Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MATA KULIAH

AKUNTANSI PERBANKAN & LPD

JAWAB SOAL LPD, LAPORAN AKTIVITAS, BESERTA KONTRIBUSI LPD

Dosen Pengampu:
I Gst. Ayu Eka Damayanti, S.E., M.Si. CRA.CRP

Disusun Oleh:
Kelompok 7

Ni Kadek Candra Mahayuni (2207531195)


Ni Putu Ishaka Pradnya Maharani (2207531198)
Ni Nengah Dewina Danti (2207531203)

PROGRAM STUDI SARJANA AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2023
Pertanyaan Hal 32
1. Apakah LPD sebuah entitas, akuntabilitas apa yang harus dilakukan oleh sebuah
entitas?
Iya benar, LPD merupakan sebuah entitas yang memiliki tanggung jawab akuntabilitas
publik. Meskipun LPD tidak tunduk pada Undang-Undang Lembaga Keuangan Mikro
dan tidak diwajibkan untuk melaporkan keuangannya kepada Otoritas Jasa Keuangan,
LPD tetap harus memenuhi tanggung jawab akuntabilitas publik. Sebagai entitas, LPD
memiliki tanggung jawab akuntabilitas yang harus dilakukan. Beberapa akuntabilitas
yang penting dalam konteks ini adalah:
a. Akuntabilitas Keuangan: LPD harus menjalankan proses pencatatan dan
pelaporan keuangan yang akurat dan transparan. Hal ini meliputi pembuatan
laporan keuangan seperti neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan
catatan-catatan lain yang relevan. Laporan keuangan LPD harus disusun sesuai
dengan standar akuntansi yang berlaku dan harus memberikan informasi yang
memadai tentang posisi keuangan LPD, kinerja operasional, dan arus kas.
b. Akuntabilitas Pelaporan: LPD harus memberikan laporan yang lengkap, jelas,
dan tepat waktu kepada pihak yang berkepentingan, seperti pemegang saham,
pihak pemerintah, atau pihak yang mengawasi aktivitas LPD. Laporan-laporan
ini dapat berupa laporan keuangan tahunan, laporan keuangan interim, atau
laporan lain yang dibutuhkan oleh pihak terkait.
c. Akuntabilitas Pengelolaan Risiko: LPD harus memiliki sistem pengelolaan
risiko yang baik untuk memastikan bahwa risiko-risiko yang dihadapi oleh
lembaga tersebut dikelola dengan baik. Hal ini meliputi identifikasi risiko,
penilaian risiko, penetapan kebijakan pengelolaan risiko, dan pelaporan risiko
yang terkait.
d. Akuntabilitas Penggunaan Dana: LPD bertanggung jawab untuk memastikan
bahwa dana yang diterima dari masyarakat desa digunakan dengan benar dan
sesuai dengan peraturan yang berlaku. LPD harus memiliki sistem pengendalian
internal yang kuat untuk memastikan bahwa dana digunakan secara efektif,
efisien, dan sesuai dengan tujuan dan kepentingan masyarakat desa.
LPD juga harus memastikan bahwa laporan keuangannya dapat diaudit dan
mendapatkan opini audit yang positif. Dalam hal ini, LPD dapat mengadopsi Standar
Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) yang
disusun oleh Ikatan Akuntansi Indonesia untuk memenuhi tanggung jawab
akuntabilitas publik mereka.

