Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Akuntansi sebagai alat pembantu dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi
dan keuangan semakin disadari oleh semua pihak dari segala aspek, baik dari perusahaan yang
mencari laba maupun dalam organisasi yang tidak mencari laba. Akuntansi tepatnya
Akuntansi Keuangan atau ada juga yang menyebut akunting adalah bahasa atau alat
komunikasi bisnis yang dapat memberikan informasi tentang kondisi keuangan (ekonomi)
berupa posisi keuangan yang tertuang dalam jumlah kekayaan, utang dan modal suatu bisnis
dan hasil usahanya pada suatu waktu atau periode tertentu (Harahap, 2011:4).
Menurut Harahap (2011:5) akuntansi diartikan sebagai proses mengindentifikasi,
mengukur, dan menyampaikan informasi ekonomi sebagai bahan informasi dalam hal
mempertimbangkan berbagai alternatif dalam mengambil kesimpulan oleh para pemakainya.
Akuntansi secara umum dibedakan menjadi dua yaitu: akuntansi sektor bisnis atau privat
dengan akuntansi sektor swasta. Akuntansi diatur oleh PSAK untuk profit oriented dan PSAP
untuk non profit oriented.
Akuntansi sektor privat diatur oleh PSAK secara umum di standar keuangan
sementara akuntansi publik diatur PSAP. Contoh dari akuntansi publik adalah organisasi
nirlaba dimana selain diatur oleh PSAP juga diatur oleh PSAK No. 45.

1
PSAK No. 45 merupakan komponen penting dalam penyusunan laporan keuangan
yang dibuat untuk memberikan kesetaraan penyajian laporan keuangan dengan tujuan agar
mudah dipahami, memiliki relevansi, dapat dipertanggungjawabkan dan memiliki daya
banding dalam jangka panjang. Peranan Dalam PSAK No. 45 disebutkan bahwa karakteristik
organisasi nirlaba berbeda dengan organisasi bisnis. Perbedaan utama yang mendasar terletak
pada cara organisasi nirlaba memperoleh sumber daya dibutuhkan untuk melakukan berbagai
aktivitas operasinya. Dalam PSAK 45 mengatur seperti apa organisasi nirlaba dalam
menyusun Laporan Keuangannya sesuai dengan standar yang telah di tentukan oleh
pemerintah. Menurut PSAK 45, organisasi nirlaba perlu menyusun setidaknya 4 jenis laporan
keuangan yaitu : 1. Laporan posisi keuangan (neraca) pada akhir periode laporan 2. Laporan
aktivitas untuk suatu periode pelaporan 3. Laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan 4.
Catatan atas laporan keuangan.
“organisasi nirlaba adalah organisasi yang dapat dimiliki pemerintah maupun
dimiliki oleh sektor swasta, tujuan utamanya tidak semata-mata untuk mendapatkan
keuntungan” (Sujarweni, 2015). “Organisasi nirlaba memperoleh sumber daya dari
sumbangan para anggota dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan
apapun dari organisasi tersebut”. (Ikatan Akuntan Indonesia, 2004:45). Indonesia merupakan
negara yang beragama tentu memiliki organisasi-organisasi keagamaan yang berkembang
dengan baik. Salah satu organisasi nirlaba yang banyak terdapat di sekitar kita adalah panti
asuhan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa panti diartikan sebagai
rumah atau tempat, dan kata asuhan berarti rumah tempat memelihara dan merawat anak
yatim atau yatim piatu dan sebagainya. Panti asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial
2
yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada
anak terlantar serta melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak terlantar melalui
pelayanan pengganti atau perwalian anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial
pada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi
perkembangan kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian generasi cita-
cita bangsa dan sebagai insan yang turut serta aktif di dalam bidang pembangunan nasional.
Sedangkan berdasarkan Departemen Sosial RI (2004:4) menyatakan panti sosial
asuhan anak adalah suatu lembaga kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab
untuk memberikan pelayan kesejahteraan sosial pada anak terlantar dan melaksanakan
penyantunan dan pengentasan anak terlantar, memberikan pelayanan pengganti orang tua/wali
anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial kepada anak asuh sehingga
memperoleh kesempatan yang luas, tempat dan memadai bagi pengembangan kepribadiannya
sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian dari penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan
yang akan turut serta aktif dalam bidang pembangunan nasional.
Menurut Mardiasmo (2002) Ada berbagai sumber pendapatan instansi sektor publik
pendapatan dapat berasal dari pajak, retribusi, hibah, bantuan, sumbangan dari donator dan
dana bagi hasil. Dalam hal pengelolaan keuangan, para donatur biasanya mensyaratkan
adanya pelaporan sebagai bentuk pertanggungjawaban pengelola organisasi nirlaba atas dana
yang diberikan. Dalam mengelola suatu keuangan, tentu saja ada kemungkinan untuk terjadi
manipulasi data, sehingga masyarakat yang tidak memahami tentang pengelolaan keuangan
mudah ditipu oleh penerima amanah.
Gede Luh (2017) menyatakan bahwa laporan keuangan juga menjadi suatu hal yang
sangat penting untuk diberikan kepada pemberi amanah, karena melalui laporan keuangan,
3
pemberi amanah dapat mengetahui posisi keuangan organisasi dan para anggota dan donatur
tersebut ingin mengetahui dana yang mereka berikan apakah sudah dikelola dengan baik dan
apakah dapat bermanfaat bagi kepentingan publik sesuai dengan prinsip akuntabilitas dan
transparansi.
Pengertian akuntabilitas secara umum adalah istilah untuk menggambarkan tingkat
pertanggungjawaban seseorang atau lembaga tertentu yang berhubungan dengan sistem
administrasi yang dimiliki. Akuntabilitas publik merupakan suatu bentuk pertanggung
jawaban atas segala bentuk aktivitas yang dilakukan oleh seseorang pemegang amanah
terhadap orang atau badan yang meminta pertanggungjawaban tersebut. Menurut Sivia dan
Anzar (2011) Akuntabilitas adalah perwujudan kewajiban-kewajiban yang diamanahkan
untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan dan menjelaskan realisasi
otoritas yang diperoleh sesuai dengan misi organisasi.
Akuntabilitas ini dilakukan sebagai bentuk transparansi dari pada kegiatan
operasional suatu perusahaan. Menurut Mardiasmo (2002:2) menyatakan bahwa Akuntabilitas
publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggung
jawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang
menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan
kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. Sedangkan menurut Ulum
(2004:40) Akuntabilitas merupakan perwujudan kewajiban unuk mempertanggung jawabkan
keberhasilan atau kegagalan atas pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan
dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui suatu media pertanggungjawaban secara
periodik. Menurut Madiasmo (2004:21) mengemukakan bahwa akuntabilitas publik terdiri

