Anda di halaman 1dari 38

Pengaruh Pencapaian Lending dan Aging Terhadap

Insentif Karyawan di PT.PNM ULaMM Wanaraja


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah metodelogi Penelitian

Disusun Oleh:

Erna Nur Fazriah (11.110.0201)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)

“YASA ANGGANA” GARUT

JL.OTTO ISKANDARDINATA NO 278.A TAROGONG GARUT 44151

TELP./FAX (0262) 233549


BAB I

1.1 Latar Belakang

Berlandaskan adanya tugas pada matakuliah Metodologi Penelitian, Saya membuat

Laporan ini dimana didalamya menjelaskan tentang “Pengaruh Pencapaian Landing dan

Aging Terhadap Insentif Karyawan di PT.PNM ULaMM Wanaraja”.

PNM (Persero), sebuah lembaga keuangan khusus.Saham 100% milik Pemerintah,

didirikan di Jakarta, 1 juni 1999, letter of Intent IMF tanggal Maret 1999, PP No. 38/99

tanggal25 Mei 1999 dan Akte Notaris No. 1 tanggal 1 Juni 1999 yang mendapat pengesahan

Menteri Kehakiman RI No. C-11.609.HT.01.01.TH 99 tanggal 23 Juni 1999.Modal dasar

perseroan ini sebesar Rp. 1,2 trilyun, telah ditempatkan dan disetorkan sebesar 300 milyar.

Menjadi lembaga pembiayaan terkemuka dalam meningkatkan nilai tambah secara

berkelanjutan bagi usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi (UMKMK) yang berlandaskan

prinsip-prinsip Good Corporate Governance(GCG).Meningkatkan kelayakan usaha dan

kemampuan wirausaha UMKM.Meningkatkan akses pembiayaan UMKM kepada lembaga

keuangan baik bank maupun nonbank dalam rangka perluasan lapangan kerja dan

peningkatan kesejahteraan masyarakat.Meningkatkan kreativitas dan produktivitas karyawan

untuk mencapai kinerja terbaik dalam mengembangkan UMKMK.

Bulan Agustus 2008 PNM meluncurkan program pembiayaan bernama

ULaMM.ULaMM merupakan layanan pinjaman modal untuk usaha mikro dan kecil yang

disertai bimbingan untuk mengembangkan usahanya.ULaMM merupakan modal atau

terobosan baru bagi PNM karena penyaluran pembiayaannya dilakukan secara langsung baik

kepada perorangan atau pinjaman untuk badan usaha (PT, CV, Firma, dll).

ULaMM merupakan bagian terintegrasi dari BUMN lembaga non bank terkemuka

bernama PNM.Proses pembiayaan relatif mudah dan aman.Jenis pembiayaan bermanfaat


untuk pengembangan usaha debitur.Dikembangkan dengan system konvensional maupun

syariah.Dikembangkan dalam Semangat Budaya Perusahaan bernama:”Ilmu Padi”.

Dukungan teknis ULaMM dilakukan dengan melaksanakan Program Pengembangan

Kapasitas Usaha (PKU).Ada dua jenis kegiatan utama yang dilakukan PKU dalam rangka

pengembangan UMKMK itu, yaitu pelatihan nasabah ULaMM dan pembinaan

klaster.Berbagai kegiatan itu merupakan keunikan tersendiri bagi PNM dibandingkan dengan

lembaga keuangan lain, dimana PNM tidak hanya memberikan pembiayaan tetapi juga

melakukan berbagai pembinaan.Program PKU dilaksanakan melalui 26 Kantor Cabang di

seluruh Indonesia.

1.2 Identifikasi Perumusan Masalah

Dari gambaran diatas, terdapat beberapa permasalahan yang bisa kami ajukan,

diantaranya:

1. Apa yang membedakan ULaMM dengan pelaku pembiayaan mikro yang lain?

2. Apa yang menjadi parameter aging atau collection?

3. Kenapa Insentif perlu dalam suatu perusahaan?

1.3 Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini, kami mempunyai beberapa tujuan, diantaranya adalah sebagai
berikut:

1. Untuk mengetahui perbedaan ULaMM dengan pembiayaan mikro yang lain.

2. Untuk mengetahui parameter apa saja yang ada dalam aging atau collection.

3. Untuk mengetahui fungsi dan manfaat dari insentif.


1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pengetahuan terhadap

ilmu perkreditan, khususnya perbankan dalam mengembangkan ilmu dibidang tersebut.

1.4.2 Manfaat praktis

a. Bagi pihak bidang kemahasiswaan (Akademik), dapat mengetahui perbedaan ULaMM

dengan lembaga perkreditan lainnya sehingga bisa mengetahui lembaga keuangan non bank

dengan bank.

b. Bagi pihak Pengurus Perpustakaan, hasil dari penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan

evaluasi untuk menciptakan lingkungan atau kondisi yang nyaman untuk membaca sehingga

minat membaca mahasiswa bisa meningkat.

c. Hasil dari Penelitian ini dapat memberikan pemahaman Bagi Mahasiswa, khususnya

mahasiswa Keuangan dan Perbankan.

1.5 Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari hipotesis dua arah yaitu Hipotesis

alternative dan hipotesis Nol. Hipotesis benar jika Hipotesis alternative (Ha) terbukti

kebenarannya.

Ha : adanya hubungan antara tingkat pencapaian Lending dan Aging yang berpengaruh

terhadap Insentif.
Ho : Tidak adanya hubungan antara pencapaian Lending dan Aging yang berpengaruh

terhadap Insentif.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertain Bank

Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan

kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan promes

atau yang dikenal sebagai banknote. Kata bank berasal dari bahasa Italia banca berarti tempat

penukaran uang Sedangkan menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10

Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank

adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya

dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Jenis Bank Berdasarkan Fungsinya

1 ) Bank Sentral

Bank sentral yang dimaksud adalah Bank Indonesia.

Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen dalam melaksanakan tugas dan

wewenangnya, bebas dari campur tangan pemerintah dan atau pihak lain, kecuali untuk hal-

hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang ini.

