Anda di halaman 1dari 2

Memanusiakan Manusia

“Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah. Tapi perjuangan kalian akan
Lebih berat, karena melawan saudara Sendiri” (Ir. Soekarno)

Saya suka berselancar di jagad maya, terutama youtube. Di sana banyak hal bisa saya
dapatkan. Tips dan trik, pengetahuan, thriller film terbaru hingga lagu-lagu.

Dan beberapa waktu lalu, saya dibuat sedikit penasaran oleh sebuah lagu yang
menurut saya agak fenomenal. Lagu tersebut berjudul "Kartonyono Medot Janji". Dari
judulnya aja kalian udah pasti tahu, dong kalau lagu tersebut berbahasa Jawa.

Gaess, kalian mungkin bertanya, kenapa lagu tersebut saya bilang fenomenal? Begini
ceritanya. Saat saya menuliskan judul lagu tersebut di kotak pencarian youtube
sebagai keyword, hasilnya membuat saya kaget. Lagu tersebut bukan hanya sudah di
cover oleh banyak musisi, tapi di berbagai kesempatan lagu tersebut juga
dinyanyikan banyak orang. Dari para supporter pertandingan sepakbola di stadion,
hingga pasukan Indonesia yang sedang bertugas di luar negeri. Bahkan, saat demo
mahasiswa beberapa waktu lalu di Semarang, gubernur Jawa Tengah, Bapak Gandjar
Pranowo yang hadir menemui mahasiswa pun mengajak rekan-rekan mahasiswa untuk
menyanyikan lagu tersebut. Dan bagi saya, itu wow banget.

Kalau ditanya, "Apa sih yang membuat lagu itu menarik?" Jujur saya juga bingung.
Lagu yang dinyanyikan Denny Caknan ini juga beberapa lagu Jawa lain sama-sama pakai
nada dangdut koplo. Liriknya pun saya pikir nggak nyambung dengan situasi stadion
apalagi demo mahasiswa. Tapi, hingga tulisan ini saya buat, lagu yang tampil
premier di youtube sejak 5 Mei 2019 ini sudah ditonton oleh 52 juta viewers lebih.
Lalu apa ya yang membuat lagu ini diterima di banyak kalangan?

Saya agak berpikir keras saat memikirkan pertanyaan di atas. Kemudian saya coba
buka youtube dan membuka kolom komentar di bawah lagu itu dari komen terbaru hingga
yang pertama. Banyak komentar-komentar yang ditulis oleh para netizen, dari
komentar serius hingga yang jayus. Tapi dari sebegitu banyak komentar, kemudian
saya bisa menarik sebuah kesimpulan. Bukan hanya musik yang ditawarkan Caknan yang
easy listening, tapi ternyata liriknya yang simple apa adanya itu sepertinya
diiyakan dan juga dirasakan oleh mayoritas penikmatnya. Dengan kata lain, mayoritas
orang saat ini sedang galau, pernah kecewa dan dikecewakan, juga pernah sakit hati.

Kesamaan dalam selera jenis lagu, kesamaan dalam pengalaman pernah kecewa,
dikecewakan dan disakiti inilah yang membuat lagu besutan Denny Caknan ini melejit
dan digandrungi banyak orang.

Indonesia, Ikatan Kesamaan


Gaess, apa yang saya jelaskan di atas keren, kan? Bayangkan, berbagai macam orang
dari latar belakang ekonomi berbeda, latar belakang pendidikan berbeda, daerah yang
berbeda bisa Sama-sama menyukai lagu tersebut dan bernyanyi bersama dalam satu
komando. Bagaimana jika hal yang keren tersebut terjadi juga pada negeri ini?

Negeri ini sudah berumur 74 tahun. Dan bukan rahasia lagi jika negeri ini bisa
merdeka karena sebuah persatuan yang erat. Namun persatuan itu bukan sesuatu yang
lahir dengan sendirinya, lho. Persatuan itu lahir dari sebuah perbedaan dan
kesamaan. Bingung, ya?

Begini gaes, Indonesia adalah sebuah negara yang sangat besar. Dari data yang
dilansir Kompas pada 2012 lalu saja, Indonesia memiliki penduduk 248,9 juta jiwa,
17.504 pulau, 10.068 suku (termasuk sub-suku), 615 bahasa daerah, 485 lagu daerah,
dll. Dari data tersebut bisa dibayangkan dong bagaimana keragaman dan perbedaan
yang ada di negeri ini?

Namun di balik sedemikian besarnya perbedaan itu, kita juga menyimpan kesamaan-
kesamaan. Kesamaan sebagai warga jajahan misalnya. Kesamaan nasib sebagai warga
jajahan mendorong kita untuk bisa saling dukung dalam berjuang keluar dari
penjajahan dan memerdekakan diri. Dari kesamaan ini kemudian melahirkan sebuah
kesepakatan besar untuk hidup bersama dalam sebuah rumah besar yang bernama
Indonesia. Meleburkan perbedaan, menyisihkan keragaman demi sebuah ikatan konsensus
yang bernama negara.

Jika kita flashback dalam lintasan sejarah bangsa Indonesia, kita dapat melihat
bagaimana perjuangan yang dilakukan dengan semangat kedaerahan begitu mudah
dipatahkan oleh kekuatan kolonialisme.

Anda mungkin juga menyukai