Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan Peraturan menteri dalam negeri nomor 21 tahun 2011 tentang
perubahan kedua atas peraturan menteri dalam negeri nomor 13 tahun 2006
tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah. Pemerintahan Kota Sukabumi
sebagai Badan Layanan Umum Daerah secara penuh puskesmas telah ditetapkan
sebagai Unit Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang menerapkan pola
pengelolaan keuangandi lingkungan pemerintah Kota Sukabumi. Dengan demikian
puskesmas mendapat keleluasaan dapat menggunakan langsung pendapatan
puskesmas untuk biaya operasionalnya.

Panduan pengelolaan keuangan ini digunakan untuk penatausahaan seluruh


penerimaan dan pengeluaran yang sumber dananya berasal dari jasa layanan,
hibah tidak terikat, hasil kerja sama dengan pihak lain dan lain-lain yang sah.
Sedangkan penatausahaan untuk penerimaan dan pengeluaran yang bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum

Mewujudkan tertib administrasi dan tertib pelaksanaan sesuai dengan prinsip


pengendalian intern yang baik atas transaksi-transaksi keuangan puskesmas,
memudahkan pendokumentasian dan monitoring serta evaluasi penggunaan
anggaran keuangan dalam mendukung peningkatan upaya kesehatan masyarakat
yang bersifat promotif dan preventif dalam mencapai target program kesehatan
prioritas nasional.

1
2. Tujuan Khusus

a. Panduan keuangan bagi petugas Bendahara Penerimaan Pembantu,


Bendahara Pengeluaran Pembantu dan Pengelola Keuangan
Operasional Puskesmas.
b. Panduan keuangan Dana JKN bagi petugas pengelola keuangan JKN.
c. Panduan keuangan Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) bagi
petugas pengelola keuangan BOK.

C. RUANG LINGKUP
1. Bendahara Penerimaan Pembatu
2. Pengelola Keuangan Operasional
3. Pengelola Keuangan JKN
4. Pengelola Keuangan BOK

D. BATASAN OPERASIONAL
1. Dana Alokasi Umum (DAU) adalah Sejumlah dana yang dialokasikan kepada
setiap Daerah Otonom (Provinsi/Kabupaten/Kota) di Indonesia setiap
tahunnya sebagai dana pembangunan. DAU merupakan salah satu
komponen belanja pada APBN, dan menjadi salah satu komponen
pendapatan pada APBD.
2. DAK Bidang Kesehatan adalah dana yang dialokasikan dalam APBN kepada
daerah dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan yang merupakan
urusan daerah sesuai dengan prioritas nasional.
3. Dana BOK (Bantuan Operasional Kesehatan) adalah dana yang
dialokasikan untuk meningkatkan kinerja puskesmas dalam upaya
kesehatan promotif dan preventif dalam mendukung pelayanan kesehatan di
luar gedung dengan didukung manajemen puskesmas yang baik.

2
4. Jaminan Kesehatan Nasional yang selanjutnya disingkat JKN adalah
jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat
pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan
dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar
iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.
5. Dana Kapitasi adalah besaran pembayaran per-bulan yang dibayar dimuka
kepada FKTP berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa
memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan.

3
BAB II

RUANG LINGKUP KEGIATAN

A. DANA ALOKASI KHUSUS BOK (BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN)


Dana Alokasi Khusus yang selanjutnya disebut DAK, adalah dana yang
bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah tertentu
dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan
urusan Daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Dana Alokasi Khusus Bidang
Kesehatan adalah Dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan untuk
meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan yang difokuskan pada
penurunan angka kematian ibu, bayi dan anak, penanggulangan masalah gizi, serta
pencegahan penyakit dan penyehatan lingkungan terutama untuk pelayanan
kesehatan penduduk miskin, dan penduduk di daerah tertinggal, terpencil,
perbatasan dan kepalauan dan daerah bermasalah kesehatan. Dana Alokasi
Khusus Nonfisik Bidang Kesehatan yang selanjutnya disebut DAK Nonfisik Bidang
Kesehatan adalah dana yang dialokasikan ke daerah untuk membiayai operasional
kegiatan program prioritas nasional di bidang kesehatan yang menjadi urusan
daerah guna meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan di daerah.
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan
di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan.
Kader Kesehatan Masyarakat adalah warga masyarakat yang dipilih dan dilatih
untuk menangani masalah kesehatan perseorangan maupun masyarakat serta
untuk bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat pemberian
pelayanan kesehatan.

