i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat hasil kerja keras Tim
MFK RSUD Dr. M. ZEIN Painan , maka sebuah buku Pedoman Manajemen Fasilitas dan
Keselamatan RSUD Dr. M. ZEIN Painan telah diterbitkan.
MFK di RSUD Dr. M. ZEIN Painan merupakan cerminan dari mutu rumah sakit, sehingga
K3 RS merupakan suatu hal yang harus diperhatikan untuk peningkatan mutu pelayanan rumah
sakit dan karena dampaknya yang cukup luas pada masyarakat sekitar rumah sakit. Maka hal ini
perlu diperhatikan terutama oleh pihak Manajemen Rumah Sakit.
Buku Pedoman MFK di RSUD Dr. M. ZEIN Painan ini dibuat untuk menjadi acuan Tim
MFK RSUD Dr. M. ZEIN Painan sebagai bahan untuk melaksanakan dan memantau kegiatan MFK
pada RSUD Dr. M. ZEIN Painan sehingga dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Dengan
mengambil materi mengenai hal - hal yang terkait dengan program MFK di RSUD Dr. M. ZEIN
Painan serta tata laksana kerja pada masing-masing bagian dan sudah dilaksanakan di RSUD Dr.
M. ZEIN Painan. Buku ini disusun dengan acuan pada Departemen Kesehatan RI serta beberapa
referensi kegiatan MFK yang sudah dilakukan di RSUD Dr. M. ZEIN Painan selama ini.
Betapapun baiknya sebuah buku pedoman, tanpa pelaksanaan yang konsisten dan
menyeluruh oleh semua pihak yang terlibat, maka tujuan pedoman ini tidak akan tercapai. Buku
pedoman ini secara terus menerus diperbaharui dan diharapkan dapat disebarluaskan kepada
seluruh jajaran yang terkait yang mengabdi di RSUD Dr. M. ZEIN Painan.
Akhirnya kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan masukan
demi terlaksananya penerbitan buku Pedoman dan Tata Laksana ini. Kami sadar bahwa buku ini
masih jauh dari sempurna, koreksi dari para pembaca sangat diharapkan dan semoga buku ini dapat
dipergunakan sebagai Pedoman dan Tata Laksana khususnya dan pihak lain yang terkait dengan
MFK pada umumnya
DAFTAR ISI
ii
Lampiran
KATA PENGANTAR.…………………………………………………………………………………................................
DAFTAR ISI......……………………………………………………………………………………….................................
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………..................................................
A. Latar Belakang……………………………………………………………………...........................
B. Tujuan………………………………………………………………………………..............................
C. Ruang Lingkup……………………………………………………………………............................
D. Dasar Kebijakan………………………………………….....................................................
BAB II GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT……………………………………………………….................
A. Gambaran Umum…………………………………………………………………..........................
1. Jenis Kegiatan Manajemen Fasilitas dan Keselamatan……….......................
2. Jenis Kegiatan RSUD Dr. M. ZEIN Painan …………………….............
BAB III VISI, MISI, MOTTO, NILAI DAN TUJUAN RS……………………......................................
A. Visi…………………………………………………………………………………................................
B. Misi…………………………………………………………………………………...............................
C. MOTTO……………………………………………………………………………..............................
D. Nilai…………………………………………………………………………………..............................
E. Tujuan………………………………………………………………................................................
BAB IV STRUKTUR ORGANISASI MFK…………………………………………………….............................
A. Struktur Organisasi MFK……………………………………………………...............................
B. Susunan Tim MFK RSUD Dr. M. ZEIN Painan ……………………............................
BAB V URAIAN JABATAN MFK………………………………………………………………............................
A. Uraian Jabatan MFK…………………………………………………………................................
1. Ketua MFK………………………………………………………………………..........................
2. Sekretaris………………………………………………………………………...........................
3. Koordinator bidang keselamatan dan keamanan………………………….............
4. Koordinator bidang bahan berbahaya dan beracun………………………............
5. Koordinator bidang manajemen emergensi…………………………………............
6. Koordinator bidang pengamanan dan kebakaran…………………………............
h. Koordinator bidang Peralatan medis…………………………………………...............
i. Koordinator bidang sistem utilitas…………………………………………….................
j. Koordinator bidang pendidikan dan pelatihan………………………………............
k. Koordinator bidang monitoring dan evaluasi………………………………..............
BAB VI POLA KETENAGAAN MFK RSUD Dr. M. ZEIN Painan …………..................................
BAB VII TATA LAKSANA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN………………………..........
A. Keselamatan dan keamanan……………………………………………………........................
1. Pencegahan risiko dan bahaya yang dapat terjadi di rumah sakit………......
2. Perlindungan kesehatan petugas rumah sakit………………………………............
3. Perlengkapan keamanan pasien……………………………………………....................
B. B3 (bahan berbahaya dan beracun)……………………………………………......................
1. Perencanaan B3………………………………………………………………..........................
2. Penyimpanan B3……………………………………………………………….........................
3. Distribusi B3……….…………………………………………………………............................
4. Penggunaan B3………………………………………………………………...........................
5. Pengelolaan limbah B3……………………………………………………….......................
6. Pembuangan limbah B3 di unit laboratorium……………………………….............
8. Pembuangan limbah B3 di unit farmasi…………………………………….................
9. Paparan / kecelakaan B3……………………………………………………......................
iii
10. Pengadaan B3………………………………………………………………….........................
11. Spill kit…………………………………………………………………………...........................
C. Manajemen emergensi…………………………………………………………….........................
1. Pengertian………………………………………………………………………..........................
2. Tujuan……………………………………………………………………………...........................
3. Pengaturan jaga………………………………………………………………..........................
4. Denah ruangan…………………………………………………………………........................
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.
Sebagai institusi kesehatan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya, RSUD Dr. M.
ZEIN Painan wajib memenuhi ketentuan/peraturan perundang-undangan yang berlaku, oleh
Direktur RSUD Dr. M. ZEIN Painan secara operasional dituangkan dalam berbagai
kebijakan umum tentang program kegiatan disetiap unit pelayanan maupun unit terkait.
Sebagian dari program kegiatan tersebut ada yang harus dilaksanakan secara terpadu yang
melibatkan berbagai unit pelayanan di lingkungan RSUD Dr. M. ZEIN Painan salah satu
diantaranya adalah program Manajemen Fasilitas dan Keselamatan. Di lingkungan RSUD
Dr. M. ZEIN Painan sendiri selalu ada kemungkinan terjadinya kecelakaaan kerja dalam
pengoperasian peralatan kedokteran serta penunjang medik lainnya, bahkan resiko
terjadinya penyakit akibat kerja dapat pula timbul penyebabnya bisa dari fasilitas yang
dimiliki rumah sakit atau sebagian besar disebabkan faktor ketidak hati-hatian manusianya,
dipihak lain setiap sumber daya manusia yang bekerja di rumah sakit berhak mendapatkan
perlindungan atas keselamatan profesinya/pekerjaannya, terjamin keamanan pemakaian
peralatan penunjang medik dan non medik yang terdapat di rumah sakit termasuk pasien dan
pengunjung yang mendatangi RSUD Dr. M. ZEIN Painan.
Karena itu lingkungan kerja yang sehat dan aman bagi petugas dan pengunjung
RSUD Dr. M. ZEIN Painan, dapat diwujudkan dengan pelaksanaan keselamatan keamanan
kerja yang dijalankan dengan baik dan konsisten. Dengan lingkungan yang sehat, petugas
dapat bekerja tanpa resiko cedera sehingga dapat melayani pasien dengan sebaik-baiknya.
Juga dapat menciptakan lingkungan aman dan bebas dari pencemaran limbah berbahaya dan
beracun.
Pada akhirnya tercipta suatu kesejahteraaan pegawai yang juga dapat menekan biaya
untuk angka kesakitan yang timbul pada petugas sehingga dapat meningkatkan mutu
pelayanan Rumah Sakit. Untuk itu perlu menyusun pedoman Manajemen Fasilitas dan
Keselamatan sebagai panduan dalam pengelolaaan K3 RS.
B. TUJUAN.
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari pedoman kesehatan dan Keselamatan kerja ini adalah sebagai
dasar untuk memberikan pedoman kepada petugas RSUD Dr. M. ZEIN Painan
khususnya petugas yang berhubungan dengan Fasilitas dan Keselamatan Rumah
Sakit.
2. Tujuan Khusus
a. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja pegawai di semua unit
kerja ke tingkat setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun kesejahteraan
sosialnya.
b. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada petugas berupa kecelakaan
dan penyakit akibat kerja yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan
kerjanya.
c. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi petugas di dalam pekerjaannya
dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan
kesehatan.
d. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang
sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.
C. RUANG LINGKUP.
Ruang lingkup Kesehatan dan Keselamatan kerja RSUD Dr. M. ZEIN Painan yaitu
merupakan kegiatan untuk menyediakan fasilitas yang aman, berfungsi dan menunjang
kebutuhan pasien, keluarga dan staf serta pengunjung. Dan yang menjadi fokus kegiatan
MFK adalah fasilitas gedung, bahan berbahaya, manajemen emergensi, pengamanan
kebakaran, peralatan medis dan sistim utilitas. Secara khusus kegiatan MFK berupaya
untuk:
1. Mengurangi dan mengendalikan bahaya dan resiko
2. Mencegah kecelakaan dan cidera
3. Memelihara kondisi yang aman
D. DASAR KEBIJAKAN.
a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
b. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per. 05 / Men / 1996, tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3 RS).
d. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1087/MENKES/SK/VIII/2010, tentang Standar
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.
2
e. Keputusan Menteri Kesehatan No.1204/MENKES/SK/X/2004, tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
f. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 472/MENKES/PER/V/1996, tentang Pengamanan
Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan.
g. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 02/MEN/1980, tentang Pemeriksaan Tenaga dan
Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
h. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 04/Men/1980, tentang Syarat-syarat Pemasangan
dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR).
3
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT
A. SEJARAH.
RSUD Dr. M. Zein Painan didirikan pada tahun 1930 dengan nama Rumah Sakit
Pembantu yang dibangun oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Setelah Indonesia
merdeka, rumah sakit ini diserahkan kepada Pemerintah Indonesia dengan status tipe D
berdasarkan SK MENKES RI No. 51/MENKES/SK/1/79 tanggal 2 februari 1979
dengan kepemilikan Pemda Tk. 1.
4
B. TUJUAN RSUD Dr. M. ZEIN Painan
a. Melaksanakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada kepuasan konsumen
serta mengacu pada Standar Operasional Pelayanan (SOP).
b. Pengembangan dan meningkatkan profesionalisme SDM dalam mendukung
program unggulan RSUD dr. M. Zein Painan.
c. Pengembangan fasilitas kesehatan.
d. Evaluasi, pengawasan, pengendalian sistem pelayanan secara periodik guna
perbaikan dan penyempurnaan manajemen pelayanan RSUD dr. M. Zein Painan.
Bila sesuai, untuk fasilitas dan kegiatan-kegiatan rumah sakit disusunlah rencana tertulis
yang meliputi enam bidang:
1) Keselamatan dan Keamanan
a) Keselamatan.
Sejauh mana bangunan, wilayah dan peralatan rumah sakit tidak menimbulkan bahaya
atau risiko bagi pasien, staf atau pengunjung.
b) Keamanan.
5
Perlindungan dari kerugian, kerusakan, gangguan, atau akses atau penggunaan oleh
pihak yang tidak berwenang.
2) Bahan Berbahaya.
Penanganan, penyimpanan dan penggunaan bahan radioaktif dan lainnya dikendalikan
dan limbah berbahaya ditangani secara aman.
3) Manajemen Emergensi.
