PERAWATAN KELUARGA
Didukung oleh:
2019
Judul Buku:
PERAWATAN KELUARGA
Tim Pengembangan:
1. Dr. Lita Sarana
2. Hj. Aini Maryam, SKM
3. Hj. Nining Suryaningsih, S.Kep
4. Hj. Nunung Nurul Choiriah, Amd.Kep
5. Budi Purwanto, S.Si, M.Si
6. Cania Dewi, S.Tr.Keb, SKM
7. Komalasari
8. Yessy Kornitasari, S.Kep, Ners
9. Nurmala Sari
10. Lamudin
11. Sr. Ratu Tanti Darmiasih, AMK, S.Pd
12. Istianasari
13. Leo Pattiasina
Penerbit:
Palang Merah Indonesia (PMI)
Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 96
Jakarta – Indonesia 12790
Telp: +62 21 799 2315
Fax: +62 21 799 5188
www.pmi.or.id
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga revisi
buku Perawatan Keluarga edisi ketiga dapat diselesaikan. Buku Perawatan Keluarga
Edisi ketiga ini merupakan penyempurnaan dari buku Perawatan Keluarga yang terbit
sebelumnya.
Buku perawatan keluarga edisi ketiga ini memberikan informasi dan wawasan kepada
para pembacanya, khususnya mengenai bagaimana memberikan perawatan kepada
individu pasca menjalani perawatan di Rumah Sakit, informasi mengenai gizi,
perawatan orang dengan penyakit khusus, individu dengan kondisi tertentu sehingga
memerlukan bantuan orang lain, termasuk didalamnya bagaimana mempersiapkan diri
dalam memberikan bantuan kepada orang lain. Dengan membaca dan mempelajari
buku ini kami harapkan pembaca dapat lebih memahami mengenai penyakit-penyakit
yang ada, sekaligus siap dalam memberikan bantuan kepada orang lain.
Kami menyadari masih banyak yang perlu disempurnakan dalam buku ini, kami akan
terus melakukan penyesuaian dengan kebutuhan masyarakat. Semoga buku ini dapat
bermanfaat bagi siapapun pembacanya, baik bagi internal Palang Merah Indonesia
maupun bagi masyarakat Indonesia.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ........................................................................................... ii
BAB I. KONSEP DASAR PERAWATAN KELUARGA
A. Dasar Hukum Perawatan Keluarga .......................................................... 1
B. Konsep Hidup Sehat ........................................................................... 4
C. Pedoman Gizi Seimbang ...................................................................... 9
D. Air Susu Ibu (ASI) .............................................................................. 11
E. Imunisasi ........................................................................................ 12
F. Rantai Penularan Penyakit dan Cara Pencegahannya .................................... 15
i
BAB I.
KONSEP DASAR PERAWATAN KELUARGA
BAB I. KONSEP DASAR PERAWATAN KELUARGA
BAB I
KONSEP DASAR PERAWATAN KELUARGA
1. Undang-Undang Kesehatan
Dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, peran
serta masyarakat dalam upaya menolong dirinya sendiri baik mencegah atau
mengatasi masalah kesehatannya adalah sangat penting. Oleh karena itu, setiap
upaya yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam
bidang kesehatan atau keperawatan, selalu disambut dengan baik. Begitu pula
dengan PALANG MERAH INDONESIA, hal ini dapat dilihat dari:
2. Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran,
yang bertujuan menciptakan, mempertahankan budaya, meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, sosial dari tiap anggota keluarga (Duval
dan Logan, 1986).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga,
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu
atap dalam keadaan ketergantungan (Depkes RI, 1988).
1
BAB I. KONSEP DASAR PERAWATAN KELUARGA
2
BAB I. KONSEP DASAR PERAWATAN KELUARGA
Adapun tindakan-tindakan yang diberikan bersifat non invasif yaitu tindakan yang
tidak melukai jaringan tubuh.
Tidak memasukkan benda atau alat ke dalam tubuh klien tanpa pengawasan yang
berwenang.
3
BAB I. KONSEP DASAR PERAWATAN KELUARGA
Latar belakang
Sehat adalah hak asasi manusia dan salah satu faktor yang menentukan kualitas
sumber daya manusia.
4
BAB I. KONSEP DASAR PERAWATAN KELUARGA
Tujuan
Secara umum PHBS bertujuan untuk meningkatkan jumlah rumah tangga sehat di
Kabupaten/Kota, secara khusus adalah meningkatnya pengetahuan, kemauan
dan kemampuan anggota rumah tangga untuk menerapkan PHBS yaitu
dengan berperan aktif dalam gerakan PHBS di masyarakat.
Manfaat
1) Setiap anggota keluarga mampu memelihara kesehatannya sehingga dapat
meningkatkan produktifitas kerja.
2) Dengan meningkatnya kesehatan anggota keluarga, biaya pengobatan dapat
dialokasikan untuk keperluan lain seperti pendidikan, usaha, dll.
3) Anggota keluarga dapat mewujudkan secara mandiri cara-cara pencegahan
penyakit.
4) Dapat menjadi percontohan rumah tangga sehat bagi lingkungannya.
5) Membantu pemerintah untuk meningkatkan derajat kesehatan bagi
masyarakat.
Kebersihan diri
Kebersihan diri merupakan faktor penting dalam usaha pemeliharaan kesehatan
secara umum. Kebersihan diri meliputi:
1) Mandi setiap hari secara teratur dengan menggunakan air bersih dan sabun
sesuai kebutuhan.
2) Mencuci rambut secara teratur dengan sampo minimal 1 minggu dua kali
dan disisir dengan rapih.
3) Mencuci tangan sebelummenyiapkan makanan dan minuman, sebelum
makan, sesudah b.a.b dan b.a.k.
4) Kuku digunting pendek dan bersih.
5) Kaki dirawat dengan baik dan teratur, pakailah sepatu yang cocok sesuai
ukuran.
6) Sikat gigi 3x sehari pagi dan sore dan sebelum tidur.
7) Pakaian perlu diganti setiap habis mandi dengan pakaian yang dicuci bersih
dan disetrika.
5
BAB I. KONSEP DASAR PERAWATAN KELUARGA
3) Mengambil, menyimpan dan mengelola air dengan cara yang bersih dan
aman.
4) Merebus air sebelum diminum minimal 10 menit setelah mendidih.
5) Mengelola sampah secara sehat.
6) Menjaga kebersihan rumah.
Salah satu contoh perilaku hidup sehat yang diterapkan adalah mencuci tangan
dengan menggunakan sabun dan air yang mengalir, menjaga kebersihan
lingkungan, mengelola sampah secara sehat.
Kebersihan lingkungan
Kebersihan lingkungan adalah suatu usaha menjaga lingkungan tetap bersih dan
sehat, sehingga dapat mencegah penularan penyakit.
Sumber: https://majalahrumahsehat.wordpress.com/2016/12/05/kriteria-rumah-sehat
6
BAB I. KONSEP DASAR PERAWATAN KELUARGA
7
BAB I. KONSEP DASAR PERAWATAN KELUARGA
Sumber :www.biority-rotech.info
8
BAB I. KONSEP DASAR PERAWATAN KELUARGA
Gizi Seimbang
Pola makan sehat bukan berarti hanya mengkonsumsi makanan yang membuat perut
kenyang namun bagaimana semua yang dibutuhkan oleh tubuh terpenuhi secara
seimbang untuk mencapai serta memelihara kesehatan dan status gizi optimal, tubuh
perlu mengkonsumsi makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi seimbang.
Pedoman dasar tentang gizi seimbang yang disusun sebagai penuntun pada perilaku
konsumsi makanan di masyarakat secara baik dan benar adalah Pedoman Gizi
9
BAB I. KONSEP DASAR PERAWATAN KELUARGA
Pola makan sehat dengan gizi seimbang dapat ditunjang dengan beberapa tips sehat
sebagai berikut:
1. Proses memasak makanan sangat mempengaruhi kandungan gizi dalam makanan
tersebut misalnya ketika memasak sayur jangan direbus terlalu lama karena
kandungan mineralnyaakan hilang.
2. Kurangi jenis makanan yang digoreng untuk mengurangi lemak jenuh karena
proses pemanasan pada minyak.
3. Hindari makanan cepat saji karena jenis makanan ini mengadung kalori yang
tinggi seperti ditemui pada bahaya mie instan belum lagi keberadaan zat aditif
pada makanan siap saji yang didapat dari bahan pewarna dan pengawetnya.
Sumber: www.gizi.depkes.org
10
BAB I. KONSEP DASAR PERAWATAN KELUARGA
1. Pengertian
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja sejak bayi dilahirkan sampai usia 6 bulan
tanpa diberi makanan tambahan karena ASI sudah mencukupi kebutuhan bayi untuk
tumbuh kembang yang sehat.
Pemberian ASI terbaik adalah jika ASI terus diberikan sampai anak berusia 2 tahun
atau lebih. Makanan pendamping ASI diberikan setelah bayi berusia 6 bulan diberikan
secara bertahap. Makanan yang diberikan harus bergizi baik untuk membantu
pertumbuhan anak sehat dan memiliki daya tahan terhadap penyakit.
c. Efek psikologis.
Pada saat bayi kontak kulit dengan ibunya, maka akan timbul rasa aman dan
nyaman bagi bayi. Perasaan ini sangat penting unuk menimbulkan rasa
percaya (basic sense of trust).
11
BAB I. KONSEP DASAR PERAWATAN KELUARGA
a. ASI dapat bertahan hingga 6 jam jika disimpan pada suhu ruangan 25 derajat
Celcius.
b. ASI dapat bertahan hingga 24 jam jika disimpan dalam kotak pendingin yang
ditambah kantong es pack.
c. ASI dapat bertahan 5 hari jika disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu
minimal 4 derajat Celcius.
d. ASI dapat bertahan hingga 6 bulan jika disimpan di dalam Freezer dengan
suhu minus 18 (-18) derajat
E. IMUNISASI
Pengertian
Imunisasi adalah cara untuk menimbulkan imunitas atau kekebalan tubuh pada
seseorang dengan menyiapkan dan menimbulkan antibodi, sehingga tubuh siap
mengatasi kuman yang datang sehingga orang itu tidak menjadi sakit atau bila sakit
hanya ringan saja tanpa komplikasi.
Dengan memberi imunisasi teratur sesuai jadwal maka dalam tubuh akan bertambah
zat penolak penyakit tertentu, sehingga resiko untuk mendapat penyakit tersebut
diperkecil.
Tujuan
a. Untuk melindungi seseorang bayi atau anak dari serangan penyakit tertentu.
b. Mengurangi angka kesakitan suatu penyakit yang sangat membahayakan bahkan
dapat mengakibatkan kematian.
12
BAB I. KONSEP DASAR PERAWATAN KELUARGA
Macam-macam Imunisasi
No. Jenis Fungsi
13
BAB I. KONSEP DASAR PERAWATAN KELUARGA
14
BAB I. KONSEP DASAR PERAWATAN KELUARGA
Penyakit menular adalah penyakit yang secara alamiah dapat berpindah dari seseorang
kepada orang lain.
Ada empat faktor utama yang terkait dengan perkembangan berbagai jenis penyakit di
masyarakat (lingkungan, perilaku manusia, keturunan, dan pelayanan kesehatan yang
tersedia). Kondisi ini mempengaruhi status kesehatan masyarakat. Terutama yang
sangat berpengaruh adalah lingkungan dan perilaku manusia. Ada juga faktor khas
yang terkait dengan perilaku manusia (life style – gaya hidup) yang memudahkan
manusia terpapar (berisiko) dengan agent penyebab penyakit atau terjadinya
perubahan pada tubuh manusia akibat gaya hidupnya (malaria dan jantung koroner).
Perubahan suhu dan iklim sangat besar pengaruhnya pada vektor serangga dalam
penyebaran penyakit. Berbagai jenis penyakit yang ditularkan melalui vektor (hewan
yang membawa mikroorganisme patogen), yaitu penyakit saluran cerna, dan penyakit
yang ditularkan melalui air. Salah satu vektor tersebut adalah nyamuk, suhu yang lebih
hangat meningkatkan perkembangbiakan nyamuk dan mempersingkat waktu
pematangan dalam badan vektor tersebut sehingga lebih cepat menjadi dewasa dan
mempengaruhi perilaku nyamuk yang memungkinkan terjadinya penularan.
Salah satu penyakit menular yang disebarkan oleh nyamuk yang paling sensitif
terhadap perubahan iklim jangka panjang adalah malaria. Suhu yang sangat tinggi
memiliki efek mematikan bagi nyamuk dan parasit malaria. Namun pada suhu rendah,
peningkatan suhu sedikit saja dapat meningkatkan risiko transmisi malaria. Selain
malaria, penyakit yang juga disebarkan oleh nyamuk adalah dengue umumnya terjadi
pada cuaca yang lebih hangat dan lembab. Perubahan iklim berkaitan dengan pola
hujan. Hal ini dapat mempengaruhi penyebaran berbagai mikroorganisme
menyebarkan penyakit.
15
BAB I. KONSEP DASAR PERAWATAN KELUARGA
Hujan dapat mencemari air dengan cara memindahkan kotoran manusia dan hewan ke
air tanah. Organisme yang ditemukan antara lain kriptosporodium, giardia, dan E.coli
yang dapat menyebabkan penyakit seperti diare. Penularan penyakit saluran cerna
seperti diare bukan hanya melalui kontaminasi air, tetapi juga dapat meningkat akibat
suhu tinggi, melalui efek langsung pada pertumbuhan organisme di lingkungan.
Hujan yang terus menerus dapat menimbulkan banjir. Adanya banjir dapat
memberikan tempat yang sesuai untuk nyamuk berkembang biak sehingga jumlahnya
bertambah. Banjir juga menimbulkan penyakit menular seperti leptospirosis akibat
adanya kontaminasi air dengan kotoran tikus. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
tercemarnya air dengan mikroorganisme patogen umumnya terjadi di negara-negara
miskin, dimana pasokan air dan sanitasi tidak adekuat. Wabah seperti kolera, tifoid,
dan diare timbul setelah banjir, sedangkan kekeringan menyebabkan kurangnya air
yang tersedia untuk mencuci dan sanitasi serta meningkatkan resiko terjadinya
penyakit menular.
Suhu yang lebih tinggi dapat meningkatkan pembentukan polutan udara selain
karbondioksida. Gas yang berasal dari pembakaran bahan bakar seperti minyak dan
batu bara menambah polusi udara. Paparan polutan tersebut dapat memperberat
penyakit kardiovaskular dan pernapasan sehingga dapat menyebabkan kematian dini.
1. Sumber penularan
Mata rantai penularan penyakit dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu:
a. Manusia (Human Reservoir)
Human reservoir dapat berupa:
1) Orang sakit dengan gejala-gejala yang jelas (kasus klinis)
2) Orang sakit dengan gejala-gejala yang tidak jelas (kasus sub klinis)
3) Karier, yaitu orang yang tidak sakit tetapi tubuhnya mengandung dan
mengeluarkan hama penyakit.
b. Hewan (Animal Reservoir)
Beberapa jenis hewan dapat menjadi sumber penularan beberapa macam
penyakit, seperti misalnya lembu dan biri-biri (penyakit anthrax), anjing
(penyakit rabies), tikus (penyakit pes), dan babi (cacing pita).
c. Lain-lain sumber penularan
Sumber penularan lain misalnya tanah dan udara. Di tanah terdapat berbagai
bibit penyakit seperti misalnya spora dari basil tetanus (Clostridium tetani),
telur dari cacing-cacing (cacing ankylostoma, ascaris, dan lain-lain), yang
dapat menimbulkan penyakit pada manusia. Di udara bebas beterbangan
bermacam-macam mikro organisme yang juga dapat menimbulkan penyakit-
penyakit seperti streptococcus, staphylococcus, dan lain-lain.
16
BAB I. KONSEP DASAR PERAWATAN KELUARGA
2. Hama penyakit
Hama penyakit adalah mikro organisme yang merupakan penyebab penyakit pada
tuan rumah.
Hama penyakit ini hidup dalam tubuh tuan rumahnya sebagai parasit, mereka
menimbulkan kerusakan pada sel-sel jaringan tubuh yang ditempatinya, baik
secara langsung maupun melalui toksin (racun) yang dihasilkannya.
Pintu keluar adalah jalan yang dilalui oleh hama penyakit sewaktu
keluar/dikeluarkan dari tubuh tuan rumah.
17
BAB I. KONSEP DASAR PERAWATAN KELUARGA
4. Cara penularan
Cara penularan penyakit adalah proses-proses yang dialami oleh hama penyakit
tersebut sehingga dapat masuk ke dalam tubuh calon penderita.
Masing-masing penyakit menular mempunyai cara penularan yang khas, yang satu
berbeda dengan yang lain.
18
BAB I. KONSEP DASAR PERAWATAN KELUARGA
Pintu masuk adalah bagian-bagian badan yang dilalui oleh hama penyakit sewaktu
masuk ke dalam tubuh calon penderita. Pintu masuk itu disebut juga pintu infeksi.
6. Kerentanan
Kerentanan adalah kesediaan dari tubuh calon tuan rumah untuk menjadi sakit.
Tanpa adanya kerentanan maka calon tuan rumah tersebut akan tetap sehat
meskipun mendapat penularan hama penyakit.
Dalam kenyataan hidup sehari-hari meskipun kita dikelilingi dan diserang oleh
hama peyakit yang tidak terhitung jumlahnya, kita tidak selalu jatuh sakit.
19
BAB II.
PERSIAPAN PELAKSANAAN PERAWATAN KELUARGA DIRUMAH
A. Kewaspadaan Universal
B. Persiapan Tindakan Perawatan
BAB II. PERSIAPAN PELAKSANAAN PERAWATAN KELUARGA DI RUMAH
BAB II
PERSIAPAN PELAKSANAAN PERAWATAN KELUARGA DI
RUMAH
A. KEWASPADAAN UNIVERSAL
1. Mencuci tangan
Cuci tangan harus dilakukan dengan benar sebelum dan sesudah melakukan
tindakan perawatan walaupun petugas akan memakai sarung tangan atau alat
pelindung lain untuk menghilangkan/mengurangi mikro organisme yang ada di
tangan sehingga penyebaran penyakit dapat dikurangi dan infeksi silang dapat di
minimalis prosedur mencuci tangan dilakukan sebelum dan sesudah memakai
sarung tangan atau melakukan tindakan.
