Oleh:
Pembimbing :
2017
Pendahuluan
Ameloblastoma merupakan tumor odontogenik yang paling umum terjadi, tumor ini
menyerupai bagian epitelial dari benih gigi, bersifat agresif secara lokal, tetapi tidak
bermetastasis. Bisa terjadi pada semua usia tetapi jarang terjadi pada dekade pertama, paling
banyak ditemukan antara usia 30-60 tahun (Cardesa dkk., 2006). Ameloblastoma merupakan
kejadian yang jarang terjadi, jinak, pertumbuhannya lambat, tetapi termasuk neoplasma
odontogenik invasif lokal yang melibatkan mandibula (80%) dan maksila; penanganan
konservatifnya menghasilkan kekambuhan yang tinggi. Secara etimologi, nama
ameloblastoma berasal dari kata old French “Amel” yang berarti enamel; lapisan terluar gigi,
dan Greek word “blastos” yang berarti benih atau tunas (McClary dkk., 2015).
Etiologi
Patogenesis
Ameloblastoma dapat berupa lesi multilokuler atau unilokuler yang terdiri dari sel
epitel. Ada beberapa tipe Ameloblastoma, meliputi folikuler, plexiform, demoplastik,
achanthomatous, sel basal, sel granular dan pheripheral (Delong dan Burkhart, 2014).
Gambaran Klinis
Ameloblastoma merupakan tumor jinak, tumor agresif yang menekan secara lokal
dengan sifat pola pertumbuhan yang lambat dan dapat tumbuh dengan berbagai perbedaan
yang nyata, dapat menyebabkan perubahanbentuk wajah. Biasanya asimptomatik dan tidak
menyebabkan kelainan pada saraf sensoris.Bangian posterior dari mandibular terlihat
berbeda. Lesi bisa menjadi sangat besar dengan pucakinsidensi terjadi pada dekade kedua dan
ketiga, dan tidak ada hubungannya dengan jeniskelamin.
Perkembangan ameloblastoma dapat menyebabkan asimetri fasial, yang dapat
menjadi indikasi pertama terjadinya tumor. Lesi biasanya asimptomatik, sampai
ditemukannya pada gambaran radiografi. Ameloblastoma ditandai dengan pembengkakan
tanpa rasa sakit, biasanya terjadi pada regio posterior mandibula, dan terdapat ekspansi bukal
dan lingual. Ameloblastoma biasanya menyebabkan resorpsi akar dan gigi menjadi goyang
karena perluasan neoplasma (Delong dan Burkhart, 2014).
Pada gambaran radiografis, lesi dapat terlihat gambaran radiolusen unilokuler
ataumultilokuler berbatas tidak jelas sehingga sulit untuk menentukan ukuran tepatnya.
Bisamenyebabkan ekspansi tulang kortikal bukal dan lingual, bahkan bisa menyebabkan
perforasitulang kortikal. Bisa terjadi pergeseran gigi dan resorsbsi akar meskipun jarang.
Jenisameloblastoma yang desmoplastik ameloblastoma dapat ditemukan di anterior maksila
ataumandibular. Lesi ini berisi jaringan ikat yang padat, yang terlihat lebih opak. Jenis yang
lainyaitu peripheral ameloblastoma, biasanya pada gingiva dan tidak terlihat pada foto
rontgen,kecuali bila terdapat kehilangan tulang alveolar.
Gambar 3.Daerah epitelial luas dengan struktur spindel epitelium disertai daerah stroma cair
merupakan tipikal ameloblastoma plexiform(Pathology of the Head and Neck
oleh Cardesa dkk 2006).
Gambar 4. Ameloblastoma folikular. Tumor terdiri dari pulau-pulau epitel dengan kehilangan
inti oedematus dan tepi dikelilingi sel palisade (Pathology of the Head and Neck
oleh Cardesa dkk 2006).
Kesimpulan
Ameloblastoma adalah tumor jinak mandibula dan rahang atas,dengan kecenderungan
untuk invasi lokal dan memiliki risiko kekambuhan. Pada prinsipnya penatalaksanaan
ameloblastoma adalah pengangkatan tumor secara total. Enukleasi sederhana tidak berperan
dalam pengelolaan ameloblastoma. Perawatan di luar eksisi lokal yang luas, sulitdikaitkan
dengan morbiditas pasien yang signifikan. Selain itu, meskipun radioterapi telah dicoba
berulang atau kasus yang tidak bisa dioperasi, penelitian menunjukkan keefektifannya tidak
jelas.Mengingat kelangkaan penyakit dan keterbatasan pengalaman dengan perawatan
sistemik, peran mereka tetap tidak terpenuhi, dan sampai saat ini, sedikit yang diketahui
tentang dasar-dasar molekuler dari ameloblastoma.
Daftar Pustaka
1. Cardesa A., Slootweg P. J., Gale Nina, Franchi A. 2006. Pathology of the Head and
Neck. 110-112.
2. Delong Leslie dan Burkhart W. Nancy. 2014. General and Oral Pathology for the
Dental Hygienist 2nd Ed. Library of Congress Cataloging: Philadelphia.
3. McClary A. C., West R. B., McClary A. C., Pollack J. R., Fischbein N. J., Holsinger
C. F., Sunwoo J., Colevas D., Sirjani D. 2015. Ameloblastoma: a Clinical Review and
Trends in Management. Eur Arch Otorhinolaryngol.
4. White S. C., dan Pharoah M. J. 2014.Oral Radiology, Principles and
Interpretation.British Dental Journal.