Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK HAYATI (Biofertilizer) DAN MEDIA

TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN


TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.)

Belinda R. Maharani, Tini Surtiningsih, Edy Setiti Wida Utami


Program Studi S1 Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Airlangga, Surabaya.
Belinda_rmaharani@yahoo.co.id

ABSTRACT
This research aims to determine the influence of awarding a growing medium and
biological fertilizers (biofertilizer) on the growth and production of tomato plants
(Lycopersicum esculentum Mill.). This study is a non-experimental research. This
research used a mixture of compost and planting medium with husk compost (3:1)
and combined with 4 dosages of biofertilizer (0, 5, 10, 15 mL/plant) and NPK 5
g/plant, every treatment repeated 3 times. Fertilization is given at the time of
planting, 30 days after transplanting (DAT), and 60 DAT. The parameters
measured were plant growth (height, stem biomass, root biomass, root length) and
crop production (fruit number and fruit weight), data were analyzed descriptively.
The results showed that the best treatment for yield (fruit weight) of 128.59
g/plant obtained at dose combination biofertilizer 10 mL/plant with compost
growing media.

Keywords: Biofertilizer, growing medium, compos, mixture of compos and husk,


growing, production, Lycopersicum esculentum Mill.

Pendahuluan
Indonesia sebagai negara agraris masih mengandalkan sektor pertanian
sebagai sektor yang berperan penting dalam menunjang perekonomian nasional.
Dari sektor pertanian, sektor hortikultura merupakan komoditas yang sangat
prospektif, dan kebutuhan pasar domestik akan hasil tanaman holtikultura sangat
tinggi. Salah satu tanaman hortikultura di Indonesia adalah tomat (Lycopersicum
esculentum Mill.). Kebutuhan akan tomat sangat tinggi, sementara produksi tomat
masih rendah. Rendahnya produksi tomat mungkin disebabkan karena
penanganan dalam penanaman, antara lain pemberian pupuk yang tidak sesuai
dengan karakter tanah akan membuat tanah menjadi rusak dan tidak subur
(Purwati et al., 2009).
Penggunaan pupuk kimia pada tanaman tomat oleh petani saat ini lebih
tinggi dibandingkan penggunaan pupuk organik. Banyak faktor-faktor yang
membuat petani menggunakan pupuk kimia, salah satunya ketakutan akan
menurunnya hasil produksi tanaman, padahal pupuk kimia memberikan dampak
negatif bagi lingkungan. Untuk memperbaiki kesuburan tanah yang menurun
akibat pemberian pupuk kimia, maka dapat digantikan dengan pemberian pupuk
hayati (biofertilizer). Pupuk hayati (biofertilizer) adalah pupuk yang mengandung
mikroorganisme yang dapat mendorong pertumbuhan dengan meningkatkan
kebutuhan nutrisi tanaman (Anonim, 2011). Mikroba penting penyusun
biofertilizer diantaranya Bacillus sp., Pseudomonas sp., adalah bakteri pelarut
fosfat, Rhizobium sp., Azotobacter sp., Azospirillum sp., dan Acetobacter sp.,
sebagai penambat nitrogen. Celulomonas sp., Lactobacillus sp., perombak bahan
organik dan mikroba penghasil antibiotik maupun hormon pertumbuhan.
Kompos digunakan sebagai media tanam karena kompos merupakan
bahan organik yang mengalami proses dekomposisi oleh mikroorganisme
pengurai, disamping itu kompos mempunyai sifat fisik yang baik, diantaranya
porus, menahan air, dan nutrisi tanaman dengan baik (Setyorini et al., 2006).
Sekam adalah hasil penggilingan padi dan hasil limbah pertanian yang baik
digunakan untuk media tanam karena mempunyai sifat fisik yang baik (Hort,
1990).

Bahan dan Metode


Pupuk hayati yang digunakan terdiri atas konsorsium mikroba
Azospirillum sp., Azotobacter sp., Rhizobium sp., Bacillus megaterium,
Pseudomonas sp., Bacillus subtilis, Lactobacillus plantarum, Cellulomonas sp.,
dan Saccharomyces cereviceae.
Penelitian dilakukan di green house Dinas Pertanian UPT Pengembangan
Agribisnis Tanaman Pangan dan Holtikultura, Desa Lebo-Sidoarjo selama 9
bulan. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental, data yang diperoleh
dianalisis secara deskriptif. Penelitian ini menggunakan media tanam kompos dan
campuran kompos dengan sekam (3:1) yang dikombinasikan dengan 4 dosis
pupuk hayati (0, 5, 10, 15 mL/tanaman) dan NPK 5 g/tanaman, setiap perlakuan
dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali.