2 ) Bank Umum

Pengertian bank umum menurut Peraturan Bank Indonesia No. 9/7/PBI/2007 adalah bank

yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah

yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Jasa yang diberikan
oleh bank umum bersifat umum, artinya dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada.

Bank umum sering disebut bank komersial (commercial bank).

3 ) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan

prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum.

Jenis Bank Berdasarkan Kepemilikannya

Apabila ditinjau dari segi kepemilikannya, jenis bank terdiri atas bank milik pemerintah, bank

milik swasta nasional, dan bank milik swasta asing.

1 ) Bank Milik Pemerintah

Bank pemerintah adalah bank di mana baik akta pendirian maupun modalnya dimiliki oleh

pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank dimiliki oleh pemerintah pula. Contohnya

Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri. Selain itu ada juga bank milik pemerintah

daerah yang terdapat di daerah tingkat I dan tingkat II masing-masing provinsi. Contoh Bank

DKI, Bank Jateng, dan sebagainya.

2 ) Bank Milik Swasta Nasional

Bank swasta nasional adalah bank yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh

swasta nasional serta akta pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian

keuntungannya juga dipertunjukkan untuk swasta pula. Contohnya Bank Muamalat, Bank

Danamon, Bank Central Asia, Bank Lippo, Bank Niaga, dan lain-lain.
3 ) Bank Milik Asing

Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing

atau pemerintah asing. Kepemilikannya dimiliki oleh pihak luar negeri. Contohnya ABN

AMRO bank, City Bank, dan lain-lain.

Jenis Bank Berdasarkan Kegiatan Operasionalnya

1 ) Bank Konvensional

Pengertian kata “konvensional” menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah “menurut

apa yang sudah menjadi kebiasaan”. Sementara itu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) adalah “berdasarkan kesepakatan umum” seperti adat, kebiasaan, kelaziman.

Berdasarkan pengertian itu, bank konvensional adalah bank yang dalam operasionalnya

menerapkan metode bunga, karena metode bunga sudah ada terlebih dahulu, menjadi

kebiasaan dan telah dipakai secara meluas dibandingkan dengan metode bagi hasil.

Bank konvensional pada umumnya beroperasi dengan mengeluarkan produk-produk untuk

menyerap dana masyarakat antara lain tabungan, simpanan deposito, simpanan giro;

menyalurkan dana yang telah dihimpun dengan cara mengeluarkan kredit antara lain kredit

investasi, kredit modal kerja, kredit konsumtif, kredit jangka pendek; dan pelayanan jasa

keuangan antara lain kliring, inkaso, kiriman uang, Letter of Credit, dan jasa-jasa lainnya

seperti jual beli surat berharga, bank draft, wali amanat, penjamin emisi, dan perdagangan

efek.

Bank konvensional dapat memperoleh dana dari pihak luar, misalnya dari nasabah berupa

rekening giro, deposit on call, sertifikat deposito, dana transfer, saham, dan obligasi. Sumber

ini merupakan pendapatan bank yang paling besar. Pendapatan bank tersebut, kemudian
dialokasikan untuk cadangan primer, cadangan sekunder, penyaluran kredit, dan investasi.

Bank konvensional contohnya bank umum dan BPR. Kedua jenis bank tersebut telah kalian

pelajari pada subbab sebelumnya.

2 ) Bank Syariah

Sekarang ini banyak berkembang bank syariah.

Bank syariah muncul di Indonesia pada awal tahun 1990-an. Pemrakarsa pendirian bank

syariah di Indonesia dilakukan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 18 – 20

Agustus 1990.

Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam,

maksudnya adalah bank yang dalam operasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam,

khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah secara Islam.

Falsafah dasar beroperasinya bank syariah yang menjiwai seluruh hubungan transaksinya

adalah efesiensi, keadilan, dan kebersamaan. Efisiensi mengacu pada prinsip saling

membantu secara sinergis untuk memperoleh keuntungan sebesar mungkin.

Keadilan mengacu pada hubungan yang tidak dicurangi, ikhlas, dengan persetujuan yang

matang atas proporsi masukan dan keluarannya. Kebersamaan mengacu pada prinsip saling

menawarkan bantuan dan nasihat untuk saling meningkatkan produktivitas.

Kegiatan bank syariah dalam hal penentuan harga produknya sangat berbeda dengan bank

konvensional.

Penentuan harga bagi bank syariah didasarkan pada kesepakatan antara bank dengan nasabah

penyimpan dana sesuai dengan jenis simpanan dan jangka waktunya, yang akan menentukan
besar kecilnya porsi bagi hasil yang akan diterima penyimpan. Berikut ini prinsip-prinsip

yang berlaku pada bank syariah.

a) Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah).

b) Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah).

c) Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah).

d) Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah).

e) Pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain

(ijarah wa iqtina).

Dalam rangka menjalankan kegiatannya, bank syariah harus berlandaskan pada Alquran dan

hadis. Bank syariah mengharamkan penggunaan harga produknya dengan bunga tertentu.

Bagi bank syariah, bunga bank adalah riba.

Tugas Bank

a. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter

1. Menetapkan sasaran monter dengan memperhatikan laju inflasi yang

ditetapkannya.

2. Melakukan pengendalian moneter dengan menggunakan cara-cara termasuk tetapi

tidak terbatas pada :

- Operasi pasar terbuka di pasar uang, baik rupiah maupun valuta asing

- Penetapan tingkat diskonto

- Penetapan cadangan wajib minimum dan

- Pengaturan kredit dan pembiayaan


b. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran

1. Melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas jasa sisa pembayaran

2. Mewajibkan penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan laporan

tentang kegiatannya

3. Menetapkan penggunaan alat pembayaran

c. Mengatur dan mengawasi bank

Fungsi Bank

Fungsi bank secara umum adalah menghimpun dana dari masyrakat luas(funding) dan

menyalurkan dalam bentuk pinjaman atau kredit(lending) untuk berbagai tujuan. Tetapi

sebenarnya fungsi bank dapat dijelaskan dengan lebih spesifik seperti yang diungkapkan oleh

Y. Sri Susilo, Sigit Triandaru, dan A. Totok Budi Santoso (2006), yaitu sebagai berikut :

- Agent of Trust

Dasar utama kegiatan perbankan adalah trust atau kepercayaan, baik dalam hal menghimpun

dana maupun penyaluran dana.