Respons terhadap epidemi, bencana dan keadaan darurat direncanakan dan dijalankan
secara efektif.
4) Pengamanan Kebakaran.
Properti dan para penghuni rumah sakit dilindungi dari bahaya kebakaran dan asap.
5) Peralatan Medis.
Peralatan dipilih, dipelihara dan digunakan dengan cara sedemikian rupa agar
mengurangi risiko.
6) Sistem Utilitas.
Listrik, air dan system utilitas lainnya dipelihara sehingga risiko kegagalan dalam
kegiatan kerja dapat diminimalkan.
VIP
6
2) Pelayanan Penunjang
Pelayanan penunjang terdiri dari:
a) Laboratorium .
b) Radiologi
Pemeriksaan radiologi di RSUD Dr. M. ZEIN Painan terdiri dari pemeriksaan X-ray,
panoramic x-ray dan dental x-ray.
c) Farmasi
Guna mendukung pelayanan obat-obatan bagi pasien dari masyarakat umum, maka
pelayanan obat-obatan di RSUD Dr. M. ZEIN Painan dikelola oleh Instalasi Farmasi.
d) Kamar Operasi dan Persalinan
(1) Pelayanan kamar operasi dilaksanakan oleh Instalasi Kamar Bedah, meliputi
pelayanan bedah umum, bedah ortopedi.
(2) Kamar persalinan dipakai untuk pelaksanaan kegiatan persalinan normal, kuret dan
tindakan lain di SMF Obsgyn.
3) Sarana Penunjang Non Medik
a) Dapur/ruang gizi
b) Ruang pencucian/laundry
4) Tenaga Kerja
RSUD Dr. M. ZEIN Painan mempekerjakan tenaga kerja dengan latar belakang status
kepegawaian dan latar belakang pendidikan dari berbagai disiplin ilmu serta strata pendidikan
yang berbeda-beda, yaitu terdiri dari:
a) Dokter
b) Perawat
c) Bidan
d) Apoteker
e) dan tenaga penunjang lainnya
f) Karyawan Harian Lepas/honorer
5) Perijinan
RSUD Dr. M. ZEIN Painan telah berdiri sejak tahun 1930, dari tahun ke tahun selalu
melakukan penyempurnaan pada sarana dan prasarana serta sumber daya manusia. Adapun
daftar peirijinan disajikan pada tabel berikut:
7
MASA KE
NO IZIN NO IZIN
BERLAKU T
570/50/Kpts/BPT-PS/IV/2012 3 April 2017
1. Izin Operasional RS
c) Penggunaan Energi
RSUD Dr. M. ZEIN Painan dalam penggunaan listriknya bergantung pada PLN sedangkan
cadangannya berupa 4 genzet yang masing-masing kemampuannya sebesar 25 Kva, 45 Kva,
10 Kva dan 65Kva.
8
BAB III
VISI, MISI, MOTTO, NILAI DAN TUJUAN RS
A. VISI.
“Terwujudnya Rumah Sakit yang Unggul, Profesional, dan Amanah dalam memberikan
Pelayanan Masyarakat”
.
9
B. MISI.
1. Melaksanakan Pengelolaan
Rumah Sakit secara
Transparan dan Akuntabel
2. Memperluas cakupan dan
memberikan layanan
professional sesuai dengan
standar
Mutu
3. Memenuhi Tenaga Sesuai
dengan Standar Kompetensi
4. Memperkuat Sarana dan
Prasarana Pelayanan Rumah
Sakit
C. MOTTO.
“Kesembuhan, Keselamatan, Kenyamanan, dan Kepuasan Pasien adalah Tujuan
Kami”
D. NILAI.
Untuk mewujudkan visi dan misi, RSUD Dr. M. ZEIN Painan menganut nilai-nilai yang
berpihak kepada kepentingan pegawai rumah sakit, pasien, dan keluarganya serta
masyarakat umum yaitu:
1. Non diskriminatif
Tidak ada perbedaan dalam pelayanan baik Dinas maupun Umum semuanya
memiliki kesempatan yang sama kecuali kasusnya.
2. Profesional
Pelayanan diberikan sesuai bidang ilmu pengetahuan yang dimiliki.
3. Solid
Pelayanan diberikan atas dasar kerjasama dan kekompakan dengan memperhatikan
koordinasi, integritas dan berlanjut.
4. Komitmen
10
Pelayanan dilaksanakan dengan dilandasi komitmen yang tinggi, untuk menjaga
nama baik satuan.
5. Transparan dan akuntabel
Keterbukaan dan mengikuti system yang terstandarisasi merupakan pilihan terbaik
menuju good govermance.
E. TUJUAN.
Tujuan RSUD Dr. M. ZEIN Painan yaitu:
1. Membangun budaya organisasi yang kondusif dan sense of service.
2. Mewujudkan pelayanan kesehatan prima berbasis kepuasan pelanggan.
3. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang terintegrasi sesuai standar, menuju
persaingan di tingkat Nasional.
4. Mengintegrasikan pelayanan dan pendidikan untuk meningkatkan mutu pelayanan
dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran
11
BAB IV
TATA LAKSANA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN
12
area bangunan tersebut dilindungi dengan menggunakan sekat triplek, dan
ditulisi informasi larangan masuk, kecuali yang berkepentingan
13
dalam rumah sakit ada di Gerbang Tengah depan Piketan, Akses keluar
Rumah sakit ada di pintu utara depan IGD.
9) Pengaturan waktu berkunjung waktu berkunjung ke pasien diatur 2
kali dalam sehari yaitu jam 11.00-13.00 dan jam 16.00-21.00
10) Identitas pegawai dan peserta didik, seragam pegawai dan tamu.
Untuk mencegah terjadinya masalah keamanan pada masyarakat rumah sakit
maka semua petugas dan peserta didik di RSUD Dr. M. ZEIN Painan
menggunakan label Identitas dan pakaian seragam sesuai ketentuan rumah
sakit pada setiap periode tugasnya baik pagi, siang, maupun malam. Untuk
tamu rumah sakit seperti Medical Representative dan tamu rumah sakit
diberikan identitas tamu yang dikelola oleh satpoll PP.
14
Semua pasien diidentifikasi dengan menggunakan gelang pasien pada
tangannya, satpoll pp melakukan pengawasan apabila ada seseorang dengan
menggunakan gelang tersebut berada di luar ruangan perawatan tanpa
didampingi oleh petugas rumah sakit. Bila petugas satpoll pp menemukan
individu seperti itu, maka petugas melakukan identifikasi pada pasien
tersebut dan melakukan kontak dengan ruangan perawatan untuk koordinasi.
15
d) Pemeriksaan penunjang
e) Pemeriksaan Tambahan.
Pemeriksaan tambahan ini dilakukan khusus bagi tenaga Perawat,
Bidan, Dokter, Analis, Asisten Apoteker , Apoteker dan tenaga
penunjang lainnya yaitu:
(1) HbsAg
(2) Anti HIV (dengan surat pernyataan).
16
(11) Perawat Poliklinik
(12) Laundry
(13) Farmasi
17
(1) Pemeriksaan Fisik
(2) Visus Mata
(3) Pendengaran kalau perlu Audiometri.
(4) Laboratorium:
(a) Darah lengkap
(b) Urine Lengkap
(5) Pemeriksaan yg dilakukan apabila diperlukan:
(a) HBs Ag
(b) Anti HBs
(c) Anti HCV
(d) SGOT
(e) SGPT
(f) Foto Thorax
4) Pemberian Imunisasi.
Pemberian vaksin ini dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu,
dan Vaksin yang digunakan adalah vaksin hepatitis B rekombinan.
Pemberian vaksinasi:
a) Sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium pada saat petugas
melakukan pemeriksaan berkala.
b) sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium pada saat petugas
mengalami kecelakaan kerja pada hubungan kerja.
c) pemberian vaksinasi bagi petugas tiga kali dengan jadwal 0-1-3
(vaksin kedua berjarak 1 bulan dari vaksin pertama, dan vaksin ketiga berjarak dua
bulan dari vaksin kedua), kemudian dilanjutkan pemeriksaan laboratorium titer Anti
Hepatitis B 1 bulan setelah pemberian vaksin ketiga.
18
b) Dalam melakukan penanganan terhadap petugas yang mengalami
kecelakaan kerja yang dilakukan oleh rumah sakit adalah :
(1) Promosi Kesehatan
(a) Melakukan sosialisasi tentang keselamatan kerja terhadap
petugas sebelum melakukan pekerjaannya.
(b) Pemberian Informasi tentang pencegahan terjadinya
kecelakaan tertusuk jarum melalui pamflet ditempatkan di
tempat kerja masing-masing.
(c) Menekankan tentang Pemakaian alat pelindung diri yang
tepat terhadap petugas.
19
Bila SGPT sebelumnya normal, pantau SGPT
selama 6 bulan, bila SGPT abnormal kemungkinan
terjadi penularan dan rujuk ke dokter spesialis
penyakit dalam.
20
Bila pemantauan anti HIV selama 1 tahun tetap
negatif berarti tidak tertular.
21
Tujuan pencegahan dan penanganan tertusuk jarum dan sejenisnya adalah:
a) Mencegah terjadinya infeksi nosokomial pada pasien, keluarga,
pengunjung, dan petugas pemberi pelayanan kesehatan dari benda/bahan
infeksius dan microorganisme (Bakteri, kuman, dan Virus) melalui cara
kontak, terciprat, dan sebagainya.
b) Menjaga kesehatan dan keselamatan petugas.
c) Mencegah terjadinya cidera akibat paparan bahan/benda berpotensi
bahaya meliputi, bahan /benda potensi bahaya (cairan tubuh infeksius)
melalui cara kontak, ataupun terciprat, dsb.
22
(3) Hazards lainnya
(a) Pasien anak/gelisah/agresife/uncontrol
(b) Petugas lainnya/diri sendiri
(c) Cairan tubuh infeksius (Darah, Urine, Feses, Cairan
lambung, Cairan luka/exudates dll)
(d) Mikroorganisme
Virus
Bakteri
Kuman
23
(b) Segera dan secepatnya buang jarum bekas pakai
langsung ke tempat pembuangan jarum bekas/Sharp
countainer.
(c) Jangan mendelegasikan ke orang lain untuk
merapikan/membuang jarum bekas pakai.
(d) Kerja sesuai SPO.
(e) Saat tindakan dilakukan oleh petugas lain (Anasthesi
(spinal/epidural), Jahit luka/CVP, suntik, insisi luka, dll) saat
jadi assisten:
Hindari tangan asisten secara langsung di
daerah penjahitan.
Jangan segera merapikan alat.
Pertama saat anda akan merapikan (Pastikan
keberadaan/lokasi/letak dari benda tajam yang
digunakan).
Amankan Benda tajam bekas pakai dengan
segera membuang ke tempatnya (Box jarum bekas).
Setelah aman dari benda tajam segera rapikan
sesuai prosedur.
24
Penanganan tertusuk jarum dan sejenisnya di gambarkan pada alur sebagai
berikut dbawah ini:
Korban
25
Tim UGD
Lihat catatan
Data
medis
sumber
benda
Setuju
tajam?
diperiksa
Tidak Ya Tidak
Terinfeksi
atau
Korban diperiksa HbSag, tidak
Anti HCV, Anti HIV Pasien
diperiksa
Ya Tidak
Selesai
Selesai
26
(c) Bila tersedia fasilitas untuk melakukan pembersihan luka, segera lakukan
pembersihan luka dengan cara luka tersebut segera dicuci dengan sabun antiseptik dan air
mengalir selanjutnya diberi antiseptik lokal. Bila terjadi percikan darah pada mukosa hidung
dan mulut segera dibilas dengan guyuran air, bila percikan darah mengenai mata lakukan
irigasi / pencucian mata dengan menggunakan larutan garam fisiologis (Na Cl 0,9%) atau air
steril. Sebagai catatan daerah yang terkena benda tajam tidak boleh dihisap dengan mulut.