2. Bagaimana anda menjelaskan rerangka laporan keuangan LPD.


Lembaga Perkreditan Desa (LPD) adalah lembaga ekonomi desa yang dipergunakan
untuk penitipan dan penukaran uang di pedesaan. Pada dasarnya LPD berfungsi sebagai
pengumpulan dana, pemberi kredit, dan menjadi perantara di dalam lalu lintas
pembayaran pada umumnya dan merupakan sumber pembiayaan pembangunan di
wilayah desa adat yang ada di Bali. LPD merupakan lembaga keuangan milik desa
pakraman yang telah berkembang dan memberikan manfaat sosial, ekonomi, dan
budaya pada anggotanya.
Laporan Keuangan
Kerangka penyusunan standar Laporan Keuangan Lembaga Perkreditan Desa (LPD)
dibuat untuk mempermudah orang-orang di bagian akuntansi dalam menyusun laporan
keuangan. Laporan Keuangan ini didasarkan pada SAK ETAP (Standar akuntansi
keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik).
Laporan keuangannya sendiri terdiri atas: neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan
ekuitas, laporan arus kas komitmen dan kontijensi.
1) Neraca: Secara teknis, operasional LPD tidak jauh bedanya dengan bank. Di sisi
pasiva neracanya berisi uang titipan masyarakat anggotanya yang merupakan
hutang bagi LPD. Di sisi aktiva neracanya berisi piutang LPD kepada
anggotanya. Seperti halnya bank, modal LPD relatif sangat kecil dibandingkan
dengan dana titipan anggotanya. Di sisi pasiva LPD menghadapi risiko
likuiditas bila anggotanya tiba-tiba menarik dana dalam jumlah yang jauh
melampaui persediaan uang tunai yang dimiliki oleh LPD pada saat itu. Di sisi
aktiva neracanya LPD menghadapi risiko kredit yang bisa berakibat fatal bila
uang yang dipinjamkan tidak dibayar kembali pada waktunya oleh anggotanya.
2) Laporan Laba Rugi: Laporan laba rugi adalah suatu laporan yang menunjukkan
pendapatan pendapatan dan biaya-biaya dari suatu unit usaha untuk suatu
periode tertentu. Selisih antara pendapatan-pendapatan dan biaya merupakan
laba yang diperoleh atau rugi yang diderita oleh perusahaan. Laporan laba rugi
yang kadang-kadang disebut laporan penghasilan atau laporan pendapatan dan
biaya merupakan laporan yang menunjukkan kemajuan keuangan perusahaan
dan juga merupakan tali penghubung dua neraca yang berurutan.
3) Laporan Perubahan Ekuitas: Menggambarkan peningkatan atau penurunan
aktiva bersih selama periode yang bersangkutan berdasarkan prinsip
pengukuran tertentu yang dianut. Dalam hal ini LPD berdasarkan SAK ETAP.
4) Laporan Arus Kas: Arus kas yaitu arus masuk dan arus keluar kas (cash
equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek, dan
dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi
risiko perubahan nilai yang signifikan. Tujuan utama laporan arus kas adalah
untuk menyajikan informasi relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas
suatu perusahaan selama suatu periode. Untuk mencapai tujuan itu, aliran kas
diklasifikasikan dalam tiga kelompok yang berbeda yaitu penerimaan dan
pengeluaran kas yang berasal dari kegiatan investasi, pembelanjaan (financing),
dan kegiatan usaha. Dalam sebuah Lembaga Perkreditan Desa (LPD) laporan
arus kas tidak diwajibkan ada.
5) Komitmen: Komitmen adalah suatu perikatan atau kontrak berupa janji yang
tidak dapat dibatalkan secara sepihak dan harus dilaksanakan apabila
persyaratan yang disepakati bersama dipenuhi. Jenis Tagihan Komitmen,
antara lain sebagai berikut:
a. Fasilitas Pinjaman Yang Belum Ditarik.
b. Posisi pembelian spot dan derivatif yang masih berjalan.
c. Lainnya.
6) Kontijensi: Kontinjensi adalah tagihan atau kewajiban bank yang timbulnya
tergantung pada terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa dimasa
yang akan datang. Jenis tagihan atau kewajiban kontinjensi yang lazim dewasa
ini antara lain seperti dibawah ini : Jenis Tagihan Kontinjensi, antara lain
sebagai berikut :
a. Garansi yang diterima,
b. Pendapatan bunga dalam penyelesaian (Bunga kredit yang diberikan
atau bunga lainnya),
c. Lainnya.
3. Jelaskan laporan aktivitas LPD yang berbasis Tri Hita Karana
Laporan aktivitas LPD yang berbasis Tri Hita Karana adalah laporan yang menjelaskan
bagaimana LPD menerapkan konsep Tri Hita Karana dalam pengelolaan usaha,
keuangan, dan lingkungan hidup. Tri Hita Karana adalah konsep budaya Bali yang
mengajarkan tentang keseimbangan dan harmoni antara manusia dengan Tuhan
(parahyangan), manusia dengan sesama (pawongan), dan manusia dengan alam
(palemahan). Laporan aktivitas LPD yang berbasis Tri Hita Karana dapat digunakan
sebagai alat evaluasi, akuntabilitas, dan transparansi LPD dalam menjalankan
usahanya. Laporan ini juga dapat menunjukkan nilai-nilai filosofi Tri Hita Karana yang
diaktualisasikan oleh LPD dalam mengembangkan ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat desa adat. Adapun bagian – bagian dari Laporan Aktivitas yang berbasis
Tri Hita Karana diantaranya:

a. Parahyangan
Parahyangan berasal dari kata Hyang yang berarti Hyang Widhi atau Tuhan
Yang Maha Esa. Parahyangan merupakan salah satu dimensi dari filosofi Tri
Hita Karana yang menekankan bahwa kesejahteraan dicapai bila terealisasi
hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan penciptanya. Kegiatan bisnis
adalah sebuah persembahan yang tidak luput dari kontrol Tuhan. Parhyangan
pada laporan aktivitas LPD dapat diimplementasikan dalam seberapa besar
kontribusi LPD pada kegiatan ritual keagamaan, renovasi pura, kesejahteraan
pemangku, bantuan untuk masyarakat yang kurang mampu dalam
melaksanakan ritual keagamaan

b. Palemahan
Palemahan berasal dari kata lemah yang berarti tanah, tanah pekarangan atau
wilayah pemukiman. Secara umum filosofi Tri Hita Karana, palemahan
merupakan dimensi yang berhubungan dengan aspek fisik dari lingkungan di
sekitar kita atau perusahaan. Di Bali palemahan berhubungan dengan tata letak
perusahaan dan bangunan yang hendaknya disesuaikan dengan keyakinan
agama dan kultur tempat perusahaan berada. Pada laporan aktivitas LPD
pertanggungjawaban sosial LPD berdasarkan filosofi palemahan dihubungkan
dengan berapa besar kontribusi LPD terhadap aspek fisik di lingkungan sekitar
LPD.
c. Pawongan
Pawongan berasal dari kata wong (orang atau penduduk) dalam masyarakat.
Implementasi filosofi Tri Hita Karana adalah melalui hubungan harmonis antar
sesama manusia.. Dalam konteks bisnis berupa hubungan antar karyawan dan
hubungan lembaga dengan masyarakat. Beberapa implementasi pawongan pada
LPD adalah berapa persen karyawan LPD berasal dari masyarakat tempat
berdirinya LPD, keikutsertaan LPD pada program penanggulangan kemiskinan,
dan lain-lain.
Dilansir dari Dinas Pemberdayan Masyarakat dan Kota Denpasar, terdapat 35 LPD
yang tersebar di empat kecamatan. Denpasar Utara memiliki 10 cabang LPD, Denpasar
Timur memiliki 12 cabang LPD, Denpasar Selatan memiliki 11 cabang LPD, dan
Denpasar Barat memiliki 2 cabang LPD. Dalam penelitian ini kami lebih memfokuskan
terhadap Lembaga Perkreditan Desa (LPD) yang berdiri di kecamatan Denpasar Barat.
Berikut adalah LPD yang tersebar di kecamatan Denpasar Barat:

No Nama LPD Alamat


1 LPD Desa Pakraman Denpasar Jalan Imam Bonjol No. 24 Denpasar
2 LPD Desa Pakraman Padang Jalan Gunung Sangiyang Denpasar
Sambian