INGAT CUCI TANGAN !!! tidak dapat digantikan dengan sarung tangan
Pengertian
Mencuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan
dan jari jemari dengan menggunakan air atau cairan lainnya.
20
BAB II. PERSIAPAN PELAKSANAAN PERAWATAN KELUARGA DI RUMAH
21
BAB II. PERSIAPAN PELAKSANAAN PERAWATAN KELUARGA DI RUMAH
Penggunaan APD wajib bagi pelaku PK setiap akan melakukan tindakan terutama
yang mempunyai risiko, jenis-jenis Alat Pelindung Diri (APD): sarung tangan,
celemek atau scot, masker, penutup kepala, kaca mata bila perlu, dan sepatu
pelindung bila perlu.
Tidak semua alat APD secara bersamaan dipakai, tetapi tergantung pada jenis
tindakan atau kegiatan yang akan dikerjakan.
Tujuan memakai alat pelindung diri adalah untuk melindungi diri pelaku PK dari
kotoran atau penularan pada saat merawat klien serta untuk mencegah infeksi
silang dari pelaku PK ke klien.
22
BAB II. PERSIAPAN PELAKSANAAN PERAWATAN KELUARGA DI RUMAH
Penutup Kepala
Pelindung Wajah
23
BAB II. PERSIAPAN PELAKSANAAN PERAWATAN KELUARGA DI RUMAH
Sarung tangan
Persiapan:
1) Kuku pelaku PK dijaga selalu pendek.
2) Lepaskan cincin dan perhiasan lain.
3) Sarung tangan.
24
BAB II. PERSIAPAN PELAKSANAAN PERAWATAN KELUARGA DI RUMAH
Dekontaminasi
Dekontaminasi yaitu menghilangkan mikro organisme patogen dan kotoran dari suatu
benda sehingga aman untuk pengelolaan selanjutnya merupakan langkah pertama
bagi pengelolaan alat kesehatan habis pakai seperti misalnya bekas tumpahan darah
/cairan tubuh.
25
BAB II. PERSIAPAN PELAKSANAAN PERAWATAN KELUARGA DI RUMAH
Larutan Klorin tersebut bersifat sangat korosif terhadap logam sehingga konsentrasi
dan waktu yang dianjurkan harus ditaati ketat.
Pencucian
Langkah setelah dekontaminasi dilakukan pembersihan dengan mencuci yaitu
menghilangkan segala kotoran yang kasat mata dari benda dan permukaan benda
dengan sabun atau deterjen, air dan sikat.
Sterilisasi
Merupakan tindakan membunuh kuman pathogen dan apatogen beserta sporanya
dengan berbagai cara, antara merebus, stoom (tindakan sterilisasi dengan uap panas),
panas kering (mensterilkan alat dengan cara memasukkan alat kedalam mesin
sterilisator dengan menggunakan panas tinggi), dan dengan bahan kimia (tindakan
sterilisasi dengan cara menyusun peralatan dalam satu tempat dengan menggunakan
bahan kimia, seperti formalin,dan alkohol).
Sterilisasi hanya bisa dilakukan di Rumah Sakit/ Pelayanan Kesehatan yang memiliki
peralatan untuk sterilisasi sedangkan untuk dirumah hanya bisa Disinfektan Tingkat
Tinggi (DTT) dan membakar (sudah tidak digunakan).
1) Merebus
Persiapan alat:
- Alat-alat yang akan di sterilkan.
- Alat untuk merebus dapat alat khusus untuk sterilisator atau panik biasa.
- Tempat menyimpan alat sehabis disterilkan.
- Alat penjepit (korentang).
- Kain kasa.
Prosedur kerja
- Dekontaminasikan dan besihkan alat yang akan di DTT.
- Susun alat-alat dalam panci khusus, pastikan alat terendam air dengan
batas 2,5 cm dari permukaan alat.
- Tutup rapat dan biarkan air mendidih, setelah mendidih dihitung sampai
20 menit. Setelah mendidih jangan memasukan benda apapun ke dalam
rebusan alat tersebut.
- Pindahkan alat-alat yang sudah di DTT ke bak steril dengan
menggunakan alat steril.
2) Membakar
Salah satu tindakan DTT yang dapat dilakukan adalah dengan membakar.
Metode sterilisasi ini biasanya dilakukan pada peralatan berukuran besar,
peralatan disusun sedemikian rupa kemudian dioleskan spiritus dan dibakar.
Tujuan
- Agar peralatan siap pakai.
- Mengurangi bahaya penularan (infeksi silang).
26
BAB II. PERSIAPAN PELAKSANAAN PERAWATAN KELUARGA DI RUMAH
Persiapan Alat
- Lampu spiritus.
- Cairan spirtus.
- Korek api, kapas bulat.
- Bengkok
- Korentang steril.
- Kain lap.
- Alat-alat yang akan disterilkan.
Prosedur Kerja
- Dekontaminasi dan bersihkan alat yang akan disterilkan kemudian
dikeringkan.
- Susun alat pada tempat pembakaran.
- Isi bengkok dengan air.
- Basahi kapas dengan spirtus kemudian letakkan di dalam alat yang akan
disterilkan.
- Nyalakan lampu spirtus.
- Gunakan korentang untuk mengambil kapas kemudian nyalakan dan
masukkan kebagian dalam serta tutup alat-alat yang akan dibakar.
- Buang kapas kedalam bengkok yang telah diisi air.
- Bersihkan bagian yang telah dibakar dengan menggunakan kain kasa
steril kemudian ditutup.
Untuk menghindari perlukaan atau kecelakaan kerja maka semua benda tajam
harus digunakan sekali pakai. Sebelum dibawa ke tempat pembuangan akhir atau
tempat pemusnahan, maka diperlukan suatu wadah penampungan sementara yang
bersifat kedap air dan tidak mudah bocor serta kedap tusukan.
Secara Umum limbah dapat dibedakan menjadi limbah cair dan limbah padat, limbah
padat biasa juga disebut sampah. Limbah yang berasal dari sarana kesehatan secara
umum dibedakan atas:
Limbah rumah tangga atau limbah non medis yaitu limbah yang tidak kontak
dengan darah dan cairan tubuh sehingga disebut risiko rendah.
Limbah medis (kesehatan) yaitu bagian dari sampah Rumah Sakit yang berasal
dari bahan yang mengalami kontak dengan darah atau cairan tubuh klien dan
dikategorikan sebagai limbah berisiko tinggi dan bersifat menularkan penyakit.
Tehnik penanganan sampah meliputi pemisahan, penanganan, penampungan
sementara dan pembuangan.
Sebelum melakukan penanganan limbah, pelaku PK sebaiknya mengetahui istilah-
istilah berikut :
1) Aseptik yaitu suatu usaha untuk mempertahankan klien agar terbebas dari
mikroorganisme yang berbahaya.
27
BAB II. PERSIAPAN PELAKSANAAN PERAWATAN KELUARGA DI RUMAH
28
BAB III.
PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA
BAB III. PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA
BAB III
PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA
Penataan tempat tidur dilakukan bila klien yang sakit, sedapat mungkin dibaringkan
ditempat tidur tersendiri yang diatur rapi dan bersih.
Pengertian
Merapikan dan menata tempat tidur sesuai dengan kebutuhan.
Tujuan
1. Memberikan istirahat sesuai kebutuhan.
2. Mencegah penyakit bertambah parah.
3. Memberikan rasa nyaman klien.
29
BAB III. PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA
30
BAB III. PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA
Dalam perawatan keluarga, tindakan kedua yang dilakukan adalah pengukuran tanda-
tanda vital meliputi: denyut nadi, pernafasan, tekanan darah dan suhu tubuh.
Hal ini diperlukan untuk memantau perkembangan klien.
1. Denyut nadi
Pengertian
Tujuan
a. Untuk mendapatkan data awal.
b. Untuk mengetahui keadaan jantung klien (kecepatan, irama dan volume.
c. Untuk memantau perubahan apapun yang terjadi pada klien.
d. Untuk memantau sirkulasi perifer klien.
31
BAB III. PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA
2. Menghitung Pernapasan
Pengertian
Tujuan
a. Untuk menilai laju, irama dan volume pernafasan.
b. Untuk menilai perubahan kondisi klien.
c. Untuk membantu menentukan diagnosa.
Pernafasan normal
a. Bayi (sampai 1 tahun) : 40 – 60 x/menit
b. Anak : 20 – 30x/menit
c. Dewasa : 16 – 20 x/menit
32
BAB III. PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA
Pengertian
Tekanan darah adalah desakan darah terhadap dinding pembuluh darah arteri
atau vena sebagai akibat jantung berdenyut darah dipompa dari jantung lalu
mengalir ke pembuluh.
Tujuan
a. Menentukan tekanan darah klien.
b. Membantu untuk menegakkan diagnose.
c. Memantau perubahan kondisi klien.
33
BAB III. PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA
Prosedur Pelaksanaan
a. Persiapan Alat:
Baki/nampan berisi :
1) APD.
2) Stetoskop
3) Buku catatan harian
4) Tensimeter Digital dan Tensi Meter air Raksa (Spigmanometer).
Bagian-bagian Tensimeter :
Manset Tensimeter.
Pompa (balon karet) yang mempunyai
pentil atau sekrup dan pipa karet.
Pipa karet penyambung.
Manometer yang terdiri dari reservoir yang
berisi air raksa, pipa gelas dan skala
34
BAB III. PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA
Pengertian
35
BAB III. PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA
36
BAB III. PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA
37
BAB III. PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA
Pentingnya kebersihan perseorangan dalam keadaan sehat maupun sakit, orang sehat
biasanya mengurus sendiri kebersihan dirinya.
Apabila dalam keadaan sakit maka keluarga/perawat yang membantu klien untuk
meneruskan kebiasaan menjaga kebersihan dirinya.
1. Mandi
Pengertian
Membersihkan seluruh tubuh klien baik diatas tempat tidur maupun di kamar
mandi dengan mempergunakan sabun.
Tujuan
a. Merangsang sirkulasi darah.
b. Memberikan perasaan segar pada klien.
c. Memberikan rasa rileks dan nyaman.
d. Mencegah dan menghilangkan bau badan yang tidak sedap.
e. Mencegah terjadinya luka lecet.
f. Membersihkan kotoran yang melekat pada tubuh klien.
g. Melatih otot–otot secara aktif atau pasif.
38
BAB III. PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA
39
BAB III. PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA
Catatan :
Bila air sudah kotor, air harus segera
diganti.
Sela-sela jari tangan dan kaki harus
dibersihkan dan dikeringkan dengan baik,
demikian juga lipatan paha, ketiak, belakang
telinga, bokong dan pusar.
Sewaktu memandikan klien selalu
memperhatikan keadaan umum klien bila
ada luka atau tanda-tanda merah harus
Gambar memandikan di tempat tidur
dilaporkan.
Hindarkan klien dari rasa kedinginan dan lelah.
Jalin komunikasi dengan klien selama tindakan berlangsung.
40
BAB III. PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA
2. Mencuci Rambut
Pengertian
Tujuan
a. Menjaga rambut tetap bersih dan sehat
b. Mencegah infeksi dan gatal–gatal
c. Merangsang sirkulasi
d. Membersihkan rasa nyaman dan segar
Prosedur
a. Persiapan Alat
1) APD
2) Baki berisi:
2 buah Sisir. Gambar mencuci rambut
Handuk.
1 buah waslap.
Kapas untuk menutup telinga
Kom kecil berisi kain kasa dan shampoo.
Perlak dan alas perlak.
3) Bengkok berisi larutan klorin/bayclin atau air sabun.
4) Talang karet.
5) Gayung.
6) Ember berisi air dingin.
7) Ember berisi air hangat.
8) Ember kosong.
9) Cerek berisi air panas.
10) Kain pel.
41
BAB III. PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA
15) Menggosok pangkal rambut dengan kain kasa yang telah diberi shampo
kemudian di urut dengan ujung jari, bilas rambut sampai bersih kemudian
dikeringkan.
16) Mengangkat tutup telinga dan mata, mengangkat talang, memasukan
karet ke dalam ember.
17) Mengangkat perlak di bawah kepala, lalu keringkan dengan handuk yang
ada dibawahnya.
18) Mengembalikan klien pada posisi semula.
19) Menyisir rambutklien dengan sisir yang bersih, dimulai dari ujung hingga
pangkal rambut.
20) Membereskan dan merapikan peralatan.
21) Melepaskan APD.
22) Mencuci tangan sesuai prosedur.
23) Membuka kembali pintu dan tirai.
Tujuan
a. Menjaga kebersihan mulut, gigi, gusi, dan bibir
b. Membersihkan mulut dan gigi dari sisa makanan
c. Menghilangkan rasa tidak nyaman akibat bau mulut
d. Meningkatkan rasa percaya diri.
Menyikat gigi
a. Persiapan alat:
1) APD sesuai kebutuhan.
2) Baki berisi:
Sikat gigi.
Pasta gigi.
Air.
Gelas.
Bengkok.
Tisu.
Serbet/handuk kecil.
Sedotan.
42
BAB III. PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA
a. Persiapan alat:
1) APD sesuai kebutuhan.
2) Sikat dan sikat gigi.
3) Air dalam botol atau cerek.
4) Baskom.
5) Bengkok.
43
BAB III. PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA
Tujuan
a. Memberikan rasa segar dan menghindarkan bau mulut.
b. Mencegah timbulnya infeksi dan penularan penyakit melalui mulut.
c. Mencegah gigi berlubang.
d. Meningkatkan daya tahan tubuh.
e. Sebagai salah satu pengobatan.
Persiapan alat:
a. APD sesuai kebutuhan.
b. Baki berisi:
Perlak
Alas perlak.
Bengkok.
Sudip lidah (ujungnya dilapisi kasa steril).
Pelembab bibir/madu.
Kapas lidi (cotton buds).
Kom berisi obat kumur/air garam.
Kasa depers.
Pinset/penjepit.
44
BAB III. PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA
4. Kebersihan Kuku
Kebersihan kuku juga merupakan salah satu bagian dari kebersihan diri. Caranya
dengan rutin menggunting kuku minimal seminggu sekali.
Persiapan alat:
a. APD sesuai kebutuhan.
b. Baki berisi:
1) Gunting kuku.
2) Perlak kecil dan alasnya.
3) Air sabun.
4) Sikat lunak.
5) Bengkok.
6) Handuk kecil.
7) Krim kuku.
8) Waskom kecil berisi air hangat dan air bersih
45
BAB III. PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA
D. ELIMINASI
Pengertian
Eliminasi adalah pengeluaran, pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin
dan feses.
46
BAB III. PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA
17) Bersihkan bokong dengan tisu toilet dari depan ke belakang, buang tisu
toilet ke kantong plastik.
18) Ambil sabun menggunakan washlap, lalu bersihkan bokong dengan
washlap tersebut (dalam kondisi tertentu).
19) Mengeringkan bokong dengan handuk.
20) Mengangkat perlak dan pengalasnya.
21) Memakaikan pakaian bawahklien dan klien
dikembalikan ke posisi semula.
22) Membereskan dan merapikan peralatan, dikeluarkan
dari kamar dan pispot dibersihkan.
23) Melepaskan APD.
24) Mencuci tangan sesuai prosedur.
25) Membuka kembali pintu dan tirai.
Catatan: Saat ini dapat menggunakan popok sekali pakai ( diaper) untuk
dewasa dengan popok sekali pakai dikenal dengan nama Underpad
E. PERAWATAN KHUSUS
Pengertian
Kolostomi adalah Lubang yang dibuat melalui pembedahan diantara kolon dan
permukaan abdoman (Kamus Keperawatan ), pada kasus-kasus tertentu misalnya
tumor usus besar, athresia ani pada kasus kelainan bawaan, dan kecelakaan.
Tujuan
1. Menjaga kulit sekitar lubang buatan agar tidak lecet
2. Agar anak terhindar dari infeksi
3. Mencegah timbulnya bau tidak sedap
4. Mencegah penyakit agar tidak bertambah parah
Waktu penggantian
Waktu untuk mengganti kolostomi jika kantong sudah
terlihat penuh, bocor dan kotor.
Alat perawatan
1. Kantong plastik bening 1 buah / kolostomi bag
2. Double tip (bila menggunakan kantong plastik bening)
3. Air hangat
4. Baskom kecil berisi air hangat
5. Kapas dan kassa secukupnya
6. Gelang karet
7. Vasellin jelly
8. Kantong kresek 1 buah
Langkah-langkah perawatan
1. Cuci tangan dengan bersih.
2. Tempatkan pasien pada posisi telentang.
47
BAB III. PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA
3. Buka kantong plastik dan kassa pelindung lubang buatan yang sudah terpasang,
jika lengket buka kantong dengan menggunakan kapas basah.
4. Buang kantong dan kassa pelindung ke kantong kresek.
5. Bersihkan lubang buatan dengan kapas yang dibasahi oleh air hangat (kapas
setelah direndam di air hangat menggunakan baskom kecil diperas sehingga
kapas tidak terlalu basah).
6. Bersihkan lubang buatan mulai dari kulit bagian luar di sekitar lubang buatan.
7. Keringkan kulit sekeliling lubang buatan dengan kassa kering.
8. Pasang kasa pelindung yang diolesi vaselin atau jelly ke sekeliling lubang buatan
dengan cara melingkar.
9. Ukur lubang buatan, lalu buat lubang pada kantong plastik yang bening sesuai
ukuran lubang buatan.
10. Buka perekat pada kantong plastik bening ( bila menggunakan kantong plastik
biasa, tempelkan double tip mengelilingi lubang kolostomi).
11. Tempatkan kantong plastik bening pada lubang, tekan dengan lembut mulai dari
arah lubang buatan ke luar supaya kantong menempel.
12. Tutup ujung kantong lubang buatan dengan gelang karet supaya tidak bocor
13. Cuci tangan kembali sesudah penolong melakukan perawatan lubang buatan
Makan dan minum bertujuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan tubuh
pasien.
Cara menyajikan makanan kepada klien:
1. Sebaiknya makanan disajikan diatas sebuah baki yang rapi dan menarik.
2. Sesuaikan makanan dengan selera klien dengan tetap mengikuti diet yang
ditetapkan.
