Anda di halaman 1dari 4

Gingivitis merupakan inflamasi gingiva (gusi) yang terjadi karena akumulasi plak dan

faktor-faktor yang bertanggung jawab untuk pembentukan formasi plak dan akibat oral
hygine yang buruk. Gingivitis menyebabkan gingiva menjadi merah, bengkak, dan mudah
berdarah karena menggosok gigi bahkan terjadi perdarahan spontan (Singh dan Singh, 2013).
Gingivitis yang tidak tertangani dapat meluas menjadi periodontitis akibat bakteri plak yang
menyebar dan merusak tulang. Periodontitis sering didapatkan adanya peningkatan tanda-
tanda inflamasi, dan hal tersebut merupakan indikator dari faktor resiko stroke. Bakteri yang
berasal dari pocket periodontal dapat masuk kedalam aliran darah selama terjadi aktivitas
rongga mulut misalnya pada waktu mengunyah atau gosok gigi. Pada pasien dengan penyakit
gusi berdarah harus lebih berhati-hati karena darah yang keluar dapat membawa bakteri
pathogen dalam gigi dan mulut kemudian ikut masuk ke aliran darah.bakteri yang tersebut
dapat menyebabkan peradangan pada dinding pembuluh darah koroner yang dapat
menimbulkan aterosklerosis.

Pasien dengan gangguan koagulasi darah kongenital atau acquired sering dijumpai di
tempat praktek gigi. Seorang dokter gigi harus mengetahui kondisi pasien tersebut dengan
cara mengevaluasi hasil laboratorium darah untuk mencegah komplikasi perdarahan selama
dan setelah prosedur perawatan gigi yang bersifat invasif, khususnya pasien yang
menggunakan obat antiplatelet atau antiplatelet dan penderita gangguan/penyakit hati kronik
yang disebabkan oleh infeksi virus atau karena alkohol.

Obat antiplatelet digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan


menghambat pembentukan atau menghambat fungsi agregasi beberapa faktor pembekuan
darah. Atas dasar ini antiplatelet diperlukan untuk mencegah terbentuk dan meluasnya
trombus dan emboli. Ada 3 macam antiplatelet, yaitu heparin yang merupakan antiplatelet
yang diberikan secara parenteral dan merupakan obat terpilih bila diperlukan efek yang cepat
misalnya untuk emboli paru, trombosis vena atau infark miokard; antiplatelet oral seperti
dikumarol, warfarin, dan antiplatelet yang bekerja dengan cara mengikat ion kalsium, sebagai
salah satu faktor pembekuan darah.

Protokol untuk perawatan gigi bagi pasien yang menerima obat-obat antiplatelet,
sampai saat ini masih kontroversi, dan belum ada standar perawatan yang definitif. Bedah
minor seperti pencabutan 2-3 gigi, bedah gingiva, prosedur crown and bridge, dan scaling
supragingival, aman dilakukan tanpa mengubah dosis medikasi antiplatelet. Pencabutan lebih
dari 3 gigi dapat dilakukan dengan mengatur kunjungan dan merencanakan pencabutan
dengan waktu kunjungan terpisah. Pasien dengan kasus gingivitis, dapat dilakukan perawatan
scaling root planing (pembersihan karang gigi) dan bedah gingiva pada area terbatas pada
daerah yang dikeluhkan.

Pemakaian antiplatelet tidak hanya memiliki keuntungan, tetapi juga berisiko


meningkatkan perdarahan, terutama perdarahan gastrointestinal, stroke hemorragic, dan
perdarahan post-operative. Pada pasien dengan penggunaan antiplatelet memiliki risiko lebih
tinggi karena efek sinergisnya yang menyebabkan terjadinya perdarahan. Pasien dengan
terapi antiplatelet sebaiknya disarankan untuk menghentikan obat antiplatelet sebelum
pencabutan gigi atau perawatan yang berisiko mengeluarkan banyak perdarahan untuk
mengurangi perdarahan berlebih.