(d) Penanggung jawab ruangan harus membuat laporan kejadian (berita acara) yang
berisi informasi kejadian, data medis karyawan dan data medis pasien yang menjadi sumber
penularan. Bila data tidak ada, dilakukan pemeriksaan HBsAG, anti HCV dan anti HIV.
(e) Rujuk petugas yang tertusuk benda tajam tsb beserta ‘Laporan Kejadian’ ke UGD
untuk penanganan lebih lanjut.
(f) Laporan kejadian / berita acara ditanda tangani oleh Penanggung jawab ruangan /
dokter jaga dan petugas yang terkena benda tajam dan kemudian dilaporkan/diserahkan ke
Kaur Tuud dalam waktu 1 x 24 jam.
27
Bila Anti HCV Positif berarti petugas pernah terinfeksi virus hepatitis C.
Lihat catatan kesehatan petugas sebelumnya, bila SGPT sering abnormal dalam
jangka waktu 6 bulan berarti petugas tersebut kemungkinan menderita Hepatitis C menahun.
Bila SGPT sebelumnya normal, pantau SGPT selama 6 bulan, bila SGPT abnormal
kemungkinan terjadi penularan dan rujuk ke dokter spesialis penyakit dalam.
28
Ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang berusaha menyelaraskan pekerjaan dan
lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktifitas dan
efisiensi yang setinggi – tingginya.
Manusia memiliki keterbatasan dalam melakukan adaptasi terhadap lingkungan fisik, beban
kerja fisik dan psikologis. Tanpa penerapan konsep-konsep ergonomi ditempat kerja ternyata
meningkatkan resiko terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam ergonomi:
a) Faktor Manusia
Desain rancangan kerja berpusat pada manusia atau Human Centered Design (HCD)
yang meliputi:
Faktor dari dalam (Internal Factors)
Contohnya:
(1) Umur
(2) Jenis kelamin
(3) Kekuatan otot
(4) Bentuk dan Ukuran tubuh
b) Anthropometri.
Adalah ilmu yang mempelajari ukuran-ukuran tubuh manusia secara sistematis.
Ketidakserasian antara ukuran tubuh manusia dengan tempat kerja akan mempengaruhi sikap
tubuh saat bekerja sehingga dapat menyebabkan berbagai gangguan muskuloskeletal, mulai
dari nyeri sampai cedera otot dan memperbesar resiko untuk terjadinya kecelakaan kerja.
Secara teoritis semua peralatan harus di desain untuk mengakomodasi semua individu, dari
yang paling kecil sampai yang paling besar. Pendekatan yang umum dilakukan adalah
29
mendesain peralatan atau tempat kerja untuk persentil tertentu dari populasi. Otomatisasi di
tempat kerja tetap harus memperhitungkan ukuran – ukuran tubuh manusia dalam rancangan
tempat kerja. Penggunaan data anthropometri misalnya jarak, jangkauan, postur, kekuatan.
g) Kelelahan kerja
(1) Kelelahan otot
(2) Kelelahan umum
30
Kegiatan kesegaran jasmani perlu disesuaikan dengan situasi, kondisi dan kebutuhan masing
– masing perusahaan. Pengadaan musik di tempat kerja sebaiknya dilakukan untuk jenis
pekerjaan yang monoton dan pekerjaan tangan ( manual work ) yang berulang serta pekerjaan
lain yang memerlukan aktivitas mental.
31
(5) Posisi kaki di buat sedemikian rupa sehingga mampu untuk mengimbangi
momentum.
(6) yang terjadi dalam posisi mengangkat.
(7) Berat badan dimanfaatkan untuk menarik dan mendorong serta gaya untuk
gerakan dan perimbangan.
(8) Beban diusahakan berada sedekat mungkin terhadap garis vertikal yang
melalui pusat grafitasi tubuh.
(9) Semua barang atau benda yang menghalangi pandangan mata sebaiknya
disingkirkan lebih dulu.
(10) Tinggi maksimum tempat pemegang dari lantai tidak lebih dari 35 cm.
(11) Jika beban harus diangkut dari permukaan lantai dianjurkan menggunakan
alat bantu angkat.
(12) Beban yang akan diangkut harus berada sedekat mungkin dengan tubuh.
(13) Punggung harus lurus agar bahaya kerusakan terhadap diskus dapat di
hindari.
(14) Lutut di tekuk dan punggung harus dalam posisi tetap lurus.
(15) Beban agar sedekat mungkin pada garis vertikal gravitasi tubuh.
Beban Angkat dan Angkut bagi laki-laki dan Wanita yang
Direkomendasikan International Labor Organisation (ILO)
Maksimum untuk laki-laki Maksimum untuk Wanita
Umur ( tahun )
(kg) (kg)
14-16 15 10
16-18 19 12
18-20 23 14
20-35 25 15
35-50 21 13
> 50 16 10
Sumber: Pheasant (1991 )
f) Kerja otot
Kerja otot di bagi dua yaitu:
(1) Kerja dinamis
(a) Pergantian antara kontraksi otot dan relaksasi secara ritmis.
(b) Frekwensi pernafasan meningkatkan
(c) Denyut jantung dan tekanan darah meningkatkan
(d) Aliran darah dan oksigen meningkat ke otot yang aktif dan berkurang ke
daerah inaktif
(e) Beban kerja yang dianjurkan adalah 30 – 35% dari maksimum konsumsi
oksigen ( VO2 maks )
g) Kerja Shift
Dalam merancang kerja shift perlu diperhatikan berbagai hal:
(1) Kemampuan pekerja untuk beradaptasi.
(2) Pemeriksaan kesehatan yang perlu dilakukan.
(3) Pola pergantian shift.
33
intelektual bisa menyebabkan stress kerja, kelelahan mental sampai berbagai
penyakit mental maupun fisik.
(2) Tuntutan pekerjaan terlalu rendah, akan menyebabkan kebosanan.
(3) Lingkungan pekerjaan tidak mendukung juga bisa menyebabkan stres, misal
hubungan dengan atasan kurang baik atau antar karyawan yang tidak harmonis.
b) Pemilihan APD
Aspek-aspek lain yang diperlukan dalam pemilihan alat pelindung diri:
(1) Bentuk cukup menarik.
(2) Dapat dipakai secara fleksibel.
34
(3) Tahan untuk pemakaian yang cukup lama dan tidak menyebabkan rasa
ketidaknyamanan yang berlebihan.
(4) Dapat memberikan perlindungan yang ada terhadap bahaya yang spesifik
yang dihadapi oleh tenaga kerja.
(5) Tidak menimbulkan bahaya tambahan bagi pemakainya yang disebabkan
bentuk dan bahannya tidak tepat atau salah dalam penggunannya.
c) Macam-macam APD
(1) Perawatan Umum dan Gigi
(a) Masker: untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui alat pernapasan.
Masker dipasang menutup mulut dan lubang hidung dan kedua tali diikat ke
belakang dengan rapi. Digunakan pada saat menghadapi pasien yang mempunyai
kemungkinan penularan penyakit melalui udara dan diri si petugas bila mengalami
flu.
(b) Baju khusus (SKORT): untuk menghindari kontaminasi penyakit menular.
Baju khusus (SKORT) dipakai menutup bagian belakang dengan rapi digunakan
pada saat ada tindakan di kamar (misal: kemoterapi).
(c) Sarung tangan: untuk melindungi tangan dari alat tajam.
(d) Khusus untuk poli gigi, tidak menggunakan apron/baju khusus.
35
tangan dipakai sesuai ukuran masing – masing tangan petugas digunakan pada saat
ada tindakan di kamar bersalin/kamar bayi.
(d) Sandal: untuk melindungi kuman yang terbawa. Sandal
dipakai oleh seluruh petugas kamar bersalin/kamar bayi selama bertugas.
(e) Sepatu tertutup: untuk menghindari kaki dari percikan –
percikan darah. Sepatu tertutup digunakan pada saat menolong persalinan normal.
(f) Kacamata (goggle): untuk melindungi mata dari percikan –
percikan darah/bahan lain. Kacamata (goggle) digunakan pada saat menolong
persalinan normal.
(4) Gizi
(a) Celemek: untuk melindungi tubuh dari percikan air pada saat
membersihkan alat dan memasak. Celemek digunakan pada saat bekerja di
dapur atau sedang membersihkan peralatan masak.
(b) Safety shoes untuk melindungi kaki menghindari agar tidak terpeleset
pada saat bekerja di dapur. Safety shoes digunakan pada saat bekerja di
dapur.
36
(c) Kain lap: untuk melindungi tangan agar terhindar dari panasnya alat.
Kain lap digunakan untuk memegang peralatan yang panas.
(d) Tutup kepala: untuk melindungi rambut. Tutup kepala digunakan
pada saat bekerja.
(e) Sarung tangan plastik: untuk melindungi tangan agar terhindar dari
kotoran. Sarung tangan plastik digunakan pada saat meracik buah atau
makanan matang
(5) Radiologi
(a) Apron: untuk proteksi bahaya radiasi. Apron digunakan pada saat
melakukan tindakan.
(b) Film badge: untuk mendeteksi banyaknya radiasi yang diterima. Film
badge dikenakan pada saat melakukan tindakan.
(c) Kacamata Pb: untuk melindungi mata dari bahaya radiasi. Kacamata
Pb digunakan pada saat melakukan tindakan fluoroscopy.
(6) Laboratorium
(a) Jas Lab: untuk melindungi tubuh dari percikan reagen atau bahan
lain. Jas lab digunakan pada saat bertugas di laboratorium.
(b) Sarung tangan: untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui
kontak langsung dan untuk melindungi tangan dari alat tajam. Sarung tangan
digunakan pada saat melakukan tindakan.
(c) Masker: untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui alat
pernapasan. Masker digunakan pada saat bertugas di laboratorium saat
karyawan sedang terkena flu.
(7) Housekeeping
(a) Sabuk pengaman: untuk melindungi diri agar tidak terjatuh dari tempat yang
tinggi. Sabuk pengaman digunakan pada saat membersihkan daerah/gedung yang
tinggi.
(b) Sarung tangan: untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui kontak
langsung. Sarung tangan digunakan pada saat membersihkan toilet atau bila
mencampur bahan pembersih.
37
(c) Masker: untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui alat pernapasan.
Masker digunakan pada saat membersihkan toilet atau bila mencampur bahan
pembersih.
(8) Laundry
(a) Baju khusus: untuk melindungi tubuh dari kontaminasi penyakit. Baju
khusus digunakan pada saat mengambil bahan kotor (misal : laken kotor).
(b) Sarung tangan: untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui kontak
langsung. Sarung tangan digunakan pada saat memisahkan bahan.
(c) Masker: untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui alat pernapasan.
Masker digunakan pada saat memisahkan atau mengambil bahan kotor (misal : laken
kotor).
(9) Maintenance
(a) Earmuff: untuk melindungi telinga dari kebisingan. Earmuff digunakan pada
saat di daerah bising.
(b) Kedok: untuk melindungi mata dari percikan api las. Kedok digunakan pada
saat mengelas.
(c) Masker: untuk melindungi tersedotnya debu atau partikel kecil ke saluran
pernapasan. Masker digunakan pada saat membersihkan daerah berbau atau
menggergaji sesuatu.
(d) Sarung tangan karet: untuk melindungi tangan dari kotoran. Sabuk pengaman
digunakan pada saat memperbaiki di daerah yang tinggi.