- Agent of Development

Kelancaran kegiatan investasi, distribusi, konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan

pembangunan perekonomian masyarakat.


- Agent of Service

Selain menghimpun dan menyalurkan dana, bank juga memberikan penawaran jasa-jasa

perbankan yang lain kepada masyarakat seperti jasa pengiriman uang , jasa penitipa n barang

berharga, dll.

Fungsi dan Peranan Bank Sentral

Fungsi-fungsi bank sentral/ umum yang diuraikan di bawah ini menujukkan betapa

pentingnya keberadaan bank umum dalam perekonomian modern, yaitu :

1. Penciptaan uang

Uang yang diciptakan bank umum adalah uang giral, yaitu alat pembayaran lewat mekanisme

pemindahbukuan (kliring). Kemampuan bank umum menciptakan uang giral menyebabkan

possisi dan fungsinya dalam pelaksanaan kebijakan moneter.

Bank sentral dapat mengurangi atau menambah jumlah uang yang beredar dengan cara

mempengaruhi kemampuan bank umum menciptakan uang giral.

2. Mendukung Kelancaran Mekanisme Pembayaran

Fungsi lain dari bank umum yang juga sangat penting adalah mendukung kelancaran

mekanisme pembayaran. Hal ini dimungkinkan karena salah satu jasa yang ditawarkan bank

umum adalah jasa-jasa yang berkaitan dengan mekanisme pembayaran.

Beberapa jasa yang amat dikenal adalah kliring, transfer uang, penerimaan setoran-setoran,

pemberian fasilitas pembayaran dengan tunai, kredit, fasilitas-fasilitas pembayaran yang

mudah dan nyaman, seperti kartu plastik dan sistem pembayaran elektronik.

3. Penghimpunan Dana Simpanan Masyarakat


Dana yang paling banyak dihimpun oleh bank umum adalah dana simpanan. Di Indonesia

dana simpanan terdiri atas giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan atau

bentuk lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. Kemampuan bank umum menghimpun

dana jauh lebih besar dibandingkan dengan lembaga-lembaga keuangan lainnya. Dana-dana

simpanan yang berhasil dihimpun akan disalurkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan,

utamanya melalui penyaluran kredit.

4. Mendukung Kelancaran Transaksi Internasional

Bank umum juga sangat dibutuhkan untuk memudahkan dan atau memperlancar transaksi

internasional, baik transaksi barang/jasa maupun transaksi modal. Kesulitan-kesulitan

transaksi antara dua pihak yang berbeda negara selalu muncul karena perbedaan geografis,

jarak, budaya dan sistem moneter masing-masing negara. Kehadiran bank umum yang

beroperasi dalam skala internasional akan memudahkan penyelesaian transaksi-transaksi

tersebut. Dengan adanya bank umum, kepentingan pihak-pihak yang melakukan transaksi

internasional dapat ditangani dengan lebih mudah, cepat, dan murah.

5. Penyimpanan Barang-Barang Berharga

Penyimpanan barang-barang berharga adalah satu satu jasa yang paling awal yang ditawarkan

oleh bank umum. Masyarakat dapat menyimpan barang-barang berharga yang dimilikinya

seperti perhiasan, uang, dan ijazah dalam kotak-kotak yang sengaja disediakan oleh bank

untuk disewa (safety box atau safe deposit box). Perkembangan ekonomi yang semakin pesat

menyebabkan bank memperluas jasa pelayanan dengan menyimpan sekuritas atau surat-surat

berharga.

6. Pemberian Jasa-Jasa Lainnya


Di Indonesia pemberian jasa-jasa lainnya oleh bank umum juga semakin banyak dan luas.

Saat ini kita sudah dapat membayar listrik, telepon membeli pulsa telepon seluler, mengirim

uang melalui atm, membayar gaji pegawai dengan menggunakan jasa-jasa bank.

A. KEGIATAN BANK UMUM

Kegiatan bank umum secara lengkap meliputi kegiatan sebagai berikut :

1. Menghimpun Dana (Funding)

Kegiatan menghimpun dana merupakan kegiatan membeli dana dari masyarakat. Kegiatan ini

dikenal juga dengan kegiatan funding. Kegiatan membeli dana dapat dilakukan dengan cara

menawarkan berbagai jenis simpanan. Simpanan sering disebut dengan nama rekening atau

account. Jenis-jenis simpanan yang ada dewasa ini adalah:

a. Simpanan Giro (Demand Deposit),

b. Simpanan Tabungan (Saving Deposit),

c. Simpanan Deposito (Time Deposit),

2. Menyalurkan Dana (Lending)

Sebelum kredit dikucurkan bank terlebih dulu menilai kelayakan kredit yang diajukan oleh

nasabah. Kelayakan ini meliputi berbagai aspek penilaian. Penerima kredit akan dikenakan

bunga kredit yang besarnya tergantung dari bank yang menyalurkannya. Besar kecilnya

bunga kredit sangat mempengaruhi keuntungan bank, mengingat keuntungan utama bank

adalah dari selisih bunga kredit dengan bunga simpanan. Secara umum jenis-jenis kredit yang

ditawarkan meliputi :
a. Kredit Investasi,

b. Kredit Modal Kerja,

c. Kredit Perdagangan

d. Kredit Produktif,

e. Kredit Konsumtif,

f. Kredit Profesi

3. Memberikan jasa- jasa Bank Lainnya (Services)

Jasa-jasa bank lainnya merupakan kegiatan penunjang untuk mendukung kelancaran kegiatan

menghimpun dan menyalurkan dana. Sekalipun sebagai kegiatan penunjang, kegiatan ini

sangat banyak memberikan keuntungan bagi bank dan nasabah, bahkan dewasa ini kegiatan

ini memberikan kontribusi keuntungan yang tidak sedikit bagi keuntungan bank, apalagi

keuntungan dari spread based semakin mengecil, bahkan cenderung negatif spread (bunga

simpanan lebih besar dari bunga kredit).