Hasil Penelitian
Tabel 1. Jumlah mikroba dalam pupuk hayati (biofertilizer)
Jenis mikroba Jumlah mikroba pada
molase (Cfu/mL)
Cellulomonas sp. 11,25 x 107
Bacillus subtilis 3,95 x 107
Lactobacillus plantarum 1,95 x 107
Rhizobium sp. 7,98 x 107
Saccharomyces 16,5 x 107
Fiksasi N 7,95 x 107
Pelarut P 16,5 x 107

Dari tabel 1. terlihat bahwa pupuk hayati yang digunakan mengandung


semua mikroba yang dibutuhkan tanaman. Jumlah masing-masing mikroba sesuai
dengan Permentan (2011) bahwa jumlah mikroba dalam pupuk hayati harus lebih
dari 106.
Kurva pertumbuhan tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.).
Kurva pertumbuhan tinggi tanaman diukur setiap 2 minggu sekali, dimulai
minggu ke-2 sampai minggu ke-12 setelah tanam, baik untuk media tanam
kompos maupun campuran media tanam kompos dan sekam.

Gambar 1. Kurva pertumbuhan tinggi tanaman tomat pada media kompos


Dari gambar 1, menunjukkan pertumbuhan tanaman tomat pada media
tanam kompos. Pada minggu ke-2 semua tanaman menunjukkan pertumbuhan
yang sama. Pada minggu ke-4 sampai ke-12 semua tanaman mengalami
pertumbuhan yang cukup baik. Pada minggu ke-12 perlakuan K1B10
menunjukkan hasil terbaik yaitu 92 cm.

Gambar 2. Kurva pertumbuhan tinggi tanaman tomat pada media campuran


kompos dan sekam

Dari gambar 2, menunjukkan pertumbuhan tanaman tomat pada media


tanam campuran kompos dan sekam. pada minggu ke-2 semua tanaman
menunjukkan pertumbuhan yang sama. Pada minggu ke-4 sampai ke-12 masing-
masing tanaman menunjukkan hasil pertumbuhan yang berbeda-beda. Terlihat
pada perlakuan K2B15 yang menunjukkan bahwa mulai minggu ke-2 sampai ke-
12 tanaman tidak mengalami pertumbuhan.

Tabel 2. Nilai rata-rata pertumbuhan tanaman tomat (saat panen) dengan


pengaruh campuran media dan pupuk hayati (biofertilizer)

Perlakuan Tinggi tanaman Panjang akar Biomassa Biomassa akar


(cm) (cm) batang (g) (g)
K1B0+ 83,67 27,45 23,17 9,20
K1B0- 86,33 29,55 25,13 27,01
K1B5 70,33 36 29,30 39,26
K1B10 92 36,47 32,73 25,50
K1B15 91 35 33,97 29,83
Rata-rata K1 84,67 32,89 28,86 26,16
K2B0+ 92,67 27,67 22,33 8,67
K2B0- 100 35,33 23,13 10,94
K2B5 89 31,50 16,07 7,18
K2B10 87,33 28 23,70 6,27
K2B15 34,33 21,73 7,03 4,34
Rata-rata K2 80,67 28,85 18,45 7,48
Berdasarkan tabel 2, menunjukkan hasil pertumbuhan dengan pengaruh
campuran media tanam dengan pupuk hayati (biofertilizer) menunjukkan bahwa
penggunaan media tanam yang menunjukkan hasil terbaik adalah pemberian
media tanam kompos untuk berbagai perlakuan, baik untuk parameter tinggi,
panjang akar, biomassa batang, ataupun biomassa akar. Untuk pemberian pupuk
hayati yang menunjukkan hasil terbaik pada tinggi dan panjang akar adalah B10
(10 mL/tanaman) pada media kompos, biomassa batang yang menunjukkan hasil
terbaik adalah B15 (15 mL/tanaman) pada media kompos, untuk panjang akar
hasil terbaik pada media tanam kompos yaitu pada pemberian B5 (5
mL/tanaman). Pemberian campuran media tanam dengan pupuk hayati yang
menunjukkan hasil terbaik pada parameter tinggi adalah perlakuan K2B0- yaitu
100 cm, panjang akar pada perlakuan K1B10 yaitu 36,47 cm, biomassa batang
pada perlakuan K1B15 yaitu 33,97 g, sedangkan pada biomassa akar yang
menunjukkan nilai terbaik adalah pada perlakuan K1B5 yaitu 39,26 g.

