Pendiri Golkar/SOKSI
Jadi KING
35
SEPAK TERJANG
36
Nasib Golkar
Menurutnya, pasca reformasi, Aburizal
Bakrie (ARB) yang kini memimpin
Golkar tidak fokus membenahi partai.
Malah, Ketua Umum Partai Golkar
itu asyik mengampanyekan diri
sendiri di televisinya hampir setiap
hari. ARB hanya fokus memasarkan
dirinya untuk menjadi presiden. Ia
mengingatkan ARB bahwa secara
historis dan sosiologis, negara ini
mayoritas dihuni oleh suku Jawa,
sementara ARB bukan orang Jawa.
Karena itu, ARB jangan bermimpi
untuk menjadi king (raja). Cukup
dia menjadi king maker atau dalang
saja. Jangan coba-coba menjadi
wayangnya, ungkap dia. Kalau mau,
dia bisa jadi wakil presiden saja.
Diakuinya, saat ini, cendekiawan
militer belum ada yang begitu
menonjol di Partai Golkar. Dulu ada,
tetapi kini telah pindah dari Partai
Golkar. Bahkan mereka mendirikan
partai baru seperti yang dilakukan
oleh Wiranto.
37
SEPAK TERJANG
PKI Aidit mendesak Presiden
Soekarno agar diadakan pemilu pada
1963.
Ia beranggapan seandainya pemilu
itu digelar maka pastilah PKI akan
menang. Guna menggagalkan rencana
pemilu tersebut, Suhardiman dalam
sebuah kesempatan mengusulkan
jabatan presiden seumur hidup
kepada Soekarno. Pun, menurutnya,
dalam ajaran agama Islam pemimpin
seumur hidup itu tidak dilarang.
Gayung
bersambut,
Presiden
Soekarno menyambut positif usulan
tersebut sehingga pada 1963 pemilu
tidak jadi digelar.
Memikat ketika membaca perjalanan
hidup Suhardiman yang dikenal
sebagai tokoh yang paripurna. Ia
juga dijuluki futuris politik Indonesia
atau dukun politik karena dianggap
memiliki indera keenam dalam
memprediksi
politik
Indonesia
kedepan. Ia pernah menjabat sebagai
Wakil Ketua DPA (1993-1998).
Suhardiman menamatkan pendidikan
SD di Solo (1941), SGL Blitar (1945),
SMA Jakarta (1956) dan Sarjana
ekonomi dari FEUI Jakarta (1962).
Sambil bertugas dia terus belajar
hingga meraih gelar doktor ilmu
administrasi niaga dari Universitas
17 Agustus, Jakarta (1971), dengan
disertasi Pembaharuan Struktur Sosial
sebagai Prasyarat Pembangunan
Niaga Nasional.
Selain pendidikan umum, dia alumni
Akademi Militer Yogyakarta (1948),
Sekolah Infantrie Fort Benning,
AS (1971), dan Seskoad (1969).
Suhardiman, bungsu dari tujuh
bersaudara, itu memulai karier sebagai
anggota Polisi Tentara di Kediri
(1945). Kemudian anggota Kiwal PB
Jenderal Sudirman (1947). Setelah
lulus Akademi Militer Yogyakarta
(1948) dia bertugas sebagai komandan
Subkomando Distrik Militer Yogya
Selatan sampai dia menjabat Kaset
KSAP dan dosen SSKAD.
Pada 1960-an, dia menjabat perwira
38