Semakin lengkap jasa-jasa bank yang dapat dilayani oleh suatu bank maka akan semakin

baik. Kelengkapan ini ditentukan dari permodalan bank serta kesiapan bank dalam

menyediakan SDM yang handal. Disamping itu ,juga perlu didukung oleh kecanggihan

teknologi yang dimilikinya. Dalam praktiknya jasa-jasa bank yang ditawarkan meliputi :

a. Kiriman Uang (Transfer)

b. Kliring (Clearing)

c. Inkaso (Collection)
d. Safe Deposit Box

e. Bank Card (Kartu kredit)

f. Bank Notes

g. Bank Garansi

h. Bank Draft

i. Letter of Credit (L/C)

j. Cek Wisata (Travellers Cheque)

k. Menerima setoran-setoran.

l. Melayani pembayaran-pembayaran.

m. Bermain di dalam pasar modal.

B. KEGIATAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)

Kegiatan BPR pada dasarnya sama dengan kegiatan Bank umum, hanya yang menjadi

perbedaan adalah jumlah jasa bank yang dilakukan BPR jauh lebih sempit. BPR dibatasi oleh

berbagai persyaratan, sehingga tidak dapat berbuat seleluasa bank umum. Keterbatasan

kegiatan BPR juga dikaitkan dengan misi pendirian BPR itu sendiri. Dalam praktiknya

kegiatan BPR adalah sebagai berikut :

1. Menghimpun dana hanya dalam bentuk :

- Simpanan Tabungan
- Simpanan Deposito

2. Menyalurkan dana dalam bentuk :

- Kredit Investasi

- Kredit Modal Kerja

- Kredit Perdagangan

Karena keterbatasan yang dimiliki oleh BPR, maka ada beberapa larangan yang tidak boleh

dilakukan BPR. Larangan ini meliputi hal-hal sebagai berikut :

- Menerima Simpanan Giro

- Mengikuti Miring

- Melakukan Kegiatan Valbta Asing

- Melakukan kegiatan Perasuransian

C. KEGIATAN BANK CAMPURAN DAN BANK ASING

Bank-bank asing dan bank campuran yang bergerak di Indonesia adalah jelas bank umum.

Kegiatan bank asing dan bank campuran, memiliki tugasnya sama dengan bank umum

lainnya. Yang membedakan kegiatannya dengan bank umum milik Indonesia adalah mereka

lebih dikhususkan dalam bidang-bidang tertentu dan ada larangan tertentu pula dalam

melakukan kegiatannya.

Adapun kegiatan bank asing dan bank campuran di Indonesia dewasa ini adalah :
1. Dalam mencari dana bank asing dan bank campuran juga membuka simpanan.giro dan

simpanan deposito namun dilarang menerima simpanan dalam bentuk tabungan.

2. Dalam hal pemberian kredit yang diberikan lebih diarahkan ke bidang-bidang tertentu

saja seperti dalam bidang :

- Perdagangan Internasional

- Bidang Industri dan Produksi

- Penanaman Modal Asing/Campuran

- Kredit yang tidak dapat dipenuhi oleh bank swasta nasional.

3. Sedangkan khusus untuk jasa-jasa bank lainnya juga dapat dilakukan oleh bank umum

campuran dan asing sebagaimana layaknya bank umum yang ada di Indonesia seperti berikut

ini :

- Jasa TransferJasa Miring

- Jasa Inkaso

- Jasa Jual Beli Valuta Asing

- Jasa Bank Card (kartu kredit)

- Jasa Bank Draft

- Jasa Safe Deposit Box

- Jasa Pembukaan dan Pembayaran L/C


- Jasa Bank Garansi

- Jasa Bank Notes

- Jasa Jual Beli Travellers Cheque

- dan jasa bank umum lainnya

Adapun Kebijakan-kebijakan yang diambil Bank Indonesia yakni :

A. Kebijakan penguatan stabilitas moneter

BI mengarahkan suku bunga BI Rate yang konsisten dengan tingkat inflasi yakni 5% plus

minus 1% di 2011. Dan terus mewaspadai tekanan

inflasi kedepan, sekaligus melakukan normalisasi atas beberapa kebijakan pada saat krisis.

Kerbijakan tersebut mencakup:

1. Penerapan kembali saldo harian pinjaman luar negeri bank jangka pendek. (Rekening

Vostro)

2. Pencabutan ketentuan penyediaan pasokan valas bagi perusahaan domestik

B. Kebijakan mendorong peran intermediasi perbankan

Ini ditujukan untuk mendorong perbankan lebih efisien dan transparan serta membuka

financial inclusion. Kebijakan ini mencakup:

1. Penerapan standar operasi administrasi sekuritisasi KPR

2. Pemberlakuan kebijakan pengumuman suku bunga kredit ke masyarakat (prime lending

rate)
3. ATMR bank umum yang lebih rendah untuk UMKM dan Ritel

4. Pengaturan, Perijinan dan Pengawasan Biro Kredit Swasta.

Adapun priogram inisiatif intermediasi meliputi.

1. Program BPD Regional Champion

2. Perluasan akses financial inclusion

C. Kebijakan meningkatkan ketahanan perbankan.

Kebijakan ini dalam rangka menghadapi persaingan yang mengacu pada Good Corporate

Governance. Kebijakan ini mencakup:

1. Penyempurnaan aturan fit and proper test bankir

2. Peningkatan fungsi kepatuhan Bank Umum

3. Perhitungan ATMR dengan pendekatan standar

4.Penerapan manajemen risiko pada bank yang melakukan aktivitas kerjasama dengan

perusahaan asuransi (bancassurance).