4
Upaya Kesehatan Masyarakat adalah setiap kegiatan dan atau serangkaian
kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi, dan berkesinambungan untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk
pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan
pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat.

a. Prinsip dasar
Pemanfaatan DAK nonfisik berpedoman pada prinsip:
1. Keterpaduan Kegiatan DAK nonfisik direncanakan dan dilaksanakan
secara terpadu, lintas bidang, untuk mencapai beberapa tujuan kegiatan
prioritas dengan melibatkan para pelaksana program setiap tingkatan
(dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota/Puskesmas), kader
kesehatan, lintas sektor serta unsur lainnya. Dalam penggunaan tidak
dibagi-bagi untuk setiap bidang dan seksi berdasar struktur Organisasi
Perangkat Daerah tetapi untuk pelaksanaan program secara terintegrasi.
2. Efisien Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan dengan memanfaatkan
sumber daya yang ada secara tepat, cermat dan seminimal mungkin
untuk mencapai tujuan seoptimal mungkin dan tidak duplikasi dengan
sumber pembiayaan lain.
3. Efektif Kegiatan yang dilaksanakan berdaya ungkit tinggi terhadap
pencapaian prioritas nasional. Penetapan kegiatan dilakukan
berdasarkan prioritas penyelesaian masalah
4. Akuntabel Pengelolaan dan pemanfaatan dana DAK Nonfisik harus
dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
b. Manajemen Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus Nonfisik Bidang Kesehatan:
1. Perencanaan
1.1. Penganggaran Kepala Daerah yang menerima DAK non fisik dan
Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang melaksanakan,
perlu melakukan sinkronisasi antara rencana kegiatan dengan
dokumen perencanaan yang telah disepakati oleh pusat dan daerah.
Semua Jenis DAK Nonfisik bidang kesehatan yang dialokasikan
kepada daerah (provinsi, kabupaten/kota, dan Puskesmas) dibuat

5
perencanaan sesuai dengan peraturan yang berlaku di daerah
dengan mekanisme APBD;
1.2. Penyusunan program dan kegiatan dalam Rencana Kerja dan
Anggaran berdasar kebutuhan peran dan fungsi organisasi, prioritas
program dalam rangka pencapaian program nasional, Standar
Pelayanan Minimal yang dilaksanakan di daerah secara terintegrasi;
1.3. Dinas kesehatan kabupaten/kota dan Dinas Kesehatan Provinsi
menyusun RKA berdasar pagu DAK Nonfisik yang diterima;
1.4. Puskesmas menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)
berdasar alokasi yang diterima dari Kabupaten/Kota dan hasil RKA
dikompilasi oleh dinas kesehatan kabupaten/kota menjadi RKA
dinas kesehatan atau dapat berupa RKA tersendiri sesuai aturan
yang berlaku;
1.5. RKA yang telah disusun dan dikoordinasi oleh dinas kesehatan
dibahas dalam Rencana Anggaran Belanja Pemerintah Daerah
(RAPBD) apabila alokasi pasti sudah diterima. Apabila Peraturan
Presiden mengenai rincian APBN atau informasi resmi mengenai
alokasi DAK melalui portal Kementerian Keuangan dipublikasikan
setelah peraturan daerah tentang APBD ditetapkan, maka
pemerintah daerah harus menganggarkan DAK dimaksud dengan
terlebih dahulu melakukan perubahan Peraturan Kepala Daerah
tentang Penjabaran APBD dengan pemberitahuan kepada pimpinan
DPRD, untuk selanjutnya ditampung dalam peraturan daerah
tentang perubahan APBD atau dicantumkan dalam LRA bagi
pemerintah daerah yang tidak melakukan perubahan APBD
1.6. Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) menyusun Rencana
Pelaksanaan Kegiatan (RPK) berdasarkan Dokumen Pelaksanaan
Anggaran (DPA) yang telah ditetapkan
1.7. Rencana penggunaan mulai bulan Januari sampai dengan
Desember tahun anggaran berjalan yang dituangkan dalam rencana
kegiatan yang rinci setiap bulan.