Diantara kedua LPD tersebut, kami kembali mengerucutkan penelitian terhadap LPD
Desa Pakraman Denpasar. LPD Desa Pakraman Denpasar kian menunjukan
perkembangan semenjak bangkit dari tahun 2011 lalu. Salah satunya dengan
memberikan manfaat kepada desa adat dalam menujang aktivitas masyarakat. Hal ini
ditunjukan dengan LPD yang senantiasa memberikan manfaat berupa kontribusi
terhadap Masyarakat desa adat. Berikut ini kami lampirkan rincian laporan aktivitas dan
kontribusi LPD Desa Pakraman Denpasar:

No Konsep Tri Hita Aktivitas & Kontribusi LPD


Karana
1 Parahyangan - Menyerahkan punia pada penyelenggaran
piodalan di pura dalem Kahyangan Badung,
berupa uang tunai dan juga peralatan yang
menujang upacara keagamaan berupa penjor.
- Berpartisipasi dalam kegiatan upacara
keagamaan di pura kahyangan tiga
(Desa,Puseh Dalem).
2 Palemahan - Rutin mengadakan kegiatan kerja bakti
pembersihan terutama di lingkungan LPD.
- Membuat peraturan yang mengharuskan
karyawan untuk senantiasa menjaga kebersihan
di sekitar lingkungan kantor LPD.
3 Pawongan - Memberikan santunan meninggal kepada Prajuru
(pengurus) LPD.
- Menyumbangkan bantuan secara tunai kepada
keluarga yang terdaftar sebagai warga desa
ketika sedang melaksanakan upacara ngaben.

4. Bagaimana sebuah regulasi disusun berisikan antara kepentingan bisnis dan


kepentingan sosial/lingkungan.
Regulasi LPD yang disusun harus mempertimbangkan dan menggabungkan
kepentingan bisnis dan kepentingan sosial/lingkungan. Agar regulasi ini dapat
mencerminkan keseimbangan yang baik antara keduanya, beberapa langkah penting
perlu diambil.
1) Melakukan Analisis Dampak Lingkungan (Environmental Impact
Assessment/EIA)
Pertama-tama, dalam menyusun regulasi LPD, penting untuk melakukan EIA.
EIA adalah proses penilaian dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan dari
kegiatan bisnis yang direncanakan. Dengan melakukan EIA, kita dapat
mengidentifikasi potensi dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat
dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah atau
mengurangi dampak tersebut.
2) Melibatkan Stakeholder
Proses penyusunan regulasi LPD harus melibatkan berbagai pemangku
kepentingan (stakeholder), termasuk perwakilan dari bisnis, masyarakat,
pemerintah, dan lembaga lingkungan. Melibatkan stakeholder ini dapat
membantu mengidentifikasi kepentingan dan kekhawatiran yang berbeda serta
mencari keseimbangan antara kepentingan bisnis dan kepentingan
sosial/lingkungan.
3) Menerapkan Prinsip Keuangan Berkelanjutan
Regulasi LPD juga harus memasukkan prinsip keuangan berkelanjutan, yang
mengintegrasikan pertimbangan ekonomi, sosial, dan lingkungan dalam
pengambilan keputusan bisnis. Prinsip ini memungkinkan LPD untuk
menghasilkan keuntungan finansial yang berkelanjutan sambil tetap
memperhatikan keberlanjutan dan kesejahteraan masyarakat.
4) Menjaga Transparansi dan Akuntabilitas
Regulasi LPD harus mewajibkan pelaporan akuntansi yang transparan dan
akuntabel. Pelaporan ini harus mencakup informasi tentang kinerja keuangan,
dampak sosial, dan dampak lingkungan dari kegiatan LPD. Dengan menjaga
transparansi dan akuntabilitas, bisnis dan masyarakat dapat secara efektif
mengevaluasi dampak dan keberlanjutan LPD dan memastikan kepatuhan
terhadap regulasi.

Anda mungkin juga menyukai