5. Pengaturan penilaian kualitas aktiva bagi bank umum syariah dan unit usaha syariah serta

kualitas aktiva bagi bank pembiayaan rakyat syariah

6. Penyempurnaan aturan restrukturisasi pembiayaan bank syariah dan UUS (unit usaha

syariah)

7. Penyempurnaan batas maksimum pembiayaan dana BPR

8. Usaha bank umum menjadi BPR

9. Mendorong terwujudnya BPR berdaya saing tinggi dan good corporate governance.

D. Penguatabn kebijakan makro prudensial


Hal ini ditujukan untuk lebih memperkuat stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan

Kebijakan ini mencakup:

1. Penyempurnaan ketentuan penggunaan informasi Rencana Bisnis Bank

2. Menaikkan rasio GWM Valas

3. Mengembalikan fasilitas FPJP ke kondisi normal

E. Peningkatan fungsi pengawasan

Ini diterapkan untuk meningkatkan evektifitas pengawasan khususnya early warning system

dan macroprudential supervision Kebijakan ini mencakup:

1. Penyempurnaan istem pengawasan bank berdasarkan risiko

2. Penetapan status dan tindak lanjut pengawasan bank (exit policy)

3. Penyempurnaan penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan risiko

2.2 Pengertian Collection

Collection adalah suatu aktifitas penagihan yang dilakukan terhadap semua debitur

baik dalam kondisi masih lancar maupun yang sudah menunggak (telah melewati jatuh

tempo).Fungsi utamanya yaitu menjaga dan mengembalikan aset ULaMM yang diakibatkan

oleh kewajiban pembayaran debitur baik yang masih lancar maupun tidak lancar misalnya:

Angsuran yang jatuh tempo atau angsuran yang tertunggak.

Parameter Colletion:

CoC = CKPN + NCL

Net Credit Loss = Inventory WO – Recovery


CKPN (Cadangan Kerugian Penurunan Nilai) disebut juga dengan LLP (Loan Loss

Provision).Pembentukan pencadangan aktiva produktif, dimana setiap pencairan kredit akan

dibebankan pencadangannya disesuaikan posisi kolektibilitasnya.

NCL (Net Credit Loss) adalah kerugian bersih dari hasil Inventory debitur Write Off (hapus

Buku) setelah dikurangi hasil Recovery.

Ingat : CKPN harus makin kecil, Recovery harus makin besar.

Kolektibilitas Pembiayaan

1.Lancar

2.Dalam Perhatian Khusus

3.Kurang Lancar

4.Diragukan

5.Macet

Kategori Pembiayaan Bermasalah / Non Performing Loan (NPL):

1. Kurang Lancar (Kol. 3) : Aging Tunggakan > 90 s.d ≤ 180

2. Diragukan (Kol.4) : Aging Tunggakan >180 s.d ≤ 270

3. Macet (Kol.5) : Aging Tunggakan > 270


Pembiayaan Bermasalah adalah kondisi dimana kualitas pembiayaan mengalami

penurunan kolektibilitas menjadi Kurang Lancar, Diragukan atau Macet, sehingga

diperlukan upaya untuk penyelamatan atau penyelesaian terhadap pembiayaan

bermasalah tersebut.

SINYALEMEN PEMBIAYAAN BERMASALAH

1.Penyaluran 2.Data / informasi yang 3.Agunan / Jaminan


Pembiayaan tidak sesuai disampaikan saat bermasalah
dengan Covenant pemberian pembiayaan
palsu / tidak benar

Penyimpangan tujuan Identitas palsu, tanda Fisik dan lokasi jaminan


penggunaan tangan palsu, alamat berbeda dengan
pembiayaan (side rumah palsu. dokumen jaminan.
streaming).
Data keuangan fiktif Dokumen jaminan
Meminjam nama orang baik sumber palsu.
lain. pembayaran maupun
Jaminan milik orang lain
data kekayaan.
Penggunaan bersama. yang dijanjikan diberi
fee.
Dana digunakan hutang
ke pihak lain Fisik agunan sudah
dipindah tangankan.
STRATEGI PENANGANAN PEMBIAYAAN BERMASALAH

1. Penyelamatan

a.Penjadwalan Kembali (Rescheduling)

Perubahan jadwal pembayaran kewajiban debitur atau jangka waktu.

b.Persyaratan Kembali (Reconditioning)

Perubahan sebagian atau seluruh persyaratan pembiayaan yang tidaak terbatas pada

perubahan jadwal pembayaran , jangka waktu, dan persyaratan lainnya sepanjang

tidak menyangkut perubahan maksimum plafond.

c. Penataan Kembali (Restrukturing)

Perubahan persyaratan pembiayaan yang menyangkut penambahan fasilitas

pembiayaan, konversi seluruh atau sebagian tunggakan angsuran bunga menjadi

pokok pembiayaan baru yang disertai penjadwalan kembali , dan memberikan

diskon bunga atau denda.

2. Penyelesaian

a. Penyelesaian Diluar Pengadilan

Mencangkup upaya penyelesaian yang dilakukan diluar pengadilan seperti:

Collection, Penjualan Jaminan Sukarela, Lelang Jaminan Melalui KPKNL.

b. Penyelesaian Melalui Pengadilan (Phase Out)

Melibatkan jalur hukum (pengadilan) baik pidana maupun perdata, antara lain

berupa laporan polisi, pendaftaran sita eksekusi, pendaptaran gugatan perdata,

personal guarantee, sita atas aktiva lainnya.


2.3 Pengertian Insentif

Menurut Heidjrahman Ranupandojo dan Suad Husnan (1984 : 1)

Insentif adalah pengupahan yang memberikan imbalan yang berbeda karena memang prestasi

yang berbeda. Dua orang dengan jabatan yang sama dapat menerima insentif yang berbeda

karena bergantung pada prestasi. Insentif adalah suatu bentuk dorongan finansial kepada

karyawan sebagai balas jasa perusahaan kepada karyawan atas prestasi karyawan tersebut.

Insentif merupakan sejumlah uang yang di tambahkan pada upah dasar yang di berikan

perusahaan kepada karyawan.

