Anda di halaman 1dari 6

TUGAS AKHIR MODUL 2 ENDANG PARWITI

STOIKIOMETRI DAN TERMOKIMIA PENDIDIKAN KIMIA


KELAS B

Setelah mempelajari keseluruhan isi dari modul Kimia-2, silahkan Saudara kerjakan
tugas berikut ini dan hasilnya kemudian di-upload.

1. Tidak ada suatu proses yang mempunyai efisiensi 100% sebagaimana dijelaskan
dalam hukum termodinamika kedua. Demikian pula dalam reaksi kimia, jarang sekali
hasil reaksi yang jumlahnya sesuai dengan perhitungan stoikiometris. Di dalam
industri, terdapat istilah rendemen, yield, selektivitas dan konversi. Cobalah jelaskan
dan berikan contoh dari masing-masing terminologi tersebut.

2. Apa yang Saudara ketahui tentang prinsip-prinsip green chemistry. Berikan


penjelasan yang memadai, jika perlu disertai contoh penerapan masing-masing
prinsip tersebut.

Jawaban:

1. a. Rendemen adalah perbandingan antara massa produk dengan massa awal


(per berat kering atau perberat basah)
Contoh : pada perhitungan rendemen tebu
Rendemen tebu adalah kadar kandungan gula didalam batang tebu yang
dinyatakan dengan persen. Bila dikatakan rendemen tebu 10 %, artinya ialah
bahwa dari 100 kg tebu yang digilingkan di Pabrik Gula akan diperoleh gula
sebanyak 10 kg.
b. Yield adalah berat (massa) atau mol produk akhir dibagi dengan berat
(massa) atau mol reaktan mula-mula.
Contoh:
Dari reaksi esterifikasi dimana satu molekul asam asetat (juga disebut asam
etanoat) bereaksi dengan satu molekul etanol, menghasilkan satu molekul etil
asetat (reaksi orde dua bimolekul dari tipe A + B → C):

120 g asam asetat direaksikan dengan 230 g etanol, menghasilkan 132 g etil
asetat .
Jumlah molar reaktan dihitung dari bobot
Asam asetat = (120 g )/( 60 g/ mol ) = 2,0 mol
Etanol =(230 g )/(46 g / mol ) =5,0 mol
Etanol digunakan dalam kelebihan 2,5 kali lipat (5,0 mol /2,0 mol).
Hasil molar teoretis adalah 2,0 mol (jumlah molar dari senyawa pembatas, asam
asetat).
Hasil molar produk dihitung dari beratnya (132 g / 88 g / mol = 1,5 mol).
% Hasil dihitung dari hasil molar aktual dan hasil molar teoretis (1,5 mol/ 2,0 mol
× 100% = 75%).
c. Selektivitas adalah ukuran efisiensi reaktor dalam mengkonversi reaktan
menjadi produk yang diinginkan. Ini adalah fraksi dari bahan yang bereaksi
yang telah dikonversi menjadivproduk yang diinginkan.Jika tidak ada produk
samping yangterbentuk, maka selektivitas adalah 100%. Jika reaksi terjadi
dan produk samping terbentuk, maka selektivitas menurun.
d. Konversi adalah bagian dari umpan atau beberapa bahan yang diumpankan
yang terkonversi (berubah) menjadi produk. Persen konversi adalah:

𝑚𝑜𝑙 𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛 (𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑏𝑒𝑏𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎 𝑠𝑒𝑛𝑦𝑎𝑤𝑎 𝑑𝑙𝑚 𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛) 𝑦𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖


𝑥 100%
𝑚𝑜𝑙 𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛 (𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑏𝑒𝑏𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎 𝑠𝑒𝑛𝑦𝑎𝑤𝑎 𝑑𝑙𝑚 𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛) 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘𝑘𝑎𝑛

Reaktan apa dalam umpan yang digunakan sebagai basis perhitungan dan
berubah menjadi produk apa harus dinyatakan secara jelas agar tidak
menimbulkan kebingungan. Konversi berhubungan dengan derajad
kesempurnaan reaksi yang didefinisikan sebagai persen atau fraksi reaktan
pembatas yang terkonversi menjadi produk.
Contoh: konversi zat A menjadi zat B adalah 60%, artinya, cuma 60% aja zat
A yang berhasil dirubah menjadi zat B pada reaksi/ dalam reaktor itu.