6
2. Pengelolaan
2.1. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) provinsi dikelola dinas
kesehatan provinsi
2.2. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) kabupaten/kota dikelola
dinas kesehatan kabupaten/kota;
2.3. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Stunting dikelola dinas
kesehatan kabupaten/kota berkoordinasi dengan Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (Bapeda).
2.4. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Puskesmas disalurkan
melalui dinas kesehatan kabupaten/kota dan dikelola oleh
Puskesmas;

3. Pemantauan dan evaluasi mencakup kinerja program dan kinerja


keuangan. Lingkup pemantauan dan evaluasi meliputi :
3.1. Kesesuaian antara kegiatan BOK provinsi dengan usulan
kegiatan yang ada dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD);
3.2. Kesesuaian pemanfaatan BOK provinsi dalam Dokumen
Pelaksanaan Anggaran–Organisasi Perangkat Daerah (DPA-
OPD) dengan petunjuk teknis dan pelaksanaan di lapangan;
3.3. Kesesuaian antara DPA-OPD dengan Rencana Kerja Anggaran
(RKA) yang sudah disepakati antara Kementerian Kesehatan
dengan daerah;
3.4. Realisasi waktu pelaksanaan, lokasi, dan sasaran pelaksanaan
dengan perencanaan;
3.5. Evaluasi pencapaian kegiatan DAK berdasarkan input, proses,
output;
3.6. Evaluasi dari segi kelengkapan dan ketepatan pelaporan;
3.7. Evaluasi pencapaian target Program Prioritas Nasional Bidang
Kesehatan sesuai dengan target unit teknis, Rencana Kerja
Pemerintah dan Renstra Kemenkes.

7
B. Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional

Dana Kapitasi yang diterima oleh FKTP dari Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Kesehatan dimanfaatkan seluruhnya untuk :

a. pembayaran jasa pelayanan kesehatan; dan


b. dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan.
Alokasi untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud
untuk tiap FKTP ditetapkan sekurang-kurangnya 60% dari penerimaan Dana
Kapitasi. Alokasi untuk pembayaran dukungan biaya operasional pelayanan
kesehatan sebagaimana dimaksud ditetapkan sebesar selisih dari besar Dana
Kapitasi dikurangi dengan besar alokasi untuk pembayaran jasa pelayanan
kesehatan.

Besaran alokasi sebagaimana dimaksud ditetapkan setiap tahun dengan


Keputusan Kepala Daerah atas usulan Kepala SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten
dengan mempertimbangkan :

a. kebutuhan obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai;


b. kegiatan operasional pelayanan kesehatan dalam rangka mencapai
target kinerja di bidang upaya kesehatan perorangan; dan
c. besar tunjangan yang telah diterima dari Pemerintah Daerah.

Alokasi Dana Kapitasi untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan


sebagaimana dimaksud dimanfaatkan untuk pembayaran jasa pelayanan
kesehatan bagi tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan yang melakukan
pelayanan pada FKTP. Pembagian jasa pelayanan kesehatan kepada tenaga
kesehatan dan tenaga non kesehatan sebagaimana dimaksud ditetapkan dengan
mempertimbangkan variabel :

a. jenis ketenagaan dan/atau jabatan; dan


b. kehadiran.

8
Alokasi Dana Kapitasi untuk dukungan biaya operasional pelayanan
kesehatan sebagaimana dimaksud dalam dimanfaatkan untuk :

a. obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dapat dilakukan
melalui SKPD Dinas Kesehatan, dengan mempertimbangkan
ketersediaan obat, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang
dialokasikan oleh pemerintah dan pemerintah daerah; dan

b. kegiatan operasional pelayanan kesehatan lainnya, meliputi :


1) upaya kesehatan perorangan berupa kegiatan promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif lainnya;
2) kunjungan rumah dalam rangka upaya kesehatan perorangan;
3) operasional untuk puskesmas keliling;
4) bahan cetak atau alat tulis kantor; dan/atau
5) administrasi keuangan dan sistem informasi.
Penggunaan Dana Kapitasi untuk dukungan biaya operasional pelayanan
kesehatan sebagaimana dimaksud dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.

