Analisis Kestabilan Metode Fellenius PDF
Analisis Kestabilan Metode Fellenius PDF
Zufialdi Zakaria
2011
KATA PENGANTAR
Semoga bermanfaat.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR, i
DAFTAR ISI, ii
1. Pendahuluan, 1
1.1. Tujuan Istruksional Khusus, 1
1.2. Sumber, 1
1.3. Bahan, 1
1.4. Latihan, 2
2. Definisi dan Klasifikasi Gerakan Tanah, 2
3. Faktor yang Mempengaruhi Ketidakstabilan lereng, 14
3.1. Gempa dan Getaran, 15
3.2. Cuaca / Iklim, 17
3.3. Ketidakseimbangan Beban di Puncak dan di Kaki Lereng, 17
3.4. Vegetasi / Tumbuh-tumbuhan, 18
3.5. Naiknya Muka Air Tanah, 18
4. Faktor Keamanan Lereng, 19
5. Berbagai Cara Analisis Kestabilan Lereng, 20
6. Upaya Pengelolaan Lingkungan, 22
7. Cara Sederhana Perhitungan Faktor Keamanan Lereng, 25
8. Latihan, 33
DAFTAR PUSTAKA, 36
ii
Analisis Kestabilan Lereng Tanah (2011)
Zufialdi Zakaria.
2011
1. Pendahuluan
1.2. Sumber :
1.3. Bahan :
• Bowles, JE.,1989, Sifat-sifat Fisik & Geoteknis Tanah, Erlangga,
Jakarta, 562 hal.
• Dikau, R. (editor) et.al., 1997, Landslide Recognition, John Willey &
Sons, 251 p.
• Hunt, R.E., 1984, Geotechnical engineering investigation manual,
McGrawHill Book Company, 984 p.
Zufialdi Zakaria 1
Analisis Kestabilan Lereng Tanah (2011)
1.4. Latihan :
• Hubungan antara gerakan tanah dan geomorfologi.
• Interpretasi daerah gerakan tanah (longsoran besar) melalui analisis
peta geomorfologi.
• Perhitungan Faktor Keamanan Lereng
• Penanggulangan / pencegahan longsor.
• Analisis kestabilan lereng..
Zufialdi Zakaria 2
Analisis Kestabilan Lereng Tanah (2011)
Tabel 1. Klasifikasi longsoran oleh Stewart Sharpe (1938, dalam Hansen, 1984)
rombakan
Luncuran batu (rock
TERASA slides)
Zufialdi Zakaria 3
Analisis Kestabilan Lereng Tanah (2011)
• Jatuhan (Fall) adalah jatuhan atau massa batuan bergerak melalui udara,
termasuk gerak jatuh bebas, meloncat dan penggelindingan bongkah batu
dan bahan rombakan tanpa banyak bersinggungan satu dengan yang lain.
Termasuk jenis gerakan ini adalah runtuhan (urug, lawina, avalanche) batu,
bahan rombakan maupun tanah.
Zufialdi Zakaria 4
Analisis Kestabilan Lereng Tanah (2011)
LUNCURAN BATU
Batuan
Pertambahan
Koherensi
BATUAN NENDATAN (ROCK SLIDE) LAWINA JATUHAN
DASAR BATU BATUAN
(BEDROCK) (ROCK
BATU
(ROCK (ROCK FALL)
SLUMP) LUNCURAN BLOK AVALANCHE)
(BLOCK SLIDE)
SEDIMEN NENDATAN
JATUHAN
Aliran Tanah
(Earth Flow)
Aliran pasir
• Aliran (flow) adalah gerakan yang dipengaruhi oleh jumlah kandungan atau
kadar airtanah, terjadi pada material tak terkonsolidasi. Bidang longsor antara
material yang bergerak umumnya tidak dapat dikenali. Termasuk dalam jenis
gerakan aliran kering adalah sandrun (larianpasir), aliran fragmen batu, aliran
loess. Sedangkan jenis gerakan aliran basah adalah aliran pasir-lanau, aliran
tanah cepat, aliran tanah lambat, aliran lumpur, dan aliran bahan rombakan.