3. Sayuran dan lauk pauk dipisahkan di piring kecil secara baik dengan sedikit
variasi.
4. Sebaiknya makanan disajikan dalam keadaan hangat.
5. Tentukan waktu makan, jika diperlukan dapat memberikan mainan pada anak –
anak agar lebih menarik.
6. Bila klien dapat makan sendiri,gunakan meja kecil yang diberi alas atau dengan
improvisasi / meja makan khusus untuk klien.
Bila klien dapat makan sendiri tetapi tidak dapat atau tidak diperbolehkan duduk:
1. Miringkan posisi badan klien,sebaiknya kesebelah kiri supaya dapat makan dengan
tangan kanannya.
2. Letakan serbet dibawah dagu klien.
3. Letakan makanan di dekat klien.
4. Sediakan sedotan untuk minumnya.
5. Letakkan bel di dekat klien supaya dapat memberitahu jika sudah selesai makan.
48
BAB III. PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA
2. Menyiapkan peralatan.
3. Mencuci tangan sesuai prosedur.
4. Menggunakan masker.
5. Menjaga privasi klien/ menutup tirai.
6. Dekatkan alat – alat yang diperlukan.
7. Makanan yang telah disiapkan, diletakkan di atas meja dalam keadaan hangat.
8. Cara memberikan makanan tergantungpada klien.
9. Membereskan dan merapikan alat makan.
10. Lepaskan masker.
11. Mencuci tangan sesuai prosedur.
1. Pengertian
Pemberian obat kepada klien dengan cara di minum, diteteskan kemata/ telinga,
di oleskan ke kulit dan memasukan ke anus (rektum) dan vagina sesuai dengan
program pengobatan dokter.
3. Bentuk-bentuk obat
a. Pil: berbentuk bundar dan bagian luar
dilapisi tepung atau bahan yang
mengkilap dapat berlapis gula.
b. Tablet: pada umumnya pipih bentuknya bermacam- macam (bulat atau
persegi) danbergaris tengah.
c. Kaplet: obat yang dipadatkan yang berbentuk kapsul.
d. Kapsul: berbentuk bulat panjang terbuat dari bahan gelatin dapat keras atau
lunak. Pada umumnya kapsul berfungsi sebagai pembungkus dimana terdapat
satu atau lebih obat (racikan) yang berkhasiat.
e. Salep: obat luar bentuk obat yang kepadatannya seperti mentega dikemas
dalam tube khusus, khusus obat oles pada permukaan kulit atau selaput
lendir.
f. Obat cair: obat yang berbentuk cairan dapat encer atau kental, bisa
dipergunakan obat luar (obat gosok, kompres, cuci mata, dll), obat dalam
yang dapat diminum (obat batuk, lambung, vitamin) pada umumnya perlu
dikocok lebih dulu sebelum di pakai.
g. Puyer: obat yang bentuknya bubuk (obat racikan dari beberapa jenis obat)
dan dikemas dalam bungkusan/ kapsul.
h. Suntikan: obat yang dikemas dalam botol (flacon atau ampul) hanya
dipergunakan oleh tenaga medis.
i. Suppositoria: jenis obat yang bentuknya lonjong seperti torpedo yang
sebagai obat serap yang dimasukkan kedalam anus atau vagina.
j. Gas: obat yang berbentuk gas yang dipergunakan untuk melegakan jalan
pernafasan yang dihirup melalui hidung (oksigen, inhaler).
49
BAB III. PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA
50
BAB III. PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA
51
BAB III. PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA
Persiapan alat:
1) Obat
2) suppositoria sesuai resep.
3) APD (sarung tangan sekali pakai)
4) Air hangat dalam mangkok.
5) Kasa.
6) Kantong plastik untuk sampah yang telah digunakan.
7) Pispot sesuaikan dengan kebutuhan.
8) Tisu.
52
BAB III. PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA
7. Pemberian inhalasi
Inhalasi dilakukan untuk meredakan flu yang berat, untuk membersihkan saluran
pernafasan agar pernafasan menjadi lega.
Persiapan alat:
Waskom.
Air yang hampir mendidih (150 cc air dingin ditambah 450 cc air mendidih).
Bahan inhalasi tambahan (minyak kayu putih, mentol, minyak cemara atau sesuai
kebutuhan).
Handuk besar dan bengkok untuk menampung ludah.
Tisu dan vaselin.
Bengkok.
Prosedur inhalasi:
1) Jelaskan kepada klien tindakan yang akan
dilaksanakan, tujuan pemberian inhalasi.
2) Pastikan klien dalam posisi duduk dengan nyaman.
3) Letakkan waskom berisi air yang sudah di campur
bahan inhalasi di meja depan klien.
4) Oleskan vaselin di sekitar mulut dan kelopak mata bila
perlu.
5) Minta klien untuk menundukkan kepalanya di atas waskom dengan jarak 15 cm,
pasang handuk diatas kepala menutupi permukaan waskom sedemikian rupa.
6) Anjurkan klien untuk menarik nafas panjang melalui mulut dan mengeluarkan
melalui hidung, lakukan selama 10 menit.
7) Pastikan klien membuang ludahnya ditempat yang sudah disediakan (bengkok).
8) Pemberian inhalasi dapat dilakukan dengan mempergunakan teko.
9) Apabila sudah selesai rapikan Klien, keringkan muka Klien dengan tisu atau handuk
dan kembalikan peralatan ketempat semula.
10) Bersihkan dan rapikan peralatan.
8. Terapi Nebulasi
Pengertian
Proses memberikan obat inhalasi cair menjadi partikel uap (aerosol) dan
memasukkannya ke dalam paru-paru ketika pasien melakukan inhalasi.
Tujuan
a. Memberikan obat langsung ke saluran pernafasan untuk mengeluarkan sputum.
b. Mengurangi kesulitan mengeluarkan sekret yang kental dan lengket
c. Meringankan jalan nafas
Persiapan alat
a. Satu set alat nebulazer
b. Fase Mark (sungkup) dan selangnya
c. Obat-obatan dan NaCl 0,9 %
d. Spuit 10 CC & 5 CC
e. Tissue
f. Neer bekken ( bengkok) plastik
53
BAB III. PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA
Prosedur
a. Periksa instruksi dokter/ petugas kesehatan
b. Jelaskan kepada klien/ keluarga tentang prosedur
yang akan dilakukan
c. Cuci tangan
d. Memakai APD
e. Cek nadi sebelum dan sesudah melakukan nebulasi
f. Posisikan pasien pada posisi duduk yang nyaman atau posisi fowler
g. Tambahkan obat dan Nacl dengan dosis yang di intruksikan ke dalam nebulazer
h. Pasang sungkup pada wajah papsien untuk menutupi mulut dan hidung.
i. Intruksikan pasien untuk menarik nafas dalam, dan perlahan lewat mulut, tahan
nafas. Kemudian hembuskan nafas perlahan-lahan (pada pasien sadar)
j. Amati pengembangan dada dan pastikan klien menarik napas dalam.
k. Intruksikan klien untuk bernafas dalam dan pelan sampai semua obat habis.
l. Setelah selesai anjurkan klien untuk batuk.
m. Bila ada sputum, buang sputum dengan tissu sekali pakai
n. Amati klien apakah ada efek samping obat
o. Bereskan alat, dan cuci tangan
p. Cacat hasil yang telah dilakukan, obat-obatan yang dipergunakan dan sekret yang
keluar.
9. Pemberian Oksigen
Memberikan oksigen adalah memasukkan oksigen ke dalam paru – paru melalui saluran
pernafasan dengan bantuan alat. Tujuan pemberian oksigen adalah untuk memenuhi
kebutuhan oksigen klien, melancarkan metabolisme tubuh.
Persiapan alat:
Tabung oksigen yang diletakkan di atas alat pendorong
beroda, dilengkapi:
a. Manometer (untuk mengetahui isi oksigen dalam
tabung).
b. Botol pelembab (humidifier) yang sudah diisi dengan
aqua destilata/air matang sampai pada batas yang telah
ditentukan.
c. Pengukur aliran (flowmeter) untuk mengetahui jumlah
oksigen yang diberikan permenit pipa saluran oksigen.
d. Masker/kanul hidung. Untuk masker maksimal 5 liter, sedangkan kanul maksimal 2
liter.
e. Alat tulis untuk mencatat.
54
BAB III. PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA
Tujuan:
a. Menjaga kebersihan luka.
b. Mempercepat penyembuhan dan relaksasi.
Prosedur memandikan:
a. Isi bak mandi dengan air dan obat yang digunakan.
b. Persiapkan Klien untuk mandi berendam.
c. Selama proses ini berlangsung Klien harus ditemani/ditunggu.
d. Apabila proses sudah selesai keringkan dengan handuk,berikan pakaian gantinya
dan kembalikan ke tempat semula.
e. Bersihkan dan rapikan peralatan.
55
BAB III. PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA
Persiapan alat:
a. Kantong air dingin/es kap/kirbat es (kantong karet atau plastik
yang mempunyai tutup, berbentuk bulat dan lonjong) dapat
digantikan dengan es yang dibungkus dengan plastik bersih.
b. Sarung kirbat es.
c. Waskom berisi air dan es batu.
d. Alat pemukul es.
e. Serbet.
f. Pengalas (perlak kecil dan alasnya).
56
BAB III. PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA
Persiapan alat:
a. Pengalas/serbet.
b. Termos berisi air panas.
c. Kantong air panas atau buli–buli panas (suatu kantong
karet berbentuk segi empat dan mempunyai penutup
bentuk sekrup dan mempunyai cincin penutup besi)
atau botol.
d. Sarung kantong air panas/kain untuk membungkus
botol.
Persiapan alat:
a. Pengalas (perlak dan alasnya).
b. Waskom berisi air hangat.
c. 5 buah waslap/handuk kecil.
57
BAB III. PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA
Persiapan alat
1) APD (celemek, sarung tangan karet).
2) Air hangat kuku dalam waskom kecil.
3) Satu atau dua spons atau kain flanel.
4) Sebuah handuk mandi.
5) Termometer.
58
BAB III. PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA
Pengertian
Belajar cara mengangkat dan memindahkan klien adalah bagian keperawatan dirumah yang
sangat penting, terutama jika Klien yang dirawat tidak dapat atau kesulitan berdiri dan
berpindah tanpa bantuan. Apabila seseorang menderita penyakit kronis, ajak ia keruangan
lain atau kebun bersama-sama dengan seluruh anggota keluarga sehingga akan
memberikan perubahan pandangan yang dapat diterimadan dapat berfungsi sebagai
dorongan yang sangat baik untuk moral penderita.
Tujuan mobilisasi
a. Memenuhi kebutuhan dasar manusia untuk bergerak.
b. Membantu melancarkan sirkulasi darah.
c. Mengurangi bahaya lecet /luka di punggung.
d. Mengurangi rasa bosan klien.
Persiapan alat
a. APD (masker, celemek, sarung tangan).
b. Kursi.
c. Majalah/koran/buku bacaan.
d. Selimut.
e. Bantal.
f. Dingklik (bangku kecil).
g. Sendal.
59
BAB III. PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA
1) Mengangkat klien pada ketiak yang dilakukan oleh dua orang pelaku PK:
a) Pelaku PK pertama dan kedua masing – masing meletakkan salah satu
lengannya dibawah ketiak klien dan minta klien untuk memegang siku atau
bahu pelaku PK.
60
BAB III. PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA
2) Membantu klien untuk duduk yang dilakukan oleh satu orang pelaku PK:
a) Memberitahu klien/keluarga mengenai tindakan yang akan dilakukan.
b) Mencuci tangan sesuai prosedur.
c) Memakai APD.
d) Menjaga privasi klien/menutup pintu dan tirai.
e) Pelaku PK berdiri di sisi kanan klien dengan kaki kiri di depan.
f) Masukkan tangan kanan pelaku melalui ketiak kanan klien sampai ke tulang
belikat, sedangkan tangan kiri dibawah tengkuk klien.
g) Tangan kanan klien memegang bahu kanan pelaku, sedangkan tangan kiri
klien bertopang pada sisi tempat tidur.
h) Memberikan aba-aba kemudian mengangkat badan klien, lalu didudukkan.
i) Jika klien merasa pusing ditidurkan kembali.
j) Jika tidak pusing, punggung klien dapat ditopang dengan bantal dan dibawah
lutut dimasukkan bantal guling dengan tujuan agar klien tidak merosot ke
bawah.
k) Jika klien ingin duduk di pinggir tempat
tidur maka digunakan sebuah kursi
untuk menopang kakinya.
l) Untuk menidurkan klien kembali sama dengan
mendudukkannya.
m) Merapikan tempat tidur
n) Melepaskan APD
o) Mencuci tangan sesuai prosedur.
p) Membuka kembali pintu dan tirai.
d. Membantu klien turun dari tempat tidur, berjalan ke kursi dan kembali ke
tempat tidur:
Bila klien yang telah berbaring lama di atas tempat tidur mulai sembuh, maka dokter
akan memerintahkan agar klien didudukkan. Mula-mula duduk di pinggir tempat tidur
dengan kaki yang diayun-ayunkan kemudian diatas kursi dalam ruangan klien. Peristiwa
ini merupakan hal yang menggembirakan bagi klien, sehingga klien akan berusaha
memberikan bantuannya. Tetapi klien akan kecewa bila mulai duduk atau berjalan,
merasa pusing dan kaki berat dan lemas. Oleh sebab itu, hal ini perlu dilakukan secara
bertahap.
61
BAB III. PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA
Persiapan alat
1) Kursi yang memakai sandaran untuk lengan.
2) Bantal untuk menopang punggung.
3) Selimut.
4) Sandal yang ringan.
5) Bila diperlukan dingklik/kursi pendek.
6) Bel.
Prosedur
1) Klien diberitahukan bahwa dokter telah mengijinkan untuk duduk diatas kursi. Perlu
dijelaskan bahwa untuk pertama kali, sering disertai pusing, dll.
2) Menggunakan APD.
3) Mencuci tangan sesuai prosedur.
4) Letakkan bantal pada sandaran kursi, kalau perlu bentangkan selimut sebagai alas
dan selimut.
5) Pelaku berdiri dengan baik, tangan kanan klien diminta mengait tangan kanan
pelaku…. hitung… dudukkan.
6) Minta klien meletakkan kedua tangan ke belakang untuk membantu bila klien
diangkat ke sisi tempat tidur.
7) Tangan kiri pelaku berada di punggung klien, sedangkan tangan kanan dilipatan
lutut…hitung… dengan gerakan memutar, diangkat ke tepi tempat tidur, sehingga
kaki tergantung di tempat tidur.
8) Minta klien mengayunkan kakinya seperti mau naik sepeda. Perhatikan keadaannya
dan bila tidak pusing dapat diteruskan.
9) Bila tempat tidur tinggi, disiapkan dingklik atau kursi pendek.
10) Sandal yang ringan dipakaikan ke kaki klien.
11) Pelaku PK berdiri di depan klien dengan memegang klien dibawah ketiaknya, kedua
tangan klien memegang bahu pelaku, dengan … hitung… klien diturunkan di atas
lantai.
12) Satu kaki pelaku dimasukkan antara kedua kaki klien, lalu berjalan bersama-sama
dengan perlahan. Langkah pelaku PK mundur atau langkah kaki klien dan pelaku
bersama-sama bergeser ke arah kanan/kiri.
13) Di depan kursi klien berhenti sebentar dan secara hati-hati didudukkan.
14) Periksa denyut nadi dan tanyakan kepada klien merasa pusing, dsb.
15) Lingkarkan atau tutupkan selimut ke badan klien, lalu berikan bel dan bahan
bacaan.
16) Rapikan tempat tidur klien.
17) Jika hal ini baru dilakukan untuk pertama kali, harus diperhatikan keadaan umum
klien.
18) Sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan dokter atau kurang lebih 15 menit,
Klien dikembalikan ke tempat tidur dengan gerakan seperti hendak menurunkan.
19) Lepaskan APD.
20) Mencuci tangan sesuai prosedur.
21) Catat dalam catatan harian klien.
62
BAB III. PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA
5) Pelaku PK yang tertinggi berada pada bagian kepala dan bertugas untuk
mengangkat bagian atas. Tangan kiri diletakkan dibawah bahu, sedangkan tangan
kanan dibawah pinggang.
6) Pelaku PK yang kedua (menurut dalam ukuran tinggi badan) bertugas mengangkat
bagian tengah badan klien. Tangan kiri diletakkan disamping tangan kanan pelaku
PK yang pertama, sedangkan tangan kanan berada dibawah bokong klien.
7) Pelaku PK yang pendek bertugas mengangkat bagian kaki klien. Tangan kiri
diletakkan disamping kanan pelaku PK yang kedua, sedangkan tangan kanan pada
bagian kaki.
8) Pelaku yang berada di bagian kepala memberi aba – aba, kemudian klien diangkat
bersama – sama. Langkah kaki pelaku PK harus sama (siap–angkat-berjalan-satu-
dua-dan selanjutnya-berhenti-baringkan).
9) Klien dirapihkan dan diselimuti.
10) Pelaku PK memastikan kenyamanan dan kehangatan klien.
11) Merapikan tempat tidur.
12) Melepaskan APD.
13) Mencuci tangan sesuai prosedur.
Catatan:
Untuk melindungi punggung klien, gunakan petunjuk berikut untuk melakukan
pengangkatan, pemindahan, bila tidak dilaksanakan pelaku PK beresiko mencederai
punggung klien:
Berdiri tegak tapi tidak kaku, dengan kepala tegak lurus dan dagu sedikit
menunduk,posisi ini akan menjaga kelurusan punggung pelaku PK juga
melindungi sendi serta ligamen pelaku PK.
Sedikit tekukan paha dan lutut anda.
Berdirilah disamping klien sedekat mungkin dengan meregangkan kaki pelaku
untuk membantu menjaga keseimbangan dan jari kaki mengarah pada
perpindahan.
Posisi ini adalah posisi berdiri yang tepat, karena pelaku PK menggunakan otot
kaki dan paha yang kuat, untuk mengangkat klien dan mengarahkan berat
sedikit mungkin ke pusat tubuh pelaku PK.
63
BAB III. PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA
K. TERAPI GERAK
64
BAB III. PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA
65
BAB III. PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA
66
BAB III. PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA
67
BAB III. PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA
68
BAB IV.