C. Pengelolaan Keuangan Daerah


1. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut pemerintah, adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) menurut
asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-
luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
3. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, dan/atau walikota, dan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
9
4. Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur
dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam
sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
5. Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui
dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
6. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang
termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan
hak dan kewajiban daerah tersebut.
7. Peraturan Daerah adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk
oleh DPRD dengan persetujuan bersama kepala daerah, termasuk Qanun
yang berlaku di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Peraturan Daerah
Provinsi (Perdasi) yang berlaku di Provinsi Papua.
8. Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,
pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah.
9. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disingkat APBD
adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan
disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan
dengan peraturan daerah.
10. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah
perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna
anggaran/pengguna barang.

10
11. Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat
SKPKD adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku
pengguna anggaran/pengguna barang, yang juga melaksanakan
pengelolaan keuangan daerah.
12. Organisasi adalah unsur pemerintahan daerah yang terdiri dari DPRD,
kepala daerah/wakil kepala daerah dan satuan kerja perangkat daerah.
13. Kepala Daerah adalah gubemur bagi daerah provinsi atau bupati bagi
daerah kabupaten atau walikota bagi daerah kota.
14. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah kepala
daerah yang karena jabatannya mempunyai kewenangan
menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan daerah.
15. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat PPKD
adalah kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah yang selanjutnya
disebut dengan. kepala SKPKD yang mempunyai tugas melaksanakan
pengelolaan APBD dan bertindak sebagai bendahara umum daerah.
16. Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BUD adalah PPKD
yang bertindak dalam kapasitas sebagai bendahara umum daerah.
17. Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan
anggaran untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi SKPD yang
dipimpinnya.
18. Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan
barang milik daerah.
19. Kuasa Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat Kuasa BUD
adalah pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian tugas
BUD.
20. Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang diberi kuasa untuk
melaksanakan sebagian kewenangan pengguna anggaran dalam
melaksanakan sebagian tugas dan fungsi SKPD.
21. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD yang selanjutnya disingkat PPK-
SKPD adalah pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan
pada SKPD.

11
22. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang selanjutnya disingkat PPTK
adalah pejabat pada unit kerja SKPD yang melaksanakan satu atau
beberapa kegiatan dari suatu program sesuai dengan bidang tugasnya.
23. Bendahara Penerimaan adalah pejabat fungsional yang ditunjuk untuk
menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan
mempertanggungjawabkan uang pendapatan daerah dalam rangka
pelaksanaan APBD pada SKPD.
24. Rencana Kerja dan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat RKA-SKPD
adalah dokumen perencanaan dan pengangggaran yang berisi rencana
pendapatan dan rencana belanja program dan kegiatan SKPD sebagai
dasar penyusunan APBD
25. Rencana Kerja dan Anggaran Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang
selanjutnya disingkat RKA-PPKD adalah rencana kerja dan anggaran
badan/dinas/biro keuangan/bagian keuangan selaku Bendahara Umum
Daerah.
26. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah adalah pendekatan
penganggaran berdasarkan kebijakan, dengan pengambilan keputusan
terhadap kebijakan tersebut dilakukan dalam perspektif lebih dari satu
tahun anggaran, dengan mempertimbangkan implikasi biaya akibat
keputusan yang bersangkutan pada tahun berikutnya yang dituangkan
dalam prakiraan maju.
27. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disingkat SPP adalah
dokumen yang diterbitkan oleh pejabat yang bertanggung jawab atas
pelaksanaan kegiatan/bendahara pengeluaran untuk mengajukan
permintaan pembayaran.
28. SPP Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-UP adalah
dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan
uang muka kerja yang bersifat pengisian kembali (revolving) yang tidak
dapat dilakukan dengan pembayaran langsung.
29. SPP Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-GU adalah
dokumen yang diajukan oleh bendaharan pengeluaran untuk permintaan
pengganti uang persediaan yang tidak dapat dilakukan dengan
pembayaran Iangsung.