• Longsoran majemuk (complex landslide) adalah gabungan dari dua atau tiga
jenis gerakan di atas. Pada umumnya longsoran majemuk terjadi di alam,
tetapi biasanya ada salah satu jenis gerakan yang menonjol atau lebih
dominan. Menurut Pastuto & Soldati (1997), longsoran majemuk diantaranya
adalah bentangan lateral batuan, tanah maupun bahan rombakan.
Zufialdi Zakaria 5
Analisis Kestabilan Lereng Tanah (2011)
(debris slump)
units)
Gerak horisontal / Bentang lateral batu Bentang lateral bahan Bentang lateral tanah
bentang lateral (rock spread) rombakan (debris spread) (earth spread)
(lateral spreads)
Aliran bahan rombakan Alran tanah
Aliran (flow) Aliran batu / rayapan dalam (debris flow) (earth flow)
(rock flow / deep creep)
Rayapan tanah (soil creep)
Majemuk (complex) Gabungan dua atau lebih gerakan (combination two or more movement)
• Rayapan (creep) adalah gerakan yang dapat dibedakan dalam hal kecepatan
gerakannya yang secara alami biasanya lambat (Zaruba & Mencl, 1969;
Hansen, 1984). Untuk membedakan longsoran dan rayapan, maka
kecepatan gerakan tanah perlu diketahui (Tabel 4). Rayapan (creep)
dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: rayapan musiman yang dipengaruhi iklim,
rayapan bersinambungan yang dipengaruhi kuat geser dari material, dan
rayapan melaju yang berhubungan dengan keruntuhan lereng atau
perpindahan massa lainnya (Hansen, 1984).
Zufialdi Zakaria 6
Analisis Kestabilan Lereng Tanah (2011)
KECEPATAN KETERANGAN
> 3 meter/detik Ekstrim sangat cepat
3 meter/detik s.d. 0.3 Sangat Cepat
meter/menit
0.3 meter/menit s.d. 1.5 Cepat
meter/hari
1.5 meter/hari s.d. 1.5
meter/bulan Sedang
Zufialdi Zakaria 7
Analisis Kestabilan Lereng Tanah (2011)
Zufialdi Zakaria 8
Analisis Kestabilan Lereng Tanah (2011)
Puncak : Titik tinggi pada bidang kontak antara material yang bergerak dengan
gawir besar.
Zufialdi Zakaria 9
Analisis Kestabilan Lereng Tanah (2011)
Zufialdi Zakaria 10
Analisis Kestabilan Lereng Tanah (2011)
Sumber : http://www.transportscotland.gov.uk/files/documents/reports/j10107/split/j10107-06.pdf
Sumber: http://www.transportscotland.gov.uk/files/documents/reports/j10107/split/j10107-06.pdf
Zufialdi Zakaria 11
Analisis Kestabilan Lereng Tanah (2011)
Sumber : http://pubs.usgs.gov/fs/2004/3072/images/Fig3grouping-2LG.jpg .
Zufialdi Zakaria 12
Analisis Kestabilan Lereng Tanah (2011)
Zufialdi Zakaria 13
Analisis Kestabilan Lereng Tanah (2011)
Pelapukan dan erosi sangat dipengaruhi oleh iklim yang diwakili oleh
kehadiran hujan di daerah setempat, curah hujan kadar air (water content; %)
dan kejenuhan air (saturation; Sr, %). Pada beberapa kasus longsor, hujan
sering sebagai pemicu karena hujan meningkatkan kadar air tanah yang menye-
babkan kondisi fisik/mekanik material tubuh lereng berubah. Kenaikan kadar air
akan memperlemah sifat fisik-mekanik tanah dan menurunkan Faktor Kemanan
lereng (Brunsden & Prior, 1984; Bowles, 1989; Hirnawan & Zakaria, 1991).
Penambahan beban di tubuh lereng bagian atas (pembuatan/peletakan
bangunan, misalnya dengan membuat perumahan atau villa di tepi lereng atau di
puncak bukit) merupakan tindakan beresiko mengakibatkan longsor. Demikian
juga pemotongan lereng pada pekerjaan cut & fill, jika tanpa perencanaan dapat
menyebabkan perubahan keseimbangan tekanan pada lereng.
