Manuskrip
Manuskrip
1
Program Studi Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
2
Bagian Ilmu THT Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Alamat korespondensi
1
Perumahan Permata Jingga, West Area, Blok A/21 Malang, Jawa Timur, Telp: 081284954196.
Email: anditapls@gmail.com
2
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Jalan Kyai Tapa no. 260, Grogol, Jakarta Barat.
Email:
ABSTRAK
LATAR BELAKANG
Otitis media adalah kondisi inflamasi yang terjadi pada bagian telinga tengah yang disebabkan
oleh disfungsi saluran eustachius yang berhubungan dengan beberapa penyakit termasuk ISPA.
Struktur fisik botol susu merupakan faktor risiko terjadinya otitis media karena jarak lidah ke
palatum yang pada pemberian ASI secara langsung menguntungkan untuk aerasi tuba eustachius.
Pada saat pemberian susu dengan botol, anak cenderung menerima secara pasif cairan dari botol
karena adanya gravitasi dan tekanan menghisap ringan dari mulut anak. Struktur fisik botol
membuat tekanan telinga tengah menjadi negatif dan tekanan negatif ini yang menjadi faktor
predisposisi disfungsi tuba eustachius yang menyebabkan infeksi otitis media. Posisi terlentang
pada pemberian susu botol juga merupakan faktor risiko tambahan karena menyebabkan
untuk meneliti faktor mekanik pemberian ASI terhadap otitis media pada anak di Puskesmas
Taman Sari.
METODE
Penelitian ini merupakan studi observatif dengan rancangan cross sectional dengan responden
sejumlah 105 pasien di Puskesmas Taman Sari. Pengumpulan data menggunakan wawancara
terpimpin kuesioner dan pemeriksaan langsung. Analisis data dilakukan secara univariat dan
bivariat dengan uji Chi Square menggunakan program SPSS versi 22.0.
HASIL
Uji chi square menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara faktor mekanik
KESIMPULAN
Faktor mekanik pemberian ASI dan otitis media tidak berhubungan secara signifikan pada pasien
Kata kunci: Faktor Mekanik Pemberian ASI, Otitis Media, Botol Susu
ABSTRACT
BACKGROUND
Otitis media is a middle ear infection caused by eustachian tube dysfunction that related to many
diseases such as upper respiratory tract infection (URTI). The structure of milk bottle might
become risk factor causing otitis media regarding the length of palatum and tongue which in
breastfeeding the length is needed for air circulation of eustachian tube. Gravitation and the
mouth pressure then make children passively receive the liquid from the bottle resulting negative
pressure in the middle ear. This negative pressure is predisposition factor of otitis media. Supine
position in infant feeding also an additional risk factor that causing fluid entering the middle ear.
Based on previous research, writer is keen to study about the mechanical factors of otitis media
METHOD
This research is an analytical study with cross-sectional design with respondents as many as 15
examination of the children. Data analysis is done by univariate and bivariate analysis with chi
square test and using Statistical Package for Social Sciences (SPPS) 22nd version.
RESULTS
Chi Square test shows that there is no significant relationship between mechanical factors of
CONCLUSION
There is no significant relationship between mechanical factors of infant feeding and otitis media
PENDAHULUAN
Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia cara pemberian makanan pada bayi yang
baik dan benar adalah menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan
dan meneruskan menyusui anak sampai umur 24 bulan. Menurut Departemen Kesehatan RI,
kebiasaan memberikan makanan atau minuman untuk mengganti air susu apabila belum keluar
pada hari pertama kelahiran dapat membahayakan kesehatan bayi dan kurangnya kesempatan
untuk merangsang produksi air susu ibu sedini mungkin melalui isapan langsung pada payudara
ibu, sehingga menyebabkan pemberian makanan dengan alat bantu lain seperti botol gencar
dilakukan untuk anak yang tidak memiliki masalah medis. Menurut Labbok et al pada saat
pemberian susu dengan botol, anak cenderung menerima secara pasif cairan dari botol karena
adanya gravitasi dan tekanan menghisap ringan dari mulut anak.(1) Struktur fisik botol susu
merupakan faktor risiko terjadinya otitis media karena jarak lidah ke palatum yang pada
pemberian ASI secara langsung menguntungkan untuk aerasi tuba eustachius. Penggunaan botol
susu biasanya digunakan untuk menambah nutrisi bagi anak dan dapat dihubungkan dengan
adanya terminasi ASI langsungdari ibu, namun untuk anak yang menerima ASI langsung dari ibu
cenderung tidak memerlukan makanan tambahan kecuali bagi anak dengan berat badan lahir
rendah, menderita hipoglikemi atau anak dari ibu yang terkena komplikasi post partum.