12
30. SPP Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-TU
adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk
permintaan tambahan uang persediaan guna melaksanakan kegiatan
SKPD yang bersifat mendesak dan tidak dapat digunakan untuk
pembayaran Iangsung dan uang persediaan.
31. SPP Langsung yang selanjutnya disingkat SPP-LS adalah dokumen yang
diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan pembayaran
Iangsung kepada pihak ketiga atas dasar perjanjian kontrak kerja atau surat
perintah kerja Iainnya dan pembayaran gaji dengan jumlah, penerima,
peruntukan, dan waktu pembayaran tertentu yang dokumennya disiapkan
oleh PPTK.
32. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPM adalah dokumen
yang digunakan/diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD.
33. Surat Perintah Membayar Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat
SPM-UP adalah dokumen yang diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban beban
pengeluaran DPA-SKPD yang dipergunakan sebagai uang persediaan
untuk mendanai kegiatan

13
BAB III

PROSEDUR PENERIMAAN KAS

A. DEFINISI
Penerimaan kas adalah transaksi atau kejadian yang mengakibatkan
terjadinya penerimaan kas, yaitu penerimaan kas dari pendapatan jasa layanan
kesehatan, alokasi dana APBD, pinjaman, tagihan piutang, dan/ atau pendapatan
investasi lainnya.

Prosedur Penerimaan Kas adalah serangkaian proses mulai penerimaan kas di


kasir, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pertanggungjawaban
penerimaan kas atas pendapatan. Prosedur penerimaan kas ditetapkan dengan
tujuan untuk memastikan bahwa semua penerimaan kas telah dicatat dengan benar
dan lengkap sesuai dengan peraturan/tarif yang berlaku, diklasifikasikan secara
tepat serta untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas keamanan fisik uang
kas itu sendiri.

Prosedur penerimaan kas dirancang dengan semaksimal mungkin


menerapkan prinsip-prinsip pengendalian intern yang baik dan handal dengan
melibatkan semua fungsi yang terkait dan menggunakan dokumen/bukti transaksi
sebagai berikut :

1. Fungsi yang terkait

Fungsi yang terkait pada prosedur penatausahaan penerimaan kas, antara


lain :

a. Pengguna Anggaran
b. Kuasa Pengguna Anggaran
c. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD
d. Bendahara Penerimaan
e. Pejabat Keuangan BLUD
f. Bendahara Penerimaan Pembantu
g. Bendahara Pengeluaran Pembantu
h. Kasir

14
2. Bukti transaksi yang digunakan

Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur penerimaan kas mencakup


:
a. Surat tanda bukti pembayaran (nota pembayaran) / karcis
b. STS dan atau slip setoran,
c. Bukti transfer
d. SP2D/bukti penerimaan (untuk penerimaan dari alokasi dana APBD)

3. Buku-Buku Yang Digunakan

Buku yang digunakan dalam penatausahaan penerimaan kas :

a. BKU;
b. Buku Pembantu Rincian Obyek Penerimaan (untuk pendapatan non
APBD);
c. Rekapitulasi Penerimaan Harian (untuk pendapatan non APBD).
d. Buku kasir

B. Penerimaan kas dari jasa pelayanan kesehatan

Penerimaan kas dari pendapatan jasa pelayanan kesehatan merupakan


penerimaan yang diperoleh dari penerimaan pembayaran/tarif atas pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada masyarakat umum dan peserta JKN yang berupa
rawat jalan, rawat inap, obat-obatan/farmasi, laboratorium, pemanfaatan
ambulance, sebagai berikut:

15
1. Penerimaan Rawat Jalan / Unit Tindakan.
Penerimaan dari Rawat Jalan / Ruang Tindakan adalah penerimaan jasa
pelayanan rawat jalan kepada pasien untuk observasi, diagnosis, pengobatan,
dan pelayanan kesehatan lainnya yang dinyatakan dalam bentuk karcis harian
sesuai layanan yang dituju.