(e) Sabuk pengaman: untuk melindungi agar tidak terjatuh dari tempat tinggi.
Sarung tangan digunakan pada saat memperbaiki daerah yang kotor
(11) Farmasi
(a) Masker: untuk melindungi terhisapnya serbuk obat ke saluran pernapasan.
Masker digunakan pada saat meracik obat
38
(b) Sarung tangan karet: untuk melindungi tangan dari obat. Sarung tangan karet
digunakan pada saat meracik obat.
39
luar oleh petugas, dimana cara membuka pintu tersebut digerakkan/ dibuka
mengarah keluar ruangan bukan kearah dalam.
4) Tempat tidur dilengkapi penahan pada tepinya
Penahan tempat tidur selayaknya digunakan setiap tempat tidur, dengan
tujuan menghindari terjatuhnya pasien dari tempat tidur. Penahan tempat tidur ini
hendaknya dengan mudah dapat dinaikan atau diturunkan.
5) Sumber listrik mempunyai penutup / penahan
Sumber listrik / stop kontak dengan penutup dipasang di seluruh ruangan,
terutama ruang anak-anak. Hal ini bertujuan agar dapat menghindari terjadinya hal-
hal yang tidak diinginkan
6) Supply oksigen yang cukup
Ketersediaan oksigen diruangan dalam jumlah dan siap pakai merupakan hal
yang vital terutama bagi pasien jantung karena kekurangan supply oksigen dapat
mengakibatkan kematian. oleh karena itu supply oksigen harus benar-benar
terpenuhi, baik secara sentral maupun portable di seluruh unit / ruangan perawatan,
baik Rawat Jalan, Rawat Intensif, Semi Intensif, Emergency dan Rawat Inap. Untuk
menjamin kelangsungan supply oksigen maka perlu dilakukan pemeliharaan
terhadap seluruh jenis peralatan gas medis yang ada di RS sebagai berikut:
a) Tabung oksigen
Lakukan pemeriksaan secara rutin kondisi ke tiga jenis sarana di atas yaitu:
a) Tabung oksigen dan oxygen portable
Lakukan pengecekan oleh petugas jaga kondisi manometer, kondisi tabung dan
volume gas medis dan lakukan tera ulang tabung gas medis secara rutin setiap satu
tahun sekali untuk menghindari ledakan.
40
8) Tenaga listrik pengganti di ruang dan peralatan medis yang vital
Jaminan ketersediaan supply listrik cadangan sangat dibutuhkan saat aliran
listrik dari PLN terputus, terutama di ruang-ruang dan pada peralatan medis
yang vital, dimana supply listrik tidak boleh terputus. Tenaga listrik
pengganti berupa Genset, di mana ketersediaannya harus memiliki
persyaratan:
a) Memiliki kapasitas (KVA) yang memadai sesuai dengan kebutuhan
ruangan/ alat.
b) Pemeliharaan dan pengecekan kondisi dilakukan secara rutin atau
berkala.
Jenis ruangan yang harus memiliki tenaga listrik pengganti tersebut adalah:
a) R. ICU
b) R. UGD
c) R. Bedah
d) R. Emergency
e) R. Laboratorium
f) R. Radiologi (daerah tertentu seperti: alat yang menggunakan system
computer untuk penyimpan data )
g) R. Sentral Komputer
41
b. Limbah bahan berbahaya dan beracun, yang selanjutnya disebut Limbah B3, adalah
sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3.
c. Pengelolaan limbah B3 adalah kegiatan yang meliputi pengurangan, penyimpanan,
pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan/atau penimbunan.
d. Dumping (pembuangan) adalah kegiatan membuang, menempatkan, dan/atau
memasukkan limbah dan/atau bahan dalam jumlah, konsentrasi, waktu, dan lokasi tertentu
dengan persyaratan tertentu ke media lingkungan hidup tertentu.
Bahan Berbahaya dan Beracun dapat diklarifikasikan sebagai berikut:
1) mudah meledak (explosive);
2) pengoksidasi (oxidizing);
3) sangat mudah sekali menyala (extremely flammable);
4) sangat mudah menyala (highly flammable);
5) mudah menyala (flammable);
6) amat sangat beracun (extremely toxic);
7) sangat beracun (highly toxic);
8) beracun (toxic);
9) berbahaya (harmful);
10) korosif (corrosive);
11) bersifat iritasi (irritant);
12) berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment);
13) karsinogenik (carcinogenic);
14) teratogenik (teratogenic);
15) mutagenik (mutagenic).
42
Panduan pengelolaan B3 bertujuan untuk mencegah dan atau mengurangi resiko dampak B3
terhadap lingkungan hidup, kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya. Pengelolaan B3
yang tidak termasuk dalam panduan ini adalah pengelolaan bahan radioaktif, perbekalan
kesehatan rumah tangga dan kosmetik, bahan sediaan farmasi, narkotika, psikotropika dan
prekursornya serta zat adiktif lainnya.
b. Penyimpanan B3
1) Penyimpanan B3 berada di gudang dan berada di bawah koordinator
pengadaan RSUD Dr. M. ZEIN Painan.
2) Masing-masing unit atau bagian yang memerlukan B3 menyimpan di
masing-masing ruangan di gudang antara dan penanganan bahan kimia berbahaya di
ruangan-ruangan yang memiliki B3 agar terjamin keamanannya dan tidak terjadi
kontaminasi.
3) Pengawasan audit bahan kimia berbahaya sehubungan dengan
penggunaan alat-alat pelindung diri ( APD ) oleh semua Kepala Bagian dan Kepala
Unit yang mempunyai gudang antara yang berisi B3 di ruangannya.
43
4) Pengendalian Lingkungan Kerja yang aman terhadap bahan-bahan B3
dengan cara sosialisasi prosedur penanganan kebocoran dan tumpahan serta
penyakit-penyakit akibat kerja yang disebabkan faktor kimia dan cara
pencegahannya pada waktu sosialisasi.
5) Penyimpanan B3 utama diserahkan kepada bagian logistik.
6) Penyimpanan di gudang utama B3 ini berlaku untuk bahan-bahan
yang bersifat korosif, eksplosif dan flammable.
7) Masing-masing unit kerja yang mempunyai B3 harus mempunyai
gudang antara yang berfungsi untuk menyimpan B3 dalam jumlah kecil.
8) Prosedur permintaan dari unit kerja ke bagian pengadaan ditentukan
oleh bagian pengadaan.
c. Distribusi B3
1) Jadwal pengambilan untuk masing-masing bagian atau unit yang mempunyai
B3 ditentukan oleh bagian logistik.
2) Permintaan dari masing-masing unit atau bagian hanya diperbolehkan 1
minggu sekali kecuali untuk kondisi luar biasa.
3) Khusus untuk kondisi luar biasa, maka penanggung jawab dari masing-
masing unit harus memberitahukannya terlebih dahulu kepada Kabag pengadaan
sebelum proses permintaan terjadi.
4) Pengambilan B3 yang diminta dilakukan oleh masing-masing bagian/unit
yang membutuhkan.
d. Penggunaan B3
Unit / ruangan yang memerlukan, menyimpan, menggunakan B3, memiliki bahan
kimia B3 di ruangannya masing-masing, mempunyai tanggungjawab sebagai
pengguna B3 adalah:
1) Melaporkan, mengawasi pengadaan B3 di masing-masing ruangan: jadwal
permintaan, ketersediaan barang B3 dari gudang pengadaan dan MSDS barang B3.
2) Melaporkan, mengawasi petugas / staf ruangan yang lalai dan tidak
menggunakan APD.
3) Melaporkan, mengawasi jumlah petugas yang terkontaminasi paparan B3
akibat kerja.
44
4) Mengevaluasi pelaksanaan pengelolaan B3 di ruangan masing-masing.
e. Pengelolaan Limbah B3
Limbah adalah bahan sisa pada suatu kegiatan dan atau proses produksi. Limbah
bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah setiap limbah yang mengandung bahan
berbahaya dan atau beracun yang karena sifatnya dan atau konsentrasinya dan atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak dan atau
mencemarkan lingkungan hidup dan atau dapat membahayakan kesehatan manusia.
Limbah B3 dari rumah sakit merupakan salah satu aspek yang sangat penting di
dalam menunjang citra pelayanan rumah sakit dan melindungi, memelihara dan
meningkatkan kesehatan tidak saja pasien, petugas kesehatan, tetapi juga masyarakat
sekitar rumah sakit.
45
pembuangan (tempat cuci) yang telah disediakan oleh Rumah Sakit. Limbah
tersebut akan ditampung ditempat penampungan limbah cair untuk diproses
lebih lanjut ke IPAL. Limbah cair yang mengandung mikroorganisme, diberi
Na.Hipoklorit 0.78% atau Chlorin 0.5% direndam beberapa jam, dibuang ke
tempat cuci. Limbah cair yang mengandung organisme (dalam botol /
tabung) disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu 1210 C selama
15 menit. Untuk limbah disinfektan dan B3 murni, tidak boleh dibuang ke
IPAL rumah sakit. Masukkan limbah tersebut ke wadah khusus. Beri wadah
tersebut ke petugas kebersihan untuk ditangani lebih lanjut (dibawa ke
tempat penampungan sementara). Jika limbah B3 dan disinfektan akan
dibuang ke IPAL rumah sakit, lakukan pengenceran terlebih dahulu dengan
air sebelum dibuang ke IPAL rumah sakit.
46
d) Vacutainer (tabung penampungan spesimen darah): tutup vacutainer
dengan rapat, kumpulkan menjadi satu bagian, masukkan ke kantong plastik
warna kuning, ikat. Masukkan kantong plastik tersebut kedalam wadah
khusus, beri label infeksius, berikan ke petugas kebersihan untuk dibawa ke
penampungan sementara untuk diproses lebih lanjut dibawa ke ruangan
incenerator RSUD Dr. M. ZEIN Painan.
e) Tips: rendam tip-tip bekas pakai pada suatu wadah yang telah diberi
larutan Na.Hipoklorit 0.78% atau Chlorin 0.5% , biarkan beberapa lama.
Buka kran air, biarkan air mengalir, buang bekas larutan tersebut ke tempat
pencucian, sedangkan untuk tip bekasnya buang ke kantong plastik warna
kuning.
47
g. Pembuangan Limbah B3 di unit farmasi dilakukan dengan cara:
1) Cairan-cairan B3 yang di stok oleh Farmasi di gunakan oleh unit lain selain
Farmasi yang membutuhkan cairan B3. Oleh karena itu farmasi tidak mengelola
limbah cairan B3.
2) Unit Farmasi mengolah penghancuran obat-obat B3 yang sudah kadaluarsa
/expired dengan cara:
a) Persiapan pemusnahan obat:
(1) Staf gudang mengeluarkan obat yang akan dimusnahkan.
(2) Nama dan jumlah obat yang akan dimusnahkan serta alasan
pemusnahan dicatat sebagai lampiran.
b) Proses pemusnahan obat:
(1) Staf Gudang yang telah ditunjuk mengeluarkan obat-obat tersebut
dari kemasan primer.
(2) Kemudian isinya dibuang ke tempat pembuangan yang telah
ditentukan oleh Ka. Inst Farmasi.
(3) Kemasan primer seperti blister, botol sirup dibersihkan kemudian
dibuang ke tempat sampah.
(4) Proses pemusnahan ini disaksikan oleh Ka. Inst Farmasi dan
wakil dari bagian keuangan dan menandatangani berita acara
pemusnahan.
h. Paparan / Kecelakaan B3
Pengertian Paparan Kontaminasi dengan bahan B3 adalah kecelakaan kerja pada saat
petugas sedang menangani bahan B3 saat bekerja secara tidak di sengaja. Bahan B3 tersebut
tumpah, terciprat atau mengkontaminasi kontak langsung pada kulit, kulit luka/mata,
terhirup, tertelan atau tidak sengaja termakan/terminum bahan B3 di lingkungan kerjanya.