2. Kimia Hijau / Green Chemistry

Green chemistry atau “kimia hijau” merupakan bidang kimia yang berfokus pada
pencegahan polusi. Green chemistry merupakan pendekatan untuk mengatasi
masalah lingkungan baik itu dari segi bahan kimia yang dihasilkan, proses ataupun
tahapan reaksi yang digunakan. Konsep ini menegaskan tentang suatu metode yang
didasarkan pada pengurangan penggunaan dan pembuatan bahan kimia berbahaya
baik itu dari sisi perancangan maupun proses. Bahaya bahan kimia yang
dimaksudkan dalam konsep green chemistry ini meliputi berbagai ancaman terhadap
kesehatan manusia dan lingkungan, termasuk toksisitas, bahaya fisik, perubahan
iklim global, dan penipisan sumber daya alam.

Teknologi green chemistry memberikan sejumlah manfaat, antara lain mengurangi


limbah, mengurangi biaya perawatan pipa yang mahal, produk yang lebih aman,
mengurangi penggunaan energi dan sumber daya alam tak terbarukan, dan
meningkatkan daya saing pabrik kimia terhadap pelanggan mereka.

Prinsip-prinsip kimia hiaju :

1. Mencegah timbulnya limbah dalam proses


Penerapannya adalah dengan cara mengurangi penggunaan bahan untuk
menghasilkan efek produk yang sama; menggunakan kembali material untuk
menghasilkan efek yang sama berulang kali, mendaur ulang material untuk
diproses kembali tanpa kehilangan nilainya, mengganti dengan material,
proses, teknologi atau model bisnis yang memberikan efek yang sama atau
lebih baik
2. Mendesain produk bahan kimia yang aman
Pengetahuan mengenai struktur kimia memungkinkan seorang kimiawan
untuk mengkarakterisasi toksisitas dari suatu molekul serta mampu
mendesain bahan kimia yang aman. Target utamanya adalah mencari nilai
optimum agar produk bahan kimia memiliki kemampuan dan fungsi yang baik
akan tetapi juga aman (toksisitas rendah). Contohnya adalah penggantian
Sodium Lauryl Sulfat (SLS) dan paraben pada detergen dan kosmetik dengan
VCO.

3. Mendesain proses sintesis yang aman


Metode sintesis yang digunakan harus didesain dengan menggunakan dan
menghasilkan bahan kimia yang tidak beracun terhadap manusia dan
lingkungan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
meminimalkan paparan atau meminimalkan bahaya terhadap orang yang
menggunakan bahan kimia tersebut.