PERAWATAN IBU HAMIL DAN ANAK
BAB IV. PERAWATAN IBU HAMIL DAN ANAK
BAB IV
PERAWATAN IBU HAMIL DAN ANAK
1. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah suatu masa dimulai dari terjadinya pembuahan (konsepsi) sampai
lahirnya anak. Pembuahan terjadi setelah terjadinya hubungan suami istri dimana
sperma (air mani) dari suami membuahi sel telur istri. Telur yang sudah dibuahi akan
menempel pada dinding rahim, kemudian tumbuh dan berkembang sampai mencapai 9
bulan (40 minggu).
Bila pembuahan terjadi, maka janin mulai hidup dengan menerima makanan melalui
plasenta.
69
BAB IV. PERAWATAN IBU HAMIL DAN ANAK
Penanganan:
1) Istirahat.
2) Ibu hamil dianjurkan untuk menghindari stress.
3) Mengkonsumsi makanan yang bergizi.
4) Menganjurkan makan sedikit-sedikit tapi sering.
5) Menganjurkan pemeriksaan kehamilan setiap 1 bulan 1 kali ke fasilitas kesehatan.
6) Menghindari sementara bau-bauan yang tidak disukai.
7) Anjurkan imunisasi TT.
Pada trimester kedua, bulan keempat hingga keenam, banyak bagian tubuh yang
mengalami perkembangan. Pada bulan keempat kehamilan, bagian tubuh yang mulai
terbentuk adalah alis, bulu mata, kuku, dan jenis kelamin.
70
BAB IV. PERAWATAN IBU HAMIL DAN ANAK
Penanganan:
1) Pola hidup sehat dengan istirahat teratur,makan makanan yang bergizi.
2) Menganjurkan minum vitamin dengan teratur
3) Menganjurkan untuk membersihkan payudara terutama puting dan lingkaran
hitam/coklat di sekitar puting .
4) Periksa kembali ke fasilitas kesehatan /tenaga kesehatan 1 bulan sekali sampai
usia kehamilan 7 bulan atau sewaktu-waktu bila ada kelainan.
5) Kesehatan sesuai anjuran dari tenaga kesehatan.kan
6) Mengkonsumsi makanan tinggi serat ( sayur dan buah ), dan minum air putih lebih
banyak
71
BAB IV. PERAWATAN IBU HAMIL DAN ANAK
Penanganan:
1) Pola hidup sehat, istirahat teratur.
2) Makan sedikit tetapi sering dengan makanan bergizi.
3) Periksa ke fasilitas kesehatan dua minggu sekali pada usia kehamilan 8 bulan & 1
minggu sekali pada usia kehamilan 9 bulan.
1) Anjurkan melaksanakan senam hamil dan melaksanakan perawatan payudara.
a. Perdarahan
a. Perdarahan pada hamil muda dapat menyebabkan keguguran.
b. Perdarahan pada hamil tua dapat membahayakan keselamatan ibu dan bayi
dalam kandungan.
Penanganan:
Anjurkan ibu untuk beristirahat, monitor perdarahan.
Segera rujuk ke fasilitas kesehatan untuk pemeriksaan dan penanganan
lebih lanjut.
b. Bengkak
a. Bengkak di kaki, tangan dan wajah.
b. Sakit kepala hebat.
c. Kadang-kadang disertai kejang.
Penanganan:
Istirahat.
Periksa tekanan darah klien.
Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan rendah garam.
Segera dirujuk ke pelayanan kesehatan untuk pemeriksaan dan
penanganan lebih lanjut.
c. Demam tinggi
Biasanya karena adanya infeksi, demam tinggi bisa menyebabkan keguguran atau
kelahiran kurang bulan.
Penanganan:
Ukur suhu klien
Berikan kompres hangat.
Segera rujuk ke fasilitas kesehatan bila suhu tubuh tidak turun dalam kurun
waktu 2 hari.
Berikan minum banyak.
72
BAB IV. PERAWATAN IBU HAMIL DAN ANAK
a. Kebersihan Diri
b. Nutrisi ibu hamil
Anjurkan klien makan makanan seimbang yang jumlahnya 2X porsi biasa.
Anjurkan klien untuk tidak merokok (pada klien yang suka merokok).
Anjurkan klien untuk menghindari obat-obatan terutama pada trimester
1/pertama.
73
BAB IV. PERAWATAN IBU HAMIL DAN ANAK
e. Berpakaian.
Ibu hamil harus menggunakan pakaian longgar, bersih, dan tidak ada ikatan
yang ketat pada daerah perut.
Pakai kutang (BH) yang menyokong payudara, jangan tidak menggunakan
BH.
Menggunakan sepatu dengan tumit rendah.
Pakaian dalam harus selalu bersih.
f. Berhubungan intim.
Berhubungan intim tidak dilarang kecuali bila ada riwayat:
Sering keguguran.
Perdarahan dari jalan lahir.
Bila ketuban pecah atau bocor.
Tujuan
1) Tujuan Umum
Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak, sehingga terwujud NKKBS (Norma
Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera)
2) Tujuan Khusus
Untuk menurunkan angka kelahiran
74
BAB IV. PERAWATAN IBU HAMIL DAN ANAK
1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan ari-ari) yang telah
cukup bulan atau hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan
lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
4. Tanda-tanda persalinan
a. Rasa mulas yang teratur timbul semakin sering, lama dan kuat.
b. Keluar keringat dingin.
c. Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda) dari jalan lahir.
d. Rasa ingin mengejan.
e. Pengeluaran cairan (ketuban pecah).
Jika ditemukan tanda-tanda tersebut klien segera dirujuk ke fasilitas kesehatan.
5. Kelahiran Darurat.
Persalinan dapat terjadi dalam situasi yang tidak diharapkan misalnya pada saat
bencana atau keadaan dimana proses persalinan yang terlalu cepat sehingga tidak
sempat menghubungi petugas kesehatan untuk membantu persalinan. Dalam
situasi ini pelaku PK harus mampu membantu proses persalinan dalam keadaan
darurat yang kemudian harus dirujuk ke fasilitas kesehatan.
d. Senter.
e. Kasa steril.
f. Kain bersih.
6. Tindakan
a. Sebelum Kelahiran:
Memberi tahu ibu mengenai tindakan yang akan dilakukan.
Cuci tangan, memakai APD (sarung tangan karet, masker, celemek).
Bantu ibu untuk membersihkan diri, terutama daerah kewanitaan.
Mungkin perlu minta bantuan keluarga.
Perhatikan agar tempat melahirkan bersih, bantulah ibu yang akan
melahirkan mengatur posisi tubuhnya untuk mendapatkan posisi yang
paling nyaman.
Beri minuman agar memperoleh tenaga.
b. Saat Melahirkan:
Ibu biasanya akan mengatakan bahwa dia terasa ingin B.A.B. Pelaku PK akan
dapat melihat kepala bayi di jalan lahir:
Pimpin untuk mengejan dan atur nafas ibu (tarikan dari hidung, keluar
lewat mulut)
Beri semangat pada ibu.
Bantulah ibu pada posisi nyaman (posisi melahirkan).
Beri alas/perlak di bawah bokong ibu.
Bila ada kotoran yang keluar dari anus, ditutup dengan kain yang bersih.
Bila kepala bayi sudah keluar, lakukan sanggah susur (tali pusat).
Setelah bayi lahir seluruhnya, bersihkan jalan nafas (hidung, mulut)
memakai kasa steril.
Letakkan bayi dengan hati-hati diatas perut ibu, bila panjang tali pusat
memungkinkan dan keringkan dengan lembut dan selimuti dengan kain
bersih.
Panggil bidan setempat atau rujuk ke fasilitas kesehatan terdekat.
C. PERAWATAN NIFAS
Pengertian
Nifas adalah satu masa (waktu) yang dibutuhkan setelah melahirkan sampai pulihnya
organ reproduksi kembali normal, diperlukan waktu 40 – 60 hari.
76
BAB IV. PERAWATAN IBU HAMIL DAN ANAK
2. Perubahan psikologis :
a. Emosi tidak stabil.
b. Depresi pasca persalinan.
c. Baby blues (belum siap menerima kehadiran bayi).
Penanganan:
Bersihkan daerah kelamin, pasang pembalut wanita & pakaian dalam juga
gunakan gurita.
Anjurkan klien memonitor jumlah darahnya, apabila darah tidak berkurang
segera rujuk ke fasilitas kesehatan terdekat.
2. Bengkak di muka, tangan, atau kaki disertai sakit kepala bahkan kejang
Penanganan:
Istirahatkan klien di tempat yang tenang.
Anjurkan klien menkonsumsi makanan rendah garam.
Segera rujuk ke fasilitas kesehatan terdekat apabila kejang, cegah lidah
jangan sampai tergigit dengan cara memasukan gulungan saputangan/kain
diantara kedua rahang.
Lindungi klien dari kemungkinan jatuh.
4. Demam
Demam dapat disebabkan karena infeksi jalan lahir, payudara bengkak atau oleh
penyebab lain.
Penanganan:
Anjurkan klien untuk banyak minum.
Berikan obat penurun panas sesuai anjuran petugas kesehatan.
Segera rujuk ke fasilitas kesehatan bila 3 hari demam terus menerus.
Apaabila demam disebabkan oleh pembengkakan payudara, lakukan
perawatan payudara dan keluarkan ASI.
77
BAB IV. PERAWATAN IBU HAMIL DAN ANAK
5. Payudara bengkak
a. Payudara penuh karena penimbunan ASI.
Penyebab:
Produksi ASI meningkat.
Terlambat menyusukan.
Cara hisap bayi yang kurang baik ketika menyusui.
ASI kurang sering dikeluarkan
Pencegahan:
Menyusui dini.
Posisi dan cara bayi menghisap yang baik ketika menyusui.
Menyusui kapanpun bayi ingin menyusui.
Bayi harus lebih sering disusui.
Penanganan:
Apabila terlalu tegang, atau bayi tidak dapat menyusu sebaiknya ASI
dikeluarkan dahulu.
Kompres hangat untuk mengurangi nyeri.
Pijat leher dan punggung kebelakang (sejajar payudara), dan payudara
yang bengkak dipijat pelan pelan ke arah tengah.
Stimulasi payudara dan puting.
Kompres dengan air dingin setelah menyusui untuk mengurangi bengkak.
Bila perlu berikan obat anti nyeri.
Gejala:
sakit pada daerah puting
terasa kencang
kulit nampak mengkilat walau tidak merah,
Nyeri dan demam
Penanganan:
Sementara ASI dikeluarkan secara manual menggunakan alat
Kompres hangat untuk mengurangi nyeri.
Pijat leher dan punggung kebelakang (sejajar payudara), dan payudara
yang bengkak dipijat pelan pelan ke arah tengah.
Kompres dengan air dingin setelah menyusui untuk mengurangi bengkak.
Bila perlu dirujuk ke Fasilitas Layanan Kesehatan.
Penanganan:
Cek bagaimana posisi dan cara bayi menghisap pada payudara
78
BAB IV. PERAWATAN IBU HAMIL DAN ANAK
Ibu dapat memberikan ASI nya pada luka puting yang tidak terlalu sakit.
Olesi puting susu dengan ASI akhir (hind milk), hindari mengolesi dengan
obat lain.
Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu kurang
lebih 1 X 24 jam, dan biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu 2 X 24 jam.
Selama puting susu diistirahatkan, ASI tetap dikeluarkan dengan tangan, dan
tidak dianjurkan dengan alat pompa karena dapat meningkatkan rasa nyeri.
Cuci payudara sehari saja, dan tidak dianjurkan menggunakan sabun tau
alcohol.
Gejala :
Payudara menjadi merah, bengkak diikuti rasa nyeri dan panas.
Pemakaian bra/BH yang terlalu ketat sehingga menekan saluran ASI dan ASI
sulit dikeluarkan.
Penanganan:
Kompres hangat dan lakukan pemijatan.
Lakukan stimulasi untuk merangsang hormon oksitosin dengan cara stimulasi
puting pijat leher dan punggung.
Bila perlu lakukan istirahat total dan diberikan obat anti nyeri.
Konsultasikan untuk pemakaian antibiotik jika diperlukan.
Kalau sudah terjadi abses, sebaiknya payudara yang sakit tidak boleh
disusukan, karena memerlukan tindakan pembedahan.
a. Membersihkan vulva
Peralatan:
Pembalut wanita
Celana dalam
Kain/sarung
Sabun/disinsfectan
Air bersih, sarung tangan bila perlu.
Plastik untuk pembungkus pembalut.
79
BAB IV. PERAWATAN IBU HAMIL DAN ANAK
Pelaksanaan:
Siapkan alat-alat yang diperlukan.
Beri tahu klien tindakan yang akan dilakukan.
Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
Buka pembalut, masukan ke dalam plastik.
Siram vulva dari depan ke belakang.
Amati luka perineum apakah ada kemerahan, pembengkakan atau nyeri
yang berlebihan apabila ditemukan tanda-tanda tersebut segera rujuk
kepelayanan kesehatan.
Apabila ASI belum lancar baru perawatan payudara dilakukan satu hari sekali atau
lebih.
Persiapan alat:
1. 2 buah handuk.
2. 2 buah waslap.
3. 2 waskom kecil berisi air hangat dan
dingin.
4. Minyak kelapa/ baby oil/ lotion untuk
melicinkan pada pengurutan.
5. Kapas untuk membersihkan puting susu.
6. Bengkok.
7. Siapkan kursi untuk duduk ibu.
Pelaksanaan:
1. Beritahu ibu nifas untuk melaksanakan prosedur ini.
2. Pelaku cuci tangan.
3. Berikan posisi untuk ibu, buka pakaian atas.
4. Letakkan 1 (satu) handuk dibawah payudara, dan satu handuk lainnya diatas
pundak ibu.
5. Perawatan payudara dimulai dengan mengompres puting dengan kapas yang
sudah diberi minyak (agar kotoran yang dalam areola dapat terangkat).
6. Kompres payudara dengan air hangat dan dingin secara bergantian dengan
waslap, selama lima menit.
80
BAB IV. PERAWATAN IBU HAMIL DAN ANAK
Tehnik Menyusui
81
BAB IV. PERAWATAN IBU HAMIL DAN ANAK
1. Tidak ada pantangan makan, usahakan gizi seimbang hanya mengurangi makanan
yang berlemak dan pedas.
2. Memperbanyak minum, minimal 30-50 cc/kg BR/hari
3. Menambah porsi makanan kurang lebih 30% dari kebutuhan normal sesuai
dengan BB, usia dan aktifitas.
Setelah 6 jam pasca persalinan, dianjurkan untuk mencoba melakukan aktivitas secara
bertahap, dimulai dengan duduk dipinggir tempat tidur dengan uncang–uncangkan
kaki kemudian berdiri lalu berjalan didampingi oleh pelaku PK atau keluarganya.
1. Latihan Nafas Dalam
Dilakukan untuk membantu relaksasi dan mengurangi rasa nyeri, dengan menarik
nafas melalui hidung mengeluarkan melalui mulut perlahan-lahan yang dilakukan
berulang–ulang selama 10 kali.
2. Latihan Pemulihan Otot Panggul
a. Tujuannya untuk mengurang ketidaknyamanan pada daerah pereunium
sekitar kemaluan.
b. Memperlancar BAK dan BAB.
c. Meningkatkan sirkulasi darah dan mengurangi bengkak di tungkai.
Pelaksanaan:
Dapat dilakukan dalam posisi tidur, duduk maupun berdiri dengan mengerutkan
Anus ( seperti menahan ingin BAB dan BAK ) tahan dengan kuat selama mungkin
10 detik, kemudian bernafas secara normal.
Rilek dan istirahat selama 3 detik, ulangi secara perlahan-lahan sebanyak mungkin
sampai maksimal 10 kali.
82
BAB IV. PERAWATAN IBU HAMIL DAN ANAK
D. PERAWATAN BAYI
Merawat seorang bayi memerlukan ketelitian dan perhatian yang lebih besar, karena
seorang bayi belum dapat mengemukakan pendapatnya.
Bayi baru lahir dengan tubuh yang lengkap dan mungil dengan tanda-tanda:
1. Kepala
Kepala bayi baru lahir tampak jauh lebih besar dan lebih berat untuk tubuhnya
yang mungil, kepala berukuran seperempat dari tubuhnya, setelah usia 2 tahun
menjadi seperempat dan setelah 10 tahun baru seperlima berat tubuhnya,
bentuknya kurang bagus.
2. Ubun-Ubun
Ubun-ubun terasa lunak dan berdenyut.
3. Mata
Mata berwarna merah umumnya disebabkan oleh kuatnya tekanan pada saat
kelahiran yang akan memudar setelah beberapa saat, bola mata agak juling
kearah kelopak mata hal ini wajar kecuali jika setelah 3 bulan masih tetap
disarankan untuk konsultasi ke dokter.
4. Mulut
Lecet akibat menghisap biasa terjadi bibir atas atau di mulut bayi masih
tergantung ASI, ini tidak membahayakan dan akan hilang sendiri.
Di tahun pertama lidah bayi tumbuh dari ujung, dan di tahun pertama lidahnya
dapat bergerak sempurna.
Mulut dan bibir bayi masih tergantung, tetapi pada tahun pertama lidah bayi akan
tumbuh seperti lidah orang dewasa pada akhir tahun pertama lebih dapat
bergerak lebih sempurna.
5. Kulit
Sangat jarang bayi berkulit sempurna. Bercak merah, biru, kuning bahkan putih
itu biasa, kulit bayi yang terlalu lama dalam kandungan umumnya keriput yang
akhirnya akan mulus diakhir bulan pertama.
6. Verniks
Ketika lahir pada tubuh bayi diliputi zat putih mirip lemak yang disebut Verniks. Ini
adalah zat pelindung terhadap infeksi kulit dan sebaiknya dibiarkan meresap
sendiri kedalam kulit dalam beberapa hari, sehingga terhindar dari kedinginan.
7. Rambut Lanugo.
Umumnya menutupi bagian tubuh bayi saat lahir, tumbuh halus di kepala, agak
kasar di punggung dan bahu, ini wajar dan umumnya akan rontok sendiri setelah
1 – 2 minggu.