Prosedur :

a. Pelanggan rawat jalan datang mendaftar .


b. Untuk pelanggan baru, petugas pendaftaran mendata identitas pasien
serta unit layanan yang dituju dengan mencatat dalam buku Register
Pelanggan serta membuat nota pembayaran, kartu berobat dan
memberikan nomor antrian sesuai dengan layanan yang dituju,
sedangkan untuk pelanggan lama, pelanggan mendaftar dengan
menunjukkan kartu berobat.
c. Pasien menuju layanan yang dimaksud untuk mendapatkan
pemeriksaan/pelayanan kesehatan. Apabila berdasarkan hasil
pemeriksaan pasien tidak memerlukan tindakan lebih lanjut, maka
pasien diberi resep dan diarahkan untuk mendapatkan obat di unit obat
Puskesmas dan apabila pasien mendapat tindakan medik di layanan
yang bersangkutan, maka pasien dikenakan biaya tambahan sesuai
rincian tindakan, ditulis di nota pembayaran dan dibayar di Kasir.
d. Apabila menurut keterangan dokter masih diperlukan pelayanan
penunjang (pemeriksaan laboratorium) maka pasien diberi surat
pengantar ke laboratorium (beserta nota pembayaran).
e. Setelah dilaksanakan pelayanan laboratorium, petugas tempat pelayanan
menulis rincian biaya tersebut di nota pembayaran dan petugas
laboratorium mempersilahkan pelanggan kembali ke unit perujuk.
f. Apabila menurut dokter yang memeriksanya pelanggan masih perlu
dikonsultasikan kepada dokter lain yang tidak dapat dilakukan di
puskesmas, maka kepada pasien diberi surat pengantar ke dokter pada
fasilitas kesehatan lanjutan dengan dibuatkan surat rujukan.
g. Pasien membayar administrasi karcis dan tindakan jika ada sesuai
dengan tarif layanan yang dituju di kasir.

16
h. Atas pembayaran Kasir menyobek karcis sesuai dengan tarif layanan
dan diberikan kepada pelanggan.
Secara harian pada akhir jam pendaftaran, kasir membuat rekap penerimaan,
yaitu jumlah pasien (berdasarkan jumlah karcis) dan jumlah uang yang
diterima, kemudian dicocokan antara jumlah uang yang diterima dengan yang
sesungguhnya (antara catatan hasil rekap dan fisik uangnya) untuk kemudian
diserahkan kepada Bendahara Penerimaan Pembantu dengan Surat Tanda
Setoran (STS) .

2. Penerimaan Laboratorium
Penerimaan jasa pelayanan kesehatan dari laboratorium merupakan penerimaan
pembayaran/tarif atas pelayanan pemeriksaan penunjang diagnostik yang meliputi
pemeriksaan laboratorium kepada pasien dari dalam Puskesmas (pelanggan rawat
jalan/unit tindakan) dan dari luar atas permintaan sendiri untuk melengkapi
penegakan diagnosis atau terapi.

Prosedur :

a. Untuk pasien dari dalam Puskesmas (pelanggan rawat jalan/unit


tindakan) mendapat surat pengantar dari dokter yang memeriksanya,
sedangkan untuk pasien dari luar Puskesmas mendaftar di pendaftaran
dan langsung menuju unit pelayanan umum.
b. Pasien menuju ruang laboratorium dengan membawa surat pengantar
dan kemudian mendapatkan pelayanan.
c. Setelah melakukan tindakan pelayanan, petugas laboratorium menulis
rincian pemeriksaan di nota pembayaran untuk diserahkan ke kasir.
d. Petugas kasir menyobek karcis sejumlah biaya yang harus dibayar oleh
pelanggan.
e. Untuk pasien JKN mendapat pelayanan laboratorium dan tidak dikenakan
biaya,namun biaya akan ditagihkan kepada BPJS (Non Kapitasi).

17
BAB IV

PROSEDUR PENGELUARAN KAS

A. DEFINISI

Pengeluaran kas adalah transaksi atau kejadian yang mengakibatkan


terjadinya pengeluaran kas, misalnya pengeluaran kas untuk pembayaran belanja
pegawai dan belanja operasional Puskesmas lainnya, pembayaran utang,
penyetoran kepada pihak ketiga, penyertaan modal ataupun pengembalian
pendapatan.