4
dari dua macam, yaitu : 1. akuntabilitas vertikal (vertical accountability) 2. Akuntabilitas
horizontal (horizontal accountability).
Akuntabilitas vertikal (vertical accountability) adalah pertanggung jawaban atas
pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban unit-unit
kerja (dinas) kepada pemerintah pusat, dan pemerintah pusat kepada MPR. Sedangkan
pertanggungjawaban horizontal (horizontal accountability) adalah pertanggungjawaban
kepada masyarakat luas, misalnya pertanggungjawaban entitas pada pemberi amanah seperti
donatur.
Tuntutan akuntabilitas publik mengharuskan lembaga-lembaga sektor publik untuk
lebih menekankan pada pertanggungjawaban horizontal bukan hanya pertanggungjawaban
vertikal. Pertanggungjawaban perlu dilakukan melaui media yang selanjutnya dapat
dikomunikasikan kepada pihak internal maupun pihak eksternal (publik) secara periodik
maupun isindetial sebagai suatu kebijakan hukum dan bukan hanya suka rela (Ulum, 2004).
Sehingga akuntabilitas pengelolaan keuangan bagi setiap organisasi baik organisasi privat
maupun organisasi publik non pemerintah termasuk panti asuhan sangat diperlukan.
Menurut Silvia dan Ansar (2001) akuntabilitas memiliki berbagai dimensi. Dimensi
pertama adalah akuntabilitas kejujuran dan hukum terkait dengan dilakukannya
penyalahgunaan, KKN (Korupsi Kolusi Nepotisme), sehingga dapat menjamin sebuah praktek
yang sehat, sedangkan akuntabilitas hukum menjamin adanya peraturan terkait dengan
supremasi hukum dan peraturan lain dalam organisasi. Kedua, akuntabilitas proses
menjelaskan bagaimana prosedur yang digunakan dalam melaksanakan tugas, hal ini
ditekankan lebih kepada pemberian layanan yang cepat dan responsif. Ketiga, akuntabilitas
program berkaitan dengan bagaimana organisasi melahirkan sebuah program yang berkualitas
5
serta mendukung strategi dalam pencapaian visi misi organisasi. Keempat, akuntabilitas
kebijakan maksud dari penjelasan ini yaitu terkait dengan pertanggungjawaban yang
dilakukan pembina, pengurus dan pengawas atas kebijakan yang diambil, sehingga
dibutuhkan sebuah pertimbangan dalam membuat suatu kebijakan. Kelima, akuntabilitas
finansial adalah pertanggungjawaban suatu lembaga dalam menggunakan dana secara
ekonomis, efisien dan efektif.
Terkait dengan sumber daya dalam membiayai berbagai aktivitas operasinya, entitas
nirlaba memperolehnya dari sumbangan para donatur yang tidak mengharapkan imbalan
apapun dari entitas tersebut. Oleh karena itu, entitas nirlaba diharapkan mampu untuk
menyusun laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada donatur atas
pengelolaan dana yang telah dipercayakan kepada entitas. Laporan keuangan dapat digunakan
oleh entitas nirlaba dalam memberikan informasi keuangan yang relevan kepada donatur dan
pihak-pihak yang berkepentingan terhadap entitas tersebut.
“Transparansi merupakan keterbukaan organisasi untuk menyediakan informasi
yang relevan dengan cara yang mudah diakses dan dapat dipahami oleh pemangku
kepentingan” (Atmaja,dkk, 2013:19). Keterbukaan ini mencakup mulai dari kegiatan
perencanaan anggaran sampai dengan pertanggungjawabannya. Siahaan (2012)
mengemukakan transparansi adalah keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan
keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi material dan relevan mengenai
instansi yang bersangkutan, terbukanya akses bagi semua pihak yang berkepentingan terhadap
setiap informasi pengelolaan keuangan negara.