48
c) Mencegah terjadinya kontaminasi lanjutan atau efek samping cairan.
49
4) Penanganan terhadap kulit yang tertusuk jarum bekas B3:
a) Bila tertusuk jarum yang mengandung obat kemoterapi atau telah
terkontaminasi, jangan segera mengangkat jarum
b) Tarik plunger kembali untuk menghisap obat-obat yang mungkin
telah terinjeksi. Jangan menghisap langsung dengan mulut
c) Angkat jarum dari kulit dan tutup jarum, kemudian dibuang
d) Tanggalkan sarung tangan
e) Keluarkan darah tempat tersuntik dengan pijitan keras di bawah air
mengalir
f) Jika perlu, gunakan syringe dan jarum baru untuk mengambil obat
dari jaringan
g) Bilas kulit dengan air mengalir
h) Bersihkan kulit dengan cairan sabun dan bilas lagi dengan air
mengalir
i) Tanggalkan semua pakaian pelindung
j) Catat jenis obat dan perkiraan jumlah obat yang terinjeksi
k) Laporkan ke kepala seksi dan periksa ke Unit Gawat Darurat
l) Suntikkan antidote yang spesifik jika perlu (sesuai MSDS)
m) Lengkapi format kecelakaan
j. Pengadaan B3
Perlu diperhatikan sebelum menggunakan bahan kimia yaitu perhatikan label nama
kimia, baca isi / bahan aktif bahan kimia, baca aturan pakainya, bila ada, pelajari MSDS
nya, gunakan APD (Alat Pelindung Diri), tutup rapat botol / wadah, simpan di tempat yang
aman, hindari api.
51
keselamatan kerja bagi pemakai barang B3, dimana semua petugas yang
memiliki, menyimpan, memakai barang B3 wajib bertanggungjawab di
masing-masing ruangannya.
k. Spill kit
1) Spill kit adalah perlengkapan yang digunakan untuk menangani tumpahan :
a) B3 / Bahan berbahaya dan Beracun (Cairan kimia berbahaya yang
bersifat mudah meledak, mudah terbakar, korosif, dapat mengganggu
kesehatan dan mencemarkan lingkungan)
52
b) Bahan infeksius (Cairan yang dihasilkan dari tubuh pasien seperti
darah, tinja, urin, sputum,muntahan dll).
2) Prosedur
a) Siapa yang melaporkan tumpahan:
(1) Tenaga kesehatan / non kesehatan (petugas Rumah Sakit Tk.
III Baladhika Husada, kontraktor) yang pertama kali menemukan
tumpahan.
(2) Pasien, pengunjung / keluarga pasien yang datang ke RSUD
Dr. M. ZEIN Painan.
b) Siapa yang melakukan penanganan tumpahan:
(1) Tenaga kesehatan (petugas RSUD Dr. M. ZEIN Painan) yang
pertama kali menemukan tumpahan.
(2) Tenaga non kesehatan ( kontraktor )
DAFTAR ISI
KOTAK TUMPAHAN BAHAN INFEKSIUS
53
NO ISI KOTAK SPIL KIT JUMLAH KETERANGAN
1 Kantong kuning 2 buah Sekali pakai
2 Masker hijau 2 buah Sekali pakai
3 Sarung tangan medis 2 pasang Sekali pakai
4 Gaun / apron plastic 2 buah Sekali pakai
5 Tutup kepala 2 buah Sekali pakai
6 Sepatu sepasang
7 Air bersih 1 botol Sekali pakai
8 Larutan detergen 1 botol Sekali pakai
9 Larutan Klorin 1 botol Sekali pakai
10 Tisu towel / kain lap 1 boks Sekali pakai
11 Tanda peringatan 1 sign board
12 Sapu dan pengki 1 set
13 Formulir laporan kejadian 1 lembar
14 Wadah botol untuk pecahan kaca 1 botol Sekali pakai
15 Penjapit / pinset 1 buah
4) Penanganan tumpahan:
a) Amankan area tumpahan dengan tanda/kursi.
b) Buka spill kit, pasang tanda peringatan di area tumpahan.
c) Gunakan APD (masker, sarung tangan, gaun, tutup kepala, sepatu,
kacamata google)
d) Batasi penyebaran tumpahan dengan tisu/kain lap sekali pakai:
(1) Untuk tumpahan B3 dalam bentuk cairan, serap dengan
tisu/kain lap sekali pakai untuk menutupi tumpahan lalu masukan
kedalam kantong ungu.
(2) Untuk tumpahan B3 dalam bentuk serbuk, basahi tisu/kain lap
sekali pakai dengan air untuk menutupi tumpahan serbuk lalu sapu
dan masukan kedalam kantong ungu.
54
keringkan dengan tisu/kain lap sekali pakai lalu buang ke kantong
ungu.
(4) Lakukan hal di atas 3 kali berturut-turut sampai benar-benar
bersih.
(5) Lepaskan APD dan masukan kedalam kantong ungu.
(6) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
(7) Laporkan kebagian Urdal rumah sakit untuk pembersihan lebih
lanjut.
3. MANAJEMEN EMERGENSI
a. Pengertian
1) Keadaan darurat/bencana adalah setiap kejadian yang dapat menimbulkan
gangguan terhadap kelancaran operasional/kegiatan di lingkungan RSUD Dr. M.
ZEIN Painan: Kebakaran, Gangguan tenaga, Gangguan Keamanan (huru-hara),
Bencana alam (Gempa Bumi), Bencana massal, dll.
2) Tanggap darurat adalah penanganan keadaan darurat/bencana secara darurat
setiap terjadi kejadian, yang terjadi di rumah sakit, antara lain: kejadian kebakaran,
kecelakaan, peledakan, gangguan.
b. Tujuan
1) Membentuk peningkatan suatu kesadaran dan kewaspadaan bencana serta
langkah tindak petugas RSUD Dr. M. ZEIN Painan, para penyewa ruangan dan
kontraktor jika terjadi keadaan darurat Kebakaran, bencana dan evakuasi.
55
2) Sebagai pedoman agar tugas-tugas Tim Penanggulangan Kebakaran/Bencana
(TPB) RSUD Dr. M. ZEIN Painan, dapat terlaksana sesuai dengan Pedoman dan
standar prosedur operasional yang ada.
3) Sebagai pedoman atau petunjuk bagi pejabat K3 RSatau yang tercantum
dalam Organisasi tim Penanggulangan Kebakaran/Bencana, sehingga mekanisme
penanggulangannya dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efesien dibawah satu
komando.
c. Pengaturan jaga
Dilakukan 24 jam dengan pengaturan jaga dibagi dalam 3 Shif dan masing-masing
Shif dipimpin Penanggung jawab ruangan.
d. Denah Ruangan
Denah ruangan yang didalamnya termuat jalur evakuasi, tempat APAR, ruangan
beresiko, dimana denah tersebut berada disetiap ruangan maupun ruangan perawatan serta
ruangan area publik.
e. Fasilitas keselamatan
Fasilitas keselamatan yang berada di RSUD Dr. M. ZEIN Painan yaitu: Jalur
Evakuasi, APAR,Tandu Evakuasi, Helm, Lampu, tempat berkumpul evakuasi, Rambu, dll.
56
(c) Jika telepon ada gangguan maka operator yang bertugas komunikasi
akan dilakukan melalui Handy Talky ( HT) oleh pihak Keamanan.
Jika pasien IGD telah mencapai jumlah > 100 orang, maka mulai dipersiapkan
rujukan ke rumah sakit terdekat. Tim Penanggulangan Kebakaran/Bencana sbb:
SEBUTAN TUGAS
NO. JABATAN STRUKTURAL
JABATAN POKOK
1. Direktur Kepala Rumah Sakit Tk III Baladhika Pimpinan tertinggi dalam operasi
Husada Penanggulangan Keadaan
Darurat.
3. Ka. Inst Pj. Ruangan (Lab), Pj. Ruangan Menanggulangi keadaan darurat
Ruangan (Radiologi), Pj. Ruangan (Rekam pada tingkat awal, mengatur
Medis), Pj. Ruangan Rawat Jalan pelaksanaan evakuasi/
(Poliklinik), Pj. Ruangan Rawat Inap, penyelamatan ruangan ybs.
Pj. Ruangan Dapur, Pj Ruangan
Laundry.
5. Tim Evakuasi Pj. Dokter UGD/Tim Kode Biru Mengatur pelaksanaan evakuasi
57
Pj. Perawat UGD di ruangan ybs.
2) Ka Tata Usaha:
a) Memimpin dan mengkoordinir area tiap ruangan melaksanakan tugas.
b) Mengambil alih tugas Komandan bila tidak hadir atau berhalangan.
58
a) Memimpin & mengkoordinir regu pemadam kebakaran (anggota
satpoll pp, Pj. Masing-masing ruangan) regu pemadam ruangan agar mereka
bekerja dengan tenang tetapi efektif).
b) Selalu berkomunikasi dengan tim regu pemadam lain untuk
memberikan laporan-laporan tentang situasi terakhir serta menerima instruksi
dari Komandan.
c) Berikan laporan-laporan singkat dan jelas tentang situasi terakhir
4) Tim Evakuasi:
a) Memimpin & mengkoordinir regu evakuasi tiap-tiap ruangan jika
diperlukan, agar evakuasi ini dapat berlangsung dengan tenang & tertib.
b) Selalu berkomunikasi dengan direktur untuk memberikan laporan-
laporan tentang situasi terakhir serta menerima instruksi dari direktur dengan
jelas dan pasti.
c) Membantu petugas P3K untuk memberikan pertolongan bila terjadi
kecelakaan.
d) Melakukan pencatatan data-data evakuasi yang diperlukan.
5) Tim Medis:
a) Bekerjasama dengan Komandan dalam memutuskan untuk meminta
bantuan ambulance.
b) Bekerjasama dengan bagian evakuasi untuk memberikan bantuan jika
terjadi kecelakaan pada saat evakuasi.
c) Memberikan pertolongan pertama, jika terjadi kecelakaan pada saat
evakuasi.
d) Menentukan prioritas pasien yang akan di evakuasi terlebih dahulu
dan mendampingi evakuasi pasien dengan kondisi buruk.
6) Tim Komunikasi:
a) Memimpin para operator telepon untuk berkomunikasi dengan
pemakai ruangan maupun para tamu dan menjaga agar mereka tetap tenang
serta mengikuti petunjuk-petunjuk yang ada.
59
b) Selalu siap untuk menghubungi unit luar (Ambulance, Pemadam
kebakaran, Kepolisian) atas permintaan Direktur.
c) Menjaga agar selalu ada komunikasi dengan Komandan sehingga
selalu siap untuk hal-hal yang diperlukan.
7) Tim Pengamanan:
a) Memimpin dan mengkoordinir regu pengaman, baik diluar gedung
maupun didalam gedung agar situasi dapat dikuasai & dijaga agar selalu
tertib aman terkendali.
b) Selalu berkomunikasi dengan Direktur untuk memberikan laporan-
laporan tentang situasi terakhir serta menerima instruksi dari Komandan.
c) Mempersiapkan semua peralatan yang diperlukan untuk tugas-tugas
pengamanan.
d) Mengatur lalu lintas agar mobil ambulance, pemadam kebakaran serta
polisi dengan mudah dapat masuk kedalam areal gedung.
e) Menjaga agar tidak terjadi kehilangan/pencurian barang baik milik
ruangan sendiri maupun milik para pemakai serta tamu lainnya.
8) Bagian Engineering:
a) Memastikan semua sistem listrik & yg berkaitan dgn pekerjaan teknik
berjalan dgn baik.
(1) Generator.
(2) Lampu penerangan
(3) Komunikasi dll.
b) Selalu berkomunikasi dgn Komandan untuk memberikan laporan
tentang situasi terakhir yang terkait dgn tugas bagian engineering.
60
a) Evakuasi Kebakaran di ruangan.
Pelaksanaan evakuasi dikoordinir oleh Komandan ruangan
dilaksanakan oleh Evakuasi dengan urutan sebagai berikut:
(1) Mengevakuasikan pasien di ruangan Z.
2) Penyelamatan.
Pelaksanaan penyelamatan di tiap ruangan, dikoordinir oleh Komandan
ruangan masing-masing, dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan evakuasi
personil, material dan dokumen yang perlu diamankan:
a) Penyelamatan/pengamanan personil:
61
(1) Bila memungkinkan, berikan pertolongan pertama ditempat
kepada korban.
(2) Korban segera dibawa ke tempat yang aman dengan melalui
jalur evakuasi untuk selanjutnya diserahkan kepada Team Medis.
(3) Mengamankan petugas maupun pengunjung dari lokasi
kebakaran agar tidak terjadi korban jiwa.
(4) Mengamankan pasien-pasien, terutama yang memerlukan
perawatan khusus yang lebih aman dari kebakaran.
b) Pengamanan material:
(1) Amankan material sesuai prioritas yang ditentukan oleh
masing-masing bagian.
(2) Siapkan tempat atau wadah yang siap pakai untuk material
yang perlu diselamatkan pada setiap bagian (troly barang) tempat
pengungsian material dialokasikan ditempat yang tidak mudah
terjangkau oleh api.
c) Pengamanan dokumen:
(1) Jika memungkinkan seleksi/pilih dokumen-dokumen yang
penting untuk diselamatkan, dokumen tidak penting tidak perlu
dibawa karena akan menyulitkan dalam pelaksanaan penyelamatan.
(2) Membawa dokumen yang perlu disesuaikan dengan batas
kemampuan (jangan melebihi batas kemampuan).
(3) Berjalan dengan cepat tetapi tidak lari, melalui jalur evakuasi
yang ada (koridor, tangga).
(4) Himpun semua dokumen yang berhasil diselamatkan pada
tempat berkumpul.
62
d) Menuju dan berkumpul di titik kumpul.
e) Permintaan atau pemanggilan kode bencana.
f) Komandan menghubungi kepolisian setempat & Tim Rescue SAR
Kota Jember.
g) Evakuasi Pasien Pada Waktu Bencana sbb:
(1) Komandan ruangan berkoordinasi dengan komandan dan tim
medis (dokter jaga dan perawat) untuk mempersiapkan evakuasi
pasien dari ruang perawatan yang mengalami bencana termasuk
meminta bantuan dari staff rumah sakit lainnya.
(2) Tim medis (dokter jaga dan perawat) mengatur evakuasi
pasien berdasarkan prioritas. Prioritas pasien yang dievakusi
ditetapkan berdasarkan kondisi pasien pada saat itu, dan prioritas
ditetapkan sebagai berikut
(a) Prioritas pertama adalah pasien pasien yang secara
medis dapat mobilisasi diri sendiri tanpa bantuan orang.
(b) kedua adalah pasien yang secara medis membutuhkan
bantuan orang lain pada waktu mobilisasi.
(c) Prioritas ketiga adalah pasien yang secara medis tidak
dapat mobilisasi sendiri dan membutuhkan pertolongan
sepenuhnya dari perawat dan penolong lainnya.
(3) Evakuasi pasien prioritas pertama dan kedua dilaksanakan
melalui sisi terjauh dari lokasi bencana dan dikoordinasikan dengan
komandan atau komandan ruangan.
(4) Evakuasi pasien prioritas ketiga dilaksanakan dengan tandu
dan melewati sisi terdekat dari lokasi bencana dan dikoordinasikan
dengan komandan atau komandan ruangan.
(5) Tim medis (dokter jaga dan perawat) harus mengawasi
jalannya evakuasi pasien sampai evakuasi seluruh pasien di lokasi
tersebut selesai.
(6) Pasien yang dievakuasi dari ruangan yang mengalami bencana
dan diserah terimakan kepada dokter UGD.
63
i. Penanggulangan bencana
1) Prosedur pelaksanaan tanggap darurat penanggulangan Bencana
a) Jika keadaan darurat/bencana terjadi didalam rumah sakit maka:
b) Hubungi ke Posko Keamanan/Piket ** 146/161, untuk
menginformasikan kejadian tersebut (Apa yang terjadi dan lokasi/tempat
kejadiannya)
c) Pawas Lapor/Hubungi ke Komandan.
d) Komandan:
(1) Segera ke Posko Keamanan (stand by) dan ambil alih ketua
tim penanggulangan bencana.
(2) Lakukan langkah pencegahan atau penangananya atas
kejadian tersebut sesuai Standar Prosedur Operasional (SPO).
2. Waka IGD Pj. Perawat IGD a. Menjadi petugas Triage bersama dokter jaga IGD.
b. Menkoordinasi petugas perawat bantuan yang
sudah datang di IGD.
c. Mengatur alur penanganan korban
4. Tim Medis Dokter Umum Melakukan pemeriksaan dan pertolongan korban sesuai
65
dan Spesialis prioritas
5. Pj. Ruang Pj. Ruang Bedah Mengatur pasien yang memerlukan tindakan bedah
Bedah. berdasarkan ketersediaan tempat
6. Pj. Ruang Pj. Ruang ICU Mengatur pasien yang memerlukan perawatan ICU
ICU berdasarkan ketersediaan tempat
14. Tim Tehnik IPSRS a. Menjamin hal-hal yang berhubungan dengan tehnik
dapat berjalan baik.
b. Mengantisipasi gangguan listrik dan komunikasi,
serta menyiapkan cadangannya.
c. Mengamankan bahan-bahan / peralatan yang
berbahaya.
15. Tim Supir ambulance Menyiapkan ambulance, kendaraan operasional lain dan
transportasi penderita yang akan dirujuk ke rumah sakit lain.
Jika mobilisasi tenaga tsb diatas ternyata masih kurang, karena sesuatu hal, maka tenaga
kesehatan/medis maupun non kesehatan/medis yang seharusnya lepas tugas, akan
diperpanjang jam tugasnya.
g. Sarana-sarana penanggulangan
1) Sarana penyelamatan diri sbb :
a) Kode Bangunan.
b) Jalur Evakuasi.
c) Dilingkungan RSUD Dr.M.ZEIN PAINAN telah tersedia jalur-jalur evakuasi
berupa lorong/gang, baik yang menuju ke keluar ruangan atau menuju tempat
berkumpul evakuasi di lahan tanah kosong.
70
3) Sarana Komunikasi sbb:
a) Pesawat telpon (dapat dilihat pada buku daftar Telpon RSUD Dr.M.ZEIN
PAINAN).
b) Sound System/Paging System (menjangkau semua ruangan di lingkungan
RSUD Dr.M.ZEIN PAINAN).
c) Handy Talky.
Alat komunikasi yang dipegang oleh pihak keamanan RSUD Dr.M.ZEIN PAINAN
4) Sarana proteksi penanggulangan Kebakaran
71
b) Jika meninggalkan ruangan, periksalah bahwa seluruh peralatan
listrik diruang kerja sudah dimatikan.
c) Jangan bebani titik listrik terlalu melebihi beban yaitu melebihi dari
kapasitas yg ada.
72
(4) Tindak lanjut hasil temuan akan disampaikan ke pimpinan
masing-masing Devisi atau Departemennya untuk diberikan arahan
agar tidak mengulangi hal yang sama.
(5) Hasil temuan Petugas satpoll pp disampaikan ke karu
keamanan dan karu keamanan mencatat kedalam form yang telah
disediakan.
(6) Posko pengaduan larangan merokok dimasing-masing pos
telah disiapkan formulir pengaduan, bagi siapapun jika ingin
mengadukan bisa mengisi form tersebut dan pihak Keamanan akan
menindak lanjuti berupa peneguran. jika pelakunya karyawan dan
berulang kali diperingatkan oleh karu keamanan tetapi tidak ada
perubahan, maka kasusnya akan disampaikan kepada Kabid
penunjang medis.
(7) Guna menghindari kesalafahaman maka pola yang dilakukan
oleh Petugas Piket adalah pendekatan/persuasif.
73
d) Area berkumpul di Area Aman dari bencana berada d lapangan parkir
RSUD Dr.M.ZEIN PAINAN.
4) Sistem peringatan dini/ deteksi dini.
Sistem deteksi dini dilakukan dengan pemasangan smoke detector pada
bangunan. Gedung yang belum memiliki smoke detector akan dilakukan
patroli kebakaran oleh petugas keamanan rumah sakit setiap harinya dengan
berkeliling rumah sakit untuk mengidentifikasi risiko kebakaran.
Jika tercium bau asap, gas elpiji atau benda yang terbakar, tindakan yang
harus dilakukan oleh seluruh petugas adalah sbb:
5) Penanggulangan Kebakaran
a) Kebakaran dalam jam kerja pukul 07.00 s/d 15.30 wib.
(1) Bila terjadi kebakaran pada saat jam kerja yang bertanggung
jawab sebagai komandan adalah direktur Rumah Sakit.
(2) Kepala Rumah Sakit berkoordinasi dengan Ketua Tim
Penanggulangan Bencana.
(3) ketua TPB melakukan koordinasi dengan seluruh unit kerja
yang ada di RSUD Dr. M. Zein Painan.
(4) Bila diperlukan Ketua TPB melakukan koordinasi dengan
Polisi, PMI, Dinas Damkar, Kodim 0824 dan Dinkes Kab Pessel.
74
b) Kebakaran di luar jam kerja pukul 15.30 – 07.00 wib.
(1) Bila terjadi kebakaran pada saat di luar jam kerja yang
bertanggung jawab sebagai komandan adalah Perwira Pengawas
Rumah Sakit/Perwira Piket.
(2) Perwira Pengawas berkoordinasi dengan Ketua TPB
kemudian melaporkan kejadian bencana kepada Direktur Rumah
Sakit.
(3) Ketua TPB melakukan koordinasi dengan seluruh unit kerja
yang ada di RSUD Dr.M.ZEIN PAINAN.
d) Paska Kebakaran
Untuk mengadakan evaluasi sampai sejauh mana akibat yang
ditimbulkan setelah kebakaran dapat dipadamkan, maka Direktur
segera memanggil/mengumpulkan Tim Penanggulangan Bencana
untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang terkait guna mengambil
langkah-langkah Sebagai berikut:
1. Pengamanan atas bangunan yang terbakar
75
2. Penyelidikan mengenai sebab-sebab terjadinya kebakaran
untuk menentukan usaha-usaha agar kejadian yang serupa tidak
terulang kembali.
3. Meng
adaka
n
survey
untuk
menil
ai
kerugi
an
yang
timbul
.
4. Mengadakan penelitian/pemeriksaan teknis sehubungan
dengan kondisi bangunan dan penggunaan kembali.
5. Mengadakan penelitian sehubungan dengan usaha
pembenahan dan rehabilitasi bangunan.
6. Mengambil langkah dalam usaha memberikan pelayanan
perawatan pasien.
5. PERALATAN MEDIS.
a. Tujuan
Untuk memastikan peralatan yang dipergunakan oleh pasien dalam keadaan aman,
selalu tersedia dan siap pakai, akurat, dan dapat dijangkau.