4. Menggunakan bahan baku yang dapat terbarukan


Penggunaan bahan baku yang dapat diperbarui lebih disarankan daripada
menggunakan bahan baku yang tak terbarukan didasarkan pada alasan
ekonomi. Bahan baku terbarukan biasanya berasal dari produk pertanian atau
hasil alam, sedangkan bahan baku tak terbarukan berasal dari bahan bakar
fosil seperti minyak bumi, gas alam, batu bara, dan bahan tambang
lainnya.Contohnya penggantian bahan bakar fosil dengan biofuel.
5. Menggunakan katalis
Secara stoikiometri, katalis dengan selektivitas yang tinggi memang lebih
unggul dalam reaksi. Katalis dapat memainkan beberapa peran dalam proses
transformasi, antara lain dapat meningkatkan selektivitas reaksi, mengurangi
suhu transformasi, meningkatkan tingkat konversi produk, dan mengurangi
limbah reagent (karena mereka tidak dikonsumsi selama reaksi). Dengan
mengurangi suhu, kita dapat menghemat energi dan berpotensi menghindari
reaksi samping yang tidak diinginkan.
6. Menghindari derivatisasi dan modifikasi sementara dalam reaksi kimia
Derivatisasi yang tidak perlu (penggunaan kelompok “blocking”,
proteksi/deproteksi, modifikasi sementara proses fisika/kimia) harus dikurangi
atau dihindari, karena langkah-langkah seperti ini membutuhkan reagent
tambahan dan dapat menghasilkan limbah. Transformasi sintesis yang lebih
selektif akan menghilangkan atau mengurangi kebutuhan untuk proteksi
gugus fungsi. Selain itu, urutan sintesis alternatif dapat menghilangkan
kebutuhan untuk mengubah gugus fungsi dengan adanya gugus fungsi lain
yang lebih sensitif..
7. Memaksimalkan atom ekonomi
Metode sintesis yang digunakan harus didesain untuk meningkatkan proporsi
produk yang diinginkan dibandingkan dengan bahan dasar.Konsep atom
ekonomi ini mengevaluasi sistem terdahulu yang hanya melihat rendemen
hasil sebagai parameter untuk menentukan suatu reaksi efektif dan efisiens
tanpa melihat seberapa besar limbah yang dihasilkan dari reaksi
tersebut.Atom ekonomi disini digunakan untuk menilai proporsi produk yang
dihasilkan dibandingkan dengan reaktan yang digunakan.Jika semua reaktan
dapat dikonversi sepenuhnya menjadi produk, dapat dikatakan bahwa reaksi
tersebut memiliki nilai atom ekonomi 100%.

8. Menggunakan pelarut yang aman


Penggunaan pelarut biasanya mengarah ke produksi limbah. Oleh karena itu,
penurunan volume pelarut atau bahkan penghapusan pelarut secara
menyeluruh akan lebih baik. Pada kasus ketika pelarut diperlukan, hendaknya
perlu diperhatikan penggunaan pelarut yang aman.Alternatif lain adalah
dengan menggunakan beberapa tipe pelarut yang lebih ramah lingkungan
seperti ionic liquids, flourous phase chemistry, supercritical carbon dioxide,
dan“biosolvents”.Selain itu ada beberapa metode sintesis baru yang lebih
aman seperti reaksi tanpa menggunakan pelarut ataupun reaksi dalam media
air.

9. Meningkatkan efisiensi energi dalam reaksi


Energi yang digunakan dalam suatu proses kimia harus mempertimbangkan
efek terhadap lingkungan dan aspek ekonomi. Jika dimungkinkan reaksi kimia
dilakukan dalam suhu ruang dan menggunakan tekanan.Penggunaan energi
alternatif dan efisien dalam sintesis dapat dilakukan dengan menggunakan
beberapa metode baru diantaranya adalah dengan menggunakan radiasai
gelombang mikro (microwave), ultrasonik dan fotokimia.

10. Mendesain bahan kimia yang mudah terdegradasi


Bahan kimia harus didesain dengan mempertimbangkan aspek lingkungan,
oleh karena itu suatu bahan kimia harus mudah terdegradasi dan tidak
terakumulasi di lingkungan.Seperti sintesis biodegradable plastik,
bioderadable polimer, serta bahan kimia lainya.

11. Penggunaan metode analisis secara langsung untuk mengurangi polusi


Selalu penting untuk memonitor kemajuan reaksi untuk mengetahui kapan
reaksi selesai atau untuk mendeteksi munculnya produk samping yang tidak
diinginkan. Bila memungkinkan, metodologi analitis harus dikembangkan dan
digunakan untuk pemantauan setiap saat (real-time) pada proses dan kontrol
untuk meminimalkan pembentukan zat berbahaya. Misalnya penentuan
ambang batas aman limbah pabrik,

12. Meminimalisasi potensi kecelakaan


Salah satu cara untuk meminimalkan potensi kecelakaan kimia adalah
memilih pereaksi dan pelarut yang memperkecil potensi ledakan, kebakaran,
dan kecelakaan yang tak disengaja. Risiko yang terkait dengan jenis
kecelakaan ini kadang-kadang dapat dikurangi dengan mengubah bentuk
(padat, cair, atau gas) atau komposisi dari reagent.

Anda mungkin juga menyukai