Anda di halaman 1dari 4

Veteran Perang Merasa Kurang Dapat Keadilan

Ceritakan Kisah Ditembak Tentara Belanda

RMOL.Kegembiraan peringatan hari kemerdekaan Indonesia


ke-67 tahun tidak dirasakan utuh para veteran perang. Mereka
merasa kurang mendapatkan keadilan.

Sekilas tidak ada yang aneh dengan fisik Supranoto, pahlawan


yang mengalami cacat fisik akibat tertembak tentara Belanda.

Meskipun sudah tua, lelaki berusia 86 tahun ini terlihat bugar.


Supranoto masih bisa duduk tegak tanpa bersender dalam
waktu yang lama di kursi di ruang kerjanya di Jalan Tambak II
Manggarai, Jakarta Selatan.

Kedua kaki Supranoto yang mengenakan sepatu kulit warna


SUPRANOTO hitam, masih kokoh menginjak bumi. Begitu pun dengan kedua
tangannya.

Ketua Korps Cacat Veteran Republik Indonesia (KCVRI) ini terlihat tua karena semua rambut-
nya sudah memutih, kulitnya keriput dan ketika tersenyum sudah tidak terlihat ada gigi yang me-
nempel di gusinya. Namun demikian, kondisi itu tidak menghilangkan sosok kegagahannya.

Supranoto baru ketahuan lemah ketika bicara dengannya. Harus bicara dengan suara keras kepa-
danya sebab kemampuan mendengar sudah sedikit berkurang. Kelemahan fisiknya juga terlihat
bila matanya diperhatian dengan seksama. Mata kiri Supranoto sedikit berbeda dengan mata
kanannya. Di balik kacamata berlensa tebalnya, mata kirinya itu terlihat memerah dan kerap
berair seperti orang menderita katarak. Dikatakannya, bukan karena matanya sakit dia bisa
bergabung dengan KCVRI. Dia bilang, bola mata kirinya sakit karena faktor usianya yang sudah
dibilang sepuh.

Supranoto menggulung kedua lengan kemeja batik berwarna coklat yang dipakainya untuk
menunjukkan kenapa di bergabung dengan KCVRI. Di tangannya terlihat ada cacat fisik.
Kondisinya jauh dari sempurna. Terlihat kulit dagingnya rusak seperti bekas disayat dengan
benda tajam.

“Ini bekas tertembak oleh tentara Belanda, saat bertempur selama enam jam di lokasi yang tidak
jauh dari markas mereka di daerah Nganjuk, Jawa Timur,” katanya.

Peristiwa tersebut dituturkannya sangat memukul mentalnya. Karena sebelum tertembak dia baru
saja berhasil mengusir dua buah truk berisi pasukan Belanda berisi sekitar 30-an tentara. Para
tentara itu lengkap membawa bedil. Para tentara kocar kacir akibat terkena jebakan bom yang
dibuatnya bersama pejuang lainnya.
Lelaki yang banyak menerima penghargaan dari penguasa era Orde Baru ini mengatakan dia
terkena tembakan karena lepas kontrol karena kegirangan.

“Saat kami berteriak kegirangan, saya tidak memperhatikan situasi di sekitar saya. Saat tidak
tahu kalau tentara Belanda yang jumlahnya sangat banyak datang mengepung dan menembak,”
imbuhnya.

Supranoto tertembak di bagian tangan. Dia berhasil menyelamatkan diri dari kepungan tentara
Belanda karena nekad melompot ke parit yang curam. Untungnya dia masih bisa terbangun dan
kemudian melarikan diri ke dalam hutan. Menurutnya, kondisinya saat itu sangat kritis, badan
lemas karena kehabisan darah. Beruntung dia bertemu dengan sekelompok masyarakat yang
akhirnya menolongnya.