6
Sementara transparansi menurut Anggraini (2013) transparansi dalam
penyelenggaraan pelayanan publik adalah terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak
yang membutuhkan secara memadai dan mudah dimengerti.
Dwiyanto (2006) mengemukakan ada tiga indikator transparasi yang dapat
digunakan. Indikator pertama adalah mengukur tingkat keterbukaan pelayanan publik disini
meliputi seluruh proses pelayanan publik, termasuk didalamnya adalah persyaratan, biaya dan
waktu yang dibutuhkan untuk sebuah pelayanan publik, serta tata cara dalam proses pelayanan
publik. Persyaratan yang harus dipenuhi harus terbuka dan mudah diketahui oleh para
pengguna atau stakeholder lain. Penyelenggaraan pelayanan harus berusaha menjelaskan
kepada para pengguna mengenai persyaratan yang harus dipenuhi berserta alasan
diperlukannya persyaratan itu dalam proses pelayanan publik.
Indikator yang kedua dari transparasi menunjuk kepada seberapa mudah peraturan
dan prosedur pelayanan yang dapat dipahami oleh pengguna dan stakeholder yang lain.
Maksud dipahami disini bukan hanya dalam arti literal semata tetapi juga makna dibalik
semua prosedur dan peraturan itu. Penjelasan mengenai persyaratan, prosedur, biaya dan
waktu yang diperlukan untuk sebuah pelayanan sebagaimana adanya merupakan hal yang
paling penting bagi para pengguna. Jika rasionalitas dari semua hal itu dapat diketahui dan
diterima oleh para pengguna, maka kepatuhan terhadap prosedur dan aturan akan mudah
diwujudkan dan dipahami dalam proses penyelenggaraan publik.
Indikator ketiga dari transparansi adalah kemudahan untuk memperoleh informasi
mengenai berbagai aspek yang berkaitan dengan seluruh proses dalam penyelenggaraan
pelayanan publik. Semakin mudah pengguna dan memperoleh informasi mengenai berbagai
aspek penyelenggaran pelayanan publik maka semakin tinggi pertanggungjawaban yang
7
dilakukan. Salah satu organisasi entitas sektor publik yang ada dikota malang yang juga
membutuhkan akuntabilitas dan transparansi adalah Panti Asuhan Muhammadiyah Malang..
Terdapat beberapa penelitian yang membahas tentang akuntabilitas dan transparansi,
beberapa diantaranya yaitu :
Penelitian tentang akuntabilitas dan transparansi oleh Gede Luh (2017) hasil
penelitian menunjukan bahwa Panti Asuhan Psaa Udyana Wiguna Singaraja telah
melaksanakan akuntabilitas hal ini dilihat dari diadakan sidang pertanggungjawaban antara
staf panti dan staf Dinas Sosial mengenai RKA yang telah disusun. Transparansi telah
dilaksanakan karena di lihat dari diadakannya rapat yang dilaksanakan setiap triwulan oleh
seluruh staf panti yang membahas mengenai pengelolaan keuangan di panti. Dan pengelolaan
Keuangan juga sudah dilaksanakan dengan mengalokasikan biaya untuk masing- masing
rekening yang terdapat dalam DPA oleh staf yang mengurus DPA kepada masing-masing staf
yang mengurus suatu rekening.
Penelitian tentang akuntabilitas dan transparansi oleh Wirayuni, dkk (2015) dengan
hasil penelitian menunjukan bahwa akautabilitas telah diterapkan di Kelompok Nelayan
Dharma Samudra Tukadmungga ini yaitu meliputi transparansi dalam pengelolaan keuangan
dengan melaporkan posisi keuangan kelompok kepada anggota. Serta melaporkan keadaan
keuangan kepada pemberi sumbangan.
Galuh, Yulianti (2014) hasil penelitian menunjukkan bahwa Laporan Keuangan
yang dihasilkan oleh Gereja sudah selaras dengan PSAK No.45 revisi 2011. Akuntabilitas
Laporan Keuangan Gereja sudah baik, dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangannya
sudah sesuai prosedur. Namun belum terdistribusi dengan baik, sehingga masih terdapat umat
yang mempertanyakan pengelolaan Laporan Keuangan Gereja .
8
Adapun perbedaan penelitian ini dengan tiga penelitian terdahulu adalah terletak
pada tahun penelitian yaitu tahun 2017, kemudian lokasi penelitian yang ada di Malang.
Selain itu obyek penelitian yang akan dituju pada penelitian ini adalah Lembaga
Kesejahteraan Sosial/Panti Asuhan yang berkewajiban untuk melaksanakan tata kelola
organisasi yang baik dengan prinsipnya yaitu akuntabel dan transparan.
Berdasarkan uraian diatas peneliti akan melakukan penelitian di Lembaga
Kesejahteraan Sosial Anak Panti Asuhan Muhammadiyah Malang yang merupakan salah satu
bentuk dari organisasi non pemerintahan yang berada dibawah naungan Yayasan
Muhammadiyah Malang dan termasuk dalam kategori Organisasi Yayasan. Adapun lokasi
Panti Asuhan Muhammadiyah Malang terletak di Jl. Bareng Tenes 4a/637, Klojen, Kota
Malang, Jawa Timur 65116, Indonesia. Panti Asuhan Muhammadiyah Malang ini
memang tidak berada di bawah instansi pemerintahan namun memiliki korelasi dengan
lembaga pemeritahan yaitu dengan Dinas Sosial Kota Malang yang dimana pemerintah sendiri
sebagai pemberi saran dan masukan. Panti Asuhan Muhammadiyah Malang ini sendiri
memperoleh sumber dana mandiri dari Yayasan Muhammadiyah Malang yang ada di Kota
Malang, donatur tetap dan sumbangan, dengan memperoleh dana sumbangan tersebut maka
pengurus dari Panti Asuhan Muhammadiyah Malang wajib memberikan pertanggung jawaban
atas dana sumbangan yang di peroleh.