Tabel 3. Nilai rata-rata produksi tanaman tomat (saat panen) dengan


pengaruh campuran media dan pupuk hayati (biofertilizer)

Perlakuan Jumlah buah Berat buah (g)


K1B0+ 15,67 108,36
K1B0- 27 154,28
K1B5 19 77,37
K1B10 23 128,59
K1B15 22,67 105,16
Rata-rata K1 21,47 114,75
K2B0+ 19,33 156,14
K2B0- 10,33 38,65
K2B5 16,67 106,32
K2B10 24,33 90,37
K2B15 0±0 0±0
Rata-rata K2 14,13 78,30

Berdasarkan tabel 3, menunjukkan hasil produksi dengan pengaruh


campuran media tanam dengan pupuk hayati (biofertilizer). Pada parameter
jumlah buah dan berat buah pemberian media tanam yang menunjukkan nilai rata-
rata terbaik adalah pada pemberian media tanam kompos. Untuk pemberian pupuk
hayati yang menunjukkan hasil terbaik pada jumlah buah adalah pada pemberian
B10 pada media tanam campuran kompos dan sekam yaitu 24,33, sedangkan
untuk berat buah yang menunjukkan hasil terbaik adalah pada pemberian B10
pada media tanam kompos yaitu 128,59 g. Untuk perlakuan campuran media
tanam dengan pupuk hayati yang menunjukkan hasil terbaik adalah pada
perlakuan K2B10 sebesar 24,33, untuk parameter berat buah perlakuan yang
menunjukkan hasil terbaik adalah pada perlakuan K2B0+ sebesar 156,14 g.

