak dan Remaja Amerika
mengusulkan beberapa rekomendasi dalam parameter praktik untuk penilaian dan
perawatan anak-anak, remaja, dan orang dewasa dengan MR dan gangguan
mental komorbid (Szymanski dan King, 1999). Pedoman ini, bersama dengan bukti
berdasarkan studi empiris, dapat menghasilkan diagnosis lebih akurat dan
perawatan yang tepat untuk diagnosis ganda, serta penting untuk peningkatan
kualitas hidup pasien dengan MR.

Semakin banyak individu dengan retardasi mental yang berpartisipasi


dalam kehidupan komunitas maka penting juga untuk mengatasi gangguan
perhatian, mood dan gangguan kecemasan karena kondisi kesehatan mental ini
berdampak baik pada individu dan fungsi sosial serta kesejahteraan.

Anda mungkin juga menyukai