Otitis media adalah kondisi inflamasi yang terjadi pada bagian telinga tengah yang
disebabkan oleh disfungsi saluran eustachius yang berhubungan dengan beberapa penyakit
termasuk ISPA dan rhinosinusitis kronik.(2) Otitis media merupakan inflamasi dari membran
mukosa telinga tengah termasuk diantaranya infeksi pada rongga telinga dalam, antrum mastoid,
Anak yang diberi ASI langsung dari ibu memiliki fisiologi fungsional yang berbeda yang
dipengaruhi oleh tekanan yang kuat saat mengisap, menelan dan pola pernapasan anak. Terdapat
indikasi bahwa isapan pada puting susu ibu yang terlihat pada anak dan pola pernapasan anak
saat menyusui diperlukan untuk aerasi tuba eustachius. Sedangkan anak yang diberi susu botol
menerima susu lebih karena aliran dari puting susu sekunder akibat gaya gravitasi atau tekanan
ringan dari mulut bayi. Pemberian susu botol bukan berisi ASI pada bayi selain meningkatkan
risiko kurangnya proteksi imunologi, dan tekanan ringan dari mulut bayi menyebabkan
pembukaan tuba eustachius.Pemeriksaan tekanan dilakukan pada bayi yang menyusui dengan
botol dan didapatkan adanya tekanan intratimpani negatif karena tekanan negatif dari botol ke
telinga tengah. Tekanan negatif ini yang menjadi faktor predisposisi disfungsi tuba eustachius
yang menyebabkan infeksi otitis media. Posisi terlentang pada pemberian susu botol juga
merupakan faktor risiko tambahan karena menyebabkan masuknya cairan ke telinga tengah.(4)
METODE
Penelitian ini bersifat deskriptif potong lintang untuk mengetahui hubungan faktor
mekanik pemberian ASI dengan otitis media pada anak. Penelitian dilakukan di Puskesmas
Taman Sari Jakarta Barat pada bulan Oktober-Desember 2017 dimana merupakan fasilitas
kesehatan layanan primer yang ada di masyarakat, sehingga angka yang akan didapatkan pada
penelitian ini dapat mewakili kejadian otitis media yang ada di kecamatan tersebut. Subjek
penelitian dipilih berdasarkan consecutive non random sampling dimana sampel dipilih
berdasarkan kriteria inklusi anak berusia 0-2 tahun yang lahir cukup bulan dan mendapatkan
persetujuan orang tua/ wali dengan menandatangani informed consent. Sedangkan kriteria
eksklusi adalah anak dengan rhinitis alergi dan atau memiliki kelainan anatomi pada daerah tuba
eustachius. Dengan menggunakan semua subjek yang memenuhi kriteria dipilih secara berurutan
Universitas Trisakti dengan nomor kaji etik 55/KER-FK/VII/2017, serta persetujuan administrasi
wilayah setempat yaitu dari Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat dengan nomor izin
4318/1.77, dan izin penelitian dari walikota dan izin dari puskesmas yang bersangkutan. Data
dikumpulkan oleh peneliti dalam kunjungan ke poli Manajemen Balita Sehat Terpadu (MTBS)
Puskesmas Taman Sari. Subjek yaitu orang tua dan yang membawa anak berusia 0-2 tahun yang
setuju secara sukarela diminta persetujuan tanda tangan pada lembar informed consent, kemudian
dilakukan pengisian identitas dan kuesioner dalam bentuk wawancara terpimpin. Subjek
penelitian selanjutnya menjalani pemeriksaan oleh dokter yang bertugas pada poli tersebut
sehingga didapatkan hasil apakah pasien positif ISPA dan atau otitis media.
Data yang sudah ada kemudian dicatat dan dimasukkan ke dalam lembar kerja excel
komputer, kemudian diolah dengan program statistik SPSS versi 2.0. Data tersebut kemudian di
analisis secara deskriptif untuk mencari distribusi frekuensi dan secara cross-sectional untuk
HASIL PENELITIAN
Subjek penelitian adalah 105 anak usia 0-2 tahun dan orang tua yang bersedia
Karakteristik subjek
Prevalensi otitis media berdasarkan pada penelitian di Puskesmas Taman Sari, Jakarta Barat
adalah 17,1%.