Menurut Nitisemito (1996:165), insentif adalah penghasilan tambahan yang akan diberikan

kepada para karyawan yang dapat memberikan prestasi sesuai dengan yang telah ditetapkan.

Menurut Pangabean (2002 : 93, Insentif adalah kompensasi yang mengaitkan gaji dengan

produktivitas. Insentif merupakan penghargaan dalam bentuk uang yang diberikan kepada

mereka yang dapat bekerja melampaui standar yang telah ditentukan.

TujuanPemberian Insentif :

Fungsi utama dari insentif adalah untuk memberikan tanggungjawab dan dorongan kepada

karyawan. Insentif menjamin bahwa karyawan akan mengarahkan usahanya untuk mencapai

tujuan organisasi. Sedangkan tujuan utama pemberian insentif adalah untuk meningkatkan

produktivitas kerja individu maupun kelompok (Panggabean, 2002 : 93).

Secara lebih spesifik tujuan pemberian Insentif dapat dibedakan dua golongan yaitu:

a. Bagi Perusahaan.

Tujuan dari pelaksanaan insentif dalam perusahaan khususnya dalam kegiatan produksi
adalah untuk meningkatkan produkstivitas kerja karyawan dengan jalan

mendorong/merangsang agar karyawan :

1) Bekerja lebih bersemangat dan cepat.

2) Bekerja lebih disiplin.

3) Bekerja lebih kreatif.

b. Bagi Karyawan

Dengan adanya pemberian insentif karyawan akan mendapat keuntungan :

1) Standar prestasi dapat diukur secara kuantitatif.

2) Standar prestasi di atas dapat digunakan sebagai dasar pemberian balas jasa yang diukur

dalam bentuk uang.

3) Karyawan harus lebih giat agar dapat menerima uang lebih besar.

Jenis/Tipe Insentif :

Menurut Manullang (1981:141), tipe insentif ada dua yaitu:

a. Finansial insentif

Merupakan dorongan yang bersifat keuangan yang bukan saja meliputi gaji-gaji yang pantas.

Tetapi juga termasuk didalamnya kemungkinan memperoleh bagian dari keuntungan

perusahaan dan soal-soal kesejahteraan yang meliputi pemeliharaan jaminan hari tua,

rekreasi, kesehatan dan lain-lain.

b. Non finansial insentif

Ada 2 elemen utama dari non finansial insentif, yaitu :

1. Keadaan pekerjaan yang memuaskan yang meliputi tempat kerja, jam kerja, tugas dan

rekan kerja.

2. Sikap pimpinan terhadap keinginan masing-masing karyawan seperti jaminan pekerjaan,

promosi, keluhan-keluhan, hiburan-hiburan dan hubungan dengan atasan.


Menurut Gary Dessler (1997 : 141), jenis rencana insentif secara umum adalah:

a. Program insentif individual memberikan pemasukan lebih dan di atas gaji pokok kepada

karyawan individual yang memenuhi satu standar kinerja individual spesifik. Bonus di tempat

diberikan, umumnya untuk karyawan individual, atas prestasi yang belum diukur oleh

standar, seperti contoh mengakui jam kerja yang lama yang digunakan karyawan tersebut

bulan lalu.

b. Program insentif kelompok adalah seperti rencana insentif individual namun memberi upah

lebih dan di atas gaji pokok kepada semua anggota tim ketika kelompok atau tim secara

kolektif mencapai satu standar yang khusus kinerja, produktivitas atau perilaku sehubungan

dengan kerja lainnya.

c. Rencana pembagian laba secara umum merupakan program insentif di seluruh organisasi

yang memberikan kepada karyawan satu bagian (share) dari laba organisasi dalam satu

periode khusus.

d. Program pembagian perolehan (gain sharing) adalah rencana upah di seluruh organisasi

yang dirancang untuk memberi imbalan kepada karyawan atas perbaikan dalam produktivitas

organisasi.

Proses pemberian insentif :

Menurut Harsono (1987 : 85) proses pemberian insentif dapat dibagi menjadi 2, yaitu :

a. Proses Pemberian Insentif berdasarkan kelompok

b. Proses Pemberian Insentif berdasarkan perorangan

Rencana insentif individu bertujuan untuk memberikan penghasilan tambahan selain gaji

pokok bagi individu yang dapat mencapai standar prestasi tertentu. Sedangkan insentif akan
diberikan kepada kelompok kerja apabila kinerja mereka juga melebihi standar yang telah

ditetapkan (Panggabean, 2002 :90-91).

Menurut Oangabean (2002:91) Pemberian insentif terhadap kelompok dapat diberikan

dengan cara:

1. Seluruh anggota menerima pembayaran yang sama dengan yang diterima oleh mereka

yang paling tinggi prestasi kerjanya.

2. Semua anggota kelompok menerima pembayaran yang sama dengan pembayaran yang

diterima oleh karyawan yang paling rendah prestasinya.

3. Semua anggota menerima pembayaran yang sama dengan rata-rata pembayaran yang

diterima oleh kelompok.

Menurut Dessler (1997:154-157), insentif juga dapat diberikan kepada seluruh organisasi,

tidak hanya berdasarkan insentif individu atau kelompok. Rencana insentif seluruh organisasi

ini antara lain terdiri dari:

1. Profit sharing plan, yaitu suatu rencana di mana kebanyakan karyawan berbagi laba

perusahaan

2. Rencana kepemilikan saham karyawan, yaitu insentif yang diberikan oleh

perusahaan dimana perusahaan menyumbang saham dari stocknya sendiri kepada

orang kepercayaan di mana sumbangan-sumbangan tambahan dibuat setiap tahun.

Orang kepercayaan mendistribusikan stock kepada karyawan yang mengundurkan diri

(pensiun) atau yang terpisah dari layanan.

3. Rencana Scanlon, yaitu suatu rencana insentif yang dikembangkan pada tahun 1937

oleh Joseph Scanlon dan dirancang untuk mendorong kerjasama, keterlibatan dan

berbagai tunjangan.

4. Gainsharing plans, yaitu rencana insentif yang melibatkan karyawan dalam suatu

usaha bersama untuk mencapai sasaran produktivitas dan pembagian perolehan.