Walaupun mengalami cacat, Supranoto tidak mundur menjadi aktivis pejuang kemerdekaan. Dia
pernah bergabung dengan Gerakan Pemuda Banteng dan kemudian menjadi anggota Badan
Keamanan Rakyat (BKR). Setelah pasca kemerdekaan, dia juga beberapa kali ikut pertempuran
peperangan seperti menumpas prajurit PKI di Madiun.

Dia menuturkan, berjuang mengusir penjajah merupakan perjuangan tanpa pamrih dan dilaku-
kan semata-mata karena cinta tanah Air. Menjadi bagian dalam perjuangan Indonesia merdeka
baginya perbuatan yang membanggakan. “Saat itu, kami sama sekali tidak mengharapkan pamrih
selain hanya menginginkan Indonesia merdeka. Meskipun sekarang, keadilan sangat minim kami
dapatkan dari pemerintah,” keluhnya.

Bagaimana kehidupan Supranoto sekarang? Dia setiap hari mengisi waktunya dengan mengurus
korpsnya bersama cacat veteran yang lain. Menurutnya, aktif di KCVRI bentuk perjuangan untuk
membantu teman-teman senasibnya. Diterangkannya, keberadaan organisasi ini ada dasarnya. Di
dalam Undang-Undang disebutkan bahwa semua cacat veteran, warakauri, dan yatim piatu pe-
juang diurus khusus. Pemerintah berkewajiban mengurus para cacat korban perang.

Diungkapkannya, semula KCVRI memiliki anggota sebanyak 4 ribuan tersebar di seluruh


Indonesia. Namun waktu yang terus berjalan anggota terus mengalami penyusutan, karena ba-
nyak yang sudah meninggal dunia.

“Tahun 2002 jumlah anggota kami tinggal 400 orang saja. Dan sekarang berkurang lagi dan ting-
gal 388 anggota yang kondisinya sudah berumur di atas 70 tahun semua,” terangnya.

Selama ini untuk bertahan hidup, dia hanya mengandalkan dari uang pensiun yang diperolehnya
dari pemerintah. Karena pensiunnya tercatat memiliki jenjang kepangkatan di atas kopral, uang
pensiun yang diperolehnya masih dibilang lumayan besar bila dibanding anggota yang lain.
“Meskipun hanya cukup untuk hidup sehari-hari, tapi saya masih bersyukur. Karena banyak
anggota yang lain hanya mendapatkan uang pensiun tidak lebih dari satu juta setiap bulannya,”
bebernya.
Dia tinggal mengontrak di daerah Narogong, Bekasi. Dia mengatakan sedang memikirkan biaya
sewa kontrakan karena bulan depan sewa kontrakan per tahunnya akan jatuh tempo. “Kalau tidak
bisa bayar, tentunya saya harus angkat kaki dari rumah kontrakan yang sekarang,” katanya.

Supranoto sebenarnya punya tempa tinggal. Rumahnya di daerah Semarang pemberian dari pe-
merintah Orde Baru. Tapi karena saat ini dirinya mengemban tugas mengurus KCVRI, rumah
ditempati anak dan cucunya.

Tunjangan Cacat Cuma Rp 22 Ribu Tiap Bulannya

Cacat fisik tentu tidak ingin dialami siapa pun. Selain tidak bisa beraktivitas layaknya orang
normal, sering dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Kondisi tersebut dirasakan para veteran
yang alami cacat fisik akibat perang. Keberanian di medan tempur harus dibayar mahal.

“Kondisi seperti ini (cacat-red) yang mungkin membuat kami hanya dianggap sampah dan
benalu oleh penguasa,” kata Ketua Korps Cacat Veteran Indonesia (KCVRI), Supranoto.

Supranoto menyadari berjuang tidak boleh berpikir pamrih. Tapi keadaan cacat fisik dan sudah
tidak muda menurutnya wajar bila para veteran mengharapkan belas kasih pemerintah. Apalagi,
anggota KCVRI hidup di bawah garis kemiskinan. Dana pensiun yang diterima para veteran
hanya cukup hidup pas-pasan. Itu pun sering kurang.