Sebagian besar pendidikan ibu adalah SMA dan sederajat yaitu 61%, dan paling banyak
ibu tidak bekerja mengaku sebagai ibu rumah tangga sebanyak 58,1%. Sebagian besar ibu
memiliki pengetahuan baik terhadap pemberian ASI kepada anak (80%). Subjek menderita otitis
media sebanyak 18 anak dan 17 orang diantaranya sedang menderita ISPA (94,4%). Subjek
penelitian sebanyak 84,7% mendapatkan ASI. Sebagian besar (47,6%) pemberiannya ASI atau
makanan cair menggunakan botol susu dan 61% diberikan dalam posisi kombinasi antara
Analisis hasil hubungan antar variabel dengan kejadian otitis media pada anak disajikan
dalam tabel 1.
Tabel 1. Hubungan antar variabel dengan kejadian otitis media pada anak (n=105)
Otitis media p*
Ya Tidak
Pendidikan ibu 0,555
Rendah 3 20
Tinggi 15 67
Status pekerjaan ibu
Bekerja 5 39 0,182
Tidak bekerja 13 48
Pengetahuan ibu
Baik 15 69 0,698
Otitis media p*
Ya Tidak
Sedang 3 18
Teknik menyusui
Menyusui langsung 4 25
Menyusui tidak langsung 7 43 0,316
Kombinasi 7 19
Posisi menyusui
Berbaring 5 25 0,312
Duduk 0 10
ISPA
Ya 17 57 0,014
Tidak 1 30
*p<0.05 didapatkan hasil berbeda bermakna (Uji Chi Square)
Dilakukan uji chi-square pada variabel sosiodemografi orang tua responden yaitu
pekerjaan dan pendidikan ibu, didapatkan nilai p variabel pekerjaan adalah 0,063 dan nilai p
variabel pendidikan ibu adalah 0,447 dimana p<0,05 yang berarti tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara variabel-variabel tersebut. Uji chi-square pada variabel pengetahuan ibu
menunjukkan nilai p 0,028 dimana menunjukkan terdapat hubungan bermakna secara statistik
Hasil uji chi-square pada variabel teknik menyusui dan posisi menyusui masing-masing
memberikan nilai p 0,312 dan 0,294. Hasil ini menyimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan
bermakna antara teknik menyusui dan posisi menyusui dengan otitis media.
Uji chi-square pada variabel ISPA didapatkan nilai p 0,014 dimana berarti terdapat
hubungan bermakna secara statistik antara kejadian ISPA dan otitis media pada anak.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil uji chi square mengenai hubungan data sosiodemografi orang tua
pasien mengenai status pekerjaan ibu, didapatkan nilai p=0,182 (p<0,05) yang artinya tidak
terdapat hubungan bermakna antara pekerjaan ibu dengan otitis media pada anak. Hal ini dapat
disebabkan karena ibu yang bekerja cenderung menitipkan anaknya ke tempat penitipan anak
atau daycare sehingga pekerjan ibu tidak berhubungan dengan terjadinya otitis media pada anak
(1)
. Penelitian ini didukung oleh penelitian Kathleen A (2,3) dan Gordon RA et al (4) didapatkan p
value 0,462 (p<0,05) dimana tidak terdapat hubungan bermakna antara pekerjaan ibu dengan
kejadian otitis media pada anak. Hasil uji chisquare pada pendidikan ibu didapatkan nilai
p=0,555 (p<0,05) dimana tidak terdapat hubungan bermakna antara pendidikan ibu dengan otitis
media pada anak. Hal ini dapat dipengaruhi oleh jumlah saudara kandung dirumah dimanasecara
tidak langsung mempengaruhi kesehatan masing-masing anak, semakin banyak saudara kandung
(1)
maka fokus ibu akan kesehatan anak juga semakin terpecah . Hal ini didukung dengan
penelitian yang dilakukan oleh A Sophia, et al (5), namun bertentangan dengan penelitian yang
(3)
dilakukan oleh Shaheen et al dimana pendidikan ibu memiliki pengaruh langsung pada
personal hygiene, kesadaran akan kesehatan keluarga, kesadaran mencari pengobatan saat anak
mereka sakit, pemenuhan nutrisi dan faktor kesehatan anak lainnya. Pada penelitian ini
didapatkan hasil uji chi square mengenai variabel pengetahuan ibu akan ASI terhadap kejadian
otitis media didapatkan p value 0,698 (p<0,05) dimana tidak terdapat hubungan yang bermakna
secara statistik antara pengetahuan ibu dan kejadian otitis media pada anak. Salah satu strategi
menurunkan angka kejadian otitis media adalah dengan memastikan tingkat pengetahuan ibu,
(4)
sikap dan praktik ibu terhadap faktor risiko penyakit Ibu dengan pengetahuan tentang ASI
yang baik memiliki kepercayaan diri dan cenderung memilih metode pemberian ASI secara
langsung, dimana metode pemberian ASI berperan secara langsung dengan output kesehatan