Syarat Pemberian Insentif agar mencapai tujuan dari pemberian insentif

Menurut Panggabean (2002:92) syarat tersebut adalah:

1. Sederhana, peraturan dari sistem insentif harus singkat, jelas dan dapat dimengerti.

2. Spesifik, karyawan harus mengetahui dengan tepat apa yang diharapkan untuk

mereka lakukan.

3. Dapat dicapai, setiap karyawan mempunyai kesempatan yang masuk akal untuk

memperoleh sesuatu.

4. Dapat diukur, sasaran yang dapat diukur merupakan dasar untuk menentukan

rencana insentif. Program dolar akan sia-sia (dan program evaluasi akan terhambat),

jika prestasi tertentu tidak dapat dikaitkan dengan dolar yang dibelanjakan.

Menurut Heidjrahman Ranupandojo dan Suad Husnan (1990 : 163) sifat dasar

pengupahan agar proses pemberian insentif berhasil:

a. Pembayaran hendaknya sederhana sehingga dapat dimengerti dan dihitung oleh

karyawan itu sendiri.

b. Penghasilan yang diterima karyawan seharusnya langsung menaikkan output.

c. Pembayaran dilakukan secepat mungkin.

d. Standar kerja ditentukan dengan hati-hati. Standar kerja yang terlalu tinggi maupun

rendah dapat berakibat buruk.

e. Besarnya upah normal dengan standar jam kerja hendaknya cukup merangsang

pekerja untuk bekerja lebih giat


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

3.1.1 Objek Kajian Penelitian

3.1.1.1 Pengaruh Pencapaian Lending Terhadap Insentif

3.1.1.2 Pengaruh Aging atau Collection Terhadap Insentif

3.1.2 Populasi Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah seluruh debitur di

PT.PNM ULaMM Wanaraja.Menurut Green (1991), untuk mengetahui jumlah sampel untuk

analisis regresi menggunakan rumus 50+8n dimana n adalah jumlah variabel maka jumlah

sampel minimal adalah 106.Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 163

responden.

3.1.2.3 Sampel Penelitin

Untuk metode pengambilan sampel akan digunakan non-probability sampling.Non-

probability sampling adalah teknis pengambilan sampel berdasarkan penilaian peneliti

(Malholtra, 2007).Convenience sampling digunakan karena responden yang dipilih berada

ditempat dan waktu saat penelitian dilakukan.

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Observasi

Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah

melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrument. Format yang

disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi.
Dari penelitian berpengalaman diperoleh suatu petunjuk bahwa mencatat data

observasi bukanlah sekedar mencatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan kemudian

mengadakan penilaian ke dalam suatu skala bertingkat. Misalnya kita memperhatikan reaksi

penonton televisi, bukan hanya mencatat bagaimana reaksi itu, dan berapa kali muncul, tetapi

juga menilai reaksi tersebut sangat, kurang, atau tidak sesuai dengan yang kita kehendaki.

3.2.2 Dokumentasi

Metode dokumentasi dilakukan dengan cara mencari data tentang hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,

agenda dan sebagainya

Lexi J. Moleong (2004) mendefinisikan dokumen sebagai setiap bahan tertulis ataupun film,

yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan aseorang penyidik.

Penggunaan metode dokumen dalam penelitian ini karena alasan sebagai berikut (Guba dan

Lincoln, 1981) dalam bukunya Lexy J. Moleong (2004)

1) Merupakan sumber yang stabil, kaya, dan mendorong.

2) Berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian.

3) Berguna dan sesuai dengan penelitian kualitatif karena sifatnya yang alamiah, sesuai

dengan konteks, lahir dan berada dalam konteks.

4) Tidak reaktif sehingga tidak sukar ditemukan dengan teknik kajian isi.

5) Dokumentasi harus dicari dan ditemukan.


6) Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas tubuh

pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki.

3.2.3 Wawancara

Adalah percakapan dengan maksud tertentu percakapan itu dilakukan oleh dua pihak,

yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai

(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. (Moleong, 2000 : 135).

3.2.4 Angket

Metode angket adalah salah satu metode penelitian dengan menggunakan daftar

pertanyaan yang berisi aspek yang hendak diukur, yang harus dijawab atau dikerjakan oleh

subyek penelitian, berdasarkan atas jawaban atau isian itu peneliti mengambil kesimpulan

mengenai subyek yang diteliti (Suryabrata, 1990).

Penggunaan metode angket, menurut Hadi (1993) didasari oleh beberapa anggapan, yaitu:

1. Subyek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri.

2. Apa yang dinyatakan subyek kepada peneliti adalah benar-benar dapat dipercaya

3. Interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya adalah sama


dengan yang dimakksud peneliti.

Angket memiliki bermacam-,macambentuk yakni:

1. Angket langsung atau tidak langsung

2. Angket terbuka atau angket tertutup

UJI COBA ANGKET

Setiap usaha pengukuran selalu diarahkan untuk mencapai tingkat obyektivitas yaitu dengan

menguji validitas dan reliabilitas alat ukur. Masalah kesahihan dan reliabilitas alat ukur ini

semakin serius apabila pengukuran tersebut dikenakan pada gejala-gejala social (Hadi, 1992).
a. Uji kesahihan Butir (Validitas)

Menurut Azwar (1986) para ahli psikometri telah menetapkan kriteria bagi suatu alat ukur

psikologis untuk dapat dinyatakan sebagai alat ukur yang baik dan mampu memberikan

informasi yang tidak menyesatkan. Kriteria itu antara lain adalah valid, reliabel, norma dan

praktis.

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan

kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar 1986).

Sifat reliabel dan valid diperlihatkan oleh tingginya reliabilitas dan validitas hasil ukur suatu

tes. Suatu alat ukur yang tidak reliabel atau tidak valid akan memberikan informasi yang

keliru mengenai keadaan subjek atau individu yang dikenai tes itu. Apabila informasi yang

keliru itu dengan sadar atau tidak dengan sadar digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam

pengambilan suatu keputusan, maka keputusan itu tentu bukan merupakan suatu keputusan

yang tepat.