Pembahasan
Pengamatan tinggi tanaman dilakukan setiap 2 minggu sekali pada umur 2,
4, 6, 8, 10, 12 minggu setelah tanam, pada saat pemanenan yang data yang
diperoleh antara lain tinggi tanaman, biomassa batang, biomassa akar, panjang
akar, jumlah buah, dan berat buah.
Pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman tomat
menunjukkan bahwa pemberian media tanam yang menunjukkan hasil terbaik
adalah pemberian media tanam kompos dibandingkan dengan pemberian media
tanam campuran kompos dan sekam. Hal ini menunjukkan bahwa media tanam
kompos baik untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman tomat. Menurut
Setyorini, Diah et al., (2006) menyebutkan bahwa kompos banyak mengandung
mikroorganisme (fungi, actinomycetes, bakteri, dan alga). Aktivitas berbagai
mikroorganisme didalam kompos menghasilkan hormon-hormon pertumbuhan,
misalnya auksin, giberelin, dan sitokinin yang dapat memacu pertumbuhan dan
perkembangan akar-akar rambut sehingga daerah pencarian makanan lebih luas.
Menurut Lakitan (1996) dalam Dwi, A (2008), tanaman yang tidak mendapatkan
tambahan unsur N tumbuhnya kerdil serta daun lebih kecil, tipis dan jumlahnya
sedikit. Media tanam secara umum mempunyai dua fungsi yaitu sebagai tempat
tumbuh dan pensuplai bahan makanan bagi kehidupan dan pertumbuhan tanaman
(Gunadi, 1979) dalam Aurum, M (2005). Media tanam yang tepat merupakan
salah satu syarat keberhasilan budidaya tanaman khususnya budidaya dalam
wadah. Keberhasilan pertumbuhan tanaman ditentukan oleh perkembangan
akarnya (Ingels, 1985) dalam Aurum, M (2005). Penelitian yang dilakukan
Rahmat (2005) juga menyebutkan bahwa peubah panjang akar hanya dipengaruhi
secara nyata oleh perlakuan media tanam. Untuk jumlah buah dan berat buah
menurut Mas’ud (1993) dalam Neliyati (2012) menyatakan bahwa translokasi
fotosintat ke buah tanaman tomat nyata dipengaruhi oleh kalium, dimana kalium
mempertinggi pergerakan fotosintat keluar dari daun menuju akar, dan hal ini
akan meningkatkan penyediaan energi untuk pertumbuhan akar, perkembangan
ukuran serta kualitas buah sehingga bobot buah bertambah.
Pengaruh dosis pupuk hayati terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
tomat menunjukkan bahwa tinggi tanaman yang menunjukkan hasil terbaik adalah
B10 pada media kompos, pemberian B15 menunjukkan hasil yang kurang baik.
Menurut Simanungkalit et al., (2006) pemberian dosis pupuk hayati yang
berlebihan akan menyebabkan terjadinya persaingan antar mikroba dalam
memperoleh makanan sehingga akan berpengaruh terhadap kebutuhan nutrisi
mikroba, akibatnya mikroba akan bekerja kurang optimal sehingga pengaruhnya
terhadap tinggi tanaman juga kurang optimal. Panjang akar dan biomassa akar
yang menunjukkan hasil terbaik adalah pada masing-masing pemberian B10 dan
B5 pada media kompos. Menurut Elfiati (2005) dalam Dwi, A (2008) bahwa
eksudat akar mengandung triptophan atau senyawa serupa yang dapat digunakan
oleh mikroorganisme tanah untuk memproduksi asam indol asetat. Beberapa
bakteri pelarut fosfat dapat berperan sebagai biokontrol yang dapat meningkatkan
kesehatan akar dan pertumbuhan tanaman melalui proteksinya terhadap penyakit.
Hasil terbaik pada biomassa batang ditunjukkan pada pemberian B15
sebesar 33,97 g. Menurut Gardner (1991) dalam Dwi, A (2008) menjelaskan
bahwa pemberian N mempunyai pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan
daun, terutama pada lebar dan luas daun. Menurut penelitian Harjadi (1979)
dalam Nurlenawati, N et al., (2007) pemupukan akan sangat berpengaruh pada
berat tanaman, laju tumbuh tanaman yang meningkat diakibatkan oleh kombinasi
pupuk nitrogen dan pupuk organik granular dengan dosis yang efektif akan
mampu memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman dapat berlangsung dengan baik.
Hasil jumlah buah dan berat buah yang diperoleh pada pengaruh dosis
pupuk hayati lebih sedikit jika dibandingkan dengan pemberian NPK. Menurut
Sprague et al., 1978 dalam Restu dan Baharuddin (2006) menjelaskan bahwa
nitrogen merupakan elemen unsur hara kunci untuk pertumbuhan reproduktif,
namun kombinasi nitrogen (N) dan fosfor (P) sangat berpengaruh terhadap
produksi bunga. Perkembangan tunas yang baik akan menghasilkan buah atau
polong dalam jumlah yang lebih baik, bila ketersediaan unsur hara cukup
Pengaruh campuran media tanam dengan pupuk hayati terhadap
pertumbuhan dan produksi menunjukkan bahwa media tanam yang paling baik
adalah media tanam kompos dibandingkan campuran kompos dengan sekam. Hal
ini dikarenakan campuran kompos dan sekam tidak sesuai dengan kebutuhan
unsur hara/nutrisi yang dibutuhkan, karena Poerwowidodo (1990) menyatakan
bahwa sekam padi dan sabut kelapa merupakan bahan organik yang sulit
diuraikan, sehingga kurang mampu menjamin penyediaan unsur hara bagi
tanaman.
Pada parameter tinggi tanaman yang menunjukkan hasil terbaik adalah pada
K2B0- pada media tanam campuran kompos dan sekam. Menurut Uno (2001)
dalam Masfufah, A (2012), bila suatu tanaman ditempatkan pada kondisi yang
mendukung dengan unsur hara dan unsur mineral yang sesuai, maka tanaman
tersebut akan mengalami pertumbuhan ke atas dan menjadi lebih tinggi.
Perkembangan akar tanaman yang sangat pesat disebabkan oleh perbaikan sifat
fisik tanah, akibat dari meningkatnya ketersediaan unsur hara N, P dan K serta
kandungan asam humik dan asam fulvik (humus tanah) (Wigati, 2006 dalam
Riardi, F. 2011). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa media campuran
kompos dan tanah menunjukkan hasil yang optimal dibandingkan dengan
pemberian media tanam campuran kompos dan sekam. Menurut Poerwidodo
(2000) dalam Dayana (2009) menyebutkan bahwa tanah mempunyai fungsi
sebagai media untuk mendukung aneka bentuk kehidupan, khususnya tumbuh-
tumbuhan dan biota tanah, karena kemampuannya dalam menyediakan udara, air,
dan hara.
Untuk jumlah buah dan berat buah yang menunjukkan hasil terbaik adalah
pada pemberian kontrol dan NPK yaitu K1B0- dan K2B0+. Menurut Harjadi
(1979) menyebutkan jika suatu tanaman yang sedang berada pada fase reproduktif
dari perkembangan tanaman, maka karbohidrat hasil fotosintesis yang terjadi di
daun tidak seluruhnya dipergunakan untuk pertumbuhan tanaman, akan tetapi
disimpan (ditimbun) untuk perkembangan bunga, biji, buah, atau alat-alat
persediaan yang lain.