(6)
anak tersebut . Hasil uji chi square mengenai teknik menyusui terhadap otitis media
didapatkan nilai p=0,312 (p<0,05) dimana tidak terdapat hubungan berarti antara teknik
pemberian ASI dengan otitis media. Hal ini dapat dipengaruhi oleh usia dan pengetahuan ibu
mengenai ASI, dimana semakin tua usia ibu, ibu cenderung dapat mengambil keputusan
pemberian ASI dengan metode langsung karena pengalaman dan pola pikir mereka yang lebih
matang daripada ibu dengan usia muda. Selain itu, pengetahuan ibu mengenai ASI secara
langsung meningkatkan kepercayaan diri ibu untuk lebih memilih metode ASI langsung. Posisi
menyusui ditanyakan apakah ibu sering memberikan makanan cair secara berbaring di kasur,
duduk atau kombinasi keduanya, dan didapatkan hasil 61,9% ibu memberikan dengan posisi
kombinasi. Hasil uji chi square posisi menyusui pada penelitian ini didapatkan 0,294 (p<0,05)
yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara posisi menyusui dan otitis media
pada anak. Hal ini dapat terjadi oleh karena durasi pemberian ASI secara berbaring yang berbeda
pada masing-masing anak dimana pada penelitian ini tidak diteliti walaupun dengan cara
berbaring semakin lama anak diberikan makanan cair dengan cara berbaring dapat meningkatkan
(7)
faktor risiko terjadinya otitis media. Berdasarkan hasil uji chi square yang dilakukan pada
penelitian ini mengenai hubungan kejadian ISPA dengan otitis media pada anak didapatkan p
value 0,014 (p<0,05) dimana diartikan terdapat hubungan bermakna antara ISPA dan otitis
media. Pada saat anak terkena ISPA, terdapat infeksi bakteri pada anasofaring dan faring yang
seharusnya dicegah penjalarannya oleh enzim dan bulu halus dari tuba eustachius yang kemudian
menjadi sumbatan dan meradang dan akhirnya merupakan faktor utama terjadinya otitis media (8)
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak
terdapata hubungan yang bermakna secara statistik antara faktor mekanik pemberian ASI dan
status demografi pasien dengan terjadinya otitis media pada anak, namun terdapat hubungan
DAFTAR PUSTAKA
1. Kong K CH. Natural history, definitions, risk factors and burden of otitis media. Otitis
2. Daly KA. Early Otitis Media Among Minnesota American Indians: The Little Ears Study..
otitis media among rural primary school children of Bangladesh. International Journal of
4. Gordon RA. The effects of maternal employment on child injuries and infectious disease.
5. Sophia A. Risk factors for otitis media among preschool, rural Indian children. International
7. Lasisi AO. clinical and demographic risk factors associated with chronic suppurative otitis
8. Husni TR. Hubungan infeksi saluran pernapasan akut dengan otitis media akut pada anak
bawah lima tahun di Puskesmas Kuta Alam Kota Banda Aceh. Fakultas Kedokteran
9. Srikanth S. knowlegde, attitudes and practices with respect to risk factors for otitis media in a
73.
10 Bowatte G. Breastfeeding and childhood acute otitis media: a systematic review and meta-
11. Abrahams S Labbok M. Breastfeeding and otitis media: a review of recent evidence.
Carolina Global Breastfeeding Institute. 2011; 11.
Flint A, New K, Davies MK. Cup feeding versus other forms of supplemental enteral
12.
feeding for newborn infants unable to fully breastfeed. Cochrane Database of Systematic
Reviews. 2007; 2.
Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut. In. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI;
14.
2011. diunduh di http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/handle/123456789/1758
WHO. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang
15. Cenderung Menjadi Epidemi Dan Pandemi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. In; 2007.
diunduh di
http://www.who.int/csr/resources/publications/WHO_CDS_EPR_2007_8bahasa.pdf
Kartasasmita CB. Pneumonia pembunuh balita jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2010.
p45-46
16.
Revai K, Dobbs LA, Nair S, Patel JA, Graddy JJ, Chonmaitree T. Incidence of acute otitis
media and sinusitis complicating upper respiratory tract infection: the effect of age.
17.
Pediatrics Department University of Texas; 2007.
20.