76
digunakan untuk perencanaan perbaikan dan juga perencanaan kebutuhan rumah
sakit
3) Melakukan inspeksi dan pengujian untuk setiap alat baru selanjutnya
disesuaikan dengan aturan pabrik atau perencanaan rumah sakit, yang dilengkapi
dengan data hasil inspeksi dan pengujian serta dibuatkan rekomendasinya.
4) Dilakukan pemeliharaan terhadap peralatan tersebut sebagai tindakan
pencegahan terhadap peralatan tersebut dari kerusakan ataupun masalah kecil yang
berdampak pada ketidakamanan alat saat digunakan pada pasien. Jadwal
pemeliharaan selalu ditepati oleh petugas. Semua bukti pemeliharaan alat tercatat
dan di buatkan rekomendasi untuk peralatan tersebut selalu aman dan siap pakai.
Untuk alat yang rusak namun tidak mungkin diperbaiki, rumah sakit menarik
alattersebut dari penggunaannya untuk selanjutnya dilakukan suatu proses sesuai
ketentuan yang berlaku untuk pemusnahan maupun pengeluaran alat tersebut dari
rumah sakit.
5) Produk/ peralatan yang ditarik dari peredaran.
Rumah sakit mengeluarkan suat edaran untuk informasi bila ada alat yang ditarik
oleh pabrik/ pemasok ke seluruh unit pelayanan pasien dan informasi pemberhentian
pemakaian pada alat tersebut. Selanjutnya Kasi penunjang medis akan melaporkan
kepada Kabid penunjang medis untuk penarikan alat tsb dari unit pelayanan. Alat -
alat yang sudah ditarik akan dilaporkan oleh karumkit ke Pabrik/ pemasok untuk
dilakukan tindakan selanjutnya.
6. SISTEM UTILITAS
a. Tujuan.
Tujuan berikut ini untuk memastikan keselamatan fisik pasien, pengunjung, dan
staf, dan mencegah kehilangan kepemilikan, gangguan kesehatan mapun Keselamatan
mereka:
1) Secara efektif mengelola risiko pada sistim utilitas dengan menggunakan
kemampuan terbaik rumah sakit.
2) Mengoptimalkan sumber-sumber dengan pengelolaan sistem utilitas secara
efisien dan pengelolaan lifecycle dari alat-alat tersebut.
3) Meningkatkan kemampuan staf dengan pendidikan pelatihan mengenai
sistem utilitas yang efektif.
4) Meningkatkan keselamatan pasien dengan menyiapkan lingkungan rumah
sakit yang aman.
77
b. Penatalaksanaan Sistem Utilitas
1) Air bersih tersedia setiap waktu (24 jam), yang dipastikan ketersediaanya
yang tersedia di rumah sakit. Kualitas air dipantau setiap 6 bulan sekali disertai
hasil yang didokumentasi untuk memastikan keamanan air yang digunakan oleh
rumah sakit. Dilakukan uji terhadap kesiapan air alternative sebagai pengganti
sumber air regular sekali dalam setahun oleh petugas yang bertanggung jawab.
Akses Ground waterthank dilindungi dengan trail terkunci untuk mencegah
terjadinya bahaya yang ditimbulkan oleh faktor kesengajaan, seperti di masukkan
bahan beracun.
6) Penempatan tabung gas ditempatkan pada area yang aman dari api,
dengan penempatan yang diatur sedemikian rupa dan teridentifikasi baik untuk
mencegah jatuhnya tabung dan kebocoran, serta akses masuk dibatasi.
78
1. Listrik PLN Seluruh area RS Seluruh area
rumah sakit
Pakai system
elevasi/ kemiringan
4. Saluran air Dari seluruh Untuk seluruh
dan ditampung pada
kotor ruangan RS area rumah
mainhole( bak
disalurkan ke Ipal sakit
penampungan
sementara)
Gudang Medis,
5. Gas Medis Tabung gas cylinder Seluruh unit
seluruh ruangan
pelayanan
Rawat Inap, IGD,
79
ICU, Kamar bedah.
81
NO JML TEMPAT TIDUR JUMLAH JUMLAH KAMAR
TOILET MANDI
1 1 s.d. 15 1 1
2 16 s.d. 30 2 2
3 31 s.d. 50 3 3
4 51 s.d. 75 4 4
5 Setiap penambahan 25 tempat tidur tambah 1 toilet dan 1 km. mandi
c. Pengolahan Limbah
Pengolahan limbah di RS yaitu dengan menggunakan Sistem Aerobik. Limbah cair
yang dihasilkan dari seluruh ruangan di tampung pada spric tank yang berada di
titik-titk tertentu. Kemudian limbah tersebut disaring dan dihomogenkan dengan
proses aerasi. Setelah dilakukan aerasi maka limbah akan diuraikan dengan
menggunakan bahan kimia yaitu kaporit, PAC, Soda Api dan akan ditampung di bak
pembuangan akhir untuk dilakukan pemeriksaan kualitas kimia.
Pemeriksaan kualitas air limbah dilakukan 1 x dalam sebulan dengan jenis
pemeriksaan Kimiawi.
d. Sampah RS
Salah satu penyebab aspek yang ada dan sangat penting dalam menunjang terhadap
pelayanan rumah sakit adalah:
1) Sampah yang di hasilkan dari rumah sakit harus di kelola secara baik dan
benar sehingga tidak menimbukan ganguan kesehatan terhadap lingkungan yang ada
di sekitarnya.
2) Gangguan hama serangga dan tikus juga harus di tangani secara baik dan
benar sehingga tidak ada gangguan di lingkungan rumah sakit.
3) Pembersihan ruangan yang ada di rumah sakit harus di lakukan setiap hari.
4) Perawatan Taman baik dalam dan luar gedung harus dilakukan dengan baik.
82
Landasan Hukum Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang
Persyaratan kesehatan lingkungan Rumah Sakit.
83
c. Penangan hama dan serangga.
Penanganan hama dan serangga dilakukan untuk mengurangi resiko adanya
gangguan serangga misalnya : nyamuk, lalat, kecoa, tikus dan lain-lain cara penanganannya
:
1) Gunakan alat pelindung diri (APD) masker dan sarung tangan.
2) Cek peralatan/mesin (ULV, B & G, botol semprot dan raket elektrik) dan cek
ketersediaan bahan kimia.
3) Kontrol area/lokasi pekerjaan pada tempat yang rawan gangguan untuk
mengetahui jenis gangguan serangga yang ditemukan (misal : celah-celah dinding,
saluran drainase maupun lokasi yang lembab).
4) Lakukan penyemprotan sesuai dengan jenis dan populasi serangga yaitu :
a) Serangga merayap (misal : semut gunakan botol semprot dan mesin
B & G, untuk kecoa gunakan cara biting).
b) Serangga terbang (misal : lalat dan nyamuk gunakan mesin ULV dan
raket elektrik).
c) Lakukan penyemprotan di ruangan/lokasi dalam keadaan kosong
(tidak ada orang) dengan menggunakan mesin ULV.
d) Catatan : Bahan kimia aktif ± 15 menit. Setelah waktu tersebut
ruangan/lokasi bisa dipergunakan kembali.
Lakukan penyemprotan di luar gedung menggunakan mesin fogging pada
waktu siang atau malam hari.
Lakukan pencucian terhadap semua peralatan dan bersihkan dengan
lap/majun setelah di pakai kemudian simpan peralatan di tempat yang aman
dan telah disediakan.
5) Pengendalian tikus :
a) Gunakan alat pelindung diri (APD) masker dan sarung tangan.
b) Lakukan inspeksi secara detail dengan melihat adanya tanda-tanda
keberadaan Tikus dengan melihat kotoran yang ada.
c) Setelah didapat hasil inspeksi, lakukan tindakan pencegahan sebagai
berikut :
(1) Dalam ruangan (indoor):
84
(a) Rekatkan lem dan masukan racun tikus diatas
perangkap Tikus.
(b) Letakkan perangkap tikus tersebut didaerah yang
sering dilewati tikus.
(c) Cek perangkap tikus tersebut secara berkala. Jika
mendapatkan tikus langsung di buang ke tempat pembuangan
akhir (TPA).
85
rapat-rapat, kemudian dibawa ke ruang cuci untuk dilakukan pencucian
peralatan dengan cairan desinfektan.
i) Cuci tangan setelah melakukan pekerjaan.
86
Pembersihan harian:
a) Pembersihan ruangan:
(1) Siapkan peralatan dan cairan pembersih sebelum pekerjaan
dimulai.
(2) Gunakan alat pelindung diri (sarung tangan karet dan masker).
(3) Ganti plastik sampah dengan kantong plastik yang baru sesuai
dengan kebutuhannya (warna hitam).
(4) Lap seluruh perlengkapan yang ada di dalam ruangan dengan
kain lap dan cairan pembersih sesuai penggunaannya.
(5) Lap kaca yang ada di ruangan dengan wiper dan pembersih
kaca.
(6) Sapu lantai dari sampah dan debu sampai ke sudut ruangan
dengan pengumpul debu dan sampah.
(7) Pel lantai dengan menggunakan air bersih yang diberikan
cairan pembersih lantai dari sudut-sudut atau pinggiran secara merata
dengan kain pel
(8) Pastikan lantai benar-benar kering.
b) Pembersihan toilet:
(1) Angkat kantong plastik sampah lama dan ganti dengan
kantong plastik sampah yang baru sesuai kebutuhannya (warna
hitam).
(2) Lap seluruh perlengakapan toilet : wastafel, kaca, closed.
Shower,dan lain-lain secara menyeluruh dengan bahan cairan
pembersih dari masing-masing perlengkapan.
(3) Pel lantai dengan menggunakan air bersih yang diberikan
cairan pembersih lantai dari sudut yang paling dalam sampai ke depan
pintu toilet secara merata dengan kain pel.
(4) Pastikan toilet dalam keadaan bersih dan kering sebelum
meninggalkan ruangan.
(5) Setelah selesai melakukan pembersihan, masukkan peralatan
ke dalam troli lalu di bawa ke tempat cuci untuk dibersihkan.
(6) Cuci tangan setelah selesai melakukan pekerjaan.
87
2) Pembersihan mingguan.
a) Pembersihan ruangan mingguan :
(1) Siapkan seluruh peralatan dan cairan pembersih sebelum
pekerjaan dimulai.
(2) Gunakan alat pelindung diri (sarung tangan karet dan masker).
(3) Angkat kantong plastik sampah lama dan cuci tempat sampah
kemudian ganti kantong plastik sampah dengan yang baru (plastik
hitam).
(4) Bersihkan bagian atas (plafond, penutup lampu, gril AC, dan
Exhaust) dengan kain lap yang telah di beri cairan pembersih.
(5) Bersihkan dinding dengan kain lap yang telah diberi cairan
pembersih dinding dan kaca jendela dengan kanebo yang telah diberi
pembersih kaca.
(6) Bersihkan seluruh perlengkapan kamar ; meja, matras, TV,
telephone, lukisan, kursi, panel lampu, jendela, pintu dan tempat tidur
dan lain-lain dengan menggunakan kain lap yang telah diberikan
cairan pembersih sesuai dengan fungsinya.
(7) Bersihkan lantai searah jarum jam sampai ke sudut ruangan
dengan menggunakan sapu dan alat pengumpul debu.
(8) Lakukan pengepelan dengan menggunakan air yang telah
dicampur dengan cairan pembersih lantai secara merata.
88
(4) Sikat dinding secara merata dengan cairan pembersih lalu bilas
dengan air bersih.
(5) Sikat lantai secara merata dengan cairan pembersih lantai.
(6) Keringkan lantai dengan kain pel.
(7) Pasang tisu yang baru dan lipat yang rapih.