Letak atau posisi tanaman keras dan kerapatannya mempengaruhi
Faktor Keamanan Lereng (Hirnawan, 1993), hilangnya tumbuhan penutup
menyebabkan alur-alur pada beberapa daerah tertentu. Penghanyutan yang
semakin meningkat akhirnya mengakibatkan terjadinya longsor (Pangular,
1985). Dalam kondisi ini erosi tentunya memegang peranan penting.
Zufialdi Zakaria 14
Analisis Kestabilan Lereng Tanah (2011)
Zufialdi Zakaria 15
Analisis Kestabilan Lereng Tanah (2011)
3-9 November Desa Somongari, Bukit Hujan deras terus - 56 orang tewas,
2000 Manoreh, Purworejo menerus - 531 KK kehilangan
tempat tinggal
- 95 orang tewas,
8-12 Februari Lereng G. Pongkor, Kab. Cuaca buruk. - 41.000 jiwa
2001 Lebak, Banten Hujan lebat disertai
angin kencang menderita.
- Kerugian Rp. 6 M
Zufialdi Zakaria 16
Analisis Kestabilan Lereng Tanah (2011)
Zufialdi Zakaria 17
Analisis Kestabilan Lereng Tanah (2011)
Zufialdi Zakaria 18
Analisis Kestabilan Lereng Tanah (2011)
bidang gelincir
τ
α
F= τ/s
Keterangan:
Zufialdi Zakaria 19
Analisis Kestabilan Lereng Tanah (2011)
α W sin α = S
α
τ
F= τ/s
W cos α. tan φ φ
sudut geser dalam
W cos α
α = kemiringan (sudut) bidang gelincir
τ
F=
c L = kohesi sepanjang bidang gelincir L
S
τ = W cos α. tan φ + c L
Zufialdi Zakaria 20
Analisis Kestabilan Lereng Tanah (2011)
3) Cara grafik adalah dengan menggunakan grafik yang sudah standar (Taylor,
Hoek & Bray, Janbu, Cousins dan Morganstren). Cara ini dilakukan untuk
material homogen dengan struktur sederhana. Material yang heterogen
(terdiri atas berbagai lapisan) dapat didekati dengan penggunaan rumus
(cara komputasi).
Stereonet, misalnya diagram jaring Schmidt (Schmidt Net Diagram) dapat
menjelaskan arah longsoran atau runtuhan batuan dengan cara mengukur
strike/dip kekar-kekar (joints) dan strike/dip lapisan batuan.
Zufialdi Zakaria 21
Analisis Kestabilan Lereng Tanah (2011)
Zufialdi Zakaria 22
Analisis Kestabilan Lereng Tanah (2011)
(3) Mencegah lereng jenuh dengan airtanah atau mengurangi kenaikan kadar air
tanah di dalam tubuh lereng Kadar airtanah dan mua air tanah biasanya
muncul pada musim hujan, pencegahan dengan cara :
• Membuat beberapa penyalir air (dari bambu atau pipa paralon) di
kemiringan lereng dekat ke kaki lereng. Gunanya adalah supaya muka air
tanah yang naik di dalam tubuh lereng akan mengalir ke luar, sehingga
muka air tanah turun
• Menanam vegetasi dengan daun lebar di puncak-puncak lereng sehingga
evapotranspirasi meningkat. Air hujan yang jatuh akan masuk ke tubuh
lereng (infiltrasi). Infiltrasi dikendalikan dengan cara tersebut.
• Peliputan rerumputan. Cara yang sama untuk mengurangi pemasukan
atau infiltrasi air hujan ke tubuh lereng, selain itu peliputan rerumputan
jika disertai dengan desain drainase juga akan mengendalikan run-off.