Istilah validitas ternyata memiliki keragaman kategori. Ebel (dalam Nazir 1988) membagi

validitas menjadi concurrent validity, construct validity, face validity, factorial validity,

empirical validity, intrinsic validity, predictive validity, content validity, dan curricular

validity. Keterangannya:

Concurrent Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor dengan

kinerja.

Construct Validity adalah validitas yang berkenaan dengan kualitas aspek psikologis apa yang

diukur oleh suatu pengukuran serta terdapat evaluasi bahwa suatu konstruk tertentu dapat

dapat menyebabkan kinerja yang baik dalam pengukuran.


?Face Validity adalah validitas yang berhubungan apa yang nampak dalam mengukur sesuatu

dan bukan terhadap apa yang seharusnya hendak diukur.

?Factorial Validity dari sebuah alat ukur adalah korelasi antara alat ukur dengan faktor-faktor

yang yang bersamaan dalam suatu kelompok atau ukuran-ukuran perilaku lainnya, dimana

validitas ini diperoleh dengan menggunakan teknik analisis faktor.

?Empirical Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor dengan

suatu kriteria. Kriteria tersebut adalah ukuran yang bebas dan langsung dengan apa yang

ingin diramalkan oleh pengukuran.

Intrinsic Validity adalah validitas yang berkenaan dengan penggunaan teknik uji coba untuk

memperoleh bukti kuantitatif dan objektif untuk mendukung bahwa suatu alat ukur benar-

benar mengukur apa yang seharusnya diukur.

Predictive Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor suatu alat

ukur dengan kinerja seseorang di masa mendatang.

Content Validity adalah validitas yang berkenaan dengan baik buruknya sampling dari suatu

populasi.

Curricular Validity adalah validitas yang ditentukan dengan cara menilik isi dari pengukuran

dan menilai seberapa jauh pengukuran tersebut merupakan alat ukur yang benar-benar

mengukur aspek-aspek sesuai dengan tujuan instruksional.

Sementara itu, Kerlinger (1990) membagi validitas menjadi tiga yaitu content validity

(validitas isi), construct validity (validitas konstruk), dan criterion-related validity (validitas

berdasar kriteria).
Validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Yang didasarkan

pada alasan bahwa validitas isi bertujuan untuk melihat kesesuaian butir-butir dalam angket

yang mencakup keseluruhan kawasan isi yang hendak diukur. Validitas isi dinyatakan dalam

bentuk koefisien korelasi yang diungkap dengan cara mengkorelasikan skor setiap butir

dengan skor totalnya.

b. Uji Keandalan butir (reliabilitas)

Reliabilitas, atau keandalan, adalah konsistensi dari serangkaian pengukuran atau

serangkaian alat ukur. Hal tersebut bisa berupa pengukuran dari alat ukur yang sama (tes

dengan tes ulang) akan memberikan hasil yang sama, atau untuk pengukuran yang lebih

subjektif, apakah dua orang penilai memberikan skor yang mirip (reliabilitas antar penilai).

Reliabilitas tidak sama dengan validitas. Artinya pengukuran yang dapat diandalkan akan

mengukur secara konsisten, tapi belum tentu mengukur apa yang seharusnya diukur.

Dalam penelitian, reliabilitas adalah sejauh mana pengukuran dari suatu tes tetap

konsisten setelah dilakukan berulang-ulang terhadap subjek dan dalam kondisi yang sama.

Penelitian dianggap dapat diandalkan bila memberikan hasil yang konsisten untuk

pengukuran yang sama. Tidak bisa diandalkan bila pengukuran yang berulang itu

memberikan hasil yang berbeda-beda. Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan

menggunakan berbagai alat statistik.

Reliabilitas bisa disebut sebagai uji keajegan atau konsistensi alat ukur. Alat ukur

yang reliabilitasnya tinggi adalah alat ukur yang stabil yang serlalu memberikan hasil yang

relatif konstan. Tinggi rendahnya reliabilitas alat ukur dinyatakan dengan angka yang disebut

koefisien reliabilitas. Besar koefisien reliabilitas berkisar antara 0 sampai 1 dan tidak ada

patokan yang pasti. Besar koefisien reliabilitas yang baik adalah sebesar mungkin, mendekati

1,00 yang disebut sempurna (Azwar, 1997).


3.3 Operasional Variabel Penelitian

Sebagian besar pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner ini berasal dari

jurnal Consumer’s Perceived Value and Buying Behavior Of Store Brands: An

Empirical Investigation yang dibuat oleh Harcar, Kara dan Kucukemiroglu

(2006).Selain itu beberapa pertanyaan yang ada dalam kuesioner ini direplikasi dari

skripsi milik stafame kurniawati yang membahas mengenai Lending dan Aging.

3.4 Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen Penelitian

3.4.1 Uji Validitas

Dalam penelitian ini digunakan pendekatan validitas konstruk (construct validity)

yaitu validitas yang mengacu pada konsistensi dari semua komponen kerangka

konsep. Untuk menguji tingkat validitas instrumen penelitiannya, maka digunakan

rumus teknik korelasi product moment dari pearson.

Bagian dari uji validitas yang dipakai dalam penelitian ini adalah melalui analisis

butir-butir, dimana untuk menguji setiap butir skor total valid tidaknya suatu item

dapat diketahui dengan membandingkan antara angka korelasi product moment

pearson (r Hitung) pada level signifikansi 0,05 nilai kritisnya. Instrumen penelitian ini

dikatakan valid dimana nilai korelasinya lebih besar dari 0,3.

3.4.2 Uji Realibilitas

Uji realibilitas adalah dengan menguji skor antar item dengan tingkat signifikansi 0,05

sehingga apabila angka korelasi yang diperoleh lebih besar dari nilai kritis, berarti

item tersebut dikatakan reliabel. Uji Alpha Cronbach digunakan untuk menguji

realibilitas instrumen ini.

Anda mungkin juga menyukai