R = return nominal
IF = tingkat inflasi
Contoh 7.7:
Return sebesar 17% yang diterima setahun dari sebuah surat berharga jika disesuakan dengan
tingkat inflasi sebesar 5% untuk tahun yang sama, akan memberikan return riel sebesar:
R1a = {(1=0,17)/{(1+0,05)}-1
Notasi :
RR = relatif return
Contoh 7.8:
Investor indonesia yang membeli saham perusahaan amerika pada awal tahun 1997
mendapatkan return tahunan sebesar 15%. Pada saat membeli saham ini, harga kurs beli U$$
adalah sebesar Rp2.000,- dan pada akhir tahun, kurs jual adalah sebesar Rp2.100,- per U$$.
Return bersih yang diperoleh setelah disesuaikandengan kurs adalah sebesar:
RKA = {(1,5x(Rp2.100,-/Rp2.000,-)}-1
= 0,2075 atau 20,75%
Notasi:
RG = rata-rata geometrik
RA = (R1+R2+....Rn)/n.
Contoh 7.9:
Harga dari suaru saham pada periode ke-0 (periode awal) adalah Rp500,-. Pada periode
selanjutnya (periode ke-1), harga saham ini meningkat menjadi Rp600,-. Dan turun di periode
ke 2 menjadi Rp550,-. Return untuk masing-masing periode adalah sebagai berikut:
R2 = (Rp550,- - Rp600,-)/Rp600,-
Rata-rata return yang dihitung dengan metode rata-rata aritmatika adalah sebesar:
RG = {(1+0,2) (1-0,083)}1/2 – 1
= 0,04883 atau 4,883%
Jika dihitung dengan metode rata-rata aritmatika, pertumbuhan harga saham ini adalah
sebesar 5,833%. Jika return ini benar dan harga bertumbuh dengan tingkat 5,883%, maka
untuk periode ke-2, harga saham ini seharusnya menjadi (Rp500,- x 1,05833 x 1,05833) =
Rp560,03,-. Padahal harga saham ini diakhir periode ke-2 adalah sebesar Rp550,-. Dengan
demikian return yang dihitung dengan metode rata-rata arithmatika ini kurang tepat. Jika
dihitung dengan metode rata-rata geometrik, pertumbuhan harga saham ini adalah 4,3%.
Dengan menggunakan tingkat pertumbuhan ini, harga saham di akhir periodeke 2 seharusnya
menjadi (Rp500,- x 1,04833 x 1,04833) = Rp550,-, sesuai dengan nilai yang sebenarnya jadi
metode rata-rata geometrik lebih tepat digunakan untuk situasi yang harus melibatkan
pertumbuhan, sedang metode rata-rata arithmatika lebih tepat digunakan untuk menghitung
rata-rata untuk satu periode yang sama dari banyak return tanpa melibatkan pertumbuhan.
Notasi:
t = periode ke-t,
bv = nilai dasar
Contoh 7.10:
Dari tabel 7.5 sebelumnya, rata-rata geometrik untuk returndari tahun 1990 sampai dengan
tahun 1996 adalah sebesar:
= 0,0987
Hubungan antara return rata-rata arithmatika dan rata-rata geometrik adalah sebagai berikut:
Contoh 7.11:
Rata-rata arithmatika untuk return dari tahun 1990 sampai dengan tahunb 1996 di tabel 7.4
sebelumnya adalah sebesar:
RA = (0,060+0,077+0,095+0,193+0,047+0,113+0,112)
= 0,09957
Dari hungan rata-rata arithmatika dan rata-rata geometrik, deviasi standar dapat dihitung
sebesar:
SD = 0,04375
Menghitung deviasi standar jarang dilakukan dengan menggunakan rumus hubungan di atas.
Devisi standra umumnya dihitung secara langsung seperti yang akan dibahas di bab 7.A.
Return ekspektasian dapat dihitung berdasarkan beberapa cara sebagai berikut ini.
Notasi:
Contoh 7.12:
Berikut ini merupakan lima buah hasil masa depan dengan probabilitas kemungkinan
terjadinya untuk masing-masing kondisi ekonomi yang berbeda.
= - 0,09 (0,10) – 0,05 (0,15) + 0,15 (0,25) + 0,25 (0,20) + 0,27 (0,30)
= 0,152 = 15,20%
7.3.2 Berdasarkan Nilai-nilai Return Historis
Kenyataanya menghitung hasil masa depan dan probabilitasnya merupakan hal yang
tidak mudah dan bersifat subjektif. Akibat dari perkiraan yang subjektif ini, ketidakakuratan
akan terjadi. Untuk mengurangi ketidakakuratan ini, data historis dapat digunakan sebagai
dasar ekspektasi.
1. Metode rata-rata
2. Metode tend
3. Metode jalan acak
Metode rata-rata mengasumsikan bahwa return ekspektasian dapat dianggap sama dengan
rata-rata nilai historisnya. Mengggunakan rata-rata historis tidak mempertimbangkan
pertumbuhan dari return-returnnya. Jika pertumbuhan akan dipertimbangkan, return
ekspektasian dapat dihitung dengan menggunakan teknik trend. Metode random walk
beranggapan bahwa distribusi data return bersifat acak sehingga sulit di gunakan untuk
memprediksi, sehingga diperkirakan return terakhir akan terulang dimasa depan. Dengan
demikian metode ini memprediksi bahwa return ekpektasian akan sama dengan return
terakhir yang terjadi.
Metode mana yang terbaik tergantung dari distribusi data returnnya. Jika distribusi
data return mempunyai pola tend maka metode trend mungkin akan lebih baik.
Sebaliknya jika distribusi data returnnya tidak mempunyai pola atau acak, maka metode
rata-rata atau random walk akan menghasilkan return ekspektasian lebih tepat.
Contoh 7.13:
Berikut ini merupakan lima periode terakhir return mingguan historis sebagai berikut:
Gambar 7.2 perbandingan antara return-return ekspektasian metode rata-rata, trend dan
random walk
7.4 RESIKO
Hanya menghitung return saja untuk suatu investasi tidaklah cukup. Resiko dari
investasi juga perlu diperhitungkan return dan resiko merupakan dua hal yang tidak
terpisah,karna pertimbangan suatu investasi merupakan trade-off dari kedua faktor ini.
Resiko sering dihubungkan dengan penyimpangan atau deviasi daro outcome yang
diterima dengan yang diekpektasian.Van Home dan Wachowis,Jr. (1992) mendefinisikan
resiko sebagai variabilitas return terhadap return yang diharapkan untuk menghitung resiko,
metode yang banyak digunakan adalah deviasi standar yang mengukur absolut
peenyimpangan nilai-nilai yang sudah terjadi dengan nilai ekpekstasiannya.
Selain deviasi standar , resiko juga dapat dinyatakan dalam bentuk varian.varian adalah
kuadrat dari deviasi standar sebagai berikut:
Rumus varian ini dapat ditulis dengan dinyatakan dalam bentuk probabilitas. Misal {Ri-
E(Ri)}2 = Ui, maka Var(Ri) dapat ditulis: