Anda di halaman 1dari 14

PEDEOMAN TB PARU

PUSKESMAS CIKANCUNG
UPT YANKES KECAMATAN CIKANCUNG
KABUPATEN BANDUNG
TAHUN 2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tuberkolosis (TB) sampai dengan saat ini masih merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat di dunia walaupun upaya penanggulangan TB telah
dilaksanakan di banyak negara sejak tahun 1995.

Menurut laporan WHO tahun2015,ditingkat global diperkirakan 9,6 juta


kasus TB baru dengan 3,2 juta kasus diantaranya adalah perempuan.dengan 1,5
juta kematian karena TB dimana 480.000 kasus adalah perempuan.dari kasus TB
tersebut ditemukan 1,1 juta ( 12%) HIV positif dengan kematian 320.000 orang (
140.000 orang adalah perempuan ) dan 480.000 TB Resisten Obat (TB-RO)
dengan kematian 190.000 orang dari 9,6 juta kasus TB baru,diperkirakan 1 juta
kasus TB anak ( di bawah usia 15 tahun) dan 140.000 kematian / tahun.

Di Indonesia berdasarkan survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun


2011 di dapatkan bahwa penyakit pada system pernapasan merupakan penyebab
kematian kedua setelah system sirkulasi. Pada SKKRT 1992 disebutkan bahwa
penyakit TB merupakan penyebab kematian kedua. Sementara SKKRT 2001
menyebutkan bahwa tuberkolosis adalah penyebab kematian pertama pada
golongan penyakit infeksi. Sementara itu dari hasil laporan yang masuk ke subdit
TB P2MPL Departemen Kesehatan 2001, terdapat 50.443 penderita BTA posistif
yang diobati (23% dari jumlah perkiraan penderita-penderita BTA Positif). Tiga
perempat dan kasus TB ini berusia 15-49 tahun. Pada tahun 2004 WHO
memperkirakan setiap tahunnya muncul 115 orang penderita tuberkolosis paru
menular (BTA positif) pada setiap 100.000 penduduk. Saat ini Indonesia masih
menduduki urutan ke 3 di dunia untuk jumlah kasus TB setelah India dan Cina.

1
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TB dalam rangka
pencapaian tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan
masyarakat madani dalam pengendalian TB.
b. Sebagai acuan untuk memetakan permasalahan kesehatan.
c. Sebagai panduan untuk mendapatkan prioritas masalah.
d. Untuk mencari alternatif pemecahan masalah.
e. Untuk mendapatkan prioritas memecahan masalah serta adanya
perbaikan terhadap masalah kesehatan di Kecamatan Cicalengka.

C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup perlaksanaan pelayanan poli TB adalah menekan pada
upaya kuratif dan rehabilitative termasuk didalamnya upaya preventif.

D. BATASAN OPERASIONAL
UKM adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di
masyarakat. UKP adalah kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk
peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderita akibat
penyakit dan memulihkan kesehatan perorangan. Fasilitas kesehatan tingkat
pertama yang melakukan pelayanan kesehatan perorangan untuk keperluan
observasi diagnose perawatan pengobatan atau pelayanan kesehatan lainnya.
Dokter pelayanan primer untuk menyelesaikan semua masalah kesehatan yang
dihadapi tanpa memandang jenis penyakit, organology, usia, dan jenis kelamin.
Secara paripurna dengan pendekatan holistic dan berkolaborasi dengan tenaga
kesehatan lainnya. Tenaga kesehatan adalah orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui
pendidikan kesehatan untuk melakukan upaya kesehatan.

2
E. LANDASAN HUKUM
Sebagai dasar penyelenggaraan pelayanan poli TB di puskesmas
diperlakukan peraturan perundang –undangan pendukung. Beberapa ketentuan
perundang – undangan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. UU No. 26 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
2. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Peraturan Pemerintah No. Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 1991 tentang Penanggulangan wabah
Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor
49. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3447).
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 203/Menkes/SK/III/1999 tentang
gerakan Terpadu Nasional Penanggulangan Tuberkolosis.
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 364/Menkes/SK/V/2009 tentang
Pedoman Penanggulangan Tuberkolosis (TB).
7. Peraturan Presiden No. 72 Tahun 2012 tentang system Kesehatan Nasional.
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.

3
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


1. Sumber daya manusia melakukan program UKM di Puskesmas (Undang –
Undang RI Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Kompetensi di
Puskesmas sebagai berikut :
a. Mampu menyediakan dan memberikan pelayanan yang bermutu.
b. Mampu mengambil keputusan secara professional.
c. Mampu berkomunikasi yang baik dengan lintas program dan lintas
sektor maupun profesi kesehatan lainnya dengan menggunakan bahasa
verbal, nonverbal maupun bahasa local.
d. Selalu belajar sepanjang karier baik pada jalur formal maupun
informal, sehingga ilmu dan keterampilan yang dimiliki selalu baru (up
to date).
2. Tim program TB terdiri dari dokter dan perawat.

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Pengaturan dan penjadwalan tugas tenaga pelayanan poli TB diatur oleh
penanggung jawab UKM. Kepala Puskesmas dan Kepala Bagian Kepegawaian
yang sudah diatur sesuai dengan tupoksi kerja masing-masing unit.

C. JADWAL KEGIATAN
Pelayanan TB dilaksanakan setiap hari senin pukul 08.00 – 14.00 WIB.

4
BAB III

RUANG FASILITAS

A. DENAH RUANG
1. Pelengkapan :
a. Stetoskop
b. Tensi meter
c. Penlight
d. Thermometer
e. Timbangan dan alat ukur
2. Alat dan bahan penunjang
a. Alkohol Swab
b. Hands Scoren
c. Masker
d. Hanscrub
e. Syring 5cc
3. Obat-Obatan ;
a. OAT
b. Streptomycin Injeksi
c. PP INH
4. Alat Promkes
a. Leaflet Brosur
b. Dan media lainnya.

B. STANDAR FASILITAS
Fasilitas yang ada yaitu, Poli TB dan Laboratorium.

5
BAB IV

TATALAKSANA PELAYANAN

A. PEMERIKSAAN BAHAN MIKROSKOPIS


1. Menegaskan diagnosis, menilai keberhasilan pengobatan dan menentukan
potensi penularan.
2. Mengumpulkan dua specimen dahak (Sewaktu-Pagi_).

B. PEMERIKSAAN BIAKAN
Untuk mengetahui kepekaan OAT yang digunakan. Berdasarkan hasil
pemeriksaan dahak (BTA) TB paru dibagi dalam :
a. Tuberkolosis Paru BTA (+)
Sekurang – kurangnya 2 dari 3 spesiman dahak menunjukan hasil BTA
Positif. Hasil pemeriksaan satu specimen dahak menunjukan hasil BTA
Positif dan kelainan radiologic menunjukan gambar tuberkolosis aktif.
Hasil pemeriksaan satu specimen dahak menunjukan BTA Positif dan
biakan positif.
b. Tuberkolosis Paru TBA (-)
Hasil pemeriksaan dahak 2 kali menunjukan BTA negative, gambaran
klinik dan kelainan radiologic menunjukan tuberkolosis aktif serta tidak
respon dengan pemberian antibiotic spectrum luas. Hasil pemeriksaan
dahak 2 kali menunjukan BTA negative dan biakan M. tuberkolosis
positif. Jika belum ada hasil pemeriksaan dahak, tulis BTA belum
diperiksa.

Berdasarkan Tipe Penderita


Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan
sebelumnya. Ada beberapa tipe penderita yaitu kasus baru adalah

6
penderita yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT atau
sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian).
Kasus kambuh (relaps) adalah penderita tuberkolosis yang
sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkolosis dan telah
dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi
berobat dengan hasil pemeriksaan dahat BTA positif atau biakan positif.
Bila hanya menunjukan perubahan pada gambaran radiologik sehingga
dicurigai lesi aktif kembali, harus diperiksa beberapa kemungkinan yaitu ;
infeksi sekunder, infeksi jamur dan TB paru kambuh.
Kasus pindahan (transfer in) adalah penderita yang sedang
mendapatkan pengobatan disuatu Kabupaten dan kemudian pindah berobat
ke kabupaten lain. Penderita pindahan tersebut harus membawa surat
rujukan/pindah.
Kasus lalai berobat adalah yang sudah berobat paling kurang 1
bulan dan berhenti 2 Minggu atau lebih, kemudian datang kembali
berobat. Umumnya penderita tersebut kembali dengan hasil pemeriksaan
dahak BTA Positif.

Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan tuberkolosis di Indonesia.


Kasus gagal adalah penderita BTA Positif yang masih tetap positif
atau kembali menjadi Positif pada akhir Bulan ke-5 .satu bulan sebelum
akhir pengobatan) adalah penderita dengan hasil BTA negative gambaran
radiologik positif menjadi BTA Positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan
dan atau gambaran radiologic ulang hasilnya perburukan.
Kasus bekas TB, hasil pemeriksaan dahak mikroskopik (biakan
jika ada fasilitas) negative dan gambaran radiologic paru menunjukan lesi
TB inakitif, terlebih gambaran radiologic serial menunjukan gambaran-
gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT yang kuat akan lebih
mendukung. Pada kasus dengan gambaran radilogik meragukan lesi TB
Aktif, namun setelah mendapatkan pengobatan OAT selama 2 bulan
ternyata tidak ada perubahan gambaran radiologic.

7
BAB V

LOGISTIK

Logistic terkait erat dengan kegiatan pelayanan TB. Pengendalian


persediaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang di
inginkan sesuai dengan program TB.

8
BAB VI

KESELAMATAN SASARAN

Dalam setiap kegiatan TB perlu diperhatikan keselamatan pasien dan


petugas yakni dengan melakukan identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan
yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan resiko
terhadap sasaran harus di lakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan
dilaksanakan.

9
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

Dalam setap kegiatan program TB perlu diperhatikan keselamatan kerja


karyawan puskesmas dan lintas sector terkait, dengan melakukan identifikasi
resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan.
Upaya pencegahan resiko, harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan
dilaksanakan.

10
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Untuk mengukur kinerja pelayanan program TB harus ada indicator yang


digunakan indikator yang dapat di gunakan dalam mengukur tingkat keberhasilan
pelayanan program TB di Puskesmas, seperti program TB yang terlaksana sesuai
sasaran dan hasil kuisioner yang baik.

11
BAB IX

PENUTUP

Pedoman ini sebagai acuan bagi tenaga kesehatan dalam menjalankan


program TB di Puskesmas Cikancung Kecamatan Cikancung Kabupaten
Bandung. Keberhasilan Program TB Paru tergantung pada komitmen yang kuat
dari semua pihak terkait terutama petugas kesehatan program TB yang bekerja
dengan profesional.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan Tuberkolosis di Indonesia


2. Aditama TY. Dkk. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkolosis,
Edisi kedua Jakarta : Departemen Kesehatan RI, 2007.
3. (Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan).
4. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia no.67 Tahun 2016

13

Anda mungkin juga menyukai