Zufialdi Zakaria 23
Analisis Kestabilan Lereng Tanah (2011)
Zufialdi Zakaria 24
Analisis Kestabilan Lereng Tanah (2011)
Data mekanika tanah yang diambil sebaiknya dari sampel tanah tak
terganggu. Kadar air tanah ( ω ) diperlukan terutama dalam perhitungan yang
menggunakan komputer (terutama bila memerlukan data γdry atau bobot satuan
isi tanah kering, yaitu : γdry = γ wet / ( 1 + ω ). Pada lereng yang dipengaruhi oleh
muka air tanah nilai F (dengan metoda sayatan, Fellenius) adalah sbb.:
c L+ tan φ Σ (W i cos αi - µi x li )
F=
Σ (W i sin α i )
Zufialdi Zakaria 25
Analisis Kestabilan Lereng Tanah (2011)
c = kohesi (kN/m2)
φ = sudut geser dalam (derajat)
α = sudut bidang gelincir pada tiap sayatan (derajat)
µ = tekanan air pori (kN/m2)
l = panjang bidang gelincir pada tiap sayatan (m);
L = jumlah panjang bidang gelincir
µi x li = tekanan pori di setiap sayatan (kN/m)
W = luas tiap bidang sayatan (M2) X bobot satuan isi tanah (γ, kN/m3)
Pada lereng yang tidak dipengaruhi oleh muka air tanah, nilai F adalah sbb.:
c L+ tan φ Σ (W i cos αi )
F=
Σ (W i sin α i )
Zufialdi Zakaria 26
Analisis Kestabilan Lereng Tanah (2011)
Zufialdi Zakaria 27
Analisis Kestabilan Lereng Tanah (2011)
KETERANGAN :
• Untuk menghitung nilai F (Faktor Keamanan lereng), data-data di atas
dimasukkan dalam tabel.
• Ukur pada masing-masing sayatan L, h dan x serta sudut α masing-
masing bidang gelincir
• Hitung luas pada masing-masing sayatan, sin α , cos α, W (=luas dikali γ),
(W sin α) dan (W cos α)
• Hitung jumlah L, jumlah W sin α dan W cos α, Masukkan dalam rumus
F, didapat nilai F
Contoh perhitungan:
SKALA 1:1.000
Gambar 11. Penampang lereng dengan irisan serta bidang gelincir yang dipa-
kai untuk perhitungan faktor Keamanan cara manual maupun cara
komputer. A-B adalah bidang gelincir
Zufialdi Zakaria 28
Analisis Kestabilan Lereng Tanah (2011)
Dari hasil hitungan didapat nilai F = 1,08 maka makna dari nilai F
sebesar itu dapat dibandingkan dengan Tabel 6. Artinya adalah lereng kritis,
pada kondisi F sebesar itu pada umumnya lereng pernah longsor.
Ditanyakan : Gunakan slice method. Berapa Faktor Keamanan (F) dua teras
Zufialdi Zakaria 29
Analisis Kestabilan Lereng Tanah (2011)
Gambar 12. Penampang lereng dengan dua undak dari lereng asal 45o
Zufialdi Zakaria 30
Analisis Kestabilan Lereng Tanah (2011)
Zufialdi Zakaria 31
Analisis Kestabilan Lereng Tanah (2011)
18.722,27.46,16.067,8,1,3.8,0
No. Sayatan ke-6
18.722,27.46,16.067,9,0.7,3.1,0
No. Sayatan ke-7
18.722,27.46,16.067,10,0.6,2.3,0
No. Sayatan ke-8
18.722,27.46,16.067,12.5,0.5,0.5,0
ENTER -2 MENGGANTI POSISI SLIP SURFACE
ENTER -1 MENGHITUNG FAKTOR KEAMANAN
ENTER 0 KEMBALI KE PROGRAM MENU (EXIT)
ENTER 1..N MENGGANTI DATA SLICE (MASUKKAN NO
SLICE)
? -1
FAKTOR KEAMANAN LERENG ADALAH 1.560782
Nilai Faktor Keamanan (F) > 1,25 pada suatu lereng menurut Bowles
(1989) ditafsirkan sebagai lereng dengan longsor jarang terjadi atau disebut
sebagai relatif stabil. Untuk menyebutkan lereng stabil perlu dibuat nilai batas
yang aman selain F=1,25, karena nilai tersebut menandakan bahwa kejadian
longsor pernah terjadi (walaupun jarang). Untuk itu diusulkan nilai F > 2 sebagai
nilai yang aman bagi lereng (lereng stabil). Sebagai pebandingan, nilai F = 2 atau
F = 3 biasanya dipakai untuk nilai aman (faktor keamanan) bagi dayadukung
tanah untuk berbagai pondasi dangkal.