Prosedur pengeluaran kas ditetapkan dengan tujuan untuk memastikan


bahwa semua pengeluaran kas telah dicatat dengan benar sesuai dengan
klasifikasi pengeluaran ataupun anggaran yang tersedia serta untuk memperoleh
keyakinan yang memadai atas pengeluaran kas itu sendiri. Prosedur pengeluaran
kas dirancang dengan semaksimal mungkin menerapkan prinsip-prinsip
pengendalian intern yang baik dan handal dengan tetap memperhatikan fungsi yang
terkait dan dokumen/bukti transaksi yang digunakan, sebagai berikut :

1. Fungsi yang terkait

Fungsi yang terkait pada sistem dan prosedur pengeluaran kas baik yang berasal
dari dana Fungsional (penerimaan dari pendapatan Puskesmas) maupun dana
yang bersumber dari

APBD ditetapkan, antara lain:

a. Pengguna Anggaran
b. Kuasa Pengguna Anggaran/pemimpin BLUD
c. PPK Puskesmas
d. Pejabat keuangan BLUD / Sub Bag Tata Usaha
e. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK)/Pejabat Teknis
f. Bendahara Pengeluaran
g. Bendahara Pengeluaran Pembantu

18
2. Bukti transaksi yang digunakan

Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur pengeluaran kas mencakup:

a. SPP GU,LS,TU
b. Bukti transaksi pengeluaran kas lainnya

19
BAB V

PELAPORAN

A. DANA ALOKASI KHUSUS KESEHATAN

1.Jenis Pelaporan

Laporan dari kegiatan pemantauan teknis pelaksanaan DAK Bidang


Kesehatan terdiri:

Laporan setiap bulan yang memuat jenis kegiatan, lokasi kegiatan,


realisasi keuangan, realisasi fisik dan permasalahan dalam
pelaksanaan DAK

a. Laporan penyerapan DAK disampaikan kepada Menteri Keuangan


berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Pelaksanaan dan
Pertanggungjawaban Anggaran Trasfer ke Daerah yang berlaku.
b. Disamping laporan triwulanan, untuk DAK Nonfisik BOK diwajibkan
untuk membuat laporan rutin bulanan capaian program (sesuai
indikator Renstra 2015-2019 dan RBA Tahun 2017), dengan
menggunakan format, mekanisme dan ketentuan yang sudah
ditetapkan.

1. Pelaksanaan di Puskesmas

Menyampaikan BKU kepada Dinas Kesehatan untuk direkap dan menginput


aplikasi SIPKD yang selanjutnya dipertanggungjawabkan dengan
melampirkan SPJ kegiatan.

20
BAB VII

PENUTUP

Panduan ini dibuat untuk dijadikan acuan penggunaan DAU dan DAK Nonfisik
Bidang Kesehatan Tahun Anggaran dan dimungkinkan untuk dapat digunakan
sebagai acuan DAU dan DAK Nonfisik Bidang Kesehatan pada tahun selanjutnya.
DAK nonfisik bidang kesehatan diarahkan untuk kegiatan yang dapat meningkatkan
daya jangkau dan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat di daerah dengan
derajat kesehatan yang belum optimal, sehingga masyarakat di seluruh wilayah
Indonesia dapat memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu.

Menu kegiatan dalam petunjuk teknis penggunaan DAU dan DAK Nonfisik
Bidang Kesehatan ini merupakan pilihan kegiatan bagi tiap jenisnya. Tiap kegiatan
DAU dan DAK Nonfisik tidak diperkenankan dilakukan pengalihan anggaran
ataupun kegiatan antar DAK Nonfisik, baik antara BOK, dan Akreditasi Pukesmas.
Kegiatan-kegiatan yang bisa didanai dari DAU dan DAK Nonfisik Bidang Kesehatan
sebagaimana diuraikan di atas sifatnya adalah pilihan.

Pemilihan kegiatan DAU dan DAK Nonfisik Bidang Kesehatan seharusnya


merupakan bagian program jangka menengah sesuai Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan dan Rencana Strategis Daerah sehingga lebih berdaya
guna dan berhasil guna.

21

Anda mungkin juga menyukai