Skala Apgar
83
BAB IV. PERAWATAN IBU HAMIL DAN ANAK
Pemberian Nilai
Yang diuji
2 1 0
Warna kulit Seluruh tubuh merah Seluruh tubuh agak biru Biru seluruh
muda tubuh
Pernafasan Normal/ spontan Terengah-engah Tidak ada
Detak jantung Lebih dari 100/m Kurang dari 100/m Tidak ada
Gerakan Aktif Ada gerakan Tidak ada
gerakan
Reaksi refleks Menangis keras merintih Tidak ada
Bayi prematur
Adalah bayi yang dilahirkan dengan BB kurang dari 2500 gram dengan masa
kehamilan kurang lebih 37 minggu (259 hari ).
a. Penyebab bayi prematur
a. Usia ibu terlalu muda.
b. Ibu kurang gizi.
c. Kehamilan kembar.
d. Ketuban pecah sebelum waktunya.
e. Ibu sakit.
b. Ciri – ciri bayi prematur
a. BB kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm.
b. Kulit tipis dan transparan, tampak mengkilat & licin.
c. Banyak rambut – rambut halus di dahi, pelipis dan tangan.
d. Lemak bawah kulit kurang.
e. Rambut tipis halus.
f. Pergerakan kurang aktif.
g. Menangis lemah, pernafasan belum teratur.
h. Refleks menghisap dan menelan lemah.
c. Penatalaksanaan bayi prematur
a. Suhu tubuh bayi harus tetap terjaga dengan cara:
Badan bayi dibungkus dengan selimut halus.
Kepala menggunakan topi.
Kiri kanan badan bayi diberi botol air hangat. (bila perlu)
Menghangatkan bayi prematur dapat juga dilakukan dengan metode
kanguru ( ada gambar di buku kesehatan ibu anak hal 26 ), bayi didekap
di dada ibu kulit bayi menempel di perut ibu, jangan menidurkan bayi di
tempat dingin dan tempat dingin.
b. Memandikan bayi
Saat memandikan bayi harus terbungkus handuk tetapi jangan terlalu
ketat, bersihkan mata dengan menggunakan kapas yang telah dibasahi
dari arah dalam ke luar & bersihkan wajahnya dengan lembut.
Keluarkan tubuh yang akan dibersihkan, lalu masukan kembali ke dalam
balutan handuk lanjutkan sampai selesai, bayi tidak perlu dimasukan ke
dalam bak mandi.
84
BAB IV. PERAWATAN IBU HAMIL DAN ANAK
Keringkan tubuh bayi dengan hati–hati lalu beri baby cream, untuk
mencegah penguapan karena bayi prematur kulitnya tipis sehingga
mudah terjadi penguapan.
c. Makanan bayi prematur.
Upayakan memberikan ASI bila refleks hisapnya lemah gunakan sendok.
Segera bawa ke fasilitas kesehatan apabila bayi sama sekali tidak mampu
menghisap/menelan.
1. Hipotermi
Suhu bayi dibawah 36 derajat Celcius.
Ditandai dengan:
Kulit bayi tampak biru dan teraba dingin
Nangis merintih
Tidak mau menetek
Pencegahan hipotermi:
Jaga kehangatan lingkungan bayi
Suhu ruangan 28-30 derajat celcius
Segera keringkan bayi setelah selesai b.a.b atau b.a.k
Memandikan bayi pertama dilakukan 6 jam setelah lahir dengan suhu tubuh
stabil (36-37, 5 derajat celcius)
Penanganan:
Hangatkan bayi seperti dekap oleh ibu, dengan selimut, dan atau penyinaran
dengan lampu
Rujuk ke fasilitas kesehatan
2. Hipertermi
Suhu bayi diatas 37,5 derajat celcius.
Ditandai dengan:
a. Kulit teraba hangat dan merah
b. Bayi rewel
c. Tidak mau menetek
d. Gejala lebih lanjut (kejang)
Pencegahan:
a. Beri ASI sesuai kebutuhan
b. Jangan membedong bayi terlalu kencang
c. Jangan menyelimuti bayi dengan selimut yang tebal
Penanganan:
a. Berikan ASI sesering mungkin
b. Longgarkan pakaian bayi
c. Atur suhu ruangan
d. Kompres bayi dengan air hangat/bayi dilap dengan handuk yang dibasahi
dengan air hangat
e. Rujuk ke fasilitas kesehatan
85
BAB IV. PERAWATAN IBU HAMIL DAN ANAK
3. Hiperbilirubinemia (kuning)
Adalah suatu keadaan dimana konsentrasi bilirubin lebih dari normal yang ditandai
dengan adanya kuning dikulit dan sklera mata.
Jenis hiperbilirubinemia:
a. Hiperbilirubinemia fisiologis, yaitu bila bayi kuning setelah 24 jam lahir tetapi
nilai bilirubine nya kurang dari 5 mg% dan menghilang pada hari ketujuh.
b. Hiperbilirubinemia patologis, yaitu peningkatan kadar bilirubine lebih dari
5mg%/hari dan tidak menghilang.
Ditandai dengan:
a. Seluruh permukaan kulit terlihat kuning
b. Tanda kekuningan terlihat tiga hari setelah lahir
c. Bayi tidak mau menetek
d. Bayi kurang aktif, tidur terus.
e. Demam
f. Urin berwarna gelap
g. Feces berwarna pucat
Penanganan:
a. Bersihkan dan keringkan lipatan organ tubuh bayi
b. Pemberian baby crem/minyak kelapa secara merata dan tipis
c. Jangan gunakan popok/diaper terlalu ketat
d. Gunakan pakaian bayi dari bahan katun
e. Hindari pemakaian diaper terlalu sering
5. Tersedak (aspirasi)
Terjadi setelah bayi selesai menyusu kemudian muntah. Muntahan tersebut masuk
ke dalam mulut atau hidung bayi.
Pencegahan:
a. Sendawakan bayi setelah menyusu
b. Posisi tidur bayi setelah menyusu sebaiknya dimiringkan
86
BAB IV. PERAWATAN IBU HAMIL DAN ANAK
Penanganan:
a. Segera bersihkan muntahan dari mulut atau hidung bayi
b. Bebaskan jalan nafas
c. Lakukan penepukan dengan tujuan membuat bayi menangis
d. Rujuk ke fasilitas kesehatan
Pertumbuhan adalah peningkatan berat badan atau ukuran dari seluruh atau sebagian
tubuh misalnya bertambah berat badan atau tinggi badan, bertambah lingkar
kepala/lingkar lengan.
Menatap ke ibu.
87
BAB IV. PERAWATAN IBU HAMIL DAN ANAK
Umur 3 – 6 Bulan:
Umur 6 – 12 Bulan:
Pada umur 9 bulan: Pada umur 12 bulan:
88
BAB IV. PERAWATAN IBU HAMIL DAN ANAK
Umur 1 – 2 Tahun:
Jika pada usia 2 tahun, anak belum bisa melakukan hal tersebut diatas, bawa anak ke
pelayanan kesehatan terdekat.
Umur 2 – 3 Tahun:
Ajari berpakaian sendiri.
Ajak melihat buku bergambar.
Bacakan cerita anak.
Ajari makan dipiringnya sendiri.
Ajari cuci tangan.
Ajari buang air besar dan kecil di kamar mandi.
89
BAB IV. PERAWATAN IBU HAMIL DAN ANAK
Umur 3 – 5 Tahun:
Minta anak menceritakan apa yang
dilakukannya.
Dengarkan ketika ia berbicara.
Jika tergagap, ajari bicara pelan-pelan.
Awasi dia mencoba hal baru.
Pada umur 5 tahun, anak bisa: Melompat-lompat satu kaki, menari, dan berjalan
lurus.
Menggambar orang tiga bagian (kepala, badan,
tangan/kaki).
Menggambar tanda silang dan lingkaran.
Menangkap bola kecil dengan kedua tangan.
Menjawab pertanyaan dengan kata-kata benar.
Menyebut angka, menghitung jari.
Bicaranya mudah dimengerti.
Berpakaian sendiri tanpa dibantu.
Mengancing baju atau pakaian boneka.
Menggosok gigi tanpa bantuan.
Jika pada usia 5 tahun, anak belum bisa melakukan hal tersebut diatas, bawa
periksakan anak ke pelayanan kesehatan terdekat.
Kebutuhan tidur
NO USIA TIDUR MALAM TIDUR SIANG JUMLAH
1 1 minggu 8,5 jam 8 jam 16,5 jam
2 1 bulan 8,5 jam 7 jam 15,5 jam
3 3 bulan 10 jam 5 jam 15 jam
4 6 bulan 11,5 jam 2 jam 13,5 jam
5 9 bulan 11 jam 3 jam 14 jam
6 12 bulan 11,5 jam 2 jam 13,5 jam
7 18 bulan 11,5 jam 2 jam 13,5 jam
8 2 tahun 11,5 jam 1,5 jam 13 jam
9 3 tahun 11 jam 1 jam 12 jam
10 2 tahun 11 jam - 11 jam
11 4 tahun 11 jam - 11 jam
12 5 tahun 10,5 jam - 10,5 jam
90
BAB IV. PERAWATAN IBU HAMIL DAN ANAK
1. Memandikan Bayi
Di daerah panas bayi dimandikan pagi dan sore, di daerah pegunungan cukup
sekali sehari misalnya sore saja. Sebaiknya ditentukan waktu mandi, agar tidak
seorangpun dapat mengganggu pelaksaan tugas ini:
Peralatan:
a. Handuk
b. Waslap
c. Bak mandi bayi/ember/baskom berisi air hangat kuku
d. Pakaian untuk ganti
e. Sabun
f. Bedak
g. Alkohol, iodinepovidon dan kasa untuk kompres (untuk bayi yang belum lepas
tali pusarnya)
Pelaksanaan:
a. Cuci tangan dan pakai celemek
b. Pintu dan jendela ditutup
c. Bayi diangkat dari tempat tidur
Caranya:
Tangan kiri/kanan memegang pergelangan kaki dengan jari telunjuk diantaranya,
tangan lain dimasukkan melalui kuduk memegang ketiak sehingga jari telunjuk
dan ibu jari mengait ketiak. Sambil menopang bayi, angkatlah bayi perlahan-lahan
lalu dipindahkan ke dalam gendongan.
Bayi diletakkan di atas meja bayi, yang diberi alas kain perlak dan handuk.
Dengan kapas depper dan air matang (dalam baskom), mata diseka dari
bagian dalam ke luar.
Muka bayi dicuci dengan waslap tanpa memakai sabun.
Muka dikeringkan dengan 1 sudut dari handuk.
Tangan pelaku diberi sabun, dengan gerakan memutar kepala disabuni (harus
hati-hati karena tekuk tulang tengah/fontanel masih belum bersambungan
sehingga masih terlihat denyutan). Dapat juga bayi diangkat secara ”football-
hold dan dengan tangan yang lain kita mencuci kepalanya di atas ember
mandi.
Keringkan kepala bayi di atas meja juga dengan gerakan memutar.
Bila ada kotoran yang melekat pada kulit kepala, maka kepala digosok dengan
baby oil dan dibiarkan semalam, biasanya kotoran akan lepas. Jika tidak,
maka perlu ditanyakan kepada dokter.
Baju/popok bayi dibuka dan dimasukkan ke dalam kerangjang pakaian kotor.
Bila bayi telah b.a.b. dibersihkan dulu bokongnya dengan kapas basah, agar
air mandi tetap bersih.
Waslap yang satu lagi diberi sabun lalu sabunilah leher, ketiak, badan, sela
pada dan sela bokong bayi sehingga seluruh tubuh rata disabuni.
Peganglah leher bayi dengan tangan kiri di antara ibu jari dan jari telunjuk,
jari tengah dimasukkan ke sela ketiak, jari lain di punggung bayi.
91
BAB IV. PERAWATAN IBU HAMIL DAN ANAK
a. Hidung.
Bersihkan bagian luarnya saja ( cuping hidung ), untuk mengeluarkan kotoran
hidung bisa menggunakan cottonbud yang dibasahi perlahan lahan dan
jangan terlalu dalam karena dapat menimbulkan infeksi.
b. Telinga
Bersihkan daun telinga dan liang telinga luarnya, kotoran telinga akan keluar
dengan sendirinya saat menghisap ASI atau dengan mengunyah makanan bila
sudah lebih besar, bila kotoran lebih banyak sebaiknya periksa ke THT, jangan
membersihkan terlalu dalam karena dapat menimbulkan infeksi atau cidera
gendang telinga.
92
BAB IV. PERAWATAN IBU HAMIL DAN ANAK
Makanan Bayi
1. ASI Eksklusif
Merupakan pemberian air susu ibu secara murni (tanpa makanan tambahan lain
atau pengganti air susu ibu) sejak bayi lahir sampai usia 6 bulan (hanya diberi ASI
saja).
Manfaat ASI:
a. Mudah dicerna dan diserap oleh bayi.
b. Mengandung zat penangkal penyakit.
c. Mengandung zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi.
d. Mengurangi terjadinya alergi.
e. Meningkatkan hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi.
f. Praktis (kapan dan dimana saja dapat diberikan) dan ekonomis.
g. Menjarangkan kehamilan.
h. Melancarkan BAB dan mencegah diare.
i. Mencegah maloklusi (pertumbuhan gigi yang tidak beraturan).
93
BAB IV. PERAWATAN IBU HAMIL DAN ANAK
Pengelolaan ASI:
ASI yang sudah diperas dapat disimpan dalam botol atau gelas yang tertutup
(plastik untuk menyimpan ASI khusus) dan dibeli label waktu pengambilan.
Penyimpanan ASI
a. Sesuai suhu lingkungan 6- 8 jam.
b. Almari es atau pendingin 2 hari.
c. Dalam freezer suhu 18- 20 derajat celcius sampai 6 bulan.
Demam
Adalah reaksi tubuh terhadap sesuatu yang mengganggu bisa karena infeksi, reaksi
peradangan atau karena cedera seperti terpukul, memar atau tumbuh gigi.
Panas juga bisa terjadi pada anak yang terpapar panas yang berlebihan, kurang
minum atau aktifitas yang berlebih.
94
BAB IV. PERAWATAN IBU HAMIL DAN ANAK
Penanganan:
Cari penyebabnya, istirahatkan anak.
Beri banyak minum.
Kompres anak dengan air hangat kuku.
Usahakan suhu ruangan sejuk.
Jika panas tidak turun dalam 3 hari segera dibawa ke dokter.
Kejang
Adalah kejang yang disebabkan karena demam oleh sebab apapun..
Penanganan
1. Pencegahan:
Segera minumkan obat panas dan obat anti kejang yang disediakan dari
dokter.
Kompres tubuh anak dengan air hangat kuku untuk menurunkan suhu tubuh.
2. Saat terjadi kejang:
Tidurkan anak dengan posisi miring.
Longgarkan pakaian anak.
Keluarkan benda/makanan yang ada dimulut dengan segera karena dapat
tersedak.
Jangan memaksa membuka mulut jika mulut sudah tertutup rapat.
Jangan mengganjal gigidengan benda keras, jika khawatir lidah tergigit ganjal
dengan kain yang dilipat-lipat, tetapi tidak boleh terlalu tebal karena dapat
menutup jalan nafas.
Tidak memasukan benda apapun kemulut anak saat kejang.
Masukan obat penghilang kejang lewat dubur.
Segera bawa ke RS terutama bila terjadi kejang untuk pertama kali.
Batuk
Cara menangani:
1. Banyak minum.
2. Hindari makanan yang mengiritasi tenggorokan misalkan minum terlalu
manis,berminyak dan dingin.
3. Bila anak dibawah usia 2 tahun jangan mengobati sendiri tetapi harus dibawah
pengawasan dokter.
95
BAB IV. PERAWATAN IBU HAMIL DAN ANAK
Flu/Pilek/selesma
Penyebab:
1. Alergi debu.
2. Iritasi asap.
3. Virus (paling sering terjadi).
Cara mengatasi :
1. Hindari pemicu.
2. Banyak minum.
3. Teteskan larutan garam 1 -2 tetes untuk mengencerkan lendir dan melembabkan
hidung jangan terlalu banyak karena dapat masuk ke paru-paru.
4. Bawa ke dokter bila flu sangat mengganggu.
Diare
Adalah cara badan untuk mengeluarkan sesuatu dari alat pencernaan yang tidak
diinginkan oleh tubuh.
Penyebab
1. Salah makan.
2. Terlalu banyak makan makanan pedas.
3. Makanan yang tidak terjaga kebersihannya atau karena ada kuman yang masuk
lewat alat makan/minum/makanan dan minuman juga lewat tangan.
Cara mengatasi
1. Pastikan anak jangan sampai kekurangan cairan.
2. Banyak minum air putih, oralit, ASI ,teh manis (untuk balita).
3. Berikan sedikit sedikit jangan terlalu banyak karena lambung terganggu.
4. Berikan makanan lembut dengan lauknya saja.
5. Jangan memberikan sayuran tetapi kuahnya saja.
6. Segera dibawa ke dokter apabila terdapat tanda-tanda kekurangan cairan (mata
cekung, bibir kering, ubun2 cekung, haus, warna kulit kuning tua).
Asma
Adalah bentuk alergi yang reaksinya berupa penyempitan saluran nafas , produksi
lendir lebih banyak,dan berakibat batuk-batuk dan jalan nafas tidak lancar.
Cara mengatasi :
Pastikan anak dapat istirahat.
Hindari penyebab asma
Berikan obat-obat pelega nafas ( dari dokter)
Rujuk ke fasilitas kesehatan bila diperlukan
96
BAB V.
PERAWATAN KHUSUS
A. Perawatan Lansia
B. Perawatan ODHA di rumah
C. Penyandang Disabilitas
D. Gangguan Mental
BAB V. PERAWATAN KHUSUS
BAB V
PERAWATAN KHUSUS
A. PERAWATAN LANSIA
1. Pengertian
Gerontology berasal dari kata Geros (lanjut usia), dan logos (ilmu). Jadi gerontology
adalah ilmu yang mempelajari tentang proses penuaan dan masalah yang akan
terjadi pada lansia (Kozier, 1987), sedangkan Geriatri berasal dari kata Geros (lanjut
usia) dan eatrie (kesehatan). Geriatri merupakan cabang ilmu dari gerontology,
yang artinya cabang ilmu kedokteran yang berfokus pada penyakit yang timbul
pada lansia (Black dan Jacob, 1997)
2. Proses Penuaan
Tahap dewasa merupakan tahap dimana tubuh mencapai titik perkembangan yang
maksimal. Setelah itu tubuh mulai menyusut diakibatkan karena berkurangnya jumlah
sel-sel yang ada di dalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan mengalami
penurunan fungsi secara perlahan-lahan. Hal itu yang kita sebut sebagai proses
penuaan.