Dalam setiap perhitungan (cara manual maupun cara komputer), semua
satuan tiap-tiap variabel harus diperhatikan, seperti misalnya c (kohesi), φ(sudut
geser-dalam), dan γ (bobot sartuan isi tanah basah dan bobot satuan isi tanah
kering). Satuan disesuaikan melalui konversi dalam standar SI (Satuan
Internasional).
Zufialdi Zakaria 32
Analisis Kestabilan Lereng Tanah (2011)
8. Latihan
SOAL (1) :
Gambar di atas adalah penampang lereng tanah. A-A'adalah bidang gelincir.
Bobot satuan isi tanah (γγ.wet, unit weight) diketahui = 16 kN/m3
Kohesi (c, cohession) diketahui = 9 kN/m2
Sudut geser dalam (φ, angle of internal friction) = 10o
Ditanyakan :
Berapa dan bagaimana F (Faktor Keamanan) lereng tersebut untuk kondisi
seperti gambar di atas apabila muka air tanah sangat dalam (tidak dipengaruhi
air tanah). Gunakan metoda sayatan seperti di atas dengan cara Fellenius.
CARA :
1. Buat sejumlah sayatan/slice pada penampang.
2. Buat tabel untuk perhitungan per-sayatan
3. Ukur panjang x, h dan
4. Ukur besar sudut bidang gelincir α tiap-tiap sayatan.
5. Hitung luas tiap-tiap sayatan
6. Hitung W tiap-tiap sayatan. W = luas masing-masing sayatan X bobot satuan
isi tanah
7. Hitung cos α kalikan dengan W pada masing-masing sayatan, sehingga
didapatkan W cos α
8. Hitung sin α kalikan dengan W pada masing-masing sayatan, sehingga
didapatkan Wsin α.
9. Jumlahkan . Hasil penjumlahan = L.
Zufialdi Zakaria 33
Analisis Kestabilan Lereng Tanah (2011)
1 - 7 = sayatan (slice)
A - A' = bidang gelincir
Skala 1:1.000
γ.wet, unit weight = 16 kN/m3
2
c, cohession = 9 kN/m
φ, angle of internal friction = 10o
tan φ = tan (10) = 0,17632
Tabel hitungan :
Σ = 1 3 2
Zufialdi Zakaria 34
Analisis Kestabilan Lereng Tanah (2011)
c L + tan φ Σ ( W i cos αi )
F=
Σ ( W i sin α i )
( c X 1 ) + ( tan φ x 2 )
F= = ...............
3
SOAL (2) :
Zufialdi Zakaria 35
Analisis Kestabilan Lereng Tanah (2011)
DAFTAR PUSTAKA
Anonympus, 2008, Scottish Road Network Landslides Study: Implementation, link
http://www.transportscotland.gov.uk/files/documents/reports/j10107/split/j
10107-06.pdf:
Anonymous, 2004, Landslide Types & Processes, US Departmen of Interior, & USGS
http://pubs.usgs.gov/fs/2004/3072/fs-2004-3072.html, Diakses tanggal 7
Maret 2011: pukul 15.52,
Anwar, H.Z., dan Kesumadhama, S., 1991, Konstruksi Jalan di daerah Pegunung-
an tropis, Makalah Ikatan Ahli Geologi Indonesia, PIT ke-20, Desember
1991, hal. 471- 481
Attewel, P.B.,& Farmer, I. W., 1976, Principles of engineering geology, Chapman
& Hall, London, 104p.
Bowles, JE.,1989, Sifat-sifat Fisik & Geoteknis Tanah, Erlangga, Jakarta, 562 hal.