Berdasarkan uraian diatas peneliti mengangkat judul “AKUNTABILITAS DAN


TRANSPARANSI PENGELOLAAN KEUANGAN PADA PANTI ASUHAN
MUHAMMADIYAH MALANG”.

9
1.2 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari penelitian ini yaitu meneliti tentang pengelolaan keuangan pada
panti asuhan muhammadiyah malang dengan tahun 2016-2017.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana akuntabilitas pengelolaan keuangan pada Panti Asuhan Muhammadiyah
Malang?
2. Bagaimana transparansi pengelolaan keuangan pada Panti Asuhan Muhammadiyah
Malang?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini yaitu :
1. untuk mengetahui bagaimana akuntabilitas pengelolaan keuangan pada Panti Asuhan
Muhammadiyah Malang.
2. untuk mengetahui bagaimana transparansi pengelolaan keuangan pada Panti Asuhan
Muhammadiyah Malang.
1.5 Manfaat Penelitian
Dengan pelaksanaan penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai
berikut :
A. Bagi Peneliti
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang
berhubungan dengan prinsip akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan keuangan

10
yayasan, sehingga peneliti dapat mengaplikasikan ilmu dan teori yang telah dipelajari di
bangku perkuliahan.
B. Bagi Panti Asuhan Muhammadiyah Malang
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan
bagi pengambilan keputusan dan kebijakan untuk memberikan pembinaan tentang penerapan
prinsip akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan Panti Asuhan Muhammadiyah
Malang.

C. Bagi Perguruan Tinggi


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan permasalahan yang sering
terjadi di kalangan yayasan dan menjadi bahan evaluasi bagi perguruan tinggi dalam
meningkatkan mutu pendidikan khususnya di bidang Akuntansi.
D. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi pemerintah dalam
memperhatikan dan mengontrol informasi yang telah diberlakukan terhadap yayasan terkait
dengan standar akuntansi keuangan.

11
12

Anda mungkin juga menyukai