Menjadi tua bukanlah suatu penyakit, atau sakit tetapi suatu proses perubahan dimana
kepekaan bertambah atau batas kemampuan beradaptasi menjadi berkurang.
3. Tipologi Lansia
Beberapa tipe pada lansia tergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan,
kondisi fisik, mental,social dan ekonominya. Antara lain :
a. Arif bijaksana
Kaya pengalaman, dapat menyesuaikan diri pada perubahan zaman, bersikap
ramah, rendah hati, ramah, dermawan dan menjadi panutan.
b. Tipe mandiri
Mengganti kegiatannya yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari
pekerjaan, tidak bergantung kepada orang lain.
97
BAB V. PERAWATAN KHUSUS
d. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, ringan kaki, melakukan pekerjaan apa
adanya dan konsep “habis gelap terbitlah terang”.
e. Tipe bingung
Kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesali diri, pasif dan acuh
tak acuh.
Tipe lain dari lansia adalah Tipe optimis, tipe konstruktif, tipe dependen
(ketergantungan), tipe pemarah dan tipe serius, serta tipe putus asa.
Lansia dapat santai menikmati hidup, hasil Sering ditemui lansia yang mengalami
1 jerih payah dimasa muda, berbagai stress karena kemiskinan dan berbagai
goncangan hidup sudah berhasil dilalui. penyakit.
98
BAB V. PERAWATAN KHUSUS
Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi, perubahan fisik, sosial dan psikologis.
a. Perubahan Fisik
1) Sel: Jumlah berkurang, cairan tubuh menurun, keseimbangan protein
menurun, dan mengalami pengecilan sel otak.
2) Persyarafan: Lamban dalam merespon, kurang sensitif terhadap sentuhan.
3) Sistem pendengaran: Penumpukan kotoran telinga, pengecilan membran
timpani, pendengaran berkurang.
4) Sistem penglihatan: Kehilangan respon terhadap cahaya, susah melihat dalam
kegelapan, sulit membeakan warna, menurunnya jarak pandang.
5) Sistem kardiovaskuler: katu jantung menebal dan kaku, kemampuan jantung
memompa darah menurun, tekanan darah meningkat.
6) Gastrointestinal: Kehilangan gigi geligi, indra pengecap menurun, sensitifitas
rasa lapar menurun, peristaltic menurun, konstipasi.
7) Urin: Ginjal mengecil, aliran darah ke ginjal menurun, kemampuan
mengonsentrasi urin menurun (beser).
8) Vagina: selaput lender mengering sehingga pengeluaran lender menurun.
9) Sistem kulit: Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit
kasar dan bersisik, menurunnya respon terhadap trauma, pertumbuhan kuku
lambat, kuku jari keras dan rapuh.
10) Muskuluskeletal (persyarafan): Pergerakan terbatas, otot kram, tremor, tulang
rapuh.
11) Respirasi: Otot pernapasan kehilangan kekuatan dan kaku, menarik napas
berat, berkurangnya kemampuan batuk.
b. Perubahan Sosial
1) Peran: single parent, post power syndrome.
2) Keluarga: kesendirian, kehampaan.
3) Teman: muncul perasaan kapan akan meninggal ketika lansia lain meninggal
dunia.
4) Abuse: kekerasan berbentuk verbal (dibentak), dan non verbal (di cubit, tidak
diberi makan).
5) Ekonomi: kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang cocok bagi lansia.
6) Rekreasi: untuk ketenangan bathin.
7) Keamanan: jatuh, terpeleset.
8) Agama: melaksanakan ibadah.
9) Panti jompo: merasa di buang atau diasingkan.
c. Perubahan psikologis
Perubahan pada lansia meliputi Short term memory, frustasi, kesepian, takut
kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian, perubahan keinginan, depresi
dan kecemasan. Perubahan pola hidup karena status ekonomi yang terancam,
mencari teman baru, merasakan kebahagiaan yang telah dilakukan oleh lansia
tersebut.
99
BAB V. PERAWATAN KHUSUS
a. Immobilisasi.
b. Instabilitas (mudah jatuh).
c. Intelektualitas terganggu (dimensia).
d. Isolasi (depresi).
e. Inkontinensia (beser).
f. Impotensi.
g. Imunodefisiensi (berkurangnya ketahanan tubuh).
h. Infeksi.
i. Impaksi (konstipasi).
j. Iatrogenesis (kesalahan diagnosis).
k. Insomnia (susah tidur).
l. Inaniation (malnutrisi).
m. Impairment of (gangguan pada): penglihatan, pendengaran, pengecapan, pen-
ciuman, komunikasi dan integritas kulit.
Mandi 2 kali sehari (bagi lansia aktif dianjurkan unuk mandi sendiri, tetapi
untuk lansia yang di tempat tidur memandikan sama dengan prosedur
memandikan di tempat tidur).
100
BAB V. PERAWATAN KHUSUS
2) Perawatan Decubitus
Decubitus merupakan suatu keadaan dimana timbul luka baru akibat
penekanan yang terlalu lama pada bagian-bagian tubuh tertentu.
Luka dekubitus adalah kerusakan atau kematian kulit sampai jaringan dibawah
kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai tulang, sehingga
mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat.
Penyebab Decubitus
a) Adanya tekanan terlalu lama pada permukaan kulit
b) Kebersihan yang kurang.
c) Kulit yang selalu lembab.
d) Kurang gizi.
e) Sering terjadi gesekan.
f) Berkurangnya jaringan lemak subkutan
g) Berkurangnya jaringan kolagen dan elastin
h) Menurunnya efisiensi kolateral kapiler pada kulit sehingga kulit menjadi
lebih tipis dan rapuh
Pencegahan decubitus
a) Penggunaan kasur/alas duduk khusus untuk decubitus.
b) Rubah posisi tidur/duduk klien setiap 2 jam sekali.
c) Gunakan bantal untuk menopang tubuh atau kaki.
d) Gunakan bantal berlubang (donat) pada daerah yang menonjol mis
tumit,bokong.
e) Gunakan minyak/cream pada daerah menonjol setelah mandi, BAB, BAK.
101
BAB V. PERAWATAN KHUSUS
Persiapan:
Persiapan Pasien
a) Klien/Keluarga diberi penjelas tentang tujuan yang akan dilakukan
b) Atur Posisi Klien miring kiri atau kanan (Sesuai dengan letak luka
Dekubitus)
Persiapan Lingkungan
Ciptakan suasana yang tenang sebelum pelaksanaan tindakan dan
pencahayaan yang cukup.
Pelaksanaan:
a) Beritahu klien dan keluarga.
b) Tutup ruangan karena klien butuh privasi.
c) Cuci tangan sesuai prosedur.
d) Menggunakan APD.
e) Buka balutan dengan menggunakan kassa NaCL dan buang pada tempat
sampah atau kantong plastik yang telah disediakan.
f) Observasi luka, ukur panjang, lebar luka dan kedalam luka dengan
menggunakan penggaris millimeter disposable. Kemudian lihat juga
keadaan luka, derajat luka ada nada cairan atau tidak.
g) Catat dalam buku catatan harian hasil observasi.
h) Buka set steril.
i) Kasa digulungkan keujung pinset chirugi kemudian tangan yang satu
memegang pinset anatomi.
j) Bersihkan luka dengan menggunakan kassa steril yang telah di beri NaCl
0,9% dengan cara dari dalam keluar (pergerakan melingkar) sambil
memencet luka untuk mengluarkan Eksudat.
k) Kassa hanya di pakai satu kali dan di ganti lagi.
l) Ulangi pembersihan sampai semua luka bersih dan cairan eksudat keluar
m) Buang sarung tangan latex.
n) Pakai sarung tangan latex steril.
o) Gunakan Cutimed sorbad untuk luka yang banyak mengandung eksudat.
p) Tutup luka dengan menggunakan kassa steril. Jika luka masih basah atau
banyak mengeluarkan cairan maka balut luka dengan kassa sampai 7
lapisan. Dan jika luka sudah mulai kering maka 3 lapis kasa saja.
q) Fiksasi dengan menggunakan Plester atau Hipafix.
r) Buang sarung tangan latex dan kasa di tempat yang telah disediakan.
s) Bantu klien mengubah posisi yang nyaman.
t) Bersihkan alat dan buang ketempat sampah.
102
BAB V. PERAWATAN KHUSUS
u) Rapihkan peralatan dan kantong plastik yang berisi balutan dan sarung
tangan latex yang kotor.
v) Cuci tangan.
w) Lepaskan APD.
x) Catat dalam Catatan Harian Laporkan adanya perubahan pada luka
kepada Dokter agar mempermudah mendiagnosa.
y) Buka seluruh tirai.
c. Kebersihan Rambut
Klien lansia yang masih aktif dapat mencuci rambut sendiri, tetapi bagi klien yang
tidak dapat bangun dari tempat tidur mencuci sesuaik dengan prosedur mencuci
rambut di tempat tidur.
Catatan:
Bagi klien lansia yang lumpuh / terus menerus di tempat tidur harus selalu
diusahakan dapat beristirahat dan tidur dengan nyaman.
103
BAB V. PERAWATAN KHUSUS
3) Bila tidur terlentang (harus lurus) hendaknya diberi papan dibawah kasur.
4) Bila posisi tidur setengah duduk (semi fowler) bagian kepala sampai dada
diberi ganjalan atau memakai tempat tidur khusus.
a. Kebutuhan gizi pada lansia harus dipenuhi secara adekuat, karena untuk
kelangsungan proses penggantian sel-sel tubuh.
b. Kebutuhan kalori lansia berkurang karena menurunnya kegiatan fisik sehingga
menurunkan kalori dasar yang dibutuhkan.
c. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tubuh dalam
keadaan istirahat (kebutuhan organ-organ tubuh).
d. Kebutuhan kalori pada lansia dianjurkan untuk tidak melebihi 1700 Cal yang
disesuaikan dengan kegiatan yang dilakukan, kebutuhan protein 1
gram/kgBB/hari.
e. Sebaiknya dikurangi makanan yang mengandung lemak hewani mis daging sapi,
daging kerbau, kuning telur, otak-otak.
f. Dianjurkan makanan tambahan yang banyak mengandung kalsium, karena
kebutuhan kalsium untuk lansia perhari adalah 14,1 mg/kgBB/hari.
g. Sebaiknya garam dikurangi berikan buah dan sayur (makanan tinggi serat) untuk
mencegah sembelit, sedangkan kebutuhan air 1500 -2000 cc /hari.
h. Berikan menu seimbang (susunan makanan mengandung semua unsur gizi yang
dibutuhkan), juga makanan beraneka ragam.
a. Pengertian
Kesegaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk melaksanakan tugas
sehari-hari tanpa mengalami kelelahan dan masih memiliki cadangan tenaga untuk
menikmati waktu senggangnya dengan baik.
Untuk memperoleh kesegaran jasmani yang baik harus melatih semua komponen
dasar kesegaran jasmani yang terdiri dari:
1) Ketahanan jantung, peredaran darah dan pernapasan
2) Ketahanan otot
3) Kekuatan otot serta kelenturan tubuh.
104
BAB V. PERAWATAN KHUSUS
1) Manfaat fisiologis
Mengatur kadar gula darah
Meningkatan kualitas dan kuantitas tidur.
Meningkatkan kekuatan otot rangka.
Meningkatkan kelenturan
Meningkatkan keseimbangan gerak
2) Manfaat psikologis
Membantu memberi perasaan santai
Membantu mengurangi kecemasan
Meningkatkan perasaan senang
Meningkatkan kesehatan jiwa
3) Manfaat sosial
Membantu pemberdayaan sosial lanjut
Meningkatkan hubungan kesetiakawanan sosial
Meningkatkan kegiatan antar generasi.
105
BAB V. PERAWATAN KHUSUS
Teknik dan cara berlatih yang dilakukan terbagi dalam tiga segmen yaitu:
2) Latihan inti
Gerakan senam dilakukan berurutan dan dapat diiringi dengan musik yang
disesuaikan dengan gerakan. Gerakan latihan seperti: fleksi-ekstensi, adduksi-
abduksi, endorotasi-eksorotasi, sirkumduksi.
106
BAB V. PERAWATAN KHUSUS
Ada kemungkinan ODHA perlu perawatan di rumah untuk waktu yang cukup lama,
perawatan ODHA di rumah dapat dilakukan oleh keluarga atau sahabat ODHA, juga
dapat dilakukan oleh relawan yang peduli pada ODHA dan keluarganya PMI dapat
mengajarkan bagaimana cara memberikan perawatan keluarga (PK) yang mudah dan
sederhana, namun sesuai dengan ilmu keperawatan.
HIV adalah Human Imuno - Defisiensi Virus dalam bahasa Indonesia berarti virus
yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS.
HIV tergolong kelompok retrovirus yaitu kelompok virus yang mampu mengkopi-
cetak materi genetik dirinya ke dalam sel-sel yang ditumpanginya.
HLA antigen
"Kepala"
Glikoprotein
Pengikat Asam
Selubung Inti Ribonukleat
RNA
Lapisan Lipid
Pembalik
Protein Inti
AIDS adalah Human Immunodeficiency Virus (HIV). AIDS: kumpulan gejala penyakit
akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh HIV.
Virus HIV sel darah putih (sel CD4) bajak sel jadikan pabrik
miliaran tiruan virus tiruan virus HIV tinggalkan sel CD4 masuk ke
sel CD4 yg lain
Sel CD4 yg ditinggalkan rusak / mati sistem kekebalan tubuh
mudah terserang penyakit
107
BAB V. PERAWATAN KHUSUS
Sejarah HIV
1. Januari 1983, Dr. Luc Montagnier dkk (Institut Pasteur Perancis) mengisolasi virus
dari kelenjar getah bening. Dinamakan Lymphadenopathy Associated Virus (LAV).
2. Juli 1984, Dr. Robert Gallo dari Lembaga Kanker Nasional (NIC-Amerika)
menemukan virus dari ODHA. Dinamakan Human T-Lymphocytic Virus tipe III
(HTLV III).
3. Ilmuwan lain, J. Levy juga menemukan virus penyebab AIDS, dinamakan AIDS
Related Virus (ARV).
4. Akhir Mei 1986, Komisi Taksonomi Internasional sepakat memberi nama Human
Immunodeficiency Virus (HIV)
Asal-usul AIDS
a. Tidak diketahui persis darimana dan kapan tepatnya HIV/AIDS muncul.
b. Berdasarkan pemeriksaan, darah tertua yang terinfeksi HIV di Amerika adalah
darah tahun 1969.
c. Di Afrika, darah tahun 1959.
d. Akhir 1970-an, diperkirakan HIV sudah berkembang dan meluas di daerah Sub
Sahara Afrika.
e. Semua ilmuwan setuju bahwa kasus pertama AIDS adalah laporan Gottlietb
dkk di Los Angeles pada 5 Juni 1981.
HIV/AIDS di Indonesia
a. 1983, berita tidak resmi menyatakan sedikitnya 3 kasus AIDS di Jakarta.
b. 1987, kasus AIDS resmi pertama dilaporkan pada seorang turis asing di
Bali.
c. Hingga April 1999, tercatat 671 kasus HIV+ dan 238 kasus AIDS (total
HIV/AIDS = 855).
d. Pemerintah memperkirakan sekitar 90.000 hingga 130.000 orang telah
terinfeksi HIV pada akhir tahun 2002.
e. Pada tahun 2003, diperkirakan akan terdapat sekitar 80.000 infeksi baru.
Fenomena Gunung Es
Bagian es yang muncul di permukaan air hanyalah sebagian kecil jika
dibandingkan dengan bagian es yang terletak di bawah permukaan air. Menurut
WHO, di negara-negara yang belum melakukan tes HIV secara merata (karena
tidak mau secara sukarela atau sebab lainnya) maka untuk setiap kasus HIV positif
yang terdeteksi dianggap terdapat 100 orang yang sudah terinfeksi HIV tetapi
belum terdeteksi.
108
BAB V. PERAWATAN KHUSUS
Seseorang yang terinfeksi HIV tidak langsung sakit, baru diketahui setelah bertahun-
tahun melalui tes laboratorium (tes darah), masa ini biasanya disebut dengan masa
tanpa gejala. Umur penderita ini dapat diperpanjang dengan mengkonsumsi makan
makanan yang bergizi, kerja dan istirahat (tidur) seimbang, olahraga teratur dan
terukur, serta menghindari rokok, narkoba, alkohol dan stres.
Perawatan Sehari–hari
1. Mendapatkan makanan dan nutrisi yang baik.
2. Persyaratan tata ruang (kamar tidur dan kamar mandi).
3. Membantu ODHA menjaga kesehatan dan melakukan perawatan diri.
4. Meredakan rasa sakit, demam, dan rasa tidak nyaman.
5. Membantu odha meringankan beberapa permasalahan penyakit, misalnya diare,
sakit tenggorokan dan mulut, lecet, luka pada kulit atau batuk.
6. Meredakan rasa takut dan gelisah atau depresi.
7. Mendapatkan informasi yang benar tentang HIV dan AIDS sehingga mencegah
stigma dan diskriminasi.
8. Pengobatan yang meliputi antiretroviral treatment (ART) dan pengobatan infeksi
oportunistik.