Efek antiplatelet biasanya bereaksi pada 1 jam pertama pada sistem pencernaan dan
berlangsung hingga 7-10 hari tetapi hal tersebut dapat menimbulkan efek thromboembolic.
Thromboembolic terjadi akibat lepasnya plak aterotrombolik yang disebut sebagai emboli,
yaitu akan menyumbat arteri disebelah distal dari arteri yang mengalami proses
aterosklerotik.
Beberapa penulis menyarankan penghentian antiplatelet selama 3 hari sudah cukup.
Elad dkk., 2008 melaporkan bahwa pada kasus dengan perdarahan parah pada perawatan
periodontal non bedah dengan membiarkan terapi (aspirin 100 mg ditambah clopidogrel 75
mg/hari). Pendarahan parah yang mengancam kehidupan terjadi pada post-operative yang
dapat menyebabkan syok hemoragik.
Perawatan menggunakan hemostatik lokal dapat mengendalikan perdarahan pasca
operasi. Verma et al. 2015 dalam studi calon mereka menyimpulkan bahwa ada tidak perlu
untuk menghentikan dosis antiplatelet aspirin sebelum ekstraksi gigi sederhana karena ada
0% kejadian pasca operasi pendarahan dalam pasien mereka. Olmos-Carrasco et al. [43],
dalam studi mereka calon pada 181 pasien yang menjalani ekstraksi gigi yang diamati
mengenai perdarahan pasca pencabutan aman dilakukan tanpa penghentian terapi platelet.
Pasien dengan terapi antiplatelet memiliki waktu perdarahan yang panjang, tetapi
secara klinis tidak relevan karena setelah perawatan gigi dan mulut dapat dikotrol dengan
menggunakan pemberian hemostatik lokal. Lockhart dkk., menyarankan perdarahan post-
operative secara klinis jika memenuhi 4 kriteria, pertama perdarahan yang berlangsung >12
jam setelah prosedur bedah, perdarahan yang membuat pasien datang kembali untuk meminta
perawatan, perdarahan yang menghasilkan hematoma yang luas (ecchymosis), dan
perdarahan yang membutuhkan transfusi darah.
Pasien tidak diperkenankan untuk berkumur selama 6 jam setelah operasi, karena
dapat menghancurkan bekuan darah, dan akan mengakibatkan perdarahan. Perdarahan yang
cukup banyak lebih dari 450 ml pada 24 jam pertama harus menghubungi dokter. Pasien
ditenangkan, periksa tanda-tanda vital kemudian di observasi. Bekuan darah dibersihkan fan
diperiksa, apakah berasal dari gingiva (jaringan lunak), dinding tulang atau keduanya.
Perdarahan dari gingiva dapat dikontrol dengan menjahit tepi atau margin luka. Perdarahan
dari tulang maka soket diisi dengan spons gelatin atau oxidized cellulose gauze, material
yang dapat diabsorbsi, seperti gelfoam dan kemudian dijahit. Kasa ditempatkan diatas s0oket
dan ditekankan selama 15-30 menit kemudian observasi perdarahan. Jika pasien syok, yang
ditandai dengan kehilangan kesadaran, berkeringat dengan denyut nadi yang lemah dan cepat
serta pernapasan yang dangkal dan cepat disertai turunnya tekanan darah, pasien sesegara
mungkin dimobilisasikan ke rumah sakit terdekat untuk penanganan yang lebih lanjut.

Michael TB, Catherine H, Scott LF, Philip CF, Peter BL. Utility of an International
Normalized Ratio Testing Device in a Hospital - Based Dental Practice. J Am Dent Assoc
2008; 139(6): 697-703.
Kumar, S. Dental Management of Patients on Antiplatelet Theraphy: Literature Review.
Asian J Pharm Clin Res 2016 (9):1-6.
Lockhart PB, Gibson J, Pond SH, Leitch J. Dental Management Considerations for the
Patient with an Acquired Coagulopathy. Part1: Coagulopathies from systemic disease. Br
Dent J 2003;195(8):439-45.
Randall C. Surgical Management of the Primary Care Dental Patient on Antiplatelet
Medication. Available from: http://www.ukmi.nhs.uk/activities/specialistServices/
Elad S, Chackartchi T, Shapira L, Findler M. A Critically Severe Gingival Bleeding
Following Non-surgical Periodontal Treatment in Patients Medicated with Anti-platelet. J
Clin Periodontol 2008;35(4):342-5.
Verma G, Tiwari AK, Chopra S. Aspirin and Exodontia: A Comparative Study of Bleeding
Complications with Aspirin Therapy. Int J Dent Sci Res 2013;1:50-3.43.
Olmos-Carrasco O, Pastor-Ramos V, Espinilla-Blanco R, Ortiz-Zárate A, García-Avila I,
Rodríguez-Alonso E. Hemorrhagic Complications of Dental Extractions in 181 Patients
Undergoing Double Antiplatelet Therapy. J Oral Maxillofac Surg 2015;73(2):203-10.

Anda mungkin juga menyukai