(8) Pastikan sebelum meninggalkan ruangan kondisi ruangan harus
dalam keadaan benar-benar bersih dan jangan ada peralatan
kebersihan yang tertinggal di dalam.
(9) Setelah selesai melakukan pembersihan, masukkan peralatan ke
dalam troli, dan lalu di bawa ke tempat cuci untuk dibersihkan.
(10) Cuci tangan setelah selesai melakukan pekerjaan.
89
b) Angkat semua sampah dan ganti kantong plastik sampah dengan yang
baru.
c) Lap wastafel dan sikat closet secara merata dan menyeluruh dengan
menggunakan cairan pembersih toilet.
d) Gosok dinding toilet secara merata dengan menggunakan cairan
pembersih toilet.
e) Sikat lantai dari sudut yang paling dalam sampai ke depan pintu toilet
secara merata dengan menggunakan cairan pembersih toilet.
f) Keringkan lantai sebelum meninggalkan toilet dan pastikan toilet
dalam keadaan kering dan bersih.
g) Pel lantai secara merata sampai ke setiap sudut toilet dengan
menggunakan cairan pembersih toilet.
h) Sebelum meninggalkan toilet pastikan lantai toilet bersih dan kering.
i) Bersihkan dan cuci peralatan yang telah digunakan.
j) Simpan kembali peralatan yang telah digunakan ke dalam troli.
90
Pelaksana perawatan taman dilakukan oleh kontraktor yang di tunjuk dan
pengawasan di lakukan oleh bagian IPLRS.
91
m) Cuci tangan setelah selesai melakukan pekerjaan dengan cairan
desinfektan.
i. Logistik.
Kebutuhan logistik di bagian iplrs di antara lain:
1) tissue
2) Cairan pembersih ruangan
3) Cairan Disinfektan
4) Hands soap
92
5) Cairan pembasmi hama dan serangga
6) Pupuk tanaman
7) Dll.
j. Keselamatan pasien
Dalam melakukan penanganan sanitasi lingkungan bagian Urdal memastikan bahwa
setiap kegiatan harus menggunakan APD (alat pelindung diri) dan papan tanda peringatan
misalkan :
1) Setiap kali melakukan proses pengepelan tidak boleh ada lantai yang licin
dan harus pasang tanda peringatan.
2) Di dalam melakukan penyemprotan hama dan serangga di pastikan ruangan
harus dalam keadaan kosong sehingga tidak menggangu pasien, petugas, dan
pengunjung lainnya.
93
Kualitas air limbah yang akan dibuang ke lingkungan harus memenuhi persyaratan baku
mutu air limbah sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
l. Penanganan Sampah.
Tata cara pelaksanaan :
1) Tempat pengumpul sampah di RS memiliki syarat sbb :
a) Terbuat dari bahan yang kuat, ringan, tahan karat, kedap air dan
permukaan halus bagian dalamnya.
b) Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori
tangan.
Terdapat min. 1 (satu) buah untuk setiap kamar dan setiap radius 20 m di
Ruang Tunggu terbuka (public area).
c) Sampah dari setiap ruangan harus dipisahkan sesuai dengan katagori
atau jenis sampah ke dalam tempat sampah yang sudah diberi kantong plastik
dengan ketentuan :
(1) Tong sampah dengan kantong plastik
warna hitam untuk sampah non medis.
(2) Tong sampah dengan kantong plastik
warna kuning untuk sampah medis.
94
(3) Box khusus untuk limbah infeksius
berupa benda tajam (spuit, cartridge dll).
2) Setelah sampah terisi dengan 3/4 bagian diangkut dan dikumpulkan sampah
sementara (TPS) dengan menggunakan trolley oleh petugas kebersihan yang telah
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa sarung tangan, masker dan sepatu
yang telah ditentukan.
3) Untuk sampah non medis diangkut oleh trolley ke penampungan sampah dan
kemudian setiap 3 hari diangkut dengan truk oleh Dinas Kebersihan keluar Rumah
Sakit untuk dimusnahkan sedangkan sampah medis dibakar di ruang incenerator
RSUD Dr.M.ZEIN PAINAN.
95
3) Untuk makanan yang mudah membusuk (daging, ikan, udang dll) disimpan
dalam suhu dingin < 4 C sedangkan untuk makanan segar (sayur, buah dll)
disimpan suhu 5 - 10 C.
4) Pengambilan Bahan makanan pada gudang dengan memperhatikan prinsip
First In First Out (Pertama bahan masuk yang digunakan pertama).
5) Tempat pengolahan (ruang produksi) dibersihkan pada saat sebelum dan
sesudah kegiatan dan general cleaning dilakukan minimal seminggu sekali.
6) Penjamah makanan harus dalam kondisi sehat (tidak mempunyai penyakit
menular) dan diwajibkan menggunakan perlengkapan (celemek, penutup rambut dan
mulut serta sepatu) yang layak dan bersih. Perlengkapan tersebut tidak boleh
digunakan di luar lokasi ruang produksi.
7) Penjamah makanan dilarang merokok, makan, menggunakan perhiasan
berlebih selama kegiatan pengolahan makanan.
8) Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan
makanan .Selama melakukan kegiatan pengolahan makanan, gunakan alat pelindung
diri dan perlengkapan masak yang baik dan aman seperti sarung tangan plastik,
penjepit makanan, sendok, garpu dan sejenisnya.
9) Penyajian makanan jadi dan minuman ke pasien dengan menggunakan
trolley dan melalui jalur distribusi tertentu untuk menghindari terjadinya
pencemaran.
10) Trolley sebagai tempat transportasi dibersihkan secara rutin setiap hari sekali
dan didesinfeksi minimal seminggu sekali.
11) Peralatan agar segera dicuci sesudah digunakan dan disimpan pada tempat
bersih dan terlindung dari pencemaran.
12) Makanan dan minuman jadi, diambil sample dari ruang produksi, disimpan
di chiller selama 1 x 24 jam
96
BAB VIII
MONITORING DAN EVALUASI
97
5) Pengelolaaan B3 dan limbah berbahaya Rumah sakit ini dievaluasi setiap 2
tahun sekali.
c. Manajemen Emergensi
1) Koordinator kebakaran pada tim K3 dan Bidang pelayanan medis
melakukan pengujian/ simulasi terhadap disaster plan setiap tahun baik untuk
penanganan bencana internal maupun external.
2) Ketika rumah sakit menghadapi bencana yang sebenarnya dan dilakukan
debriefing, maka hal ini merupakan salah satu bentuk dari pengujian tahunan yang
dilakukan.
e. Peralatan medis
1) Kordinator pengamanan peralatan medis menyusun rencana inspeksi yang
selanjutnya membuat dokumentasi hasil inspeksi dan menyusun laporan dengan
rekomendasinya
2) Anggota pengamanan peralatan medis melakukan inspeksi regular setiap
bulan dan melakukan pengelolaan resiko untuk setiap alat yang ada
3) Dari hasil inspeksi, Kaur Jangmedmenyusun rencana pemeliharaan alat.
98
4) Membuat laporan hasil inspeksi dan pemeliharaan setiap 6 bulan yang
juga digunakan sebagai bahan penyusunan kebutuhan peralatan medis rumah sakit.
5) Evaluasi pendidikan dan ujian staf pengguna alat dikoordinasikan oleh
Kepala instalasi kepada Ka Instaldik yang dilakukan setiap 2 tahun.
f. Sistem utilitas
1) Koordinator dan tim melakukan inspeksi setiap bulan terhadap
sistem utilitas yang ada.
2) Hasil kegiatan inspeksi dibuktikan dengan dokumentasi, yang menjadi bahan
untuk membuat program pemeliharaan maupun pengembangan sisitem utilitas
rumah sakit
3) Kegiatan proses pemeliharaan didokumentasi yang digunakan untuk
menyusun laporan perkembangan sistem utilitas rumah sakit setiap 6 bulan
4) Pengujian terhadap sistem utilitas, seperti back up listrik (genzet) dan air
(sumur BOR) setiap tahun. Pengujian terhadap sumur BOR untuk memantau kualitas
air, proses pengujian didokumetasikan untuk memastikan perkembangan system tsb.
99
BAB IX
PENUTUP
Demikian Pedoman Manajemen Fasilitas dan Keselamatan RSUD Dr. M. ZEIN Painan dibuat
sebagai acuan dalam melaksanakan manajemen fasilitasdan keselamatan di RSUD Dr. M. ZEIN
Painan.
Drg. H. BUSRIL,MPH
NIP. 19740227 200212 1 004
100
LAMPIRAN
SIMBOL B3
No Arti simbol dan APD yang Simbol No Arti simbol dan APD yang Simbol
. digunakan . digunakan
1 Simbol B3 bersifat mudah 6 Simbol B3 bersifat korosif
meledak (corrosive)
(explosive) APD yang digunakan :
Sarung tangan, google,
Jauhkan dari api masker
2 Simbol B3 bersifat oksidasi 7 Simbol B3 bersifat
(oxsidizing) berbahaya bagi lingkungan
APD yang digunakan : (dangerous for
Sarung tangan, google, environment)
masker APD yang digunakan :
Sarung tangan, google,
masker
3 Simbol B3 bersifat mudah 8 Simbol B3 bersifat
menyala karsinogenik, teratogenik
(flammable) dan mutagenik
Jauhkan dari api (carcinogenic, tetragenic,
mutagenic)
APD yang digunakan :
Sarung tangan, google,
masker
4 Simbol B3 bersifat beracun 9 Simbol B3 bersifat bahaya
(toxic) lain berupa gas bertekanan
APD yang digunakan : (pressure gas)
Sarung tangan, google,
masker Jauhkan dari api
5 Simbol B3 bersifat iritasi 10 Simbol B3 Klasifikasi
(irritant) bersifat berbahaya
APD yang digunakan : (harmful)
Sarung tangan, google, APD yang digunakan :
masker Sarung tangan, google,
masker
101
CONTOH MSDS BERSIFAT MUDAH TERBAKAR:
LEMBARAN DATA PENGAMAN
CONTOH:
Rumus Kimia : C2H5OH Penandaan:
Berat Molekul : 45.1
Tipe Bahaya Bahaya Pemadam api Manajemen Kebakaran
102
CONTOH MSDS / LEMBARAN DATA PENGAMAN BERSIFAT BERACUN / TOXIC
LEMBARAN DATA PENGAMAN / MSDS
CONTOH
Rumus Kimia : C46H56N4O10.H2SO4
Berat Molekul : 923,1 g/mol Penandaan:
Pemadam
Tipe Bahaya Bahaya api Manajemen Kebakaran
104
105
LEMBARAN DATA PENGAMAN
CONTOH
XYLENE ( = xylol ) Penandaan:
Tipe Bahaya Bahaya Pemadam api Manajemen Kebakaran
Kebakaran +++ CO2,busa & serbuk Dilarang merokok
Mudah terbakar Hindari dari nyala api,
Uapnya lebih percikan api.
berat dari udara Hindari kerja di tempat
dan ada panas.
kemungkinan Kasus kebakaran:
terbentuk dilarang berdiri di
campuran daerah berbahaya tanpa
dengan udara menggunakan baju
yang dapat pelindung dan alat
meledak. pernafasan sendiri.
Hindarkan dari nyala api, percikan api
Pemaparan Gejala Pertolongan pertama Pencegahan
Ventilasi,kipas
Hirup udara segar, bila henti nafas lakukanpembuangan
1. Inhalasi Sesak nafas resusitasi . asap
Lokal exhaust
Pakai masker
2. Kulit kemerahan Cuci / bilas kulit dengan air banyak. Sarung tangan
Lepas baju yang terkontaminasi.
106
LEMBARAN DATA PENGAMAN
CONTOH
107
108