9. Dukungan psikososial untuk meredakan rasa takut, gelisah dan depresi.
109
BAB V. PERAWATAN KHUSUS
110
BAB V. PERAWATAN KHUSUS
4. Rasa sakit
AIDS dapat menimbulkan rasa sakit atau luka yang kronis/menahun dan rasa
gelisah:
a. Jika menyerang orang dewasa, maka minumlah 2 tablet aspirin atau asam
mefenamat 250 – 500 mmg setiap 4 jam
b. Gunakan obat-obatan topikal yg dpt mengurangi rasa sakit
c. Jika berbaring, maka ubahlah posisi ODHA secara teratur.
d. Jika terdapat pembengkakan, maka tinggikan kedua tungkai.
e. Gosok dan pijat secara lembut, ajak bercakap-cakap, bantulah ODHA merubah
posisi tidur (untuk keluarga ODHA)
6. Demam
ODHA sering mengalami demam yang hilang timbul.
a. Basahi badan dengan air sejuk atau diseka.
b. Pada orang dewasa, dianjurkan minum 2 tablet aspirin atau parasetamol 500
mmg (4 jam sekali).
c. Minum lebih banyak dari biasanya.
d. Gunakan kompres untuk mengurangi demam.
e. Jika ODHA merasa lemah, bantulah membalikan badan.
f. Usahakan ODHA tetap bersih dan kering.
g. Waspadai adanya dehidrasi.
h. Jika 3 hari demam tidak turun, segera bawa ke Rumah Sakit.
7. Diare kronis
ODHA kadang terkena diare yang sulit sembuh
a. Minum lebih banyak dari biasanya
b. Teruskan dengan makanan yang padat
c. Basahi dan kemudian keringkan kulit didaerah dubur
d. Gunakan popok/diapers
e. Waspadai timbulnya dehidrasi
111
BAB V. PERAWATAN KHUSUS
9. Rasa bingung
ODHA mungkin menjadi pelupa, linglung, dan bingung, maka :
a. Pindahkan benda-benda yang membahayakan atau mudah pecah/goyah dari
odha.
b. Bantu/bimbing ODHA ketika berjalan.
c. Jangan meninggalkan ODHA sendirian tanpa pengawasan.
d. Jauhkan obat-obatan dari jangkauan ODHA.
Pengobatan HIV & AIDS dan kondisi lapangan/hak dan kewajiban ODHA
selama perawatan
Pengobatan HIV dan AIDS menggunakan obat Antiretroviral (ARV)/Terapi ARV.
1. Manfaat Terapi ARV
a. Mengurangi angka kesakitan dan kematian karena HIV&AIDS dapat ditekan.
b. Menurunkan jumlah virus.
c. Meningkatkan kekebalan tubuh.
d. Mengurangi resiko penularan.
e. Penyakit oportunistik (penyerta) menjadi lebih mudah diatasi
f. Infeksi oportunistik menjadi lebih jarang ditemukan.
2. Persiapan Penggunaan
Setelah ditentukan kapan menggunakan ARV, maka perlu pertimbangan:
a. Manfaat bagi ODHA
b. Pertimbangan biaya
c. Kesiapan petugas Kesehatan
d. Kepatuhan minum obat
e. Kesinambungan obat ARV
f. Pemantauan hasil pengobatan
g. Efek samping
112
BAB V. PERAWATAN KHUSUS
3. Efek Samping
Dapat berupa reaksi alergi gatal-gatal, bercak merah pada kulit atau merah. Efek
samping jangka pendek: mual, muntah, mencret, sakit kepala, lesu, dan susah
tidur (terjadi setelah minum ARV).
2. Kewajiban ODHA
a. Menjelaskan masalah kesehatan dengan jelas dan terbuka agar dokter bisa
memberikan pengobatan yang tepat.
b. Mengatakan kepada dokter jika tidak mengerti kondisi dan cara perawatan diri
dan meminta penjelasan.
c. Mengatakan kepada dokter jika anjuran tidak dapat dilaksanakan.
d. Jika ada obat-obatan lain yang dikonsumsi seperti obat tradisional atau napza,
harus dikatakan kepada dokter.
Sebagai contoh dalam tubuh seorang penderita hepatitis akan terdapat virus hepatitis
begitupun pada odha terdapat HIV, sehingga bila orang tersebut meninggal di mana
cairan tubuhnya masih mengandung virus tersebut dan potensial dapat menularkan
kepada orang yang menyelenggarakan jenazah, oleh karena itu perlu diperhatikan
faktor penularan dalam merawat jenazah yang dapat dilaksanakan dengan cara
sederhana.
Upaya pencegahan penularan terutama sekali ditujukan pada cairan tubuh jenazah (air
ludah, darah, air seni, tinja, air mata), bila cairan tubuh tersebut kontak langsung
dengan selaput lendir atau kulit terluka ada kemungkinan resiko penularan.
113
BAB V. PERAWATAN KHUSUS
b. Memandikan janazah
Pada waktu memandikan, penyelenggara jenazah perlu memakai sarung
tangan dan kacamata untuk menghindari cairan tubuh mengenai permukaan
tangan dan mata, sebaiknya hindari percikan air yang mungkin berisis cairan
tubuh, untuk itu dapat digunakan baju pelindung berupa jas hujan yang
dipakai terbalik, bila keberatan memakai baju pelindung tidak mengapa
asalkan baju yang telah dipakai harus dianggap tercemar cairan tubuh
sehingga harus segera dicuci stelah baju tersebut direndam di air mendidih
atau cairan pembunuh kuman.
Bila dikuatirkan terkena air pencuci, maka sebaiknya air buangan juga diberi
cairan pembunuh kuman.
c. Mengkafani.
Pada waktu mengkafani juga harus dijaga agar air atau cairan tubuh tidak
mengenai tubuh penyelenggara, pada proses mengkafani tidak banyak
berhubungan dengan air, maka APD yang dipakai cukup sarung tangan.
Sesuai pedoman dari Departemen Kesehatan yang baru, tidak ada lagi
keharusan untuk membungkus jenazah odha dengan plastik.
114
BAB V. PERAWATAN KHUSUS
C. PENYANDANG DISABILITAS
a. Disabilitas Netra
Disabilitas netra membutuhkan deskripsi secara audio visual terkait dengan
tempat–tempat penting sehari-hari disekitar klien, seperti: pintu, keluar rumah,
pintu kamar, dapur, kamar mandi, dll, kemudian terkait bagaimana melakukan
kegiatan sehari-hari seperti, mencuci, menyetrika, menyapu dll.
115
BAB V. PERAWATAN KHUSUS
c. Disabilitas Daksa
Disabilitas daksa memiliki hambatan mobilitas dan gerak karena adanya
kelainan pada sistem otot, tulang dan persendian yang bersifat primer atau
sekunder, contoh : polio, paraplegia , cerebral palsy (CP).
116
BAB V. PERAWATAN KHUSUS
Penyandang Disabilitas Autis, Mental Retardasi, dan Cerebral palsy berat perlu
mendapatkan penangan khusus dari tenaga medis atau profesional kemudian
dilanjutkan dengan latihan sederhana secara rutin di rumah oleh keluarga.
117
BAB V. PERAWATAN KHUSUS
D. GANGGUAN MENTAL/JIWA
Pengertian
Gangguan mental/jiwa merupakan kumpulan gejala atau perubahan pola perilaku atau
psikologik seseorang yang cukup bermakna, dan secara khas berkaitan dengan suatu
gejala penderitaan atau gangguan di dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari
manusia. Atau adanya disfungsi dalam segi perilaku, psikologik atau biologik dan
gangguan itu tidak semata-mata terletak di dalam hubungan antara orang dengan
masyarakat.
Gangguan ini dapat bersifat hanya sementara saja, atau dapat juga berulang-ulang
seperti pada kasus Schizophrenia.
Orang Neurotik secara mental masih dapat berfungsi secara normal dalam berbagai
cara. Sering menyadari gejala-gejala yang timbul pada dirinya.
Orang Psikotik sering tidak mampu merawat dirinya dan dia tidak menyadari gejala-
gejala yang timbul pada dirinya.
118
BAB V. PERAWATAN KHUSUS
Perawatan pada klien gangguan jiwa di rumah tergantung anjuran dari Dokter
meliputi :
1. Psikofarmaka
Penanganan klien gangguan jiwa dengan cara memberikan terapi obat-obatan.
Terapi obat diberikan dalam jangka waktu relatif lama, berbulan-bulan, bertahun-
tahun bahkan mungkin untuk seumur hidup.
2. Psikoterapi.
Psikoterapi ini bermacam-macam bentuknya antara lain psikoterapi suportif
dimaksudkan untuk memberikan, dorongan, semangat dan motivasi agar klien
tidak merasa putus asa dari semangat juangnya.
3. Psikososial
Dengan terapi ini dimaksudkan agar klien mampu kembali beradaptasi dengan
terapi lingkungan sosialnya dan mampu merawat diri, mampu mandiri dan tidak
menjadi beban keluarga klien selama menjalani terapi psikososial hendaknya
masih tetap mengkonsumsi obat psikofarmaka.
4. Psiko religius.
Terapi keagamaan ternyata masih bermanfaat bagi klien gangguan jiwa dari
penelitian didapatkan kenyataan secara umum komitmen berhubungan dengan
manfaatnya di bidang klinik. Terapi keagamaan ini berupa kegiatan ritual
keagamaan seperti: Sembahyang, berdoa, memanjatkan puji- pujian kepada
Tuhan, ceramah keagamaan, kajian kitab suci dsb.
5. Rehabilitasi
Program rehabilitasi penting dilakukan sebagai persiapan penempatan kembali ke
keluarga dan masyarakat. Program ini biasanya dilalukan evaluasi di lembaga
(institusi) rehabilitasi misalnya di Rumah Sakit Jiwa, dalam program rehabilitasi
dilakukan berbagai kegiatan antara lain; terapi kelompok, menjalankan ibadah
keagamaan bersama, kegiatan kesenian, terapi fisik berupa berolah raga,
keterampilan, berbagai macam kursus, bercocok tanam rekreasi dll. Secara berkala
dilakukan evaluasi paling sedikit dua kali, yaitu evaluasi sebelum klien mengikuti
program rehabilitasi dan evaluasi pada saat klien akan dikembalikan ke
masyarakat. Pada umumnya program rehabilitasiini berlangsung antara 3 – 6
bulan dan secara berkala dilakukan.
119
BAB VI.
PERAWATAN PENYAKIT KHUSUS DI RUMAH
BAB VI. PERAWATAN PENYAKIT KHUSUS DI RUMAH
BAB VI
PERAWATAN PENYAKIT KHUSUS DI RUMAH
1. Stroke
Pengertian
Stroke adalah penyakit yang diakibatkan oleh gangguan sirkulasi darah di otak
secara mendadak, disebabkan oleh berkurangnya sirkulasi darah ke otak, kadang
oleh perdarahan atau sumbatan.
120
BAB VI. PERAWATAN PENYAKIT KHUSUS DI RUMAH
2. Asma
Pengertian
Asma suatu bentuk reaksi alergi tubuh terhadap alergen yang masuk dalam
saluran pernafasan yang reaksinya berupa penyempitan saluran nafas, produksi
lendir lebih banyak dan berakibat batuk-batuk dan jalan nafas tidak lancar.
Serangan asma merupakan reaksi tubuh terhadap pemicu. Pemicu asma mungkin
berbeda untuk setiap penderita asma diantaranya:
a. Menghisap asap rokok atau kayu bakar.
b. Menghirup udara berpolusi.
c. Menghisap zat-zat penyebab iritasi (lecet) seperti parfum, pembersih lantai,
sabun, dan lainnya.
d. Menghirup zat penyebab alergi misalnya debu, jamur bulu binatang
kucing/anjing.
e. Infeksi saluran pernafasan misalnya flu atau radang paru-paru.
f. Terkena udara dingin/panas.
g. Kelelahan fisik.
h. Gangguan emosional misalnya marah, takut, frustasi.
121
BAB VI. PERAWATAN PENYAKIT KHUSUS DI RUMAH
3. Diabetes Melitus
Pengertian
Adalah penyakit kelainan metabolik yang disebabkan oleh banyak faktor
sehingga tubuh tidak bisa memproduksi insulin atau insulin tidak berfungsi
secara efektif.
Insulin adalah sejenis hormon yang di produksi oleh pankreas dan berfungsi
untuk mengendalikan kadar gula dalam darah.
122
BAB VI. PERAWATAN PENYAKIT KHUSUS DI RUMAH
Jenis – Jenis
a. Diabetes Mellitus (DM) tipe I.
Biasanya menimbulkan gejala sebelum usia klien 30 tahun, gejala dapat
muncul kapan saja.
b. Diabetes Mellitus (DM) tipe II.
Biasanya dialami saat klien berusia 30 tahun atau lebih, dan klien tidak
tergantung dengan insulin dari luar tubuh, kecuali pada keadaan-keadaan
tertentu.
c. Diabetes Mellitus (DM)gestasional.
Yakni DM yang terjadi pada ibu hamil, yang disebabkan oleh gangguan
toleransi glukosa pada klien tersebut.
Penyebab
Seringkali orang menganggap penyakit Diabetes Melitus (DM), semata disebabkan
faktor keturunan. Padahal faktor keturunan hanya 20 persen. Penyebab utama
penyakit yang kerap disebut kencing manis, adalah pola hidup. Pola hidup yang
mengkonsumsi makanan tinggi kalori, obesitas, rendah serat, dan jarang olahraga.
Pencegahan
a. Lakukan lebih banyak aktivitas fisik, berjalan cepat selama 20 – 30 menit
setiap hari.
b. Mengkonsumsi makanan tinggi serat.
c. Jaga pola makan (gizi seimbang).
d. Kurangi lemak hewani.
e. Cegah obesitas.
f. Kurangi konsumsi gula / manis-manis.
g. Berhenti merokok.
h. Hindari lemak trans (minyak sayur terhidrogenasi) yang banyak digunakan
pada produk olahan dan makanan cepat saji.
123
BAB VI. PERAWATAN PENYAKIT KHUSUS DI RUMAH
Gunting plester
Plester
Bengkok
Pelaksanaan Perawatan
a. Mempersiapkan peralatan.
b. Mencuci tangan sesuai prosedur.
c. Memakai APD.
d. Mendekatkan peralatan.
e. Atur posisi klien.
f. Buka balutan luka.
g. Bersihkan luka dengan menggunakan NaCl 0,9 persen. Apabila tidak ada NaCL
bisa menggunakan air rebusan daun jambu biji (5 lembar daun jambu biji di
rebus dalam 1 liter air sampai menjadi 0,5 liter), cairan tersebut telah terbukti
mampu menggurangi bau khas pada luka dan melancarkan peredaraan darah.
h. Berikan obat luka sesuai anjuran dokter.
i. Keringkan luka dengan kassa steril.
j. Tutup luka dengan menggunakan kassa/balutan modern yang sesuai (cotimed
sobart).
k. Plester/filsasi dengan menggunakan plester yang aman/hypoalergi, plester
tertutup semua bagian kassa (bukan hanya pinggir kassa), utk menjamin
balutan dapat bertahan lama dan mencegah balutan kotor.
l. Pakai kaos kaki yang lembut, nyaman dan
menyerap keringat (terutama saat keluar
rumah) untuk menghindari balutan kotor
juga memberikan rasa nyaman pada
penderita.
m. Lepaskan APD.
n. Mencuci tangan sesuai prosedur.
o. Perhatian apabila ada nanah atau luka
bertambah parah, segera rujuk ke
fasilitas kesehatan.
p. Anjurkan klien untuk cek gula secara
rutin.
4. Hepatitis
Pengertian
Hepatitis adalah peradangan pada hati yang terjadi
karena invasi bakteri, cedera oleh agen fisik atau kimia
(non Viral) atau oleh infeksi virus (Hepatitis A,B,C,D,E).
Hepatitis adalah suatu proses peradangan hati yang
dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi
toksik dari obat- obatan serta bahan- bahan kimia.
124
BAB VI. PERAWATAN PENYAKIT KHUSUS DI RUMAH
Sumber: https://nurulnetku.blogspot.com
125
BAB VI. PERAWATAN PENYAKIT KHUSUS DI RUMAH
Pencegahan
Pola hidup bersih dan sehat: makanan gizi seimbang, banyak minum air putih,
hindari minuman keras/ beralkohol, hindari minuman berenergi secara rutin dan
berlebihan, beraktifitas secara rutin.
Perawatan
Prinsip diet pada gagal ginjal kronis hanya bersifat membantu memperlambat
progresivitas gagal ginjal kronis, berupa:
a. Asupan makanan rendah protein, dengan anjuran kalori 30 – 35
Kkal/kgBB/hari. Dianjurkan sumber protein hewani yang nilai biologisnya
tinggi seperti telur, daging, ikan dan ayam.
b. Karena adanya kenaikan kadar serum magnesium, kalium dan fosfor, maka
hindari makanan yang kaya elektrolit seperti pisang, kacang hijau, air kelapa
muda (banyak mengandung Kalium). Apabila memerlukan obat
maag/antasida, jangan menggunakan antasida yang mengandung
Magnesium.
c. Pembatasan garam sampai 3 gram per
hari.
d. Suplemen vitamin D3, asam folat dan
vitamin B6 (untuk pembentukan sel darah
merah), dapat diberikan dengan resep
dokter, dengan suplemen vitamin C tidak
boleh lebih dari 100 mg.
e. Pembatasan asupan cairan apabila ada
edema atau asites, dan dengan
memperhatikan volume urine yang
diekskresikan.
6. TBC (Tuberkulosis)
Pengertian
Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah penyakit infeksi yang terutama menyerang
paru dan dapat juga ditularkan kebagian tubuh lainnya, termasuk ginjal,
tulang, dan organ tubuh lainnya.
126
BAB VI. PERAWATAN PENYAKIT KHUSUS DI RUMAH
Perawatan
a. Pencegahan terhadap penyakit TBC dapat dilakukan dengan tidak melakukan
kontak udara dengan penderita
b. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein.
c. Dampingi klien untuk minum obat secara teratur dan sesuai dengan anjuran
dokter tidak boleh terputus selama 6 bulan pertama.
d. Sebaiknya peralatan makan terpisah selama TB masih dikatakan aktif (cuci
dan dijemur).
e. Menerapkan hidup bersih dan sehat
f. Rumah harus baik ventilasi udaranya dimana sinar matahari pagi masuk ke
dalam rumah.
g. Tutup mulut dengan tisu bila batuk serta tidak meludah/mengeluarkan dahak
di sembarangan tempat dan menyediakan tempat ludah yang tertutup.
h. Mengurangi aktivitas kerja serta menenangkan pikiran.
