Anda di halaman 1dari 1

Pembukaan

Jose : Selamat pagi pemirsa dan selamat datang di Transport7. Saya Jose, Jeremy dan
rekan saya Caitlin akan membawakan berita yang teraktual, terpercaya, dan tak
kalah menariknya.

Isi
Caitlin : Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugoho
menyampaikan bahwa terjadinya gempa bumi dan tsunami di Kota Palu dan
Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, Jumat, 28 September 2018 yang diakibatkan
oleh deformasi dengan mekanisme pergerakan struktur sesar mendatar miring yang
memicu timbulnya tsunami. Menurut Sutopo; gempa pertama kali mengguncang
Donggala pada pukul 14.00 WIB, gempa tersebut berkekuatan magnitudo 6 dengan
kedalaman 10 kilometer yang mengakibatkan 1 orang meninggal dunia, 10 orang
luka, dan puluhan rumah rusak di Kecamatan Singaraja Kabupaten Donggala. Gempa
yang kedua terjadi pada pukul 17.02 WIB dengan kekuatan yang lebih besar (7.4
magnitudo) dengan kedalaman yang sama di jalur sesar Palu Koro. 5 menit
pascagempa Badan Meteologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah
menyampaikan peringatan tentang terjadinya tsunami. Pada saat itu, menurut
Sutopo pihaknya telah menyiapkan rilis untuk mengimbau masyarakat agar menjauhi
kawasan pantai dan sungai dalam waktu 30 menit namun 30 menit setelah
peringatan tersebut dikeluarkan BMKG mencabutnya pada pukul 17.37 WIB. Tetapi
tsunami benar benar terjadi pada pukul 17.22 WIB, berdasarkan data BMPB
ketinggian tsunami ada yang mencapai 6 meter, selanjutnya terjadi sejumlah gemap
susulan seterusnya di kawasan Kota Palu dan Kabupaten Donggala hingga jumat
malam. Akibat gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Kota Palu hingga pukul 13.00
WIB tercatat ada 384 orang yang meninggal dunia, 29 orang menghilang, dan 540
orang luka berat. Namun jumlah korban akibat gempa dan tsunami yang terjadi di
Kabupaten Donggala belum bisa disampaikan BNPB.

Jose : Kepala Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto


Tjahjono mengatakan bahwa pesawat Lion Air JT 610 registrasi PK-LQP tidak
meledak di udara. Dengan alasan, jika pesawat meledak di udara maka serpihan
akan tersebar dengan radius lebih luas, hal ini ditegaskan oleh Seorjanto Tjahjono di
Cawang Jawa timur , Senin, 5 November 2018. Soerjanto juga menegaskan bahwa
pesawat tersebut menjadi serpihan karena jatuh kedalam air dengan kecepatan yang
cukup tinggi. Serpihan tersebut diketahui berdasarkan laporan para nelayan yang
berjarak 1.8 kilometer dari lokasi kejadian bahwa ada serpihan yang ditemukan lebih
dari radius 500 meter. Soerjanto menekankan bahwa disebabkan karena pesawat
yang menyala bersentuhan dengan air.

Anda mungkin juga menyukai