Brunsden,D., Schortt,L., & Ibsen,M.L.(editor), 1997, Landslide Recognition, Identificat-
ion Movement and Causes, John Wiley & Sons, England, p. 137 - 148
Buma, J, & Van Asch, T., 1997, Slide (Rotational), dalam Dikau, R. (editor) et.al.,
1997, Landslide Recognition, John Willey & Sons, pp. 43-61
Dikau, R. (editor) et.al., 1997, Landslide Recognition, John Willey & Sons, 251 p.
Fandeli,C.,1992, Analisis mengenai dampak lingkungan, prinsip dasar dan pemam-
panannya dalam pembangunan, Liberty, Yogyakarta, 346 hal,
Hansen, M.J., 1984, Strategies for Classification of Landslides, (ed. : Brunsden, D,
& Prior, D.B., 1984, Slope Instability, John Wiley & Sons, p.1-25
Hirnawan, R.F., 1993, Ketanggapan Stabilitas Lereng Perbukitan Rawan Gerakan-
tanah atas Tanaman Keras, Hujan & Gempa, Disertasi, UNPAD, 302pp. .
Hirnawan, R. F., 1994, Peran faktor-faktor penentu zona berpotensi longsor di dalam
mandala geologi dan lingkungan fisiknya Jawa Barat, Majalah Ilmiah
Universitas Padjadjaran, No. 2, Vol. 12, hal. 32-42.
Hunt, R.E., 1984, Geotechnical engineering investigation manual, McGrawHill Book
Co., 984 p.
Lambe, T.W., & Withman, R.V., 1969, Soil Mechanics, John Willey & Sons Inc., New
York,553 p.
Parker, J.V., Means, R.E., 1974, Soil Mechanics and Foundations, Prentice Hall of
India, Ltd., New Delhi, 573p.
Pangular, D., 1985, Petunjuk Penyelidikan & Penanggulangan Gerakan Tanah, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Pengairan, Balitbang Departemen
Pekerjaan Umum, 233 hal.
Pasuto, A., & Soldati, M., 1997. Rock Spreading, dari Dikau, R., Brunsden, D.,
Schortt, L., & Ibsen, M.L. (ed.), Landslide Recognition, Identification,
Movement and Causes, John Wiley & Sons, England, p. 122 – 136
Pikiran Rakyat, 18 Maret 1997, Harian Umum No, 347 / Tahun XXXI / 1997,
Gempa Guncang Jakarta dan JABAR.
Pikiran Rakyat, 15 April 1999, Harian Umum No. 21, Tahun XXXIV / 1999,
Bandung Rawan Bencana Gempa, hal 2 kolom 3-6.
Republika, 18 Maret 1997, Harian Umum No. 72/Th. 5/1997, Guncangan Gempa 6.0
Skala Richter, Warga Jakatra Panik,
Soemarwoto, O., 1990, Analisis Dampak Lingkungan, Gajah Mada University
Press, Yogyakarta, 378 hal.
Strahler, A.N., & Strahler, A.H., 1983, Modern physical geography, John Willey &
Sons, 532 p.
Verhoef, P.N.W., 1989, Geologi untuk Teknik Sipil, Penerbit Erlangga, 322 hal.
Verruijt, 1982, Stabil2.3, Computer Program, Delft University.
Zakaria, Z., 2000, Peran Identifikasi Longsoran dalam Studi Pendahuluan Per-
modelan Sistem STARLET Untuk Mitigasi Bencana Longsor, YEAR
BOOK MITIGASI BENCANA 1999, Januari 2000, BPPT, hal. I.105 - I.123
Zufialdi Zakaria 36
Analisis Kestabilan Lereng Tanah (2011)
Zaruba, Q., & Mecl, V., 1976, Engineering geology, Elsevier Publisher, Co.,
Amsterdam, 504 p.
http://www.transportscotland.gov.uk/files/documents/reports/j10107/split/j10107-06.pdf
http://pubs.usgs.gov/fs/2004/3072/images/Fig3grouping-2LG.jpg
Zufialdi Zakaria 37