Kategori hipertensi
Kategori Sistolik Diastolik
Normal < 120 mmHg dan < 80 mmHg
Pra Hipertensi 120 – 139 mmHg atau 80 – 89 mmHg
Hipertensi stadium 1 140 – 159 mmHg atau 90 – 99 mmHg
Hipertensi stadium II 160 mmHg 100 mmHg
127
BAB VI. PERAWATAN PENYAKIT KHUSUS DI RUMAH
8. Penyakit Jantung
Pengertian
Jantung merupakan organ kecil terletak di tengah-tengah dada sedikit
kesebelah kiri tulang dada dan sebagian lagi tertutup paru–paru.
Pada beberapa individu serangan dapat disebabkan oleh olah raga yang
berlebihan makan terlalu banyak, reaksi emosional, bahkan cuaca dingin.
128
BAB VI. PERAWATAN PENYAKIT KHUSUS DI RUMAH
4) Perawatan di rumah:
Berhenti merokok (apabila merokok).
Turunkan berat badan bila mengalami overweight.
Sedapat mungkin hindari aktifitas yang menyebabkan nyeri.
Konsumsi obat-obatan sesuai anjuran dokter.
Lakukan olahraga dengan frekwensi sedang.
Jangan memaksa klien melakukan sesuatu diluar batas kemampuan
klien.
Apabila memungkinkan lakukan segala sesuatu secara perlahan.
Jangan bepergian apabila cuaca sangat dingin, apabila perlu pakai
baju hangat.
129
BAB VI. PERAWATAN PENYAKIT KHUSUS DI RUMAH
c. Gagal Jantung
Adalah suatu keadaan dimana jantung sudah tidak mampu memompakan
darah ke seluruh tubuh sesuai kebutuhan tubuh untuk hidup normal. Gagal
jantung bisa berkembang setelah kerusakan otot jantung atau biasa
berkembang sedikit – sedikit sebagai respon terhadap stres yang berlangsung
lama, dan bisa disebabkan oleh Hypertensi.
130
BAB VI. PERAWATAN PENYAKIT KHUSUS DI RUMAH
9. Patah Tulang
Pengertian
Patah tulang adalah terputusnya jaringan tulang baik sebagian atau seluruhnya.
131
BAB VI. PERAWATAN PENYAKIT KHUSUS DI RUMAH
b. Immobilitas.
Tulang yang patah tidak boleh bergerak, hal ini dapat dicapai dengan tidak
bergerak atau fiksasi internal.
Di bawah ini adalah beberapa saran agar patah tulang cepat sembuh,
antara lain:
c. Bila klien menggunakan gips hal – hal yang harus diperhatikan antara lain:
1) Perhatikan ujung jari tangan atau jari kaki yang dipasang gips apabila :
bengkak, biru, nyeri, susah digerakan, lanjutkan dengan pemeriksaan
menekan kuku jari tangan atau kaki, kemudian lepaskan jika dalam
waktu 2 detik warna kuku tidak berubah menjadi merah muda gips terlalu
ketat. Apabila perubahan lambat segera informasikan ke tenaga
kesehatan/medis.
2) Jangan pernah menusukan benda tajam kebawah gips apabila gatal,
disarankan untuk menggaruk bagian tubuh, terkadang membantu.
3) Kalau gips rusak konsultasikan kepada dokter dan fisioterapis disarankan
RS pastikan bahwa semua latihan yang diajarkan fisioterapis dilakukan
secara teratur.
4) Apabila penderita pada masa penyembuhan perlu menggunakan kruk
atau tongkat pastikan maka pastikan tingginya tepat. Tongkat digunakan
pada sisi tungkai yang tidak mengalami cedera.
d. Berhenti merokok.
Perokok memiliki kepadatan mineral tulang yang kurang di banding non
perokok. Perokok juga akan mengalami penyembuhan tulang yang lebih lama,
karena gangguan aliran darah.
e. Latihan.
Latihan berperan penting dalam membantu memperkuat otot-otot di area
yang terlibat. Latihan pada patah tulang dan tulang retak harus dilakukan
hati-hati dan harus di sesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan.
132
BAB VI. PERAWATAN PENYAKIT KHUSUS DI RUMAH
10. Kanker
Pengertian
Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya pertumbuhan sel yang
abnormal, deteksi awal sangat penting. Apabila kanker berkembang di salah
satu bagian tubuh dan tidak diobati dapat menyebar ke bagian tubuh yang
lain secara cepat.
133
BAB VI. PERAWATAN PENYAKIT KHUSUS DI RUMAH
b. Nyeri
Penanganan nyeri dapat dikonsultasikan dengan dokter sesuai dengan
kebutuhan.
c. Psikis
Pelaku PK dan keluarga harus memantapkan diri perawatan psikis untuk
kenyamanan klien, membangun suasana hati klien tetap baik sehingga klien
terhindar dari kecemasan, ketakutan dan hindari tekanan mental yang tidak
diperlukan. Keluarga dianjurkan harus lebih dekat dengan klien dan sering
berkomunikasi, dan mempersiapkan keluarga untuk menghadapi kemungkinan
terburuk.
B. PENYAKIT TROPIS
1. Demam Tifoid
Pengertian
Adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman salmonsella typhi.
Penyakit ini erat kaitannya dengan kebersihan atau hygienitas karena bakteri
penyebab tifoid senang hidup di makanan kotor ataupun tanah. Sehinggabila
seseorang mengkonsumsi makanan kotor pada saat daya tahan tubuhnya
menurun maka dapat terserang penyakit tifoid.
134
BAB VI. PERAWATAN PENYAKIT KHUSUS DI RUMAH
Penanganan klien dengan demam tifoid yang perlu diketahui oleh pelaku
PK
a. Jika klien tanpa komplikasi dapat diobati dengan rawat jalan (di rumah).
b. Pelaku PK dan klien diharuskan mencuci tangan dengan benar untuk
menghindari infeksi silang.
c. Buanglah urine dan tinja secara aman.
d. Klien dianjurkan istirahat untuk mencegah komplikasi dan mempercepat
penyembuhan.
e. Makanan yang diberikan lunak dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat
kesembuhan klien.
f. Pada kasus tifoid yang berat segera dirujuk ke fasilitas kesehatan (dirawat di
Rumah Sakit).
Pencegahan
a. Hidup sehat dengan menu makanan seimbang.
b. Tidak jajan sembarangan.
c. Selalu mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah melakukan aktifitas
misalnya mau makan,sehabis dari kamar mandi.
Adapun gejala pada klien demam berdarah dengue (DBD) sebagai berikut:
a. Demam tinggi mendadak 2 s/d 7 hari kadangkala bersifat bifasik (seperti
pelana kuda) yakni panas akan turun di hari ke 3 atau ke 4 tetapi hari
berikutnya naik kembali.
b. Ruam pada kulit.
c. Nyeri di belakang mata.
d. Manifestasi perdarahan ditandai dengan:
1) Ptekhie yakni bintik-bintik merah kehitaman pada kulit yang apabila kulit
direnggangkan warna kulit tetap terlihat, ini adalah ciri khas bintik kulit
pada DBD karena akibat gigitan nyamuk biasanya warna kulit tidak
terlihat jika kulit direnggangkan.
135
BAB VI. PERAWATAN PENYAKIT KHUSUS DI RUMAH
2) Mimisan (epistaksis).
3) Muntah darah (hematemesis).
4) BAB berdarah biasanya berwarna hitam (melena).
Catatan:
Biasanya setelah klien dirawat di Rumah Sakit dilakukan pemeriksaan darah.
Pencegahan
a. Untuk mencegah penyakit DBD, nyamuk Aedes Aegypti harus di berantas.
b. Cara tepat untuk memberantas nyamuk Aedes Aegypti adalah memberantas
jentik – jentiknya ditempat berkembang biaknya. Cara ini dikenal dengan
Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD (PSN – DBD).
c. Oleh karena tempat – tempat berkembang biaknya terdapat di rumah–rumah
dan tempat–tempat umum maka setiap keluarga harus melaksanakan PSN–
DBD secara teratur sekurang–kurangnya seminggu sekali.
Penerapan
Sebagai individu: Anda dapat melibatkan seluruh anggota keluarga untuk
melaksanakan PSN–DBD dengan cara–cara antara lain sebagai berikut:
1) Menguras bak mandi sekurang – kurangnya 1 minggu sekali.
2) Menutup rapat – rapat tempat penampungan air.
3) Mengganti air vas bunga/ tanaman air tiap hari.
4) Mengganti ait tempat minum burung.
5) Menimbun barang – barang bekas yang dapat menampung air.
3. Chikungunya
Pengertian
Chikungunya adalah penyakit virus yang menyerang
manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau
Aedes albopictus.
Penyebab Chikungunya
Gigitan nyamuk virus chikungunya tidak bisa menyebar secara langsung dari satu
orang ke orang lainnya. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang menyebar melalui
gigitan nyamuk Ae. aegypti atau Ae. albopictus, dua jenis nyamuk yang juga dapat
menyebabkan virus demam berdarah. Umumnya nyamuk-nyamuk ini menyerang
di siang hari, namun gigitan terutama terjadi saat dini hari dan sore hari.
Gejala Chikungunya
136
BAB VI. PERAWATAN PENYAKIT KHUSUS DI RUMAH
Setelah tergigit nyamuk yang membawa virus, gejala akan mulai terasa pada 4-8
hari, namun juga dapat dimulai sejak 2-12 hari setelah gigitan. Gejala-gejala
awalnya menyerupai gejala-gejala flu.
a. Demam - berawal secara tiba-tiba; salah satu gejala utama chikungunya
b. Nyeri sendi - keparahannya bisa sampai menghambat gerakan tubuh
penderita; gejala ini bisa bertahan selama berminggu-minggu dan juga
merupakan gejala utama chikungunya. Gejala ini umumnya muncul tidak lama
setelah gejala demam mulai dirasakan.
c. Nyeri otot
d. Kedinginan
e. Sakit kepala tidak tertahankan
f. Ruam atau bintik-bintik merah di sekujur tubuh
g. Kelelahan
h. Mual dan muntah
4. Dyphteri
Pengertian
Diphteria adalah penyakit yang sangat menular disebabkan oleh bakteri
Coryne bakteri dyphterie cara penularan lewat udara, percikan ludah, atau
dahak klien, kontak langsung dengan klien dan benda-benda yang tercemar
oleh bakteri diphteri dan penderitanya bisa dari segala golongan umur mulai
dari bayi hingga manula tetapi kelompok terbesar adalah balita.
Gejala
137
BAB VI. PERAWATAN PENYAKIT KHUSUS DI RUMAH
Komplikasi
a. Kematian akibat sesak nafas.
b. Toksin dari bakteri Diphteri dapat meracuni otot jantung,dan syaraf pada
akhirnya terjadi radang otot jantung (Myocarditis).
c. Terjadi Neuritis atau radang syaraf dapat melemahkan otot jantung sehingga
bisa meninggal mendadak akibat gagal jantung.
Diagnosis
Usap teggorokan untuk pemeriksaan kultur (biakan bakter), pemeriksaan
mikroskopik dengan pewarnaan klhusus.
Pencegahan
a. Imunisasi dasar dan ulangan DPT (Difteri, Pertusis dan Tetanus ) atau dalam
bentuk kombinasi DPT, HIB, dan bentuk Hepatitis B.
b. D T atau T di ulang setiap 10 tahun.untuk remaja dan dewasa dpat di Yankes.
138
BAB VI. PERAWATAN PENYAKIT KHUSUS DI RUMAH
Cara Penularan
Penyakit ini ditularkan melalui nyamuk yang menghisap darah seseorang yang
telah tertular sebelumnya. Darah yang terinfeksi dan mengandung larva dan akan
ditularkan ke orang lain pada saat nyamuk yang terinfeksi menggigit atau
menghipas darah orang tersebut. Tidak seperti Malaria dan Demam berdarah,
Filariasis dapat ditularkan oleh 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex,
Mansonia, Aedes & Armigeres. Karena inilah, Filariasis dapat menular dengan
sangat cepat.
Gejala klinis
Gejala Filariais Akut dapat berupa:
a. Demam berulang-ulang selama 3-5 hari, demam dapat hilang bila istirahat
dan muncul lagi setelah bekerja berat
b. Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) didaerah lipatan paha,
ketiak (lymphadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit.
c. Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang
menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan kearah ujung (retrograde
lymphangitis)
d. Filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah
bening, dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah.
e. Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak
kemerahan dan terasa panas (early lymphodema).
Diagnosis
Bila seseorang tersangka Filariasis ditemukan tanda-tanda dan gejala klinis,
diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan darah jari yang dilakukan mulai pukul
20.00 malam waktu setempat. Seseorang dinyatakan sebagai penderita Filariasis,
apabila dalam darah ditemukan mikrofilaria.
Pencegahan
a. Memeriksakan dirinya kepada petugas kesehatan terhadap kemungkinan
adanya gejala-gejala klinik penyakit. Atau dilingkungan sekitar ada yang
terkena penyakit kaki gajah.
b. Berusaha menghindarkan diri dari gigitan nyamuk penular dengan tidur
menggunakan kelambu, menutup lubang-lubang angin pada rumah dengan
kasa halus, tidak membiarkan ternak di sekitar rumah, membunuh nyamuk
menggunakan obat nyamuk semprot maupun bakar, mengoleskan lotion anti
nyamuk atau lainnya pada kulit sebagai pencegahan.
c. Membersihkan tanaman air pada rawa-rawa yang merupakan tempat
perindukan nyamuk, menimbun, mengeringkan atau mengalirkan genangan
air sebagai tempat perindukan nyamuk.
d. Membersihkan semak-semak disekitar rumah.
139
BAB VI. PERAWATAN PENYAKIT KHUSUS DI RUMAH
Perawatan
Bagi penderita tetap membutuhkan perawatan yang tepat untuk mengurangi
penderitaan dan rasa sakitnya, yakni dengan cara:
Bagi yang sudah menderita penyakit filariasis, mungkin sulit disembuhkan atau
bisa disembukan dengan total, namun kondisi mereka tidak bisa pulih seperti
sebelumnya. Artinya, beberapa bagian tubuh yang membesar tidak bisa kembali
normal seperti sedia kala dan tidak dapat bekerja secara optimal. Tubuh yang
membesar tersebut dapat dilakukan dengan jalan operasi.
140
DAFTAR ISTILAH
6. Cutimed Sobart: Jenis pembalut untuk menyerap luka yang bau dan bernanah
(luka gangren pada Diabetes Melitus).
7. Diaper: Popok
9. Dementia: Pikun.
10. Dyalisis: Perpindahan cairan dari larutan yang pekat ke larutan yang lebih cair
melalui selaput. Biasanya dilakukan pada proses cuci darah.
11. Generatif: Penyakit yang mengiringi proses penuaan. Penyakit ini terjadi seiring
bertambahnya usia.
13. Inkontinensia urine: BAK yang keluar tidak berasa (ngompol biasa pada orang
tua).
17. Kolostrum: Susu jolong ASI yang keluar dari Ibu Post Partum 1-3 hari yang
sangat berguna untuk bayi.
19. Laktoferin: Protein yang mengikat dan mentransfer ion Ferum terdapat dalam
jumlah tinggi pada ASI dan colostrum berupa enzim.
141
24. Morning sickness: Perasaan mual, muntah, dan pusing yang terjadi pagi hari
pada wanita hamil.
25. NGT (Naso Gatrik Tube): Alat yang dimasukkan kepada kedalam lambung
melalui hidung untuk pemberian makanan.
27. Prematur: Bayi lahir dengan berat badan rendah atau dengan umur kehamilan
kurang.
33. Windring: Alat untuk mencegah decubitus yang terbuat dari karet berisi udara.
142
Lampiran. Contoh Format Catatan Harian
Petugas
(……………………………………………..)
143
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. Penjelasan Umum Konsep & Ruang Lingkup Tema “Community &
Preventive Medicine”. http://www.uplek.org/pdf/CPM2_penjelasanumum.pdf
2. Anonim. 2008. Perubahan Iklim dan Dampaknya pada Kesehatan.
http://www.sehatgroup.web.id/isiHigh.asp?highID=30.
3. Anonim. 2001. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
4. Azrul Azwar. 1989. Epidemiologi Hipertensi. http://www.kalbe.co.id.
5. Anonim. 2001. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
6. Brunner & Suddart, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3, Edisi 8,
Penerbit RGC, Jakarta.
7. Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC
8. Buku Panduan Perawatan Kedaruratan di Rumah: Palang Merah Indonesia,
Tahun 2011.
9. Carpenito, L.J., 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, edisi 2,
Penerbit EGC, Jakarta.
10. Depkes RI, 2003, Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Pelayanan
Kesehatan: Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular &
Penyehatan.
11. Doengoes, Marilynn E. Et al. 1999, Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta
:Penerbit Buku Kedokteran EGC.
12. Departemen Kesehatan Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular
dan Penyehatan Lingkungan- pedoman pelaksanaan kewaspadaan universal di
pelayanan kesehatan tahun 2003 Indonesia.
13. Departemen Kesehatan RI Dirjen PPM & PL, Buku 6. Pedoman Promosi
Kesehatan dalam Eliminasi Penyakit Kaki Gajah. 2006.
14. Emergency care, - 16th ed./Da niel Limmer, Michael F.O’Keefe; medical editor,
Edward T. Dickinson; legacy authors, Harvey D. Grant, Robert H. Murray, Jr., J.
David Bergeron
15. http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/12/komplikasi-tbc.html
16. http://medicastore.com/tbc/pengobatan_tbc.htm
17. http://www.google.co.id/perawatankulit.blogspot.com. 2017/01.
18. Indonesia, Departemen Kesehatan. Pusat Promosi Kesehatan Pedoman
Pembinaan dan Pelatihan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah
Tangga melalui Tim Penggerak PKK – Jakarta: Depkes RI, 2009 – Edisi Revisi
Tahun 2011. www.promkes.go.id
19. Ignatavicius, Donna D. & Workman M.L. 1991. Medical-Surgical Nursing, A
Nursing Process Approach. Philadelphia: WB Saunders Company.
20. Keperawatan di rumah, Diana Hasbings, RGN, RCNS AhliBahasa Devi Yulianti
SKP, Cetakan I tahun 2006.
21. Kementerian Kesehatan RI. 2012. Buku Kesehatan Ibu dan Anak: Indonesia.
22. LeMone, P & Burke, K.M. 2000. Medical-Surgical Nursing, Critical Thinking in
Client Care. New Jersey: Prentice Hall Health Upper Sadle River.
144
145