Kesimpulan
Pemberian media tanam kompos menghasilkan pertumbuhan dan produksi
tanaman tomat lebih baik daripada media tanam campuran kompos dan sekam.
Kombinasi dosis pupuk hayati 10 mL/tanaman dengan media tanam kompos
memberikan hasil produksi (berat buah) terbaik sebesar 128,59 g/tanaman.

Saran
1. Bila menggunakan media tanam kompos, maka temperatur kompos harus
benar-benar diperhatikan. Kompos harus benar-benar dingin, sebab jika
temperatur kompos masih panas dapat menyebabkan mikroba yang ada di
dalam media tanam atau pupuk hayati tidak dapat tumbuh/mati.
2. Sebaiknya percobaan dengan menggunakan pupuk hayati dilakukan di
lapangan.
3. Dosis pupuk hayati 10 mL/tanaman disarankan dapat digunakan oleh petani
tomat dalam meningkatkan hasil produksi.

Daftar Pustaka

Anonim, 2011, Arti dan Peran Pupuk Organik Khususnya Pupuk Hayati
(biofertilizer), diakses di http://binaukm.com/2011/08/arti-dan-peran-pupuk-
organik-khususnya-pupuk-hayati-bio-fertilizer/, tanggal 1 desember 2011,
pukul 20.04.
Aurum, M, 2005, Pengaruh Jenis Media Tanam dan Pupuk Kandang Terhadap
Pertumbuhan Setek Sambang Colok (Aerva sanguinolenta Blume.).
Dayana, Iteng, 2009, Pengaruh Beberapa Media Tanam Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Gaharu (Aquilaria beccariana van Tiegh.), Skripsi, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Dwi, A, 2008, Uji Efektivitas Pupuk Organik Hayati (Bio-Organic Fertilizer)
Dalam Mensubstitusi Kebutuhan Pupuk Pada Tanaman Caisin (Brassica
chinensis), Skripsi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Harjadi, S., 1979, Pengantar Agronomi, PT Gramedia, Jakarta.
Hort, 1990, Rice Hulls For Growt Media Components ”juornal of
Environmental”., Horticultural research institud.
Masfufah, A., 2012, Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati (Biofertilizer) pada
Berbagai Dosis Pupuk dan Media Tanam yang Berbeda Terhadap
Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum)
pada Polybag, Skripsi, Universitas Airlangga. Surabaya.
Neliyati, 2012, Pertumbuhan Hasil Tanaman Tomat pada Beberapa Dosis
Kompos Sampah Kota, Jurnal Agronomi 10(2): 93-97, Fakultas Pertanian
Universitas Jambi.
Nurlenawati, N., Yudhi M., Eka D. F., 2007, Respon Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Caisim (Brassica juncea L.) Terhadap Kombinasi Dosis Pupuk
Nitrogen dan Pupuk Organik Granular, Solusi Vol 7 No 12. Program Studi
Agroteknologi Fakultas Pertanian Unsika, Karawang.
Permentan, 2011, Peraturan Menteri Pertanian Tentang Pupuk Organik, Pupuk
Hayati dan Pembenah tanah, Peraturan Menteri Pertanian Nomor
70/Permentan/SR.140/10/2011, Jakarta.
Permentan, 2011, Peraturan Menteri Pertanian Tentang Pupuk Organik, Pupuk
Hayati dan Pembenah tanah, Peraturan Menteri Pertanian Nomor
70/Permentan/SR.140/10/2011, Jakarta.
Poerwowidodo, 1990, Gatra Tanah dalam Pembangunan Hutan tanaman di
Indonesia, Rajawali Press, Hal 104-105.
Purwati, Etti, dan Khairunisa., 2009, Budidaya Tomat Dataran Rendah Cet 4,
Penebar Swadaya: Jakarta.
Restu, M dan Baharuddin, 2006, Produksi Polong dan Biji Tanaman Gamal
(Glirisidia sepium) dari Berbagai Provenansi dengan Pemupukan NPK,
Jurnal Perennial, 2 (1): 21-24.
Riardi, F, 2011, Pengaruh Kombinasi NPK dn Pupuk Kandang terhadap Sifat
Tanah dan Pertumbuhan serta Produksi Tanaman Bayam, Fakultas
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Semarang.
Setyorini, Diah., Rasti, S., Ea Kosman, A, 2006, Kompos, Pupuk Organik dan
Pupuk Hayati, Jurnal Balai Besar Litbang Sumber Daya Pertanian, 11-40,
Bogor.
Simanungkalit, R. D. M., Didi, A. S., Rasti, S., Diah, S., Wiwik, H., 2006, Pupuk
Organik dan Pupuk Hayati Organic Fertilizer and Biofertilizer, Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Jawa Barat.

Anda mungkin juga menyukai