Karena keprihatinan melihat nasib para veteran itu, Supranoto memutuskan serius mengurus
KCVRI untuk membantu memperjuangkan nasib rekan-rekannya yang jumlahnya kini tersisa
388 orang. Disebutkannya, salah satu yang sedang diperjuangkannya yakni menuntut kenaikan
tunjangan cacat.

Menurutnya, tunjangan cacat para pejuang saat ini dihargai dengan nominal yang kecil. Tidak
sebanding dengan kerugian yang dialaminya akibat cacat. Dikatakannya, untuk cacat sampai
hilangnya organ tubuh seperti buntung, veteran mendapat tunjangan sebesar Rp 55 ribu per
bulan. Tapi kalau cacatnya tidak sampai menghilangkan anggota tubuh, cuma dapat Rp 22 ribu
per bulan.

“Kalau Rp. 22 ribu sekarang itu dapat apa? paling cuma untuk beli nasi bungkus sekali,”
bebernya.

Dia menggugat makan perayaan Hari Ulang tahun kemerdekaan Indonesia ke 67 tahun. Untuk
apa dirayakan bila ternyata masih banyak rakyat belum merdeka, hidup dalam kemiskinan.

DPR Janji Perjuangkan Nasib Para Veteran

Wakil Ketua Komisi I DPR, Tubagus Hasanuddin berharap rekan-rekan di komisinya


memprioritaskan pembahasan Rancangan Undang-Undang (RUU) Veteran.

“Saya berharap target legislasi itu bisa segera diselesaikan karena penting sebagai bentuk
penghormatan terhadap pahlawan,” kata TB Hasanuddin.
Dia menuturkan, penyelesaian RUU Veteran sangat penting saat ini mengingat hingga saat ini,
banyak veteran Indonesia yang hidupnya masih terlunta-lunta.

Menurutnya, sudah saatnya semua elemen bangsa ini menghargai jasa-jasa para veteran. Ba-
gaimana pun juga, veteran adalah pejuang kemerdekaan yang telah mengorbankan jiwa dan
raganya untuk negara. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang terkena tembak hingga cacat
fisiknya.

Melalui UU Veteran, para pejuang diharapkannya bisa lebih mendapatkan perhatian. Selain
mendapatkan perhatian kesejahteraan, dengan peraturan itu juga diharapkan bisa dijadikan
landasan pemberian gelar kehormatan dan status yang layak. “Kalau bukan kita yang menghargai
jasa parah pahlawan, siapa lagi,” katanya. RUU Veteran sebenarnya sudah cukup lama masuk ke
Senayan. Tapi sejauh ini belum kedengeran ada pembahasannya.

Sementara itu, Anggota Komisi I DPR, Mohammad Syahfan Badri Sampurno menghimbau
pemerintah segera melakukan terobosan untuk memberikan perhatian yang layak kepada para
veteran. Diingatkannya, memberian kehidupan yang layak kepada rakyat merupakan kewajiban
yang harus ditunaikan pemerintah. Apalagi terhadap mereka yang telah berjasa terhadap negeri
ini.

“Saya berharap pemerintah senantiasa konsisten untuk memberikan penghormatan yang pantas
terhadap para veteran itu,” katanya seperti dikutip antaranews.com.

Dia mengatakan, jika pemerintah belum mampu secara permanen memberikan jaminan ke-
sejahteraan kepada para veteran. Setidaknya pemerintah bisa memberikan perhatian melalu
program jangka pendek melalui kementerian sosial, kementerian pertahanan, kementerian usaha
kecil menengah dan kementerian lainnya. Melalui kementerian itu, pemerintah bisa memasukan
program, peningkatan kesejahteraan.

Soal RUU Veteran, Syahfan mendukugnya. Karena menurutnya, memang idealnya semua terkait
penghormatan kepada para pahlawan diatur dalam sebuah perundang-undangan. Dengan payung
hukum yang jelas maka semua bisa berjalan dengan tertib dan teratur. [Harian Rakyat Merdeka]

Anda mungkin juga menyukai